Solusinya Laporan KP
Solusinya Laporan KP
Disusun Oleh :
M. AKHIRUL NOPAN
160102057
Disusun Oleh :
M. AKHIRUL NOPAN
160102057
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin Dosen Pembimbing
i
HALAMAN PENGESAHAN INSTITUSI/INDUSTRI
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan
(MASHURI)
Mengesahkan,
ii
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan Kerja Praktik ini masih
banyak terdapat kekurangan, baik dalam penulisan maupun penjelasan suatu
masalah, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kemajuan yang lebih baik nantinya. Semoga laporan Kerja Praktek ini
bermanfaat bagi semua pembacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
iv
2.5 Sistem Pemeliharaan Pabrik ................................................................... 32
2.6 Mekanisme Tribology ............................................................................. 37
2.7 Maksud dan Tujuan Manajemen Pemeliharaan Pabrik .......................... 39
BAB III ................................................................................................................. 40
LAMPIRAN.......................................................................................................... 60
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.30: Daerah pembagian tentang perbandingan jumlah kerusakan......... 35
Gambar 2.31: Struktur dari Maintenance.............................................................. 37
Gambar 3.1: Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek (PT. Inecda Plantation) .. 40
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Kriteria persyaratan mutu dan komposisi panen yang ideal ................. 6
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
Plantation tempat tinggal/ mesh untuk kariawan perusahaan yang berasal dari luar
daerah yang di utamakan, dan tidak hanya tempat tinggal yang di beri, pihak
pabrik juga memberikan atau memfasilitasi listrik dan air bersih yang di berikan
kepada setiap rumah itu secara gratis.
Tabel 2.1: Kriteria persyaratan mutu dan komposisi panen yang ideal
Buah luar komposisi panen
Fraksi Kematangan
membrondol ideal
Fraksi 00 Sangat mentah Tidak Ada Tidak Boleh Ada
Fraksi 0 Mentah 0 - 12,5 % Tidak Boleh Ada
8
2.4.5 Lori
Lori adalah wadah yang digunakan untuk membawa TBS dari loading
ramp ke steriliser. Dinding lori dibuat berlubang agar uap dapat masuk melalui
celah-celah TBS sehingga perebusan dapat berlangsung secara merata.. Jumlah
lori pada pabrik ini ± 100 unit dengan berat lori 1500 Kg dan kapasitas
masing–masing lori adalah 2500 Kg.
9
A. Capstan
Capstan adalah alat untuk menarik rangkaian lori baik lori kosong
maupun lori berisi TBS. Capstan digerakkan oleh motor listrik dengan
perantaraan transmisi roda gigi (mereduksi putaran). Capstan dijalankan
dengan cara melilitkan tali seling secara teratur,
B. Transfer Carriage
Transfer Cariage berfungsi untuk memindahkan Lori yang telah berisi
TBS ke Railtrack menuju rebusan. Transfer Cariage bergerak di atas rel
dan hanya dapat memuat satu buah Lori.
A. Tipler Station
Tipler Station digunakan untuk menuangkan buah yang telah di rebus ke
dalam Hopper Auto Feeder yang selanjutnya akan di bawa oleh Scraper
Conveyor dan selanjutnya di masukan ke dalam Thresher oleh Bunch
Conveyor. Tipler hanya dapat dapat memuat 1 buah Lori ke dalamnya,
kemudian Tipler akan diputar hingga buah sawit yang berada di dalam Lori
tersebut habis tertuang ke dalam Hopper Auto Feeder.
C. Thresher
Buah rebusan dari Sterilizer di distribusikan ke Thresher melalui
Conveyor untuk selanjutnya dipisahkan antara brondolan dengan
tandannya. Proses pemipilan dilakukan di dalam drum berputar (Rotary
12
1. Inlet
Inlet terpasang di atas Casing/Body Screw Press. Berfungsi sebagai
penghubung Digester ke Screw Press untuk tempat masuknya biji buah sawit
yang telah mengalami proses pencincangan dari Digester.
14
2. Casing/Body
Casing/Body Screw Press terbuat dari plat Mild Steel minimal 10 mm
berbentuk kotak dengan dilengkapi pintu sebelah kanan, kiri dan atas. Di
bagian atas ada 2 pintu yaitu 1 pintu untuk melihat kondisi Press silinder dan
satu pintu atau lubang untuk menghubungkan Screw Press dengan corong
umpan dari Digester yang disebut Inlet.
3. Worm Screw
Worm Screw terdapat di dalam Press silinder yang berada di dalam
Casing/Body Mesin Screw Press. Worm Screw terbuat dari bahan baja
tuang dengan ukuran yang berbeda tergantung kapasitas olah yang dapat
dilakukan oleh Screw Press. Satuan kapasitas Screw Press adalah Ton
TBS/Jam. Umumnya dalam membeli Spare Part Screw di pasaran
15
ditentukan jam kerja yang mampu dicapai alat tersebut hingga penggantian
berikutnya (kecuali jika Screw patah).
4. Press Silinder
Press Silinder atau disebut juga Press Cage terdapat di dalam
Casing/Body Mesin Screw Press. Terbuat dari plat baja yang diperkuat
dengan tulangan plat Mild Steel setebal 8 mm. Press silinder berbentuk kaca
mata yang bagian tengahnya terhubung. Press silinder dapat juga disebut
saringan, dimana Fiber/serabut daging buah sawit tidak terbawa ke cairan
minyak yang telah mengalami pengepresan.
6. Gearbox
Gearbox terdapat dibagian belakang Body Screw Press yang di dalamnya
terdapat Primary dan Secondary Screw yang dihubungkan dengan Gear agar
putaran Double Screw saling berlawanan arah. Disisi Gearbox umumnya
dilengkapi dengan selang Sight Glass untuk melihat level pelumas dari luar
dan dilengkapi dengan lubang dibagian atas untuk melihat kondisi bantalan.
7. Motor Listrik
Motor listrik terdapat di belakang Gearbox mesin Screw Press sebagai
sumber gerakan yang berfungsi untuk menggerakan mesin Double Screw
Press, dihidupkan melalui panel kendali sekaligus sistem hidroliknya.
memutar puli melalui poros motor dengan daya 30 Kw dengan putaran 1450
rpm. Pulli menggerakkan sabuk menghantarkan putaran ke pulli yang
terpasang pada poros yang menghubungkan ke Gear Reduser dan Gear
Reduser digerakkan poros utama yang dihubungkan dengan kopling.
Poros utama menggerakkan roda gigi perantara yang mengakibatkan
kedua poros berulir akan bergerak berlawanan arah dengan putaran yang
sama. Pada bagian akhir ulir terdapat dua buah konus yang digerakkan
dengan bantuan sistem hidrolik dengan gerakan maju mundur sesuai dengan
tekanan yang dibutuhkan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
pengepresan dan tekanannya sebesar 40-60 bar. Minyak yang dihasilkan oleh
mesin press di alirkan ke Oil Vibrating Scren dan kemudian di alirkan ke
Crude Oil Tank untuk di proses lebih lanjut, sedangkan serabut dan biji buah
sawit yang masih mengandung 6% minyak di alirkan ke Cake Breaker
Conveyor untuk proses selanjutnya.
Motor listrik memutar poros Screw Press yang direduksi
(dikurangkan) putarannya dari 1450 menjadi 9-11 rpm melalui Speed
Reduser. Kapasitas Screw Press yang direncanakan harus sesuaikan dengan
kapasitas olahan pabrik. Dalam menentukan kapasitas 15 ton TBS / jam
Screw Press yang dipergunakan maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1) Sebelum kelapa sawit masuk kedalam Screw Press masa awal buah kelepa
sawit telah berkurang. Hal ini disebabkan karena berlangsungnya proses
penebahan pada mesin Thresher / Stripper. Massa sawit yang berkurang
yang dimaksud adalah berupa tandan kosong yang dipindahkan dengan
konveyor.
2) Untuk memperoleh hasil Pressing yang baik yakni minyak sawit keluar
semua maka perlu diperhatikan bahwah Screw Press harus dalam keadaan
selalu penuh. Kondisi ini dibutuhkan untuk memperoleh efisiensi yang
lebih baik dari penekanan yang dilakukan sebab jika banyak ruang kosong
pada saat penekanan maka tidak berlangsung maksimal.
18
E. Pengadukan (Digester)
Digester berasal dari kata dasar “digest” yang berarti mencabik, jadi yang
dimaksud dengan mesin digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mencabik
sambil mengaduk, dalam hal ini yang diaduk adalah buah sawit yang telah lepas (rontok)
dari tandannya setelah melewati stasiun threshing. Lalu buah sawit yang telah menjadi
berondolan tersebut dilumatkan dengan cara disayat-sayat daging buahnya dan
diaduk dalam ketel adukan (digester). Buah menjadi hancur akibat adukan pisau-pisau
(stirring arm) yang berputar sekitar 25-26 rpm sehingga buah bergesekan dengan pisau
digester dan dinding digester. Proses pengadukan dalam digester dibantu oleh uap
(steam) yang berasal dari Back Preassure Vessel (BPV) dengan suhu uap sebesar 90
0
C. Uap tersebut dimasukkan kedalam, digester dengan cara diinjeksikan menggunakan
2
pipa uap. Uap (steam) tersebut bertekanan 3 kg/cm . Pengadukan dalam digester
berlangsung selama 30 menit supaya daging buah sawit tercabik sempurna. Minyak yang
mulai keluar dari bottom bearing digester ditampung ditalang minyak untuk selanjutnya
di kirim ke vibrating sceen. Setelah sampai pada tingkat terbawah maka buah sawit
selanjutnya di kirim oleh expeller arm ke bagian chute untuk selanjutnya diperas
minyaknya di mesin pengempa (screw press). Buah yang diperas berupa lumatan buah
sawit yang disayat-sayat dimana struktur jaringan buah telah rusak dan membuka sel sel
yang mengandung inti minyak, daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari biji (nut),
serat-serat buah harus masih jelas kelihatan dan bersifat homogen
20
Gambar 2.16: Instalasi Digester dan Screw Press pada Pabrik Kelapa Sawit
Tujuan utama dari proses pengadukan adalah untuk mempersiapkan daging buah
untuk di-press, sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah
dengan kerugian yang sekecil-kecilnya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan syarat-
syarat sebagai berikut :
a. Pengadukan harus menghasilkan cincangan yang baik sehingga daging
buah terlepas seluruhnya dari bijinya dan tidak boleh ada lagi terdapat
buah yang utuh, dimana daging buah masih melekat pada bijinya.
b. Pengadukan harus menghasilkan massa yang sama rata, dan biji-biji
tidak boleh terpisah dari daging buah dan turun ke bagian bawah ketel.
c. Daging buah tidak boleh teremas terlalu lumat menjadi bubur, harus
tampak struktur serabut dari daging buah.
Penelitian terhadap syarat-syarat diatas adalah penting sekali, sebagian
besar diperoleh dari penglihatan dan pengamatan minyak yang keluar dari bejana
pengadukan. Untuk mencapai hasil pengadukan yang baik maka pengadukan harus
dilakukan pada digester yang berisi 75 persen saja. Jika digester hanya terisi 75 persen,
maka tekanan yang ditimbulkan oleh beban berat isian itu sendiri mempertinggi gaya-
gaya gesekan yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal. Jangka
waktu pengadukan yang dialami oleh digester sebelum dikempa atau di-press juga
merupakan faktor yang cukup penting untuk dapat memenuhi syarat-syarat
21
pengadukan yang baik. Semakin banyak isian suatu digester maka semakin
lama buah teraduk sebelum masuk ke screw press.
F. Pengempaan (Presser)
Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari adukan hasil
output digester, dimana buah-buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau-pisau stirring arm di digester dimasukkan ke dalam
feed screw conveyor dan mendorongnya masuk ke dalam mesin pengempa
(twin screw press), seperti dijelaskan pada gambar 2.10.
masih terbawa oleh minyak dari Sand Trap Tank. Saringan getar ini terdiri
dari satu tingkat, saringan ini menggunakan 2 jenis mesh, yaitu: mesh 20 dan
mesh 30, yang artinya setiap satu inci terdapat 20 dan 30 jumlah lubang.
F. Vacum Dryer
Alat ini berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak sampai batas
maksimum 0,15 %. Uap air yang terkandung dalam minyak akan terhisap
pada tekanan dibawah atmosfir dengan menggunakan pompa vakum. Kondisi
vakum dijaga pada tekanan 0,8 bar. Proses pemvakuman di lakukan dengan
bantuan pompa air
G. Storage Tank
Storage Tank berfungsi sebagai tempat penimbunan CPO sementara
sebelum di kirim ke konsumen. Temperatur Storage Tank dijaga sekitar 45 –
o
55 C dengan pemanasan sistem Coil supaya minyak tidak membeku.
J. Buffer Tank
Alat ini digunakan untuk menampung Sludge dari Vibro Single Deck dan
akan di proses selanjutnya ke Sludge Separator. Kondisi operasi
o
dipertahankan pada temperatur 90 - 95 C. Buffer Tank berfungsi untuk
mengendapkan Sludge dari minyak.
K. Sludge Separator
Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak dari Sludge, kotoran dan air
dengan gaya sentrifugal. Fraksi padat dan cair dengan berat jenis yang lebih
berat akan terlempar kearah dinding Bowl di keluarkan melalui Nozzle untuk
di alirkan ke Fat Pit, sedang minyak akan keluar melalui saluran yang
berbeda akan di alirkan ke Reclaimed Oil Tank dan diumpankan kembali ke
VCT
25
L. Fat Pit
Fat Pit berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak yang terakhir hasil
Blow Down dari stasiun klarifikasi. Pengutipan minyak dilakukan dengan
System Over Flow (aliran limbah).
E. Ripple Mill
Ripple Mill adalah alat pemecah Nut. Ripple Mill terdiri dari dua bagian
yaitu Rotating rotor dan Stasionary Plate. Pemecahan Nut dilakukan dengan
cara menggilas Nut dengan rotor pada Stasionary Plate. Setelah nut pecah,
campuran pecahan (shell dan kernel) tersebut jatuh pada Cracked Mixture
28
H. Hydro Cyclone
Hydro Cyclone merupakan tempat pemisahan cangkang, inti utuh dan inti
pecah. Proses pemisahan terjadi karena adanya perbedaan berat jenis antara
inti dengan cangkang dengan bantuan larutan CaC03 (Caulin). Pemisahan
didasari oleh perbedaan berat jenis antara Kernel (BJ = 1,07) dan cangkang
(BJ = 1,3). Campuran antara Kernel dan cangkang di masukkan ke dalarn
cairan Kaolin (BJ = 1,2) yang bebas pasir sehingga kernel akan terapung dan
cangkang akan tenggelam.
I. Kernel Silo
Kernel Silo adalah silinder tegak yang berlubang-lubang tempat
menimbun dan pengering kernel sebelum dijual ke pelanggan. Pengeringan
dilakukan dengan memberikan temperature yang berbeda-beda pada tiap
o
tingkatnya, tingkat atas memiliki temperature 60 C, tingkat tengah memiliki
o o
temperature 70 C, dan tingkat bawah memiliki temperature 50 C.
A. Clarifier Tank
Clarifier Tank berfungsi sebagai alat penjernihan air. Bahan kimia yang
digunakan yaitu tawas (Al2 (S04)3 18H2O) dan soda ash (Na2CO3).
B. Bak Sediment
Air yang berasal dari Clarifier Tank dialirkan ke bak Sediment. Bak ini
merupakan tempat yang digunakan untuk penampungan dan pengendapan
kotoran yang masih terbawa dari Clarifier Tank.
C. Sand Filter
Sand Filter berfungsi untuk mengurangi lumpur yang terikut dalam air
proses. Untuk menyaring air digunakan media yang terbuat dari pasir kuarsa
dengan ukuran yang berbeda.
alat (Corder A.S, 1992, hlm 4). Pada mulanya semua industri
menggunakan sistem ini. Jika industri memakai sistem ini maka kerusakan
mesin akan berulang dan frekuensi kerusakannya sama setiap tahunnya.
Industri yang menggunakan sistem ini dianjurkan menyiapkan cadangan
mesin (stand by machine) bagi mesin-mesin yang vital. Sifat lain dari
sistem ini adalah data dan file informasi, dimana data dan file informasi
perbaikan mesin/peralatan harus tetap dijaga.
Pada sistem ini untuk pembongkaran tahunan tidak ada karena pada
saat dilakukan penyetelan dan perbaikan, unit-unit cadanganlah yang
dipakai. Sistem Breakdown Maintenance ini sudah banyak ditinggalkan
oleh industri-industri karena sudah ketinggalan zaman karena tidak
sistematik secara keseluruhannya dan banyak mengeluarkan biaya.
lembur. Lebih sering unsur biaya pokok adalah biaya berhenti untuk
reparasi. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada mesin walaupun reparasi
dilakukan secara cepat akan menghentikan operasi, para karyawan dan
mesin menganggur, produksi terganggu bahkan dapat menghentikan
jalannya produksi.
Pemeliharaan korektif merupakan perbaikan peningkatan
kemampuan peralatan mesin kedepan karena kegagalan atau pengurangan
kemampuan mesin selama pemeliharaan preventive dikerjakan atau
sebaliknya, demi perbaikan mesin dan optimal dalam penggunaannya.
Pemeliharaan korektif terdiri dari beberapa bagian seperti :
1. Perbaikan karena rusak.
Bagian ini fokus dengan perbaikan pada bagian kerusakan
peralatan supaya kembali kepada kondisi operasionalnya.
2. Overhaul.
Bagian ini fokus dengan perbaikan atau memulihkan kembali
(restoring) peralatan ke keadaan yang semula yang dapat
dipergunakan (complete serviceable) untuk seluruh peralatan di
pabrik tersebut.
3. Salvage.
Bagian ini fokus dengan pembuangan dari material yang tidak
dapat diperbaiki dan pemanfaatan material yang masih bisa dipakai
dari peralatan yang tidak dapat diperbaiki pada overhaul, perbaikan
karena rusak dan rebuild programs.
4. Servicing.
Tipe bagian pemeliharaan korektif ini mungkin dibutuhkan karena
adanya tindakan pemeliharaan korektif, seperti pengelasan, dan
lainnya.
5. Rebuild.
Bagian ini fokus dengan pemulihkan kembali (restoring) peralatan
ke keadaan yang standard sedekat mungkin ke keadaan aslinya
berkenaan dengan keadaan fisik, daya guna dan perpanjangan masa
36
Dari gambar 2.30 diatas dapat dilihat bahwa suatu peralataan baru
mempunyai suatu kemungkinan kegagalan atau kerusakan yang tinggi. Hal
ini disebabkan kelalaian pekerja dan atau kerusakan internal komponen
dari pabrik pembuat alat (ini disebut kegagalan produk). Tingkat
kerusakan alat akan menurun setelah pekerja mulai terbiasa menggunakan
alat tersebut. Setelah melewati masa kritis, alat akan semakin sering
mengalami gangguan, sehingga perbaikan akan semakin sering dilakukan,
sampai masa pakai (lifetime) alat tersebut habis. Pada masa ini artinya alat
sudah tidak mungkin diperbaiki lagi (Modul panduan P2K3) Pada awal
periode, kemungkinan terjadinya kerusakan dari peralatan tersebut menjadi
tinggi karena masalah instalasi pemakaian di awal minggu. Setelah periode
ini kemungkinan kegagalan relatif rendah. Setelah peralatan berjalan
dengan normal, maka tingkat kerusakan akan stabil dan meningkat
kembali seiring berjalannya waktu (Mobley, 2004, hlm 3). Menurut
Mobley dalam bukunya Maintenance Fundamentals Edisi 2, 2004, bahwa
pemeliharaan atau maintenance dapat digolongkan menjadi tiga tipe
bagian besar pemeliharaan,
38
suatu hukum yang dapat memprediksi terjadinya keausan pada material yang
saling bergesekan. J. F. Archard menamai hukum itu dengan dirinya sendiri, yaitu
hukum keausan Archard (Archard wear law). Berdasarkan hukum keausan
Archard tentang hukum keausan (wear law) bahwa persamaan untuk mendapatkan
volume keausan diperoleh dari (Stachowiak, hlm 477):
V = K Ar L = K L ................................... (2.1)
Dimana :
V = Volume keausan (m3)
L = Jarak lintas meluncur (m)
W = Beban (N)
K = Koefisien keausan
H = Kekerasan material (Pascal, N/m2)
Ar = Area kontak (m2)
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Objek Kerja
Praktek
Ya
Pengumpulan Data
Tidak
Cukup
Ya
Penulisan Laporan
Revisi
Ya
Selesai
Gambar 3.1: Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek (PT. Inecda Plantation)
42
C. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahap awal dalam pelaksanaan kerja Praktek.
Studi literatur dilakukan dengan cara memahami informasi dari teori yang
berkaitan dengan topik tugas khusus dan penyelesaian laporan serta
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan batasan masalah yang akan
dibahas dan pencarian artikel maupun jurnal-jurnal yang berhubungan dengan
pengkajian.
E. Pengumpulan Data
Yang diawali dengan peninjauan ke lokasi tempat terjadi masalah
kemudian dilakukan pencatatan. Data Pemeliharaan dan Perbaikan pada
screw press dilakukan pengumpulan data. Biaya suku cadang dalam hal ini di
abaikan.
43
F. Penulisan Laporan
Setelah didapatkan data tentang permasalahan yang dibahas, selanjutnya
data di susun tentang Pemeliharaan dan perbaikan apa saja yang dilakukan
selama proses Pemeliharaan dan perbaikan alat itu berlangsung.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.2: Skema diagram pada stasiun press di PKS PT.Inecda Plantation
45
A. Pemeliharaaan harian
1) Pembersian bagian luar mesin.
2) Pengecekan baut.
3) Pertahankan oli level minyak pelumas, hindari kebocoran.
4) Periksa/hindarai kebocoran-kebocoran.
5) Penambahan Grease pada Lubrican Tube.
B. Pemeliharaan Mingguan
1) Periksa/hindari kebocoran-kebocoran.
2) Pelumasan Chain Sprocket
3) Corong pintu Degister di lumasi.
4) Bersihkan bagian luar dan dalam.
5) Periksa L/R Lock Nut.
6) Periksa Packing pada Frame.
C. Pemeliharaan Bulanan
1) Periksa Oil Seal Thrust Bearing.
2) Periksa Thrust Bearing.
3) Periksa bushing-bushing main Shaft.
4) Periksa main Shaft.
5) Periksa Intermediate Gear/Spie.
6) Perhatikan ulir pada End Shaft.
7) Periksa dimensi pada Worm Screw L/R.
8) Periksa performasi pada (control diameter lobang dan ketebalan
plat).
9) Periksa Press Cage (control diameter lobang dan ketebalan plat).
D. Pemeliharaan Tahunan
1) Ganti oli level minyak pelumas setiap 7500 jam kerja.
2) Ganti/cuci Greasa pada Lubricant Tube setiap 7500 jam kerja.
3) Ganti Bearing setiap 7500 jam kerja.
46
C. Pemeliharaan V-belt
Perawatan V-belt ini adalah perawatan yang sangat mudah sekali,
pemeliharaannya ini hanya melakukan pengecekan ketegangan V-belt dan
melakukan sedikit pelumasan pada V-belt yang agak mulai aus yakni dengan
memberikan sedikit Grease pada permukaan V-belt yang bergesekan.
Gambar 4.6: proses perbaikan worm screw press menggunakan las listrik
Karena keausan yang terjadi pada worm screw press di pabrik PT. Inecda
Plantation tidak sesuai dengan rekomendasi waktu pemakaian dari pabrik
pembuatannya membuat jadwal pembelian spare part atau worm screw press baru
menjadi tidak stabil. Hal ini dapat membuat terganggunya proses produksi pabrik
karena kerusakan atau keausan pada worm screw press tidak dapat diperkirakan.
Hal ini membuat bagian teknik, terkhusus bengkel reparasi mengerjakan
49
perbaikan sementara terhadap worm screw press yang sudah aus tersebut,
menunggu kedatangan worm screw press yang baru. Adapun perbaikan yang
dikerjakan oleh karyawan bengkel adalah mengelas (menambah ketebalan /
Rebuild) yang dikerjakan pada permukaan worm screw press yang mengalami
keausan paling besar, yaitu pada ulir terluar dengan menggunakan las listrik.
Penambahan ketebalan worm screw press dengan metode pengelasan listrik ini
hanya dikerjakan pada bagian ulir terdepan saja.
Karena ulir ini yang mengalami keausan terbesar, tidak pada keseluruhan
ulir. Hasil worm screw press setelah mengalami perbaikan penambahan ketebalan
oleh bengkel reparasi dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.7: Hasil perbaikan worm screw press yang telah dikerjakan oleh
Bengkel Reparasi
Tabel 4.3: Tabel Sifat Fisis dan Mekanis material Cast Iron.
No Sifat Fisis Nilai Satuan
1 Modulus Elastisitas (E) 124 GPa
2 Kuat Tarik 276 MPa
3 Density 0,0076 Kg/m³
4 Yield Strenght 600 N/mm²
5 Ultimate Tensile Streght 950 N/mm²
6 Thermal conductivity 53,3 W/m.K
7 Thermal Expansion Coefficient 9,0x10¯⁶
8 Specific Heat 490 J/kg.K
Sumber: screw press catalogue RRCS-2B
52
V=KL
Dimana : V = Volume keausan (m3)
L = Jarak lintas meluncur π dk = π.285 = 894,9 mm
= 0,8949 m
W= Beban = P x πr²sawit (dgn Dbiji sawit ≈ 20 mm)
Apermukaan ulir = (πr2 )ulir - (πr2 )poros
Apermukaan ulir = (π . 0,1525² ) – (π . 0,055²) = 0,063558 m²
Luas buah sawit = πr² = π . 0,0075² = 0,000314 m²
Maka total tekanan dari konus yang diterima oleh 1 buah sawit
= = 9900.9900 Pa
V=KL
= 10¯² x 0,8949
= 1,41947x10¯¹¹ m³
Keausan yang terjadi sebesar 1,41947 x10¯¹¹ m³ untuk setiap satu buah
sawit terhadap permukaan worm screw press pada setiap siklus jalannya
sepanjang 0,85094 m. worm screw press berputar 9-11 rpm (diambil 10 rpm).
Karena 1 putaran worm screw press sama dengan keliling worm screw press itu
sendiri, maka :
= 1,41947 x10¯¹¹ m³ = 1 putaran worm screw press (1 keliling screw)
Untuk masa waktu pemakaian 1 hari kerja mesin screw press, dapat
dihitung laju keausan yang terjadi pada worm screw press, yaitu sebesar : 1 hari =
20 jam kerja = 1200 menit. Dalam 1 menit, worm screw press berputar 10 kali (10
rpm), maka: 1200 menit x 10 rotasi = 12000 siklus rotasi/hari. Maka jumlah
prediksi keausan yang terjadi dalam 1 hari sebesar :
12000 siklus/hari x 1,41947x10¯¹¹ m³ = 1,703365x10¯⁷ m³/hari. Atau
ka = K ................................................... (4.1)
lingkaran, dengan diambil daerah kritis 30 mm dari sisi terluar ulir. Maka
untuk menghitung luasnya permukaan kritis ulir yang bergesek, luas
permukaan seluruhnya dikurang luas permukaan daerah keausan non kritis
Adalah:
(Dnon kritis = 305 mm – (2x30) mm = 254 mm)
Aks = (πr² )ulir - (πr² )non kritis ..................................... (4.2)
Aks = (π . 0,1455² ) – (π. 0,0725²)
Aks = 0,049969 m²
Jumlah buah sawit yang terdapat pada daerah kritis ulir:
ka = K
= 10¯²
= 1,761x10¯⁸ m
Prediksi kedalaman keausan yang dihitung diatas merupakan
prediksi kedalaman keausan yang terjadi pada daerah kritis worm screw
dalam satu siklus putaran ulir. Dalam satu hari kerja mesin screw press,
terdapat 12000 siklus putaran, sama seperti perhitungan sebelumnya.
Maka didapat harga prediksi kedalaman keausan dalam 1 hari sebesar :
ka = 12000 siklus/hari x 1,761x10¯⁸ m
= 2,1132 x10¯⁴ m/hari
Atau sebesar 0,2114 mm/hari
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Perawatan Screw Press Pada Mesin
Screw Press LAJU P-15 adalah:
2) Keausan Screw pada mesin LAJU P-15 adalah tekanan kerja mesin Screw
Press, dari hasil perhitungan keausan, di dapatkan nilai keausan nya adalah
0,2114 mm/hari
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam Perawatan Screw Press Pada Mesin
Screw Press LAJU P-15 adalah:
1) Ketahanan sebuah Screw sangat dipengaruhi oleh tingkat keausan pada
Screw itu sendiri.Perlu dilakukan pengecekan Screw secara berkala,
misalnya pengukuran terhadap dimensi Screw dan prediksi berupa sebuah
persamaan untuk mengetahui laju keausan pada Screw.
2) Pemberian tekanan ideal untuk pengolahan adalah kisaran 40-60 bar.
Untuk mendapatkan efisiensi yang baik untuk pengurangan Oil Losses,
Kernel Losses, dan keausan Worm Screw,
57
58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
61
Lampiran 1 : Screw Press pada keadaan operasi (a) dan ketika tidak beroperasi
(b) serta layout screw press(c)
Tekanan
hidrolik
40-60 bar
62
63
65
66