BAHAN BANGUNAN I
PENGUJIAN KERIKIL
Dibuat Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2015
A. Judul : Pengujian Kerikil
B. Jenis Pengujian :
1. Kondisi Kerikil SSD
2. Berat Jenis Kerikil SSD
3. Kadar Air Kerikil SSD
4. Kadar Lumpur Kerikil Alami
5. Analis Ayak Kerikil
6. Daya Aus Gesek Kerikil (Uji Los Angeles)
7. Bobot Isi Kerikil
C. Tujuan Pengujian :
1. Mengetahui kondisi kerikil SSD
2. Mengetahui berat jenis kerikil SSD
3. Mengetahui kadar air kerikil SSD
4. Mengetahui kadar lumpur kerikil alami
5. Mengetahui susunan besar kerikil
6. Mengetahui daya tahan aus gesek kerikil
7. Mengkonvesikan satuan berat kerikil ke satuan volume
E. Langkah Kerja
1. Membuat Kerikil Keadaan SSD
a. Ambil kerikil contoh secukupnya.
b. Rendam kerikil contoh dalam air bersih selama 24 jam (+)
c. Buang air dengan hati – hati.
d. Tempatkan kerikil dalam nampan (tempat yang lebar) dan rentangkan.
e. Keringkan bagian permukaan kerikil dengan kain.
f. Didapatkan kerikil keadaan SSD
F. Kajian Teori
1. Kerikil
Pengertian Kerikil
Menurut PUBI (1982) : Kerikil alam atau batu pecah adalah butiran mineral keras
yang sebagian besar butirannya berukuran antara 5 – 80 mm. Besar butiran
maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaiannya.
Persyaratan :
a. Kekerasan yang ditentukan dengan bejana Rudellof tidak boleh mengandung
bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm, lebih dari 32% berat.
b. Bagian hancur bila diuji memakai mesin “Los Angelos”, tidak lebih dari 50%
berat.
Menurut SNI
Berikut Syarat Mutu Kerikil menurut SK SNI S – 04 – 1989 – F:
1) Butirannya tajam, kuat dan keras
2) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a. Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
4) Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1 % maka kerikil harus
dicuci.
5) Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusak beton.
6) Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat
b. sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat
c. Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, mak 60
% dan mi 10% dari berat.
7) Tidak boleh mengandung garam.
5. Kadar Lumpur
Lumpur adalah bagian – bagian butiran yang dapat melewati ayakan 0,063
mm. Kadar lumpur dalam kerikil tidak boleh lebih dari 1%. Sehingga, apabila kadar
lumpur dalam pasir melebihi 1%, maka kerikil harus dicuci bersih sebelum digunakan
sebagai campuran beton.
Rata-rata 395 ml
Kadar lumpur =
berat pasir kering oven−berat pasir yang telah dibersihkan kering oven
x 100 %
berat pasir yang telah dibersihkan kering oven
400−310,3
¿ x 100 %
310,3
= 28,9 %
2,40 0 0 100
1,20 0 0 100
0,60 0 0 100
0,30 0 0 100
0,15 0 0 100
10.000−9981
Toleransi x 100 %=0,19 %
10.000
715,8
Modulus Kehalusan Butir Kerikil = =7,158
100
5020−2568
¿ x 100 %=48,8 %
5020
H. Pembahasan
1. Kondisi SSD Kerikil
Dalam pengujian diperoleh kerikil yang tampak kering di permukaan, namun
jenuh akan air di dalamnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerikil telah
mencapai kondisi SSD.
I. Kesimpulan
1. Kerikil telah memenuhi syarat kondisi SSD
2. Berat jenis kerikil uji telah memenuhi persyaratan mutu bahan bangunan yang baik,
sehingga sudah layak untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
3. Kadar air kerikil berpengaruh pada faktor air semen.
4. Kadar lumpur kerikil uji tidak memenuhi standar mutu bahan bangunan. Sehingga
kerikil belum layak untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
5. Kerikil uji telah memenuhi syarat standar industri.
6. Kerikil uji telah memenuhi syarat mutu
7. Konversi bobot kerikil dari satuan berat ke volume adalah:
a. Kerikil gembur 1 mL = 1,273 gram
b. Kerikil padat 1 mL = 1,37 gram
J. Saran-saran
1. Lebih teliti dalam menimbang bahan uji.
2. Penimbunan kerikil di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur dengan tanah
dan lumpur.
3. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar dari hujan, agar kerikil tidak terlalu
basah untuk digunakan.
4. Mengikuti prosedur pengujian dengan baik.
5. Memaksimalkan penggunaan alat uji yang ada di laboratorium.
K. Daftar Pustaka
L. Lampiran
1. Laporan Praktikum Sementara
2. Dokumentasi pengujian