Anda di halaman 1dari 7

TERM OF REFERENCE (TOR) PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI DAN

RESIKO JATUH MAHASISWA K3S MANAJEMEN KEPERAWATAN DI


RUANG RAWAT AQSA 2 RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.
Sebagai salah satu sarana kesehatan rumah sakit memiliki peran yang sangat
penting dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan (Undang-undang nomor 44 tahun 2009).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan pemakai jasa pelayanan (pasien) yang mengharapkan penyembuhan
dan pemulihan yang berkualitas dan penyediaan pelayanan kesehatan yang
aman dan nyaman. Di era global ini pelayanan tidak hanya berfokus pada
kepuasan pasien namun juga untuk keselamatan pasien (patient safety)
(Partinah, 2017).
Selain sebagai tempat pengobatan rumah sakit juga merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang bisa menjadi sumber infeksi dimana orang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat dengan keadaan
umum yang tidak atau kurang baik, sehingga daya tahan tubuh menurun
(Septiari, 2012). Tindakan medis yang dilakukan yang tidak sesuai dengan
prosedur dapat menularkan penyakit infeksi terhadap pasien (yang lain)
bahkan bisa terhadap petugas kesehatan itu sendiri (Kemenkes RI, 2011).
Resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya diminimalkan dengan menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta monitoring dan
evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit (Kemenkes RI,
2011).
Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah suatu upaya yang
ditujukan untuk memberikan perlindungan dari transmisi penyakit infeksi di
semua tempat pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2017). Peran manajemen
rumah sakit sangat penting dalam menunjang program pengendalian infeksi.
Rumah sakit bertanggungjawab terhadap komite pengendalian infeksi dalam
mengidentifikasi sumber daya program pencegahan infeksi, memberikan
pendidikan dan pelatihan staf tentang program pengendalian infeksi seperti
tehnik sterilisasi, mewajibkan staf (perawat, laboratorium, petugas
kebersihan) untuk tetap menjaga kebersihan rumah sakit, melakukan evaluasi
berkala terhadap efektivitas dan tindakan pengendalian infeksi, memfasilitasi
dan mendukung tindakan pengendalian infeksi, serta turut berpartisipasi
dalam penelusuran terjadinya infeksi (Kemenkes RI, 2011).
Keselamatan pasien rumah sakit merupakan sistem pelayanan dirumah
sakit yang dapat memberikan rasa aman kepada pasien dalam memberikan
asuhan kesehatan (Permenkes, 2017) Keselamatan pasien selain pencegahan
resiko infeksi, kejadian jatuh juga menjadi hal yang mengkhawatirkan pada
seluruh pasien rawat inap dirumah sakit, hal ini akan berdampak pada cidera
hingga kematian yang dapat dialami pasien serta menjadi adverse event kedua
terbanyak dalam perawatan kesehatan setelah kesalahan pengobatan (Zarah &
Djunawan, 2022).
Kerentanan terhadap resiko jatuh yang dapat menyebabkan bahaya
fisik merupakan pengertian dari resiko jatuh (Wilkinson, 2016). Resiko jatuh
pada pasien merupakan masalah serius yang dapat menimbulkan cedera pada
pasien baik itu berat, ringan atau bahkan kematian sekalipun, ketika cedera
terjadi pasien maka akan menambah masa perawatan dan biaya di rumah sakit
(Joint Commission Internastional, 2015). Untuk menentukan pasien memiliki
resiko jatuh perawat harus mampu melakukan pengkajian resiko jatuh yang
dilaksanakan saat pasien pertama kali masuk ke rumah sakit dan saat pasien
mengalami perubahan status klinis di ruangan (Boushon, dkk, 2008).
Risk Assesement (Penialaian Resiko) pasien jatuh merupakan elemen
pertama pada program pengurangan risiko jatuh yang merupakan metode
penilaian risiko untuk pasien jatuh yang dilakukan perawat. Penilaian risiko
jatuh bertujuan untuk memberikan perhatian khusus pada pasien yang
berisiko untuk jatuh. Upaya pencegahan risiko pasien jatuh untuk mengurangi
angka insiden jatuh pada pasien di rawat inap (Putrina, 2019).
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga kesehatan yang bertanggung
jawab dan diberikan wewenang untuk memberikan pelayanan keperawatan
pada instansi kesehatan di tempat atau diruang dia bekerja (Efendi, 2008;
Abonda & Wardani, 2018). Menurut Nursing Care Center National Patient
Safety Goals (The Joint Commission, 2015) pada NPSG 09.02.01 tindakan
yang dilakukan perawat dalam pencegahan jatuh yaitu: kaji resiko pasien,
lakukan intervensi risiko jatuh berdasarkan faktor risiko yang sudah dikaji,
edukasi staf dalam program pengurangan risiko jatuh yang telah ditetapkan
organisai, edukasi pasien atau keluarga, evaluasi keefektifan dari semua
aktivitas pencegahan risiko jatuh termasuk pengkajian, intervensi dan
edukasi.
Ruang Aqsa 2 merupakan ruang inap penyakit dalam pria. Dari
analisa data yang telah didapatkan sebelumnya bahwa penerapan keselamatan
pasien terkait resiko infeksi belum diterapkan dengan baik dengan kategori
belum terlaksana 22% dan belum optimal 78%. Berdasarkan hasil observasi
keseluruhan masih adanya hand hygiene yang belum tepat dilakukan,
tindakan penggunaan APD yang belum tepat sasaran dan kurangnya edukasi
ke pasien dan keluarga dengan presentase 23% masih belum optimal.
Kemudian penerapan keselamatan pasien terkait mengurangi risiko cedera
akibat jatuh juga belum diterapkan dengan baik dengan kategori belum
terlaksana 47% sedangkan belum optimal 53%. Adapun dari hasil observasi
ruangan secara keseluruhan didapatkan hasil bahwa masih adanya
keterlambatan dalam pemasangan pin kuning pada pasien dan tidak adanya
penanda pada bed pasien dengan resiko jatuh sebanyak 35%.
Diharapkan dengan pertemuan ini dapat menentukan prioritas solusi
yang tepat yang telah disajikan dalam POA (Planning of Action) sehingga
terlaksana proses manajemen asuhan keperawatan yang lebih optimal. Proses
penjabaran penentuan solusi akan didiskuasikan dengan metode focus group
discussion (FGD) oleh mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala.

B. Tujuan
Menentukan intervensi (solusi) yang ditawarkan oleh tim manajemen
keperawatan Universitas Syiah Kuala

C. Manfaat
a. Mengoptimalkan fungsi ruangan
b. Merealisasikan visi dan misi ruang Aqsa 2
c. Mengembangkan potensi sumber daya perawat

d. Rencana Kegiatan
1. Tempat : Ruang Aqsha 2
2. Hari/Tanggal : Selasa/ 16 Agustus 2022
3. Waktu : 14.00-selesai
4. Media : PPT
5. Strategi Pelaksanaan:

Tahap Kegiatan Sasaran Waktu Penanggung


Jawab
Orientasi a. Mengucapkan salam Kepala ruang, wakil 10 menit Moderator
b. Membuat kontrak waktu kepala Ruang, Ketua
dan topik tim perawat, Perawat
c. Menjelaskan maksud dan pelaksana Ruang
tujuan pertemuan Rawat Aqsha 2

Kerja a. Menentukan akar Kepala ruang, wakil 30 menit Pemateri


masalah menggunakan kepala Ruang, Ketua
metode CARL tim perawat, Perawat
b. Mempresentasikan POA pelaksana Ruang
(Plan of Action) Rawat Aqsha 2
c. Mendiskusikan
intervensi yang tepat
untuk penyelesaian
masalah resiko infeksi
dan resiko jatuh
d. Menetapkan intervensi
yang tepat untuk
penyelesaian masalah
resiko infeksi dan resiko
jatuh

Terminasi a. Memberikan kesempatan Kepala ruang, wakil 20 menit Moderator


bertanya kepala Ruang, Ketua
b. Menjawab pertanyaan tim perawat, Perawat
c. Berdiskusi terkait pelaksana Ruang
pertanyaan dari peserta Rawat Aqsha 2
d. Menyimpulkan materi
e. Mengakhiri dan menutup
pertemuan
f. Salam penutup

e. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Pendelegasian tugas oleh penanggung jawab kegiatan masing masing
anggota sudah dilaksanakan
b. Media akan dipersiapkan dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan
c. Persiapan tempat disiapkan sebelum pelaksanaan kegiatan
d. Surat undangan akan diedarkan sehari sebelumnya pelaksanaan
kegiatan
2. Proses
a. Diharapkan kegiatan berlangsung kurang lebih selama 60 menit
b. Diharapkan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Diharapkan perawat di Ruang Rawat Aqsa 2 RSUDZA mengikuti
kegiatan sampai dengan selesai
d. Diharapkan kegiatan berlangsung tanpa ada hambatan.
3. Hasil
a. Diharapkan 80% perawat yang bertugas di Ruang Rawat Aqsa 2
RSUDZA mampu menentukan akar penyebab dari masalah yang
belum optimal.
b. Diharapkan 80% perawat yang bertugas di ruang Aqsa 2 RSUDZA
mampu menetapkan alternatif penyelesaian masalah yang belum
optimal tersebut.

f. Pengorganisasian Kelompok
1. Penanggungjawab (Dosen) : Ns. Mayanti Mahdasari, M. Kep.
Ns. Rachmah, M. Kep.
Ns. Putri Mayasaril, MNS.
Ns. Muhammad Yusuf, MPH.
Ns. Noraliyatun Jannah, M Kep.
Dr. Hajjul Kamil, S.Kp., MKep.
Ns. Andara Maurissa, MNS.
Dr. Elly Wardani, MS.
Ns. Yulizar, MNS.
Ns. Ardia Putra, MNS.
Ns. Yuswardi, MNS.
2. Penanggungjawab (Mahasiswa) : Rumaisha Yasmine, S.Kep.
3. Moderator : Rumaisha Yasmine, S.Kep.
4. Pemateri : Nanda Anni Safitri, S.Kep.
Rahma Hidayati, S.Kep
Agustina Bella Sasti, S.Kep
5. Pembacaan doa : Rizka Aulia Putri, S.Kep
6. Notulen : Erfiana, S. Kep
7. Acara : Cut Rahmatiawati, S.Kep.
Nanda Fajrina, S.Kep
Dian Nellisa, S.Kep
Yumna Yasirah, S.Kep
8. Dokumentasi & Publikasi : Rini Tazkirah, S. Kep
Rahmi Yuliza, S.Kep
Nurul Izzah, S.Kep
9. Perlengkapan : Arinda Siti Fathia, S. Kep.
Nur Rauzah, S.Kep
10. Kosumsi : Redha Aprillia Rusli, S.Kep
Maulida Dwi Yani, S.Kep
Meliza Savira, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai