Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

Dermatitis Kontak Alergi


.
Pembimbing :
dr. Bowo Wahyudi, SpKK

Oleh :
Nur Amalina Diana Marini
( 2009730181 )
MEDICAL SCHOOL OF MUHAMMADIYAH JAKARTA UNIVERSITY
Dermatitis Kontak IAlergi, Maret 2015
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

IDENTITAS
• Nama : Ny. M
• Umur : 62 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
• Alamat : Kp Gang
Pemandangan
• Tgl Berobat : 23 Maret
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

ANAMNESA
1. Keluhan Utama

Kulit di kedua telapak


kaki terasa gatal dan
kemerahan sejak 3 hari
sebelum masuk rumah
sakit
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita usia 62 tahun datang ke
poli kulit RSUD Banjar dengan keluhan
kulit di kedua telapak kaki terasa gatal
dan kemerahan sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Menurut pasien
keluhan pertama kali dirasakan sejak 1
bulan yg lalu tapi keluhan makin terasa
menganggu sejak 3 hari smrs, awalnya
muncul berupa bintik kemerahan pada
kedua telapak kaki dan lama-kelamaan
makin melebar dan mengenai hampir
seluruh dari bagian telapak kaki.
Pasien juga mengeluh kulit di kedua
telapak kaki makin gatal dan perih
sehingga pasien membeli obat
betadine. Setelah diberikan betadin
timbul nanah di kedua telapak kaki tsb
dan kemudian nanah tersebut pecah
dan kulit di kedua telapak kaki
tersebut menjadi terkelupas. Setelah
terkelupas kulit lama-kelamaan
mengering dan bersisik serta terasa
lebih kasar. Pasien juga mengaku nyeri
ketika menggunakan sandal. Os
Pasien mengaku belum pernah
menderita hal yg sama sebelumnya
dan menyangkal terdapat anggota
keluarga yg pernah mengalami
penyakit yg sama.
Pasien mengaku keluhan saat ini
dirasakan sejak mulai menggunakan
sandal karet sejak 1 bulan yg lalu.
Pasien menyangkal terdapat alergi
menggunakan deterjen, sabun mandi,
makanan, minuman dan cuaca.
Pasien sehari-hari tinggal di daerah
perkampungan, jarak antar rumahnya
berdekatan, rumah permanen dengan
tembok, lantai menggunakan keramik dan
beratap genteng. Sehari-hari pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga seperti memasak,
mencuci piring dan pakaian dan selama
bekerja tidak menggunakan alat pelindung
seperti sarung tangan dan hanya memakai
sandal.
Pasien menyangkal pernah berobat ke
tempat lain dan hanya pernah menggunakan
betadin saja.
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

PEMERIKSAAN
Kesadaran FISIK
: Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Vital Sign
– Nadi : 84 x/menit
– RR : 18x/menit
– Suhu : 36⁰C
• Kepala : Normochepal
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-)
• Mulut : Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)

DERMATITIS KONTAK ALERGI


Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
Dermatitis Kontak Iritan, September 2014
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

PEMERIKSAAN
 Leher
FISIK
: Pembesaran KGB (-)
 Thorax : Paru : Pergerakan dada simetris,
vesikuler (-/-)
 Jantung : Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II
reguler
 Abdomen: Tampak datar, supel, BU normal,
organomegali (-)
 Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-),
pitting nails (-/-) DERMATITIS KONTAK ALERGI
Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
Dermatitis Kontak Iritan, Maret 2015

STATUS
DERMATOLOGIKUS
Distribu
Regional
si
A/R Telapak kaki kanan dan kiri
Multiple, konfluens, batas lesi tegas
,kering, permukaan rata dengan diameter
Lesi
terkecil 2 x 2 cm sampai diameter
terbesar 5 x 4 cm
Eflorese Makula eritematosa disertai skuama
nsi kasar berwarna putih dan erosi
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
RESUME

Pasien wanita usia 62 thn berprofesi


sebagai ibu rumah tangga datang ke
RSUD Banjar dengan keluhan kulit di
kedua telapak kaki terasa gatal dan
kemerahan sejak 3 hari smrs. Awalnya
berupa bintik kemerahan dan melebar
ke seluruh telapak kaki kanan dan kiri.
Os memakai betadin dan kulit menjadi
bernanah kemudian pecah dan
mengering dan bersisik. Os mengaku
keluhan mulai terasa sejak
menggunakan sandal karet.Alergi
Dermatitis Kontak Alergi, Maret 2015

STATUS
DERMATOLOGIKUS
Distribu
Regional
si
A/R Telapak kaki kanan dan kiri
Multiple, konfluens, batas lesi tegas
,kering, permukaan rata dengan diameter
Lesi
terkecil 2 x 2 cm sampai diameter
terbesar 5 x 4 cm
Makula eritematosa disertai skuama
Eflorese
kasar berwarna putih
nsi
dan erosi

DERMATITIS KONTAK ALERGI


Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
Dermatitis Kontak Alergi , Maret 2015
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

DIAGNOSA
BANDING
a.Dermatitis Kontak Alergi e.c Sandal
Karet
b.Dermatitis Kontak Iritan e.c Sandal
Karet
c.Dermatitis Kontak Iritan Gesekan
(Friction ICD)

DERMATITIS KONTAK ALERGI


Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

DIAGNOSA
KERJA
“Dermatitis Kontak
Alergi e.c Sandal Karet

DERMATITIS KONTAK ALERGI


Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
Dermatitis Kontak Iritan, September 2014
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

RENCANA
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.Tes tempel (patch test), untuk
menentukan substansi penyebab.
b.Provocative Use Test

DERMATITIS KONTAK ALERGI


Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa :
 Tidak lagi menggunakan sandal karet
 Menggunakan pelembab kulit atau emolien untuk mengatasi
kulit kering.
 Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi
baru dan dapat meninggalkan bekas garukan yang
permanen.
 Kontrol bila obat habis.

• Medikamentosa :
 Kortikosteroid : Deksamethason tablet 3 x 0,5 mg ,
No. X

 Topikal : Krim Hidrokortison 1% , s.u.e (pagi & sore)


STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

PROGNOSIS
a.Quo Ad Vitam : Ad Bonam
b.Quo Ad Functionam : Ad
Bonam
c.Quo Ad Sanationam : Ad
Bonam

DERMATITIS KONTAK ALERGI


Clinical Stage Of Dermatology RSUD KOTA BANJAR
ANALISA MASALAH
Berdasarkan ANAMNESIS
• Pasien 62 thn
• Kulit telapak kaki gatal dan
kemerahan sejak 3 hari smrs
• Timbul nanah kemudian pecah dan
mengering
• Timbul sisik yg terasa kasar dan
nyeri
• Keluhan mulai terasa ketika memakai
sandal karet 1 bulan yg lalu
TEORI
 Epidemiologi : tidak semua orang (usia,ras) , kulit
yg peka
 Etiologi : Bahan alergen (bahan kimia
dgn BM < 500 - 1000)
ex : nikel, karet (sandal atau sepatu) , kosmetik
 Gejala : Gatal, kulit kering, kemerahan.
Timbul vesikel yg dapat pecah menjadi erosi. Pd DKA
kronis kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
fisur dan batas tidak jelas
 Patogenesis : Reaksi Hipersensitivitas tipe IV
Fase sensititasi = induksi
Kontak pertama sensitif
Berlangsung 2 -3 minggu
Fase elisistasi
Pajanan ulang dengan alergen yg sama
Gejala klinis berlangsung 24 – 48 jam
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik

Distribu
Regional
si
A/R Telapak kaki kanan dan kiri
Multiple, konfluens, batas lesi tegas
,kering, permukaan rata dengan diameter
Lesi
terkecil 2 x 2 cm sampai diameter
terbesar 5 x 4 cm
Eflorese Makula eritematosa disertai skuama
nsi kasar berwarna putih dan erosi
Pemeriksaan Fisik Menurut
Teori
Pada yg akut ditandai bercak eritem
berbatas jelas yg diikuti edema,
papulovesikel, vesikel atau bula.
Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi
(basah). Pada yg kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi
dan mungkin juga fisur, batasnya tidak
jelas. DKA dapat meluas ke tempat
lain, misalnya dengan cara
Berdasarkan Diagnosis banding

DKA e.c sandal DKI e.c sandal DKI Gesekan


karet karet respon pada gesekan
Reaksi yg reaksi akut yg lemah, dimana
disebabkan alergen monomorfik yg secara klinis dapat
dgn BM 500-1000 disebabkan bahan berupa eritema,
dalton seperti yg bersifat iritan: skuama, fisura, dan
nikel,karet (sandal deterjen, minyak gatal pada daerah
atau sepatu). pelumas, asam, yang terkena gesekan
Patogenesisnya alkali dan serbuk .DKI Gesekan dapat
diperantai respon kayu. hanya mengenai
imun tipe IV  fase Patogenesisnya telapak kaki dan
sensitisasi selama 2 yakni bahan iritan seringkali terlihat
– 3 minggu langsung merusak menyerupai psoriasis
Fase elisitasi  24 – stratum korneum, dengan plakat merah
48 jam denaturasi menebal dan bersisik,
keratin, merusak tetapi tidak gatal.
fungsi sawar kulit

a. Dermatitis Kontak Alergi e.c Sandal Karet


b. Dermatitis Kontak Iritan e.c Sandal Karet
c. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)
Berdasarkan Diagnosis banding

DKA e.c sandal DKI e.c sandal DKI Gesekan


karet karet
Secara klinis, DKI
Gejala klinisnya Gejala klinisnya Gesekan dapat hanya
ialah ialah skuama, mengenai pinggiran-
Akut: bercak eritema, vesikel, pinggiran dan ujung
eritematosa pustul, serta jemari tergantung
berbatas tegas, erosi, dan oleh tekanan mekanik
edema, biasanya yg terjadi.
papulovesikel, terlokalisasi di
esikel atau bula dorsum dari kaki.
Kronis : kering, Biasanya hal ini
berskuama, papul, terjadi pada orang
likenifikasi, fisur, yang terpajan
dan berbatas tidak dengan pekerjaan
tegas. basah. Reaksi
iritasi dapat
sembuh,
menimbulkan
penebalan
a. Dermatitis Kontak Alergi e.ckulit
Sandal Karet
atau dapat
b. Dermatitis Kontak Iritan DKI
menjadi e.c Sandal Karet
c. Dermatitis Kontak
kumulatif.
Iritan Gesekan (Friction ICD)
STATUS
IDENTITAS ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK
DERMATOLOGIKUS
R/PEMERIKSAAN
RESUME DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS ANALISA KASUS REFERENSI

BERDASARKAN DIAGNOSIS
BANDING

PadaGesekan
DKI
“DKI diskusi laporan
Reaksi kasus
Iritan”
berkembang ini, dari
Secara penulis
klinismengambil
respon padadiagnosis
menunjukkan
gesekan kerjayang
reaksi nya
akut
adalahdimana
Dermatitis
monomorfik
lemah, yang Kontak
secara
dapat Alergi
klinis dapate.c
berupa sandal eritema,
skuama,
berupa karet, dikarenakan
eritema, skuama,
vesikel,
berdasarkan gejala klinis dan teori memiliki hubungan dan kecocokan.
pustul,
fisura, serta
dan erosi,
gatal pada
dan biasanya
daerah yangterlokalisasi
terkena gesekan
di dorsumDKI
dari
Gesekan
tangan
dapat
dan jari.
hanyaBiasanya
mengenai
hal ini terjadi
telapak pada
tangan
orang yang
dan
terpajan
seringkali dengan
terlihat menyerupai
pekerjaan psoriasis
basah. dengan
Reaksi plakat
iritasi merah
dapat
sembuh,
menebalmenimbulkan
dan bersisik,
penebalan
tetapi tidak
kulit
gatal.
atau Secara
dapat klinis,
menjadiDKI
DKI
Gesekan
kumulatif.
dapat hanya mengenai pinggiran-pinggiran dan
ujung jemari tergantung oleh tekanan mekanik yang terjadi.
Buxton, Paul K. ABC Of Dermatology 4th ed. London: BMJ Books;
2003.p.19-21
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Pada diskusi laporan kasus ini, penulis
mengambil diagnosis kerja nya adalah
Dermatitis kontak alergi e.c
sandal karet , dikarenakan
berdasarkan gejala klinis dan teori
memiliki hubungan dan kecocokan.
Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang pada teori

1. Uji Tempel ( Patch Test in vivo)


 hipersensitivitas terhadap zat yang bersentuhan
dengan kulit sehingga alergen dapat ditentukan dan
tindakan korektif dapat diambil
2. Provocative Use Test
mengkonfirmasi reaksi uji tempel yang mendekati
positif terhadap bahan-bahan dari zat, seperti
kosmetik
3. Uji Photopatch
mengevaluasi fotoalergi kontak terhadap zat seperti
sulfonamid, fenotiazin, p-aminobenzoic acid,
oxybenzone, 6-metil kumarin, musk ambrette, atau
tetrachlorsalicylanilide
Pemeriksaan Penunjang pada
pasien
Tidak dilakukan pemeriksaan Uji
Tempel, Provocative Use dan uji
Photopatch karena keterbatasan alat
dan bahan-bahan
Berdasarkan tatalaksana pada teori
Medikamentosa :
- Sistemik : Kortikosteroid 
mengatasi peradangan yakni
prednison 30 mg/hari
- Topikal : Glukokortikoid salep
Non-Medikamentosa :

1. Menghindari kontak alergen

2. Tidak menggaruk daerah yang terkena alergi


karena akan mengakibatkan infeksi
Penatalaksanaan pada pasien
Non-Medikamentosa :
 Tidak lagi menggunakan sandal karet
 Menggunakan pelembab kulit atau emolien untuk mengatasi
kulit kering.
 Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi
baru dan dapat meninggalkan bekas garukan yang
permanen.
 Kontrol bila obat habis.
• Medikamentosa :
 Kortikosteroid : Deksamethason tablet 3 x 0,5 mg ,
No. X

 Topikal : Krim Hidrokortison 1% , s.u.e (pagi & sore)


Prognosis pada teori
Prognosis pada DKA umumnya baik, sejauh
bahan kontaktannya dapat disingkirkan.
Prognosis menjadi kurang baik dan
menjadi kronis apabila bersamaan dengan
dermatitis endogen (dermatitis atopik,
dermatitis numularis atau psoriasis), atau
pajanan dengan bahan iritan yg tidak
mungkin dihindari
Berdasarkan prognosis pada kasus
Prognosis pada kasus :
– Quo Ad Vitam: Ad Bonam
“Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah pada
ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran dan
tanda vital pasien masih dalam batas normal.”
– Quo Ad Functionam : Ad Bonam
“DKA menimbulkan lesi kulit yang tidak mengganggu
fisiologis kulit secara bermakna.”
– Quo Ad Sanationam : Ad Bonam
“Dengan menghilangkan faktor predisposisi maka
penyakit ini dapat diobati secara tuntas dan sembuh.”

Sesuai dengan teori prognosis pada kasus ini


adalah Baik dengan diagnosis dan terapi
yang tepat.
Daftar Pustaka
1. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7 th ed. New York: McGraw
– Hill; 2008.p.396-401.
2. Chew AL and Howard IM, editors. Ten Genotypes Of Allergen Contact
Dermatitis. In: Chew AL and Howard IM, editors. Allergen Dermatitis.
Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.5-8
3. Buxton, Paul K. ABC Of Dermatology 4th ed. London: BMJ Books;
2003.p.19-21
4. Grawkrodjer, David J. Dermatology an Illustrated Colour Text Third Edit.
British: Crurchill Livingstone.2002.p.30-1
5. Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors. Treatment Of Allergen
Contact Dermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant
Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-5
6. Djuanda. A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI.
2008. Hal 138-139
7. Siregar R.S. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta. EGC. 2005. Hal 120-122
8. Siregar, R.S. Cara Menegakkan Diagnosis Penyakit Kulit : Atlas Berwarna
Saripati Penyakit Kulit Edisi Kedua. Jakarta : EGC, 2005. Hal 45- 60
 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai