Anda di halaman 1dari 7

8.

PENYAJIAN DATA PENELITIAN

Pada umumnya penyajian data dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk
teks (textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam bentuk grafik. Secara
umum penggunaan ketiga bentuk penyajian ini berbeda. Penyajian secara textular biasanya
digunakan untuk penelitian atau data kualitatif, penyajian dengan tabel digunakan untuk data
yang sudah diklasifikasikan dan ditabulasi. Tetapi apabila data akan diperlihatkan atau
dibandingkan secara kuantitatif, maka lebih baik disajikan dalam bentuk grafik. Meskipun
demikian pada praktiknya ketiga bentuk penyajian ini dipakai secara bersama-sama, karena
memang saling melengkapi.

Penyajian cara textular adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat.
Misalnya: Penyebaran penyakit malaria di daerah pedesaan pantai lebih tinggi bila
dibandingkan dengan penduduk pedesaan pedalaman. Penyajian data dalam bentuk tabel
adalah suatu penyajian yang sistematik daripada data numerik, yang tersusun dalam kolom
atau jajaran. Sedangkan penyajian dalam bentuk grafik adalah suatu penyajian data secara
visual. Penyajian hasil penelitian kuantitatif yang sering digunakan adalah bentuk tabel atau
grafik.

1) Penyajian dalam Bentuk Tabel

Berdasarkan penggunaannya, tabel dalam statistik dibedakan menjadi dua, yakni tabel
umum (master table) dan tabel khusus. Tabel umum digunakan untuk tujuan umum, dan
tabel khusus untuk tujuan-tujuan khusus.

a. Tabel Umum

Yang dimaksud tabel umum di sini adalah suatu tabel yang berisi seluruh data atau
variabel hasil penelitian, oleh sebab itu sering juga disebut tabel induk. Pentingnya tabel
ini adalah:

a) Menyajikan data aslinya, sehingga dapat dipakai untuk rujukan tabel khusus.
b) Menjadi sumber keterangan untuk data asli.
c) Sebagai penyusun tabel khusus.
Karena itu tabel umum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Berisi keterangan beraneka ragam tentang subjek yang sama, atau berisi semua
variabel yang diteliti (data yang dikumpulkan).
b) Untuk data kuantitatif berisi angka absolut (bukan persentase).
c) Berisi keterangan yang mudah dipakai untuk rujukan.
d) Data yang dimasukkan masih mentah dan apabila data angka adalah nilai asli dan
belum dibulatkan.

Pada saat ini, dengan adanya komputerisasi pengolahan dan analisis data, maka tabel
umum ini jarang, bahkan hampir sudah tidak digunakan lagi. Namun untuk penelitian
dalam skala kecil, di mana sarana untu komputerisasi belum ada, penggunaan tabel
induk ini masih diperlukan.

Contoh :

CIRI-CIRI PENDERITA DBD PUSKESMAS CAKUNG, 2004

Nama Umur Jenis Kel Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Agama Dst.


Caca
Nana
Rara
Dst.

b. Tabel Khusus

Tabel khusus merupakan penjabaran atau bagian dari tabel umum. Ciri utama dari
tabel khusus ialah angka-angka dapat dibulatkan, dan hanya berisi beberapa variasi saja.
Gunanya tabel khusus ini antara lain untuk menggambarkan penyebaran atau distibusi
suatu variabel dan juga adanya hubungan atau asosiasi khusus dan menyajikan data
terpilih (selective) dalam bentuk sederhana. Tabel ini bentuknya bermacam-macam,
antara lain:

c. Tabel Univariate
Adalah suatu tabel yang mengambarkan penyajian data dalam bentuk distribusi
frekuensi untuk satu variabel saja.

Contoh :

Distribusi Umur Responden, Jakarta, 2004

Umur (dlm tahun) Jumlah Persentase


< 20 6 2,56
20-24 74 31,62
25-29 85 36,32
30-34 48 20,51
35-39 14 5,98
40-44 4 1,70
45+ 3 1,28
Jumlah 234 100,00

d. Tabel Bevariate

Adalah suatu tabel yang menyajikan data dari dua variabel secara silang. Karena itu
tabel ini sering disebut tabel silang (cross tabulation).

Contoh:

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENGETAHUAN DEMAM


BERDARAH DAN PRAKTIK 3M, JAKARTA, 2004

Praktik/pelaksanaan 3M
Pengetahuan Baik Kurang baik Jumlah
Tinggi rendah 149 (87,6%) 21 (12,4%) 170 (78,4%)
21 (48,5%) 23 (51,5%) 44 (100,0%)
Jumlah 160 (100,0%) 44 (21,6%) 214 (100,0%)

Membaca tabel bevariate:


a) Apabila penjumlahan (100,0%) ke arah samping (horisontal), maka cara
interpretasinya ke bawah (vertikal). Tetapi bila penjumlahannya atau 100%-nya ke
arah bawah (vertikal), maka interpretasi atau membacanya ke arah samping
(horisontal).
b) Contoh tabel bevariate di atas dapat dibaca sebagai berikut: Di antara orang-orang
atau responden yang melaksakan 3 M secara baik, maka mereka yang
berpengetahuan tinggi lebih banyak (besar) dibandingkan dengan mereka yang
bepengetahuan rendah (87,6% 48,5%). Sebaliknya responden yang melaksanakan
3M kurang baik, mereka yang berpengetahuan tinggi lebih sedikit dibandingkan
dengan mereka yang berpengetahuan rendah (12,4%: 51,5%).

Dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan hubungan antara praktik atau


pelaksanaan 3M dengan pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah.
Memang kesimpulan ini masih lemah karena hanya dibuktikan secara persentase saja.
Untuk memperoleh bukti apakah ada hubungan bermakna secara statistik, maka perlu
diuji secara statistik, misalnya menggunakan Chia square test, atau “t test".

Tabel bevariate ini mempunyai banyak modifikasi. Di samping menyajikan nilai


mutlak dari data persentase, kadang-kadang setiap variabel terdiri dari subvariabel.

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam tabel khusus ini antara lain:

a) Tabel khusus harus sederhana mungkin; artinya lebih baik membuat dua tabel atau
lebih daripada satu tabel khusus yang padat dan rumit.
b) Tabel khusus harus jelas sehingga mudah dimengerti; artinya, tiap kolom dan baris
harus ada judul yang jelas. Judul tabel harus dapat menjawab pertanyaan: "apa itu,
kapan terjadi, dan di mana".
c) Apabila tabel tersebut diambil dari sumber lain (bukan hasil penelitian sendiri) harus
disebutkan sumbernya atau rujukannya.
2) Judul Tabel

Judul tabel harus "self explanatory" atau mampu menjelaskan data yang disajikan
melalui tabel tersebut yang tercermin dalam judul tabel. Oleh sebab itu judul table, harus
secara implisit menjelaskan:
a. What, tabel tersebut menyajikan data apa.
b. Where, dari mana data tersebut diambil, berarti penelitian tersebut dilakukan di mana.
c. When, kapan data tersebut diambil, berarti juga kapan penelitian tersebut dilaksanakan.

Contoh:

a. Tabel Univariate:

Tabel 4.1
Distribusi Respon Menurut Pelaksanaan PSN, Kecamatan Kedaton, Tangerang,
2005

b. Tabel bevariate:

Tabel 4.10
Distribusi Responden Menurut Pendidikan dan Pelaksanaan PSN,
Kecamatan Kedaton Tangerang, Tahun 2005

3) Penyajian dalam Bentuk Grafis

Penyajian data secara visual dilakukan melalui bentuk grafik, gambar, atau diagram.
Modifikasi bentuk penyajian data dengan grafik ini beraneka ragam, antara lain:

a. Grafik atau diagram garis dan kurva.


b. Diagram bar (bar diagram) atau diagram balok.
c. Diagram area atau diagram ranah.
d. Piktogram (diagram gambard.
e. Histogram dan frekuensi poligon.

Ketentuan umum untuk membuat grafik, diagram, atau gambar data antara lain:

a. Judul grafik, diagram, gambar atau skema harus jelas dan tepat. Judul terletak di atas
gambar atau grafik, dan menggambarkan ciri data, tempat, dan tahun data tersebut
diperoleh (what, where, and when).
b. Garis horisontal maupun garis vertikal sebagai koordinat harus di atas agar garis kurva
tampak jelas.
c. skala pada grafik atau gambar harus ada catatan tentang satuan yang dipakai, misalnya
tahun, hari, kilogram, dan sebagainya.
d. Apabila data dari grafik atau gambar tersebut diambil dari sumber lain (bukan hasil
penelitian sendiri), maka sumber data harus ditulis di bawah kiri grafik atau gambar
tersebut.

Di bawah ini adalah contoh-contoh grafik atau diagram yang dimaksud.

a. Grafik atau Diagram Garis:

b. Bar Diagram:
c. Pie Diagram

d. Piktogram

Anda mungkin juga menyukai