Ciri pemikiran deduksi logis (abstrak dan hipotesis) menjadi salah satu
ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan tahap-tahap perkembangan
kognitif anak.
3. Kegiatan belajar 3
Teori dan Perangkat Pembelajaran PPKn
a. Teori-Teori Belajar
Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk
menjelaskan kenyataan mengenai belajar. Teori belajar bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana proses belajar dengan menaruh perhatian terhadap
hubungan antar variable yang menentukan hasil belajar (Budinigsih, 2005).
1. Pendekatan Empiris
adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
2. Pendekatan Behavioristik
adalah pembentuk perilaku individu (Baruque, 2014). Aliran behavioristik
memiliki pandangan bahwa hasil belajar dalam hal ini perubahan perilaku
bukanlah berasal dari kemampuan internal manusia tetapi karena faktor
stimulus yang menimbulkan respons. Oleh karena itu siswa akan memperoleh
hasil belajar apabila dapat menemukan hubungan antara stumulus (S) dengan
respons (R) (Rifa’i, 2012). Pada teori belajar behavioristik dikenal istilah
stimulus-respon . Ormrod (2003) mengemukakan bahwa ada lima asumsi
dasar mengenai belajar menurut pandangan behaviorisme yakni : 1) sebagian
besar prilaku orang diperoleh dari pengalaman karena rangsangan dari
lingkungan, 2) belajar merupakan hubungan berbagai peristiwa yang dapat
diamati yakni hubungan antara stimulus dan respon, 3) belajar memerlukan
suatu perubahan prilaku, 4) belajar paling mungkin terjadi Ketika stimulus
dan respon muncul pada waktu berdekatan, 5) banyak spesies, termasuk
manusia belajar dengan cara -cara yang hampir sama..
Ada banyak tokoh psikologi pendidikan yang berpengaruh yang mendukung
dan memperkuat teori behavioristik oleh Gage dan Berliner. Misalnya
Pavlov, Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, B.F. Skinner,
Bandura.. Thorndike dikenal dengan teori stimulus-respon (S-R), Pelopor
teori coditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov. Menurut teori conditioning
belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-
syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat.
Menurut teori contiguous conditioning, belajar itu adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan reaksi (respons). Skinner meyakini bahwa perilaku
manusia dapat dijelaskan hanya dengan melihat berbagai faktor eksternal
yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu, dan karena itulah kita
tidak perlu melihat ke dalam pikiran dan motivasi internal seseorang. Teori
belajar sosial Bandura menguraikan kumpulan ide mengenai cara perilaku
dipelajari dan diubah.
3 Pendekatan Konstruktivisme
Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha
(2002) adalah proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada
akhirnya pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman
dan hasil interaksi dengan lingkungannya. Tobin dan Timmons (dalam
Isjoni,2007) menegaskan bahwa pembelajaran yang berlandaskan pandangan
konstruktivisme harus memperhatikan empat hal, yaitu: 1) pengetahuan awal
siswa, 2) belajar melalui pengalaman, 3) melibatkan interaksisosial, dan 4)
kepahaman. Dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan pembelajaran dengan pendekatan teori konstruktivistik
merupakan salah satu pendekatan yang bertujuan untuk teori konstruktivistik
merupakan salah satu pendekatan yang bertujuan untuk mampu mengkritis,
memberikan pendapat serta menganalisis permasalahan sosial yang terjadi di
masyarakat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Perangkat Pembelajaran PPKn
Perangkat adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang
akan digunakan dalam proses pencapaian kegiatan yang diinginkan.
Pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan siswa dalam
memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti siswa.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun agar pembelajaran dapat
berjalan dengan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
untuk kemandirian, dan kreativitas sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Depdiknas, 2008).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20
menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
beberapa hal : 1)Tujuan pembelajaran , 2)Materi/isi , 3)Strategi dan Metode
Pembelajaran , ) 4)Media dan Sumber Belajar dan 5) Evaluasi.