Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STRUKTUR SOSIAL DAN REFERENSIASI SOSIAL

TUGAS KELOMPOK 5

Disusun oleh:
N.lailia apriani
Rahma sari
Elsya aldania.H

Kelas XI IPS 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.STRUKTUR SOSIAL
Apa Itu Struktur Sosial?
Hal pertama yang perlu kita ketahui untuk memperdalam struktur sosial adalah tau
pengertiannya. Jadi, struktur sosial itu apa sih? Menurut Soerjono Soekanto, penulis buku
Sosiologi Suatu Pengantar, struktur sosial adalah hubungan timbal balik antar posisi sosial
dan peranan yang dimiliki oleh masing-masing individu atau kelompok di dalam struktur
tersebut. Simpelnya, struktur sosial adalah pengelompokkan masyarakat terkait dengan
peran (hak dan kewajiban).

struktur sosial dan stratifikasi sosial dalam kelompok sosial

Di dalam suatu kelompok sosial, tentu sudah kita ketahui bahwa ada peran, hak, dan
kewajiban yang harus dilengkapi satu sama lain agar terjadi keteraturan dan tujuan dapat
tercapai. Meskipun ada banyak perbedaan di dalam kelompok sosial tersebut, namun
perbedaan tersebut harus diintegrasikan agar tidak terjadi konflik. Nah, struktur sosial
memegang peranan penting untuk mempermudah proses integrasi tersebut.

Fungsi Struktur Sosial


Sebagai kontrol sosial. Dengan adanya struktur sosial, maka ada antisipasi adanya
pelanggaran terhadap nilai/peraturan di dalam kelompok masyarakat, sehingga tercipta
keteraturan di dalam masyarakat.

Sebagai identitas bagi kelompok masyarakat. Struktur sosial berfungsi sebagai penegas
adanya identitas/karakteristik yang khas di suatu kelompok masyarakat.
Menanamkan disiplin bagi kelompok masyarakat. Struktur sosial juga membantu masyarakat
dalam penanaman disiplin, sehingga setiap masyarakatnya memiliki kesadaran dan perilaku
yang mencerminkan kelompok masyarakatnya.

Sebagai pembeda fungsi dan kelas suatu kelompok masyarakat. Struktur sosial juga berperan
dalam pengelompokkan fungsi dan peran suatu anggota masyarakat.
Ciri-ciri Struktur Sosial
Bersifat dinamis
Maksudnya adalah struktur sosial ini ‘kan terdiri dari kelompok-kelompok masyarakat. Ketika
kita berhubungan dengan masyarakat atau sosial, tentu tidak ada yang stagnan, pasti ada
perubahan dan perkembangan. Bisa dikarenakan berbagai faktor. Itulah mengapa ciri-ciri
pertama struktur sosial adalah bersifat dinamis.

Memiliki dimensi vertikal dan horizontal

Ini akan kita bahas lengkap di poin berikutnya tentang bentuk struktur sosial. Jadi, di dalam
struktur sosial itu ada dimensi vertikal dan horizontal. Untuk yang vertikal, posisi anggota
masyarakat di tiap lapisannya tidak setara, terdapat tingkatan-tingkatan di dalamnya.
Sedangkan, untuk dimensi horizontal meskipun ada perbedaan, tetap dianggap setara atau
sejajar. Jadi, gak ada kelompok yang lebih unggul dan lebih rendah.

Memiliki cakupan yang luas

struktur sosial memiliki cakupan yang luas. fungsi struktur sosial, salah satunya adalah
sebagai kontrol social cakupan ini tentu saja luas. Karena, memuat hubungan antar
kelompok masyarakat yang mencakup norma dan nilai sosial di masyarakat.

Membentuk kesatuan kelompok masyarakat


Dalam struktur sosial masyarakat, ketika setiap individu masyarakat membentuk suatu sosial
berdasarkan kesamaan ciri dan karakteristiknya. Kemudian, dari situ juga akan terbentuk
banyak kelompok-kelompok sosial lainnya. Sehingga, terbentuklah kesatuan kelompok
sosial/masyarakat.

Meliputi kebudayaan di dalam masyarakat


Adanya kelompok sosial, maka ada interaksi yang dilakukan secara terus menerus antar
anggota masyarakat. Sehingga, tercipta kebiasaan, perilaku, rasa, dan kepercayaan dalam
kebudayaan mereka.
Bentuk Struktur Sosial di bagi menjadi beberapa bagian seperti;

Diferensiasi Sosial

Dilihat dari namanya, berarti bentuk ini menjelaskan tentang perbedaan (different).
Sehingga, diferensiasi sosial adalah bentuk struktur sosial yang bersifat horizontal atau
sejajar dengan perbedaan-perbedaan tertentu. Jadi, gak ada tuh yang namanya tingkatan
atau kasta antara kelompok masyarakat yang satu dengan lainnya. Contohnya Suku, agama,
ras, profesi, dan jenis kelamin.

Stratifikasi Sosial

Strata itu berarti ada tingkatan-tingkatan kekayaan, kekuasaan, atau pendidikan. Nah,
stratifikasi sosial ini merupakan bentuk struktur sosial yang sifatnya vertikal. Jadi, ada
tingkatan atau kasta di dalamnya. Misalnya, presiden lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
dengan kelompok masyarakat lainnya.

Stratifikasi sosial sifatnya ada yang tertutup dan terbuka, Untuk stratifikasi tertutup berarti
tidak adanya perpindahan posisi antar anggota masyarakat. Sedangkan, stratifikasi terbuka
berarti memungkinkan adanya perpindahan posisi ke tingkatan lainnya (naik atau turun).
2.Integrasi dan reintegrasi sosial
pengertian integrasi dan reintegrasi sosial satu persatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) disebutkan, integrasi adalah pembauran sesuatu yang berbeda hingga menjadi
kesatuan yang utuh dan bulat.

pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa Integrasi Sosial adalah proses penyesuaian
unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat, yang meliputi perbedaan kedudukan sosial,
ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem, nilai dan norma menjadi satu kesatuan.

Faktor Pendorong Integrasi Sosial


Untuk mencapai integrasi sosial, ada berbagai faktor yang harus terjadi. Berikut merupakan
faktor pendorong integrasi sosial, antara lain:

Toleransi
Toleransi adalah satu alat penting dalam masyarakat yang dapat mendorong terjadinya
komunikasi antara kebudayaan yang berbeda sehingga dapat tercapai suatu integrasi di
antara mereka.
Kesempatan yang Seimbang dalam Ekonomi
Masalah ekonomi seringkali menjadi faktor pemicu konflik. Maka dari itu, adanya
kesempatan yang seimbang dalam ekonomi dapat mempercepat proses integrasi sosial di
masyarakat.

Sikap Saling Menghargai


Suatu masyarakat yang memiliki atau menjunjung tinggi sikap saling menghargai, akan lebih
mudah untuk mencapai integrasi sosial. Misalnya, jika dalam kelompok masyarakat bersedia
mengakui kelemahan dan kelebihan budaya dan cara pandang masing-masing.

Unsur Budaya yang Sama


Unsur kebudayaan yang sama atau serupa, Suatu kelompok masyarakat yang mengetahui
persamaan unsur budaya dengan kelompok masyarakat lainnya, lebih mudah berdamai.
Umumnya, mereka akan lebih cepat menghilangkan segala prasangka yang berpotensi
menimbulkan konflik.

Musuh Bersama dari Luar


Adanya musuh bersama dari luar cenderung memperkuat kesatuan masyarakat. Dalam
situasi menghadapi ancaman, mereka akan bersatu untuk melawan musuh tersebut.
Sehingga, setiap kelompok atau golongan bersedia melepaskan sisi egois masing-masing demi
menghadapi musuh bersama.

Perkawinan Campuran
Perkawinan atau pernikahan seringkali menjadi solusi menyelesaikan konflik. Perkawinan
campuran yang terjadi antara dua kebudayaan yang berbeda, dapat mendorong terciptanya
integrasi sosial.
Faktor Penghambat Integrasi Sosial

Nah, itulah beberapa faktor pendorong integrasi sosial yang terjadi di masyarakat. Selain
faktor pendorong, ada pula faktor penghambat terjadinya integrasi sosial, di antaranya:

Sikap Tidak Menghargai

Tak bisa dipungkiri, jika adanya perbedaan budaya dalam masyarakat terkadang kurang
dihargai oleh sekelompok masyarakat tertentu. Hal ini seringkali menyebabkan konflik
budaya yang menghambat integrasi sosial.

Kurangnya Kesadaran Menjaga Persatuan dan Kesatuan


Seiring perkembangannya, arus globalisasi berdampak pada sikap individualis pada
masyarakat. Seperti yang terjadi di berbagai negara maju, sikap individualis ini seringkali
memicu konflik.

Berkurangnya Toleransi
Kurangnya toleransi atau sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama golongan
yang berkonflik, membuat masalah susah diselesaikan. Akibatnya, konflik yang terjadi makin
membesar dan terpelihara.

Ketimpangan Sosial dan Ekonomi


Adanya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan di berbagai daerah, menyebabkan
ketimpangan sosial dan ekonomi. Akibatnya, ada kelompok masyarakat yang merasa tidak
puas dan memicu terjadinya konflik sosial.
Kurangnya Keterbukaan

Kurangnya sikap terbuka dengan kelompok yang mempunyai golongan berbeda, dapat
menimbulkan prasangka atau pemahaman yang memicu konflik. Prasangka tersebut
menghalangi interaksi sosial dengan kelompok lain, sehingga integrasi sosial pun sulit untuk
didapatkan.

Bentuk Integrasi Sosial

Integrasi sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, antara lain:

Integrasi Normatif

Integrasi normatif adalah bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dalam hal ini norma yang dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat
tersebut dapat mempersatukan masyarakat. Contohnya, Indonesia memiliki pedoman
Bhineka Tunggal ika yang menjadi sebuah norma yang berfungsi mengintegrasikan
masyarakat.

Integrasi Fungsional

Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi – fungsi tertentu dalam masyarakat.
Misalnya, di Indonesia terdapat beberapa suku yang dapat difungsikan potensinya sehingga
dapat tercapai integrasi sosial.

Integrasi Koersif

Integrasi koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa. Dalam hal ini
penguasa menerapkan cara koersif atau kekerasan ketika ada konflik yang terjadi.
Reintegrasi Sosial

Reintegrasi sosial menjadi suatu upaya untuk membangun kembali kepercayaan sosial
setelah terjadi disintegrasi sosial.

Integrasi dan reintegrasi sosial bertujuan untuk menyelesaikan konflik, dan mengembalikan
keharmonisan di tengah masyarakat.

Seperti yang dipaparkan pada Integrasi Sosial di atas, disintegrasi seringkali terjadi karena
perubahan di lingkungan, sosial, ekonomi dan politik di masyarakat. Perubahan tersebut
menyebabkan norma dan nilai pada masyarakat memudar, sehingga terjadilah konflik.

Situasi ini berpotensi membuat masyarakat tidak terkendali, karena tidak lagi memiliki
landasan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Sehingga mereka tidak lagi dapat
membedakan mana yang baik atau yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.

Jika sudah begini, diperlukan upaya reintegrasi sosial untuk memperbaiki dan menemukan
penyebab konflik di masyarakat. Selain itu, reintegrasi sosial juga diperlukan untuk menata
dan menyatukan kembali masyarakat, sehingga terciptalah keadaan yang harmonis di tengah
masyarakat yang mengalami konflik tersebut.

Nah, dari uraian di atas, dapat diartikan jika reintegrasi sosial adalah proses sosial yang
bertujuan untuk menyatukan kembali pihak yang berkonflik, sehingga tercipta kondisi seperti
sebelum konflik terjadi.
Namun, pada prakteknya, tidak mudah mengembalikan kondisi yang sudah terlanjur terjadi.
Inilah mengapa reintegrasi sosial membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menerapkannya.

Contoh Reintegrasi
berikut adalah beberapa contoh upaya reintegrasi sosial antara lain:

Musyawarah Mufakat

Sejak dulu, masyarakat Indonesia sudah mengenal metode reintegrasi sosial. Musyawarah
mufakat menjadi salah satu cara paling ampuh untuk menyelesaikan berbagai macam konflik
di masyarakat. Musyawarah berfokus untuk menyatukan semua perbedaan atau
permasalahan, dan menampung usulan atau aspirasi dari semua pihak untuk mencari jalan
keluar berdasarkan kesepakatan bersama.

Lembaga Masyarakat

Lembaga masyarakat dapat difungsikan sebagai media reintegrasi sosial. Di berbagai daerah
di Indonesia, dapat ditemui berbagai lembaga masyarakat yang bertugas sebagai lembaga
hukum, lembaga agama hingga lembaga ekonomi dan politik. Sebagai contoh, jika terjadi
permasalahan yang menyangkut hukum maka serahkan permasalahan tersebut ke lembaga
hukum misalnya LBHI (Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) agar dapat menyelesaikan
permasalahanya.

Tidak Main Hakim Sendiri

Jangan main hakim sendiri, beberapa di antara kamu mungkin tak asing dengan kalimat ini.
Sebenarnya, makna dari kalimat tidak main hakim sendiri adalah mengingatkan kepada siapa
pun yang berkonflik untuk tetap tenang menanggapi masalah, dan tidak memutuskan
seenaknya sebelum menemukan solusi terbaik.
Main hakim sendiri merupakan perilaku penyimpangan sosial yang terkadang masih sering
terjadi didalam masyarakat. Untuk menghindarinya, akan lebih baik jika melibatkan pihak
berwajib atau lembaga yang mampu menengahi masalah antara pihak yang berkonflik.

Anda mungkin juga menyukai