Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga

merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme.Pertumbuhan mikroorganisme

dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti

perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya.Selain itu

pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan

perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut

tidak layak dikomsumsi.Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan

pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk

pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.

Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc,

mudah tersebar melalui bahan makanan.

Pada akhir abad ke-20, aplikasi mikrobiologi terutama dalam bidang

pertanian mengalami kemajuan yang pesat, dengan ditemukannya pengetahuan

proses dasar mikroba dalam tanah yang bermanfaat dan berbahaya bagi

pertumbuhan tanaman, seperti ditemukannya bakteri pengikat nitrogen bebas dari

udara yang bermanfaat dalam upaya peningkatan kesuburan tanah. Disamping itu

ditemukan berbagai mikroorganisme patogen yang menyebabkan penyakit pada

berbagai tanaman, sehingga dapat teridentifikasi cara pencegahannya. Penelitian

mengenai mikrobiologi terapan dalam bidang kedokteran dan industry mengarah

1
pada peran penggunaan mikroba dalam pembentukan antibiotik dan industry kimia.

Hal ini terjadi setelah Perang Dunia I , dan mengarah pada bidang mikrobiologi

industri. Selanjutnya disiplin mikrobiologi juga menjadi dasar untuk penelitian

proses mikroba dalam air seperti; sungai, danau, laut. Bidang ini dibahas khusus

pada suatu studi yang dikelompokkan ke dalam bidang mikrobiologi lingkungan

akuatik. Salah satu cabang mikrobiologi akuatik, mengembangkan proses yang

menyediakan air yang aman untuk dikonsumsi manusia. Pengendalian limbah

khususnya limbah domestik, membutuhkan perlengkapan proses rekayasa skala

besar untuk pengolahan limbah yang sebagian besar menggunakan mikroba. Bidang

mikrobiologi sanitasi, tidak hanya membutuhkan ahli biologi tetapi juga insinyur

yang mampu merancang proses berskala besar.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa lama masa inkubasi tifus ?

2. Bagaimana gejala penyakit tifus?

3. Bagaimana pencegahan penyakit tifus?

4. Bagaimana pengobatan penyakit tifus?

5. Bagaimana besarnya kasus  penyakit tifus dimasyarakat ?

  

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit tifus

Tifus merupakan suatu penyakit yang disebabkanoleh adanya suatu infeksi

pada usus yang ber imbas pada jaringan seluruh tubuh. Penyakit tifus disebabkan

dari adanya suatu bakteri yang masuk melalui makanan , minuman atau bisa pula

dari wabah yang merata pada suatu wilayah. Tipe penyakit tifus terdapat dua

macam tergantung dari bakteri penyebabnya seperti bakteri rickettsia typhi / tifes

endemik (biasanya terjadi dalam satu wilayah yang di karenakan binatang seperti

lalat dan kecoa yang menempelkan bakteri pada makanan) dan bakteri rickettsia

prowazekii / tipes epidemik (dari seseorang yang pernah terkena penyakit tipus

sebelunya dan kanbuh kembali). Penderita penyakit tipes sendiri biasnya akan

mengalami banyak kekurangan kadal albumin, kadar sodium, sakit di sekitar ginjal,

antibodi meninggi dan enzim dalam liver meningkat.

B. Penyebab

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penyakit tipes. Pertama dari

makanan dan minuman yang sudah dihinggapi lalat atau terkontaminasi bakteri

salmonella typhi. Selain itu penyakit tipes juga bisa disebabkan oleh penularan

bakteri melalui media makanan, misalnya makan atau minum yang sama dengan

penderita penyakit tipes. Itulah beberapa faktor pemicu dan penyebab penyakit tipes

(tifus) yang paling banyak ditemukan. Penyakit tipes ini jenis penyakit menular,

3
jadi anda harus berhati-hati berada di dekat penderita walaupun penularannya tidak

melalui kontak fisik, melainkan melalui media makanan atau minuman. Biasanya

orang yang tidak bisa mengatur pola makan seperti makan selalu telat, makan

ditempat kotor dan lain sebagainya sangat mudah terkena penyakit tipes.

C. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui

perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh

orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya

seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk

ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam

lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi

masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam

jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan

mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian

melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman

selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

4
D. Tanda dan gejala

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.

Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,

batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah

yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,

penurunan kesadaran.

E. Cara penularan tifus

Penyebab tifus kecil Gram-negatif coccobacilli berbentuk bakteri, anggota

genus Rickettsia yang parasit intraseluler banyak hewan dan memanfaatkan

komponen-komponen dalam sel untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Mereka sulit untuk membudidayakan karena mereka biasanya hanya tumbuh dalam

sel mereka menginfeksi. Adakalanya, bakteri dapat menjadi aktif dalam sel yang

terinfeksi, dan beberapa tahun kemudian, lagi mulai berkembang biak

(menyebabkan penyakit Brill-Zinsser).

Umumnya, tifus berikut hewan (tikus, mouse) ke vektor (kutu, kutu)

siklus.Manusia kebetulan terinfeksi biasanya ketika vektor datang di dekat

manusia.Kedua Rickettsia spp. bertanggung jawab atas dua jenis utama tifus adalah

R. prowazekii, penyebab tifus epidemi, dan R. typhi, penyebab tifus endemik.

5
Namun, R. felis, spesies lain biasanya ditemukan pada kucing dan kutu kucing,

telah dikaitkan dengan orang-orang dengan tifus endemik juga.

Epidemi tifus biasanya menyebar atau menular ke manusia dari kutu tubuh

(Gambar 1) tinja terkontaminasi R. prowazekii atau kadang-kadang dari kotoran

hewan yang terkontaminasi dengan bakteri ini. Tifus endemik biasanya ditularkan

ke manusia oleh kotoran kutu atau kotoran hewan yang mengandung R. typhi atau

R. felis.Gigitan loak atau kutu menyebabkan gatal-gatal dan menggaruk dan

memungkinkan bakteri untuk memasukkan goresan atau area gigitan di

kulit.Langsung orang-ke-orang penularan dapat terjadi jika kutu atau kutu

menginfeksi satu orang yang mengembangkan penyakit dan kemudian kutu kutu

yang terinfeksi atau berpindah dari orang ke orang melalui kontak langsung atau

melalui pakaian bersama.Secara umum, kutu kepala yang berbeda dari kutu tubuh

tidak mengirimkan Rickettsia.R. prowazekii, R. typhi, dan R. felis berbeda dari spp

Rickettsia lainnya.Misalnya, R. rickettsii dan banyak lainnya R. spp.

dipertimbangkan dalam literatur medis sebagai kelompok terpisah dari bakteri dan

ditularkan oleh kutu, menyebabkan demam Rocky Mountain melihat (RMSF), dan

preferentially menginfeksi dan menyebar melalui sel-sel endotel setelah gigitan

kutu. Orientia tsutsugamushi, sebuah spesies bakteri awalnya bernama Rickettsia

tsutsugamushi, menambah kompleksitas tifus terminologi karena penyakit itu

menyebabkan tifus scrub disebut.

Perubahan nama bakteri terjadi karena bakteri yang ditemukan secara

genetik berbeda cukup untuk disebut sebagai genus terpisah bernama Orientia. Juga,

tifus scrub ditransmisikan, secara umum, oleh vektor yang berbeda: “. Chiggers”

6
tungau atau Tifus Scrub ditemukan terutama di Asia dan Australia. Banyak peneliti

menganggap tifus scrub sebagai penyakit yang berbeda, dalam hal agen bakteri,

vektor, dan lokalisasi, yang hanya jauh terkait dengan dua jenis utama dari tifus

dilihat seluruh dunia (tifus endemik dan epidemik). Untuk rincian tambahan tentang

tifus scrub, kami merujuk pembaca untuk referensi terakhir dalam bagian informasi

tambahan.

  Ada dua aspek lain yang dapat menemukan tentang bakteri Rickettsia

menarik. Pertama, penelitian terbaru telah terlibat bahwa struktur intraseluler yang

menghasilkan energi untuk semua sel-sel hewan, disebut mitokondria, muncul dari

nenek moyang primitif dari bakteri Rickettsia.Penelitian genetik menunjukkan

bahwa urutan DNA pada bakteri Rickettsia banyak lebih erat terkait dengan sekuens

DNA yang ditemukan di mitokondria daripada DNA ditemukan dalam genera

bakteri lainnya.Aspek lainnya adalah mengganggu karena Rickettsia (terutama R.

prowazekii) telah dipelajari dan ditemukan untuk menjadi agen mungkin untuk

senjata biologis karena bakteri artifisial dapat ditularkan melalui aerosol. Namun,

personil yang sangat terampil dan keahlian teknis yang diperlukan untuk

mengembangkan organisme ini menjadi senjata dan, karena penyakit yang

disebabkan oleh organisme ini dapat diobati dengan antibiotik, beberapa ahli

menyarankan bahwa organisme tidak akan berkembang melampaui eksperimentasi

laboratorium di sebagian besar negara.

Umumnya, tifus berikut hewan (tikus, mouse) ke vektor (kutu, kutu)

siklus.Manusia kebetulan terinfeksi biasanya ketika vektor datang di dekat

manusia.Kedua Rickettsia spp. bertanggung jawab atas dua jenis utama tifus adalah

7
R. prowazekii, penyebab tifus epidemi, dan R. typhi, penyebab tifus endemik.

Namun, R. felis, spesies lain biasanya ditemukan pada kucing dan kutu kucing,

telah dikaitkan dengan orang-orang dengan tifus endemik juga.

Epidemi tifus biasanya menyebar atau menular ke manusia dari kutu tubuh

(Gambar 1) tinja terkontaminasi R. prowazekii atau kadang-kadang dari kotoran

hewan yang terkontaminasi dengan bakteri ini. Tifus endemik biasanya ditularkan

ke manusia oleh kotoran kutu atau kotoran hewan yang mengandung R. typhi atau

R. felis.Gigitan loak atau kutu menyebabkan gatal-gatal dan menggaruk dan

memungkinkan bakteri untuk memasukkan goresan atau area gigitan di

kulit.Langsung orang-ke-orang penularan dapat terjadi jika kutu atau kutu

menginfeksi satu orang yang mengembangkan penyakit dan kemudian kutu kutu

yang terinfeksi atau berpindah dari orang ke orang melalui kontak langsung atau

melalui pakaian bersama.Secara umum, kutu kepala yang berbeda dari kutu tubuh

tidak mengirimkan Rickettsia.R. prowazekii, R. typhi, dan R. felis berbeda dari spp

Rickettsia lainnya.Misalnya, R. rickettsii dan banyak lainnya R. spp.

dipertimbangkan dalam literatur medis sebagai kelompok terpisah dari bakteri dan

ditularkan oleh kutu, menyebabkan demam Rocky Mountain melihat (RMSF), dan

preferentially menginfeksi dan menyebar melalui sel-sel endotel setelah gigitan

kutu. Orientia tsutsugamushi, sebuah spesies bakteri awalnya bernama Rickettsia

tsutsugamushi, menambah kompleksitas tifus terminologi karena penyakit itu

menyebabkan tifus scrub disebut.

Perubahan nama bakteri terjadi karena bakteri yang ditemukan secara

genetik berbeda cukup untuk disebut sebagai genus terpisah bernama Orientia. Juga,

8
tifus scrub ditransmisikan, secara umum, oleh vektor yang berbeda: “. Chiggers”

tungau atau Tifus Scrub ditemukan terutama di Asia dan Australia. Banyak peneliti

menganggap tifus scrub sebagai penyakit yang berbeda, dalam hal agen bakteri,

vektor, dan lokalisasi, yang hanya jauh terkait dengan dua jenis utama dari tifus

dilihat seluruh dunia (tifus endemik dan epidemik). Untuk rincian tambahan tentang

tifus scrub, kami merujuk pembaca untuk referensi terakhir dalam bagian informasi

tambahan.

  Ada dua aspek lain yang dapat menemukan tentang bakteri Rickettsia

menarik. Pertama, penelitian terbaru telah terlibat bahwa struktur intraseluler yang

menghasilkan energi untuk semua sel-sel hewan, disebut mitokondria, muncul dari

nenek moyang primitif dari bakteri Rickettsia.Penelitian genetik menunjukkan

bahwa urutan DNA pada bakteri Rickettsia banyak lebih erat terkait dengan sekuens

DNA yang ditemukan di mitokondria daripada DNA ditemukan dalam genera

bakteri lainnya.Aspek lainnya adalah mengganggu karena Rickettsia (terutama R.

prowazekii) telah dipelajari dan ditemukan untuk menjadi agen mungkin untuk

senjata biologis karena bakteri artifisial dapat ditularkan melalui aerosol. Namun,

personil yang sangat terampil dan keahlian teknis yang diperlukan untuk

mengembangkan organisme ini menjadi senjata dan, karena penyakit yang

disebabkan oleh organisme ini dapat diobati dengan antibiotik, beberapa ahli

menyarankan bahwa organisme tidak akan berkembang melampaui eksperimentasi

laboratorium di sebagian besar negara.

F. Masa inkubasi tifus

9
Yang dimaksud masa inkubasi adalah masuknya kuman atau virus ke dalam

tubuh manusia sampai timbul gejala awal penyakit. Masa inkubasi tipus rata-rata

berlangsung antara 714 hari. Pada akhir masa inkubasi, terjadi pelepasan

endoktoksin yang menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam

tifoid. Oleh sebab itu, puncak penyakit ini biasanya terjadi pada akhir minggu

pertama.

  

G. Cara pencegahan penyakit tifus

Untuk mencegah tifus adalah dengan menjaga lingkungan tetap bersih

sehingga bakteri tifus tidak dapat berkembang biak. Pilihlah makanan dan minuman

yang bersih untuk dikonsumsi.Usaha pencegahan penyakit tifus ini dibagi dalam

dua upaya, yaitu terhadap lingkungan hidup dan manusianya sendiri.Penyediaan

sarana air minum yang memenuhi syarat, pembuatan jamban yang hygienis,

pemberantasan lalat dan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan

adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan

sehat.Sedangkan terhadap manusia dilakukan upaya imunisasi untuk memberikan

kekebalan tubuh yang kuat, menemukan?dan mengawasi para carrier tifoid dan

yang utama adalah pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Bila masyarakat

memahami bahaya penyakit ini, maka masyarakat akan berusaha untuk menjaga

dirinya dan lingkungannya agar selalau bersih dan sehat. Jika demikian halnya,

kuman thyfus tidak akan menyerang.

10
H. Pengobatan penyakit tifus 

Pengobatan alternatif tifus yang dilakukan untuk membantu penyembuhan

bisa lewat makanan sehat(sup, buah-buahan, atau makanan lain yang

mengembalikan cairan tubuh) jika terjadi panas segera lakukan kompres dengan air

dingin(bukan es), jangan melakukan pergerakan jika sedang panas alias harus

benar-benar istirahat total, jaga kebersihan makan dan minuman yang akan di

konsumsi. Jangan lupa bila ada orang yang terkena tipes maka harus menjaga jarak

dalam masalah kebersihan lingkungan karena penyakit tifus sangat mudah menular

terutama bagi orang yang kurang sehat.dengan menggunakan konsumsi obat herbal

sangat baik untuk dapat menyembuhkan tipes seperti jelly gamat, karena dalam

kandungan jelly gamat terdapat antiseftik dimana akan bekerja dalam tubuh untuk

menghilangkan bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit tifusserta

memperbaiki dengan cepat setiap jaringan yang sudah di serang bakteri

dari penyakit tifus.

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau

types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit,

mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali.

Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan

melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien

harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru

boleh duduk, berdiri dan berjalan.Selain obat-obatan yang diberikan untuk

mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol),

Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah

11
kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi

kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang

memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole,

kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien.Demam

berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A.  Pengkajian
1.      Biodata
a.    Biodata Klien
Nama                                       : Tn.A
Umur                                       : 47 tahun
Jenis Kelamin                          : laki-laki
Alamat                                                : Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan
cigedug-Garut
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : SD
Pekerjaan                                 : Wiraswasta
Suku Bangsa                           : Sunda
Status                                      : Menikah
Tanggal masuk                        : 20 November 2014
Tanggal Pengkajian                 : 24 November 2014
No CM                                    : 719972

b.    Biodata penanggung jawab


Nama                                       : Tn C
Umur                                       : 29 Tahun
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Alamat                                      : Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan cigedug-
Garut
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : SMP
Pekerjaan                                 : wiraswasta
Hubungan dengan klien          : Anak Klien

2.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan Utama
  Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
b.    Riwayat Kesehatan sekarang
          Menurut penututran klien sudah satu minggu mengeluh demam disertai mual,
pusing, lesu, susah BAB dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Selain itu klien

13
mengeluh menggigil pada malam hari yang disertai keringat dingin, sehingga klien
dibawa ke dokter terdekat, lalu dirujuk ke RSU dr SLAMET GARUT.
          Pada tanggal 24 november 2014 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri
pada bagian abdomen, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3
dari rentang 0-5. Nyeri dirasakan pada daerah abdomen sebelah kiri bawah, rasa
nyeri tidak terjadi penyebaran. Nyeri dirasakan saat klien bergerak ddan pada saat
ditekan.
c.    Riwayat kesehatan dahulu
          Menurut penuturan kien, klien sebelumnya tdak perah mengalami penyakit
seperti di derita saat ini, namun klien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama
dideritanya. Ddan biasanya klien hanya mengeluh pusing dan demam yang biasanya
di obati dengan obat dari warung.
d.   Riwayat kesehatan keluarga
          Menurut penuturan klien dan keluarga klien diantara anggota keluarganya
belum pernah mengalami penyakit yang seperti diderita klien, dan juga tidak pernah
mengalami penyakit yang  berat, seperti Diabete mellitus, Hepatitis TBC dan lain
sebagainya.
3.    Pemeriksaan fisik
a.    Keadaan umum
Kesadaran                               : compos mentis
Penampilan umum                   : Klien tampak lemah
b.         Tanda-tanda vital
Tekanan darah                         : 130/60 mmHg
Nadi                                        : 65 kali/menit
Respirasi                                  : 21 kali/menit
Suhu                                        : ?
c.    Inteugumen
1)   Inteugumen dan kulit kepala
Warna rambut
Distribusi                                 : Hitam
Kuantitas                                 : Merata
Tekstur                                    : Tipis
Kebersihan                              : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
Lesi                                         : Tidak ada lesi
2)   Kulit
Warna                                      : Kuning langsat
Kelembaban                            : Lembab
Tekstur                                    : Halus
r                                     : Baik, saat ditekan dapat kembali ke keadaan semula   yaitu < 2 detik
Kebersihan                              : Bersih, tidak tampak adanya kotoran

14
3)   Kuku
Warna dasar                            : Transparan
Tekstur                                    : Halus
Bentuk                                                : Cembung
Kebersihan                              : Bersih, tidak tapak adanya kotoran
                                      : Baik, saat ditekan sirkulasi darah kembali dalam waktu < dari 2 detik
d.   Kepala
Kebersihan                                 : simetris
Bentuk                                       : Lonjong, Oval
Kondisi                                      : tidak terdapatbenjolan
Kebersihan                                 : Bersih tidak tampak adanya kotoran
e.       Mata
1)      Alis mata
Kesimetrisan                           : simetris antara alis kiri dan alis kanan
Warna                                      : Hitam
Distribusi bulu                         : Merata
Benjolan                                  : Tidak terdapat benjolan
Nyeri                                       : Tidak ada nyeri
2)      Kelopak mata dan bulu mata
Kesimetrisan                           : selaras antara kelopak mata kiri dan kanan
Warna kelopak mata               : sama dengan kulit sekitar
Distribusi bulu mata                : merata
Warna bulu mata                     : Hitam, melengkung ke atas
Keadaan                                  : Tidak terdapat edema
3)      Bola mata
Konjuntiva                              : Merah muda
Sclera                                      : Putih
Kornea                                                : Jernih
4)      Pupil
Bentuk                                                : Isokor
Reaksi pupil terhadap cahaya : Baik, pada saat cahaya di dekatkan pupil mengecil
dan melebar saat cahaya dijauhkan
Reaksi kornea                          : Baik, saat lidi wotten di dekatkan ke mata, mata
langsung berkedip
                                                                                 Ketajaman penglihatan          : Baik, klien dapat melihat pada jarak 35 cm

dengan cara        membaca koran


                                                                                 Lapang pandang        : Baik, pada jarak 60 cm klien dapat dengan jelas

melihat telunjuk perawat


7)        Gerakan ekstra okuler mata     : Baik, klien dapat mengikuti araj telunjuk perawat
f.          Telinga

15
Posisi                                         : simetris antara telinga kiri dan kanan
Warna                                        : sama dengan kulit sekitar
tekstur                                        : Halus
Fungsi pendengaran                  :Baik, klien dapat mendengar suara perawat dan
menjawab pertanyaan perawat dengan baik
Kebersihan                                 : Bersih, tidak tampak adanya serumen
g.         Hidung
Bentuk                                       : simetris antara lubang kiri dan kanan
Warna                                        : sama dengan kulit sekitar
Mukosa hidung                          : tidak ada pembengkakan
Kebersihan                                 : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
Fungsi penciuman                     : Baik, klien dapat membedakan bau parfum dan bau
minyak kayu putih
h.         Mulut
1)   Bibir
Warna                                        : Merah muda
Tekstur                                       : Halus
Kelembaban                               : Lembab
Keadaan                                                : Tidak tampak adanya stomatitis
Kebersihan                                 : Bersih tidak tampak adanya kotoran
2)   Gigi
Warna                                        : Putih kekuning-kuningan
Jumlah gigi                                : 30 buah
Kebersihan                                 : tidak tampak adanya kotoran
Keadaan                                                : tidak tampak adanya carries gigi
3)   Lidah
Warna                                        : merah muda
Tekstur                                       : Halus
Pergerakan                                 : Baik, dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan                                 : tidak tampak adanya kotoran
Fungsi pengecapan                    : Baik, klien dapat membedakan rasa asin, manis
dan pahit
i.      Leher
Warna                                           : Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan                                : simetris antara kedua bahu
Pergerakan                                   : Baik, dapat digerakan ke segala arah
JVP                                              : Ada peninggian JVP
KGB                                            : tidak ada pembesaran KGB
Kelenjar tyroid                             : saat menelan tidak ada pembesaran tyroid
Kebersihan                                   : Bersih

16
j.      Dada
Posisi                                            : simetris antara dada kiri dan kanan
Bunyi jantung                              : Reguler
Bunyi paru-paru                           : Vasikuler
Kebersihan                                   : Bersih
k.    Abdomen
Warna                                           : Sama dengan kulit tubuh
Tekstur                                         : Halus
                                       : Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah dan nyeri tekan
Skala                                            : skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Kebersihan                                   : Bersih
l.      Genetalia tidak terkaji

m.  Ekstremitas
                                      :Pergerakan tangan kanan klien terbatas karena terpasang infuse, dan tangan kiri
dapat digerakan ke segala arah
                                      : Baik, kaki kanan dan kaki kiri klien dapat digerakan ke segala arah

4.    Pola aktivitas
No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Pola nutrisi
a.    Makan
Frekwansi
3 kali /  hari 2kali / hari
Jenis
Porsi Nasi, lauk pauk, sayur- Bubur nasi, lauk pauk,
Cara
sayuran sayuran
b.    Muinum
Frekwensi 1 porsi ½ porsi
Jenis
Cara Mandiri Dibantu

Kurag lebih 1400 ml/hari Kurang lebih 800 ml/hari


Air putih, teh, susu Air putih
mandiri dibantu
2. Pola eliminasi
a.       BAB
Frekwensi 1 kali/ hari Belum BAB 6 hari
Konsistensi Padat Padat
Warna Kuning khas feses Kuning khas feses
Bau

17
Cara Khas fese Khas feses
b.      BAK mandiri Dibantu
Frekwensi
Warna
Bau
kurang lebih 1000 mlhari Kurang lebih 700 ml/hari
Cara
Kuning jernih Kuning jernih
Khas amoniak Khas amoniak
Mandiri dibantu
3. Pola istirahat tidur
a.       Tidur siang
Frekwensi Kurang lebih 2 jam/hari Kurang lebih 1 jam/ hari
Kualitas Kurang nyenyak
b.      Tidur malam Nyenyak
Frekwensi
Kualitas Kurang lebih 6-7 jam/hari Kurang lebih 4 jam / hari

nyenyak Kurang nyenyak


4. Personal hygine
a.       Mandi 2 kali/hari 1kali/hari
b.      Gosok gigi 2 kali/hari 1kali/hari
c.       Ganti pakaian 2 kali/hari 1kali/hari
d.      cara Mandiri Dibantu

5.    Data Psikologis, Social dan Spiritual


a.    Data Psikologis
Klien tampak murung, terlihat sedikit cemas dan selalu bertanya tentang keadaan
penyakit yang dideritanya, sesekali klien tampak sedih karena memikirkan
keadaannya, namun klien juga yakin bahwa penyakitnya dapat segera disembuhkan.
b.    Data Social
Hubungan klien dengan keluarga baik, terbukti para tetangga-tetangganya banyak
yang datang menjenguk klien, klien juga berkomunikasi dengan baik kepada pasien
lain. Klien juga dapat bekerjasama dengan tim kesehatan terutama dalam
melakukan tindakan dan sangat kooperatif.
c.    Data Spiritual
Klien beragama islam, terbukti klien selalu berdo’a unutk kesembuhannya sehingga
klien ingin cepat-cepat pulang kerumah dengan sehat. Dan klien menyadari bahwa
kondisi atau penyakitnya sekarang ini merupakan titipan dari allah SWT yang
diberikan kepadanya.
6.    Data penunjang
a.    Data penunjang
1.    Darah rutin

18
Jenis
No Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Hemoglobin 14.3 g/dL 13.0 – 18.0 /dL Normal
2 Hematokrit 39 % 40 – 52 % Menurun
3 Leukosit 21.170 /mm3 3.800 – 10.600 /mm3 Meningkat
4 Trombosit 222.000 /mm3 150.000 – 440. 000 Normal
5 eritrasit 4.49 juta / /mm3 Normal
mm3 3.5 – 6.5 juta /mm3

2.      Kimia Klinik
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1. Ureum 33 mg/dL 15 – 50 mg/dL Normal
2. Kreatinin 0.7 mg/dL 0.7 – 1.2 mg/dL Normal

b.      Diagnose medis
thypoid abdominalis

c.       Therapy
1)   Infuse RL 20 tetes/menit    IV
2)   Cefotaxim   2.1 gram         IV
3)   Ranitidine   2.1 amp           IV
4)   Ketorolax  2.1 amp             IV
5)   PCT            3.500 gram
6)   Curcuma     3.1

B.     Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1. Ds : Gangguan rasa
Klien mengeluh nyeri nyaman yeri
pada abdomen bagian Inflamasi pada hati dan
kiri bawah limpa
Do :
      Klien tampak
kesakitan pada
abdomen bagian kiri Hepatomegali dan
bawah splenomegali
      Keadaan umum
lemah
T : 130/60 mmHg

19
P : 65 kali/menit
R : 21 kali/menit
S : 36.3’c Nyeri tekan

Nyeri akut

Gangguan rasa nyaman nyeri


2. Ds : Gangguan
klien mengeluh susah eliminasi fekal
BAB Peristaltic usus menurun
Do :
      Klien tampak lemah
      Bising usus kliien Reabsorpsi cairan
5x/menit menurun
      Abdomen klien
teraba keras

Akumulasi feses dan fese


mengeras

Gangguan eliminasi fekal


3. Ds : Gangguan
      Klien mengeuh mual pemenuhan
      Klien mengeluh tidak Kompensasi usus kebutuhan nutrisi
nafsu m akan mnurun
Do :
      Klien tampak lemah
      Porsi makan klien ½ Reabsorpsi makanan
porsi terganggu
      Berat badan kien
menurun menjadi 45
Kg dari sebelumnya
52 Kg Merangsang hipotalamus

Anoreksia

Gangguan pemenuhan nutrisi

20
4. Ds : Gangguan pola
Klien mengeluh aktivitas
lemas Asupan nutrisi kurang
Do :
      Klien tampak lemah
      Aktivitas klien Tubuh kekurangan
dibantu, BAB, BAK, energy
makan dan lain-lain

Lemas/lemah

Gangguan pola aktivitas

C.    Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan nyeri pada abdomen kiri bawah,
yang ditandai dengan :
Ds  : klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
Do :
         Klien tampak meringis kesakitan
         Skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
         Keadaan umum tampak lemah
T    : 130/60 mmHg
P    : 65 kali/menit
R   : 21 kali/menit
S    : 36,3’c
2.    Gangguan pola eliminasi fekal sehubungan dengan konstipasi, yang ditandai
dengan :
Ds     : klien mengeluh susah BAB
Do     :
      Klien tampak lemah
      Bising usus klien 5x/ menit
      Abdomen klien teraba keras
3.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya mual muntah
yang ditandai dengan :
Ds     :
         klien mengeuh mual
         klien mengeluh tidak napsu makan
Do     :
         Klien tampak lemah

21
         Posi makan klien ½ porsi
         Berat badan klien turun 7 Kg, dari 52 Kg menjadi 45 Kg
4.    gangguan pola aktivitas segubungan dengan kelemahan fisik, yang ditandai
dengan :
Ds     : klien mengeluh lemas
Do     :
         Klien tampak lemah
         Aktivitas klien dibantu, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain.

22
PROSES KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan Pelaksanaan Evaluasi
keperawatan Intervensi Rasonalisasi
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan       Kaji secara Perubahan dalam Tanggal 25 Novembera Tanggal 25
nyaman nyeri tindakan komprehensip lokasi/atau tetapi dalam 2014 november 2014
sehubungan keperawatan selama tentang nyeri menunjukan terjadinya Pukul 09.00 WIB Pukul 11.00 WIB
dengan adanya 2 x 24 jam gagguan meliputi : lokasi, komplikasi. Nyeri       Mengkaji sklana nyeri, S : Klien masih
nyeri rasa nyaman nyeri karakteristik, cenderung menjadi lokasi dan karakteristiknya, mengeluh nyeri pada
pada  badomen kiri teratasi dengan durasi, frekwensi, konstan lebih hebat, akan hasil skala nyeri 3 dari abdomen bagian kiri
bawah, yang kriteria hasil : kualitas/beratnya menyebar ke atas, nyeri rentang 0 – 5 yang bawah
ditandai dengan :       Laporan nyeri hilang nyeri skala ( 0-5 ) dalam local bila terjadi dirasakan seperti ditusuk- O:
Ds : atau terkontrol dan factor-faktor abses. tusuk di abdomen bagian    klien tampak sedikit
klien mengeluh      Klien dapat presipitasi kiri bawah. meringis
nyeri pada menunjukan       Berikan kompres teknik kompres hangat    skala nyeri klien 2
abdomen bagian kiri keterampilan hangat pada daerah yang diberikan, akan       Memberikan kompres dari rentang 0 – 5
bawah relaksasi, metode nyeri membantu mengurangi hangat, hasil klien tampak    keadaan umum klien
Do : lain untuk rasa nyeri. nyaman dan rasa nyeri masih lemah
   Klien tampak meningkatkan       Berikan penjelasan dengan melakukan berkurang. T : 130/60 mmHg
meringis kesakitan kenyamanan tentang strategi teknik distraksi       Memberikan penjelasan P : 65 kali/menit
   Skala nyeri 3 dari menurunkan rasa diharapkan klien tentang teknik distraksi dan R : 21 kali/menit
rentang 0 - 5 neyeri yaitu akanupa/teralihkan dan relaksasi, hasil klien dapat S : 36,3’c
   Keadaan umum dengan teknik reaksasi akan menguragi melakukan teknih relaksasi A : Gangguan rasa
klien lemah distraksi dan komsusi oksigen. dank lien tampak nyaman nyaman nyeri
T : 130/60 mmHg relaksasi. Ketegangan otot dan dan tenang. teratasi sebagian
P : 65 kali/menit       Atur posisi klin, diharapkan rasa nyeri P : lanjutkan

23
R : 21 kali/menit pertahankan posisi akan berkurang. intervensi
S : 36,3’c semi fowler memudahkan darinase       Mengatur posisi tidur klien
cairan/luka karena yaitu dengan posisi semi
garvitasi dan membantu fowler, hasil klien tampak
meminimalkan rasa nyeri nyaman dan tenang
karena gerakan

2. Gangguan eliminasi Gangguan eliminasi       Kaji frekwensi Dapat mengetahui Tanggal 25 november 2014 Tanggal 25
fekal sehubungan fekal teratasi dengan BAB, konsistensi, perkembangan tindakan Pukul 8.30 WIB november 2014
dengan adanya criteria hasil : warna dan bau pengobatan terhadap       Mengkaji frekwensi BAB, Pukul  10.30 WIB
konsipasi, yang di      Klien lancer BAB keluhan pasien dan dapat konsistensi, warna dan S : Klin masih
tandai dengan :       Bising usus normal digunakan untuk bau, hasil klien belum BAB mengeluh susah
Ds : yaitu 8 x/menit merencanakan tindakan selama 6 hari sejak klien BAB
Klien mengeluh selanjutnya. masuk rumah sakit O:
susah BAB       Menganjurkan klien untuk      Klien masih tampak
Do :       Anjurkan klien Aktivitas fisik latihan mobilisasi, hasil lemah
      Klien tampak untuk melakukan membeantu eliminasi klien mampu melakukan      Bising  usus klien
lemah mobilisasi sesuai dengan memperbaiki mobilisasi yaitu berjalan, 5x/menit
      Bising usus klien dengan keadaan tonus otot abdomen dan makan, dan lain-lain       Abdomen klien
5x/menit keadaan pasien merangsang nafsu makan masih teraba keras
      Abdomen klien serat peristaltik usus. A  : gangguan
teraba keras       Anjurkan klien Masukan cairan adekuat       Menganjurkan klien untuk eliminasi fekal
untuk banyak membantu banyak minum air putih, belum teratasi
minum sesuai mempertahankan hasil klien dapat minum P  : lanjutkan
kebutuhannya konsistensi feses yang sehari kurang lebih 800 ml. intervensi

24
susuai dengan usus dan       Memberikan penjelasan
membantu eliminasi tentang penyebab
regular. konstipasi yaitu dapat
disebabkan oleh
      Berikan penjelasan Konsistensi feses dapat penurunan peristaltic usus
kepada klien dan diakibatkan oleh dan penyerapan air yang
keluarga tentang penurunan peristaltic terlalu berlebuh
penyebab usus.       Memberikan obat rectal
konstipasi. yaitu glukolak 1 butir per
hari
      Kolabiorasi untuk Obat pencahar/pelancar
pemberian obat BAB dapat mempelancar
pencahar atau eliminasi fekal untuk
pelancar BAB memenuhi kebutuhan
eliminasi

3. Gangguan Gangguan kebutuhan       Kaji riwayat Mengidentifikasi Tanggal 25 november 2014 Tanggal 25
pemenuhan nutrisi nutrisi teratasi nutrisi klien defisiensi, dan menduga Pukul 8.30 WIB november 2014
sehubungan dengan Kriteria hasil: termasuk makanan kemungkinan intervensi       Mengakji riwayat nutrisi Pukul 10.00 WIB
dengan adanya    Nutrisi klien yang disukai. selanjutnya klien, hasil klien makan 3 S  :
mual, yang ditandai terpenuhi kali/ hari sebelum sakit       klien sudah tidak
dengan :    Nafsu makan klien       Observasi dan mengeluh mual
Ds : meningkat catat masukan       Mengobservasi intake      klien sudah mulai
      Klien mengeluh    Pasien dapat (intake) makanan Mengawasi masukan makanan, hasil klien nafsu makan
mual menghabiskan kalori/kualitas makan hanya ½ porsi dan O:

25
      Klien mengeluh makan dalam 1 porsi       Berikan makanan kekurangan konsumsi minum kurang lebih 700      klien masih tampak
tidak nafsu makan    Berat badan klien dalam porsi sedikit makanan ml/hari lemah
Do : meningkat tetapi dengan       porsi makan klin
      Klien tampak frekwensi sering       Memberikan mkana dalam sudah meningkat
lemah Mengawasi penurunan posri sedikit tetapi sering, menjadi ¾ porsi
      Porsi makan klien berat badan atau hasil klien dapat makan ¾      berat badan klien
½ porsi mengawasi efektivitas porsi dalam beberapa kali mulai meningkat
      Berat badan klien intervensi. makan menjadi 48.4 Kg dari
turun 7 Kg       Berikan dan bantu Makan sedikit tetapi 47 Kg
dari sebelumnya 52 oral hygine sering dapat menurunkan       Menganjurkan klien untuk A : gangguan
Kg menjadi 45 Kg kelemahan dan personal hygine sebelum pemenuhan
dari       Kolaborasi untuk meninkatkan masukan makan, hasil klien tampak nutrisi teratasi
pemberian obat juga mencegah distensi senang dan nyaman saat sebagian
anti mual gaster. makan P : tingkatkan
Dapat meningkatkan    Memberikan obat anti mual intervensi
nafsu makan dan yaitu ranitidin2 x 1 amp
masukan peroral dengan IV

Dengan memberikan obat


anti mual, dapat
meningkatkan asupan
nutrisi tanpa terjadi rasa
mual muntah
4. Gangguan pola Gangguan pola       Berikan Memberikan ruang gerak Tanggal 25 november 2014 Tanggal 25
aktivitas aktivitas teratasi lingkungan tenang untuk pasien, sehingga Pukul 11.00 WIB november 2014
sehubungan dengan Kriteria hasil : dengan membatasi paien tidak merasa gerah       Memberikan lingkungan Pukul 13.30 WIB

26
dengan kelemahan      Klien tidak lemas, pengunjung dan terganggu untuk yang tenang, hasil klien S : Klien masih
fisik, yang ditandai dan bisa bergerak bergerak. tampak nyaman dan engeluh lemas
dengan : Mampu melakukan       Anjurkan klien tampak tenang. O:
aktivitas, bergerak
Ds : dan menunjukan untuk mobilisasi Memberikan suatu       Menganjurkan klien untuk      Klien masih tampak
Klien mengeluh kekuatan otot secara bertahap latihan agar terjadi latihan mobilisasi, hasil lemah
lemas sesuai dengan penigkatan kekuatan otot klien belum mampu      Aktivitas klien masih
Ds : indikasi dan mencegah kekakuan mobilisasi seperti berjalan, dibantu; BAB, BAK,
      Klien tampak otot dan lain-lain berjalan dan lain-lain
lemah       Dekatkan barang-       Mendekatkann barang- A : gangguan pola
      Aktivitas klien barang yang Membatasi gerak pasien barang klien, hasil klien aktivitas belum
dibantu, BAK, BAB, dibutuhkan klien secara berlebihan dan dapat meraih barag- teratasi
makan dan lain-lain memberikan pacuan barangnya tanpa ada P : lanjitkan
untuk pasien berusaha kesulitan intervensi
      Anjurkan keluarga dengan mudah
klien untuk menggapainya       Menganjurkan keluarga
memenuhi Dengan keluarga membantu untuk membantu
kebutuhan sehari- semua aktivitas klien dapat memenuhi kebutuhan klien,
hari klien  secara tidak langsung klien hasil
diikut sertakan untuk
bergerak

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga

merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme.Pertumbuhan mikroorganisme

dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti

perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Bahan

pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan

mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.

Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau

tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan,

khususnya gagguan perut akibat makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan

makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia,

tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi

pangan yan mengandung parasitparasit hewan dan mikroorganisme.

 Tifus merupakan suatu penyakit yang disebabkanoleh adanya suatu infeksi

pada usus yang ber imbas pada jaringan seluruh tubuh. Penyakit tifus disebabkan

dari adanya suatu bakteri yang masuk melalui makanan , minuman atau bisa pula

dari wabah yang merata pada suatu wilayah.

B. Saran

Melalui makalah yang singkat ini penulis menyarankan kepada segenap

pembaca agar merujuk kepada sumber-sumber lain yang relevan untuk

mendapatkan pemahaman yang relevan

28
DAFTAR PUSTAKA

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta :

Penerbit CV. Sagung Seto

Maramis WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Penerbit Airlangga University

Press.

Tjandra YA. Dampak Merokok Bagi Kesehatan. Simposium Nasional I. Hasil

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Di selenggarakan oleh : Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Jakarta, 20-21 Desember 2004.

Tim Dosen Unimed.2012. Mikrobiologi Makanan. Medan : FMIPA UNIMED

29

Anda mungkin juga menyukai