Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

NEURODERMATITIS

(LIKEN SIMPLEKS KRONIK)

Oleh :
Rhadila Anjani, S.Ked
19360211

Pembimbing :
dr. Arief Effendi, Sp.KK

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN KULIT KELAMIN


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:

NEURODERMATITIS

(LIKEN SIMPLEKS KRONIK)

Bandar Lampung, Agustus 2020

Penyaji Pembimbing

Rhadila Anjani, S.Ked dr. Arief Effendi, Sp.KK


SKENARIO KASUS
Ny. S berusia 80 tahun datang dengan keluhan timbul ruam kehitaman,

tebal, gatal pada lengan kiri sejak satu setengah tahun lalu. Keluhan lain yang

dirasakan pasien adalah rasa adanya penebalan pada kulit yang terasa gatal.

Awalnya sejak 1 ½ yang lalu pasien mengeluh muncul ruam merah dan

gatal pada lengan kiri . Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit ginjal

dan masih menjalankan pengobatan dengan cuci darah, pasien juga mengatakan

keluhan ini rasakan pada saat pasien melakukan pemasangan alat karena pasien

ingin melalukan cuci darah. Awalanya pasien hanya mengeluhkan ruam seukuran

mata uang, namun ruam tersebut semakin lama semakin meluas dan terasa

sangat gatal , sehingga pasien mengaruk ruam tersebut dan berubah menjadi

warna hitam dan tebal, pasien mengatakan bahwa keluhan gatal tersebut timbul

sejak pasien sering memakai plaster setelah pasien selesai cuci darah. Setelah

dilakukan pemeriksaan status generalisasi dalam batas normal dan Pada

pemeriksaan dermatologik, pada inspeksi ditemukan pada area fossa cubiti plak

hiperpigmentasi , multipel, berukuran plakat, batas tegas dan ditemukan area

likenifiksasi . pada pemeriksaan palpasi terdapat penebalan pada area yang gatal

fossa cubitis pada saat ditekan.


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR
LAMPUNG SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. Sinta Ajeng / Agus
Umur : 80 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Raden Gunawan 2, Gang Melati
7, No. 29 Rajabasa, Bandar
Lampung.
Pekerjaan : Ibu rumah tangga / IRT
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Menikah

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan terhadap pasien pada hari sabtu, 20 Agustus 2020
pukul 14.15 WIB.
Keluhan utama : Ruam kehitaman, tebal, gatal, pada lengan kiri

Keluhan tambahan : Penebalan kulit yang terasa gatal

Riwayat penyakit : Awalnya sejak 1 ½ yang lalu pasien


mengeluh muncul ruam merah dan gatal pada lengan kiri . Pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit ginjal dan masih menjalankan
pengobatan dengan cuci darah, pasien juga mengatakan keluhan ini rasakan
pada saat pasien melakukan pemasangan alat karena pasien ingin
melalukan cuci darah. Awalanya pasien hanya mengeluhkan ruam seukuran
mata uang, namun ruam tersebut semakin lama semakin meluas dan terasa
sangat gatal , sehingga pasien mengaruk ruam tersebut dan berubah
menjadi warna hitam dan tebal, pasien mengatakan bahwa keluhan gatal
tersebut timbul sejak pasien sering memakai plaster setelah pasien selesai
cuci darah.
Pengobatan yang pernah didapat : Pasien belum pernah berobat dan
belum pernah minum obat.

Penyakit lain yang pernah diderita : Pasien pernah mengalami penyakit


kulit seperti ini 5 bulan yang lalu.

III. STATUS GENERALIS


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Status gizi : Cukup
Tanda vital :
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit
c. RR : 20 x/menit
d. Suhu : 36,3 C
Berat badan : 56 Kg
Tinggi badan : 163 cm
Bentuk badan
a. Thoraks : Cor dan Pulmo : Dalam batas normal
b. Abdomen : Hepar dan Lien : Tidak teraba
c. KGB : Tidak teraba

IV. STATUS DERMATOLOGIS


Lokasi : Area fossa cubitis

Inspeksi : Plak hiperpigmentasi, multipel, berukuran plakat, batas


tegas di temukan area likenifiksasi
Palpasi : Adanya rasa penebalan pada area yang gatal
UKURAN LESI KONFIGURAS E.F.PRIMER EF SKUNDER
Pungtata Multipel Linier Makula Krusta
Milier Diskret / konfluen Anuler Papula Erosi
Guttata Gyrata Vasikel Ekskonasi
Lentikuler Kribformis Pustul Ulkus
Numularis Arsiner Bula Skuama
Plakat E F. KHUSUS Nodulus Likenifikasi
Komedo Nodus Vegetasi
Terowongan Plak Sikatriks
Purpura Urtika Abses
Eksanterna Kista
Milia Tumor

Tes Manipulasi : Tidak Dilakukan


Tes Sensoris : Hiperpigmentasi pada lesi di tangan.
Tes Motorik : Mampu adduksi ibu jari dan mampu ekstensi jari
– jari tangan.
Tes Otonom : Kulit kering dan tebel tidak berkeringat pada lesi

V. LABORATORIUM
Tidak Dilakukan

VI. RESUME
Pasien datang dengan keluhan timbul ruam kehitaman, tebal, gatal

pada lengan kiri sejak satu setengah tahun lalu. Keluhan lain yang dirasakan

pasien adalah rasa adanya penebalan pada kulit yang terasa gatal

Status dermatologik ditemukan pada area fossa cubiti plak

hiperpigmentasi , multipel, berukuran plakat, batas tegas dan ditemukan

area likenifiksasi . terdapat penebalan pada area yang gatal fossa cubitis

pada saat ditekan..

Pada pemeriksaan tes sensoris diperoleh hiperpigmentasi pada lesi.

Tes motorik pasien mampu adduksi ibu jari dan ekstensi jari – jari tangan.
Tes otonom kulit pasien kering dan tebal tidak berkeringat pada lesi.

VII. DIAGNOSA BANDING


A. Liken Planus
B. Psoriasis
C. Dermatitis Atopik
D. Impetigo

VIII. DIAGNOSA KERJA


Neurodermatitis Sirkumskripta (Liken simpleks kronik)
IX. PENATALAKSANAAN
A. Umum (Non Medikamentosa)
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya
 Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal.
 Istirahat yang cukup
 Hindari stress psikologis
 Gunakan plaster yang tidak membuat gatal contohnya : Hipafix
 Menjaga kebersihan kulit
 Hindari dari gigitan serangga
B. Khusus (Medikamentosa)

 Chlorpheniramine maleat 4 mg 2x1 tablet


 Dexamethasone 0,5 mg 3x1 tablet
 Bethamethasone diproprionate cream 0,05% 2x1 pada lesi

X. PEMERIKSAAN ANJURAN
A. Pemeriksaaan Histopatologi

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam ad bonam
B. Quo ad functionam dubia ad bonam
C. Quo ad sanationam dubia ad bonam
D. Quo ad kosmetikum dubia ad malam
Tidak ada gejala dan tanda yang mengarah pada ancaman
kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik. Oleh karena itu,
dengan melakukan pengobatan rutin dan perawatan secara dini, maka
penyakit dapat diobati secara tuntas dan untuk menghindari kekambuhan.

XII. FOLLOW UP
Follow up tidak dilakukan karena pasien tidak dirawat inap.
TINJAUAN PUSTAKA

NEURODERMATITIS (LIKEN SIMPLEKS KRONIKUS)


DEFINISI
Liken simpleks kronikus adalah Penebalan kulit dengan skala
variable yang timbul sekunder karena garukan atau gosokan berulang-ulang.
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik. (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgim, 2008; Odom RB,2000)

EPIDEMIOLOGI
Frekuensi yang tepat pada populasi umum tidak diketahui. Dalam
suatu studi,12% dari pasien penuaan dengan kulit pruritus telah mengalami liken
simplekskronis.Tidak ada perbedaan dilaporkan dalam frekuensi antara ras.
Lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.. Kebanyakan terjadi pada
pertengahan akhir dewasa,dengan prevalensi tertinggi pada orang berusia 30-50
tahun (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgin, 2008)

FAKTOR PENCETUS
 Faktor ekterna
1. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi
dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang
tinggi memudahkan seseorang berkeringat sehingga dpat mencetuskan
gatal, hal ini biasanya. menyebabkan neurodermatits sirkumskripta
pada daerah anogenital.
2. Gigitan serangga
Gigitan seranga dapat meyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal
 Faktor Interna
1. Dermatitis Atopi
Asosiasi antara liken simpleks kronik dan gangguan atopik telah banyak
dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis
atopik terkena liken simpleks kronik.
2. Psikologi/ Stres
Stres telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang
mengakibatkan liken simpleks kronik. Stres sebagai bagian dari proses
patologis dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa
neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti : dopamine,
serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal.

ETIOPATOGENESIS
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa
likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat disebabkan
oleh adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi
saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidea, penyakit kulit seperti dermatitis
atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan
tekanan emosi (Hogan,2011)
Pada prurigo nodularis jumlah eosinophil meningkat.Eosinophil berisi
protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel
mast.Jumlah sel Langerhans juga bertambah banyak.Saraf yang berisi CGRP
(calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P), bahan imunoreaktif,
jumlahya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada
neurodermatitis sirkumskripta. SP dan CGRP melepaskan histamine dan sel mast
yang selanjutnya akan memicu pruritus. Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75
pada membran sel Schwan dan sel perineurum meningkat, mungkin ini
menghasilkan hiperplasi neural.(Djuanda Adhi, 2006 ).

Faktor gangguan emosi dan psikologis telah dikaji dalam literatur. Sebuah
studi dari pasien dengan liken simpleks kronikus dan prurigo nodularis
menemukan bahwa setengah dari 46 pasien yang diteliti memiliki riwayat depresi,
kecemasan, dan penyakit psikologis ringan lainnya. Masih belum jelas faktor
emosi merupakan faktor sekunder atau bahkan primer dan kausa dari timbulnya
rasa gatal.Terdapat postulat bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi suasana
hati, seperti dopamin, serotonin, atau peptida opioid memodulasi persepsi rasa
gatal melalui jalur spinal desenden. Gangguan obsesif kompulsif turut dikaitkan
dengan penyakit ini (Hogan,2011).

Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit di daerah yang mudah diakses
untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan
lesi klinis, tetapi patofosiologi yang mendasar tidak diketahui.Beberapa jenis kulit
lebih rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang cenderung menuju kondis
eczema (yaitu, dermatitis atopic). Suatu hubungan antara kemungkinan jaringan
saraf pusat dan perifer dan produk sel inflamasi dalam persiapan gatal di liken
simpleks kronis. Ketegangan emosional pada penderita cenderung mungkin
memainkan peran kunci dalam mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk
menggaruk yang dapat menjadi reflex dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi
primer, factor psikis, dan intensitas pruritus mempengaruhi tingkat dan keparahan
dari liken simpleks kronis (odom RB, 2000; CA holden, 2004).

KLINIS
1. Anamnesis
Anamnesis pada penderita mengeluh gatal pada malam hari dapat
mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada
waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita
merasa enak setelah digaruk setelah luka hilang rasa gatalnya untuk
sementara karena diganti dengan rasa nyeri (Djuanda Adhi,2006)

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa,


sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian
tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan eskoriasi sekitarnya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi. Daerah yang terjadi
likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga
terkadang pasien tidak menyadari menggaruk dan menjadi kebiasaan
(Hogan,2011; Rajalaksmi,2011)

2. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah
berskuama dan menebal, likenifikasi dan eskoriasi sekitarnya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi. Daerah yang terjadi
likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga
terkadang pasien tidak menyadari menggaruk dan menjadi kebiasaan
(Hogan,2011; Rajalaksmi,2011).

Gambar 1. Regio dorsum pedis dextra, tampak plak hiperpigmentasi, soliter,


bentuk oval, ukuran 4 x 6 cm,batas tegas, ireguler, permukaan
likenifikasi, bagian sentral tampak eritem,sebagian erosi multipel,
tepi permukaan ditutupi skuama sedang selapis warna putih.

Letak lesi bisa timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di
scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki
bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen
nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau
dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis
(Hogan,2011)

Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat


garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suat tempat.Lesi
berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan
skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap.Lesi biasanya
multiple, lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa milimeter
sampai 2 cm. Temuan histopatologi pada liken simpleks kronis adalah hyperplasia
epidermal, orthokeratosis, dan hipergranulosis dengan pemanjangan regular.
Ditemukan sebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah
dermis bagian atas fibroblast bertambah kolagenmenebal (Hogan,2011)
Gambar 2 . Gambaran Likenifikasi (Susan Burgin, 2008)

 Lichen simplex chronicus pada pergelangan kaki. permukaan kasar


tergores (mengkritik), kulit menebal hiperpigmentasi)
 Liken simplek kronis, batas tegas, terdapat hiperpigmentasi
KLASIFIKASI
Dermatitis Atopik (DA)
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Kelainan biasanya bersifat familial, dengan riwayat atopi
pada diri sendiri ataupun keluarganya. Istilah atopi berasal dari kata atopos (out of
place). Atopi ialah kelainan dengan dasar genetik yang ditandai oleh
kecenderungan individu untuk membentuk antibodi berupa imunoglobulin E (IgE)
spesifik bila berhadapan dengan alergen yang umum dijumpai, serta
kecenderungan untuk mendapatkan penyakit-penyakit asma, rhinitis alergika dan
DA.
Dermatitis Seboroik (DS)
Dermatitis Seboroik (DS) merupakan dermatitis dengan distribusi
terutama di daerah yang kaya kelenjar sebasea. Lesi umumnya simetris, dimulai di
daerah yang berambut dan meluas meliputi skalp, alis, lipat nasolabial, belakang
telinga, dada, aksila dan daerah lipatan kulit. Penyebab pasti DS belum diketahui,
walaupun banyak faktor dianggap berperan, termasuk faktor hormonal, genetik
dan lingkungan. DS dianggap merupakan respons inflamasi terhadap organisme
Pityrosporum ovale.
Intertrigo (Dermatitis Intertriginosa/DI)
Intertrigo merupakan istilah umum untuk kelainan kulit di daerah
lipatan/intertriginosa, yang dapat berupa inflamasi maupun infeksi bakteri atau
jamur. Sebagai faktor predisposisi ialah keringat/kelembaban, kegemukan,
gesekan antar 2 permukaan kulit dan oklusi. Dalam kondisi seperti ini, mudah
sekali terjadi superinfeksi oleh Candida albicans, yang ditandai oleh eritema
berwarna merah-gelap, dapat disertai papulpapul eritematosa di sekitarnya (lesi
satelit).
Dermatitis Numularis (DN)
Dermatitis Numularis (DN) ditandai oleh bercak yang sangat gatal,
bersisik, berbentuk bulat, berbatas tegas (berbeda dari dermatitis pada umumnya),
dengan vesikel-vesikel kecil di bagian tepi lesi. Pada DN sering dijumpai
penyembuhan pada bagian tengah lesi (central clearing), tetapi secara klinis
berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler
dengan batas relatif kurang tegas.
Neurodermatitis = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Patogenesisnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang
hebat, misalnya pada insect bite. Likenifikasi ini merupakan respons kulit
terhadap gosokan dan garukan yang berulang-ulang. Oleh karena itu, proses
likenifikasi sering dijumpai pada individu dengan riwayat atopik karena kelompok
tersebut mempunyai ambang rasa gatal yang relatif lebih rendah. Dianggap
terdapat variasi rasial dalam hal kemampuan seseorang untuk bereaksi likenifikasi
ini dan dikatakan reaksi lebih sering terjadi pada ras Mongol. Diagnosis LSC
digunakan bila pada seorang pasien dijumpai likenifikasi tanpa ada predisposisi
atopik sebagai dasa.
Prurigo Nodularis
Kelainan sering dijumpai pada ras oriental dan umumnya pada anak-anak.
Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi sebagian ahli menganggap kelainan ini
sebagai varian LSC
Dermatitis Asteatotik (DAst)
Dermatitis Asteatotik (DAst) disebut juga sebagai xerosis = eczema
craquele = winter itch. Gambaran klinisnya karakteristik ditandai oleh skuama
halus, kering dan kulit yang pecah-pecah, yang dapat mengalami inflamasi dan
menjadi kemerahan. Kelainan umumnya terjadi di tungkai bawah. DAst lebih
sering dijumpai pada wanita usia pertengahan ke atas (Susan Burgin, 2008).
DIAGNOSIS
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih.
Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya
rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki.Eritema biasanya muncul pada awal lesi.Rasa gatal muncul pada
saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya
gatal timbul intermiten. (Wolff Klauss, A Lowell. et.all)
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan
terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi (Wolff
Klauss, A Lowell. et.all)
Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete
ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis. (Djuanda
Adhi, 2006)

DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh
bahan kimia yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik,
pada kasus penderita umumnya mengeluh gatal pad daerah pajanan.Kelainan kulit
tergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya.Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritematous yang berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema,
papulovesikel, vesikel atau bulla.Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi. Pada fase kronik kulit terlihat kering,
skuama,papul,likenifikasi, fisura, berbatas tidak tegas (Djuanda Adhi, 2006)
Plak psoriasis
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan
karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan,skuama
yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner. Lokasi terbanyak ditemukan didaerah ekstensor.Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa telah mendapatkan bahwa
penyakit ini bersifat autoimun, dan residif (Wolff Klauss, A Lowell. et.all.)
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik merupakan gangguan papuloskuamosa yang terdapat
pada daerah kaya sebum seperti kulit kepala, wajah dan punggung.Dermatitis ini
berhubungan dengan malassezia, abnormalitas imunologis, dan aktivasi dari
komplemen.Berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea.Biasa terjadi
pada bayi umur bulan pertama dan mencapai puncak pada umur 18-40
tahun.Kelainan kulit terdiri atas eritema dam skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas (Djuanda Adhi, 2006).
Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna
kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas.Sering ditemukan
pada permukaan fleksor dari ekstremitas, genitalia dan membrane mukus.Mirip
dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul
yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah
biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Gambaran histopatologi: papul
menunjukkan penebalan lapisan granuloma, degenrasi mencair membrane basal
dan sel basal. Dapat pula ditemukan infiltrate seperti pita yang terdiri dari limfosit
dan histiosit pada lapisan dermis bagian atas (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgin,
2008)
Dermatitis atopi
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan
kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan.Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa
plak papuler, eritematosa, dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal. Lokasi
dermatitis atopik pada lipat siku dan lipat lutut (fleksor) hilang pada usia 2 tahun,
pada neurodermatitis sirkumskripta pada siku dan punggung kaki (ekstensor) dan
berlanjut sampai tua (Susan Burgin,2008; CA Holden, 2004).
Tinea corporis
Kelainan kulit yang berbatas tegas, dengan pinggir aktif dan bagian
tengah relative tenang ( Siregar,2008)

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer adalah
untuk mengurangi pruritus dan meminimalkan lesi yang ada dan menghindarkan
pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan
antipruritus, glukokortikoid topikal atau intralesional, atau produk-produk tar,
konsultasi psikiatrik, dan mengobati pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine,
atau capsaicin (Wolff Klauss, A Lowell. et.all)

Steroid topical (Richards, 2010)


Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan
gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya.Karena lesinya
kronik.Pentalaksanaannya biasanya lama.Pada lesi yang besar dan aktif, steroid
potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut.Tidak
direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan
wajah).Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih
tebal
1. Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis
protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.6,9
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler

4. Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%


Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel.
Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.

Obat oral anti anxietas , Sedasi, dan antidepresi obat oral dan anti anxietas dapat
dipertimbangkan pada beberapa pasien.Menurut kebuthan individual, penatalaksanaan
dapat dijadwalkan setiap hari, pada ssat pasien tidur, atau keduanya.Antihistamin seperti
dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan.Doxepin dan clonazepam dapat
dipertimbangkan pada beberapa kasus. Amitriptilin merupakan antidepresi
trisiklikAmitriptilin bekerja dengan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter
di otak.Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih
resposif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin.Senyawa ini juga
mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat.Obat ini penggunanaya
untuk memperbaiki kualitas tidur.Pada pemberian oral, Amitriptilin diaborpsi dengan
baik, kurang lebih 90% berkaitan dengan protein plasma dan tersebar luas dalam jaringan
dan susunan saraf pusat. Metabolisme di hati berlngsung lambat dan waktu paruh 10,3-
25,3 jam, kemudian diekskresi bersama urin (Stewarts, 2010).
Agen anti pruritus
Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamine
secara endogen.Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau sedative dan merangsang
untuk tidur.Obat topical menstabilisasi membrane neuron dan mencegah inisiasi dan
transmisi implus saraf sehingga memberi aksi anestesi lokal.
1. Dipenhidramin.
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan histamine.
2. Cholorpheniramine
Bekerja sama dengan histamine atau permukaan reseptor H1 pada sel efektor di
pembuluh darah dan traktus respiratori.
3. Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer.Dapat menekan aktifitas histamine diregion
subkortikal system sraf pusat
4. Klonazepam
Untuk anxietas yang disertai pruritus.Berikatan dengan reseptorreseptor di SSP,
termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular.Efeknya bisa dimediasi
melalui reseptor GABA.

Agen imunosupresor
Tacrolimus, Mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak diketahui.
Dapat mengurangi gatal dan peradangan dengan menekan pelepasan sitokin dari sel T.
juga menghambat transkripsi gen yang mengkode IL-3, IL-4, IL5, GM-CSF, dan TNF-
alfa, yang semuanya terlibat dalam aktivasi sel T derajat dini. Juga dapat menghambat
pelepasan mediator sel mast dan basofil kulit dan mengurangi regulasi ekspresi FCeRI
pada sel langerhans.Obat dari kelas ini lebih mahal dari kortikosteroid topikal.Terdapat
dalam bentuk ointment dalam konsentrasi 0.03% dan 0.1%.indikasi apabila pilihan terapi
yang lain tidak berhasil.
Immunodilator
Berasal dari ascomycin, suatu bahan alami yang diproduksi oleh jamur
streptomyces hygroscopicus var asmyeticus, bekerja menghambat produksi dan pelepasan
sitokin inflamasi dari sel T teraktivasi secara selektif dan berikatan dengan reseptor
imunofilin sitosolik makrofilin 12 (cytosolic immunophili receptor macrophilin-
12).Menghambat kompleks yang menghambat kalsineurin fofatase, yang kemudian
memblokir aktivasi sel T dan pelepasan sitokin.Atropi kutaneus tidak didapati pada
percobaan klinis yang merupakan kelebihan terhadap kortikosteroid topical. Indikasi
apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil (Wolff Klauss, A Lowell. et.all)

PROGNOSIS
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :
1. Lesi bisa sembuh dengan sempurna.
2. Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan
pigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.
3. Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan
emosional yang meningkat.
4. Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat
membantu untuk mengurangi proses likenifikasi.
5. Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi
pasien.Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul
kembali. Pencegahan pada tahap awal dapat menghambat proses
penyakit ini (Pedoman diagnosis, 2007)

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi. Neurodermatitis Sirkumskripta. Dalam: Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi kelima.2006 Jakarta:FKUI:h. 147 148.
Hogan D J, Mason S H. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari
www.emedicine.com2Mei 2013.
Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema,
andnoninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrew¶s
Diseasesof The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia:
WBSaunders: 2000: 69-94
Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah Denpasar tahun 2007.
Rajalakshmi R, Thappa DM, Jaisankar TJ, et al. Lichen
simplexchronicus of anogenital region: Aclinico-etiological
study. Indian J Dermat ol Venereol Leprol 2011 Jan-Feb;
77(1):28-36
Richards R N. Update on intralesional steroid: focus on dermatoses.J
Cutan Med Surg 2010 Jan-Feb; 14(1)
Siregar.Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Dua. 2004.
Jakarta: EGC. Stewart KM. Clinical care of vulvar pruritus, with
emphasis on onecommon cause, lichen simplex chronicus.Dermat
ol Clin 2010 Oct ;28(4):669-80
Susan Burgin, MD.Numular Eczema and Lichen Simplex
Chronic/Prurigo Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ,
Woff K,Freedberg IM, Auten KF, penyunting: Dermatology in
generalmedicine, 7th ed,New York: Mc Graw Hill. 2008: 158-162
Wolff Klauss, A Lowell. et.all. Lichen Simplex Chronicus and Prurigo
Nodularis. In: Fitzpatrick’s Dermatologyin General Medicine7th
Edition volumes 1 & 2. New York: McGraw Hill Medical 2008.
Wolff Klauss. Lichen Simplex Chronicus. In: Fitzpatrick’s Color
Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 6th Edition. New York:
McGraw Hill Medical 2009: p. 42-43

Anda mungkin juga menyukai