Anda di halaman 1dari 110

CATATAN SKB KESEHATAN &

KEPERAWATAN
BY: MARIA WAHYU M.P., S.KEP., NS

Halo Pejuang ASN,


Selamat datang di Catatan SKB pribadiku. Disini aku berusaha mencatat rangkuman-rangkuman
materi, yang kurasa penting dan intinya aja. Ini hanya untuk mempermudah teman-teman belajar
karena memang begitu banyak dan luasnya materi yang dipakai sebagai bahan SKB. Aku
awalnya juga sempet bingung mau belajar apa dulu, giliran udah belajar, ternyata yang harus
dipelajari masih kurang terus. Jadi di catatan ini juga akan terus di update secara berkala.
Tentunya ini masih jauh dari sempurna dan lengkap, tapi setidaknya bisa jadi tambahan referensi
atau mungkin contekan waktu lagi ngerjain TO sambil ngafalin sambil ngintip catetan dikit-dikit,
dan juga sebagai perbandingan ilmu serta referensi yang didapat.
Jangan lupa, proporsi SKB ini 70% keperawatan dan 30% kesehatan umum, materi kesehatan
umum memang sangat luas dan aku pribadi juga disini banyak merangkum kesehatan umumnya
karna emang bener-bener ilmu baru juga buat aku. Tapi jangan sampai kejebak dengan terlalu
fokus mempelajari kesehatan umum aja karna ya itu tadi luas banget nget, dan juga banyak TO
yang isinya kesehatan umum, lebih sedikit yang fokus untuk keperawatan. Jadi pesanku jangan
lupa sering-sering baca materi selama kuliah dan latihan soal ukom juga. Ingat, SKB
berpengaruh 60% terhadap hasil akhir, jadi jangan main-main ;)
SKB udah di depan mata. Bayangkan teman bersaing kita sekarang lagi belajar mati-matian, kita
juga harus melakukan yang terbaik yang maksimal. Semangat sampe los dollll...
Semoga Lulus. Amin.
1

Daftar isi
PROGRAM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL
Sustainable Development Goals (SDGS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2020-2024)
Nawacita
Undang - Undang
Hari Besar Kesehatan
BPJS

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


PRIMARY HEALTH CARE (PHC)
SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)
POSYANDU
POSBINDU PTM
DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
PUSKESMAS
PROMOSI KESEHATAN

KELUARGA DAN KOMUNITAS


KELUARGA
KOMUNITAS

MATERNITAS
IBU HAMIL
IBU BERSALIN
IBU NIFAS
KELUARGA BERENCANA

KEPERAWATAN ANAK
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK):
APGAR Score:
Level Jaundice:
Klasifikasi Bayi Baru Lahir:
Tetanus Neonatorum
Dosis Obat untuk Anak:
Kebutuhan Cairan Anak berdasar Berat Badan:
BB Ideal:
2

Kategori Status Gizi Balita:


Perkembangan: TES DENVER II
Kategori Bermain
IMUNISASI

GERONTIK
Kategori Lansia

JIWA
HALUSINASI (Gg. Persepsi Sensori)
WAHAM (Perubahan Proses Pikir)
PERILAKU KEKERASAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
HARGA DIRI RENDAH
ISOLASI SOSIAL
KEHILANGAN DAN BERDUKA
GANGGUAN CITRA TUBUH
ANSIETAS
PENYALAHGUNAAN ZAT
NAPZA
ZAT ADITIF LAINNYA

ETIK KEPERAWATAN
Macam-macam malpraktek
Euthanasia:

MANAJEMEN
Fungsi manajemen
Gaya Kepemimpinan
Jenjang jabatan fungsional perawat
Tugas tiap jenjang:
Izin Praktik Mandiri
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Rumus-rumus:
Limbah Rumah Sakit:

PENGETAHUAN UMUM KEPERAWATAN

Sistem Pernapasan
BGA
3

TBC

Sistem Kardiovaskuler
Rumus Transfusi Darah dan Albumin
Rumus CTR (Cardio Thoracic Ratio)
Rumple Leed Test
EKG

Sistem Perkemihan
Rumus GFR / LFG

Sistem Muskuloskeletal
Luka Bakar
Kekuatan Otot
GCS
Traksi

Sistem Indera
Pemeriksaan Telinga

Sistem Endokrin
Diabetes Mellitus

Perioperatif
Anestesi
Mobilisasi Dini Post Op

Obat
Klasifikasi Obat
Dosis Obat
Waktu Paruh Obat

COVID-19
Undang-Undang terkait pandemi covid di Indonesia:
4

PROGRAM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL

Sustainable Development Goals (SDGS)


Sidang umum di New York → 193 Kepala Negara
Sidang tanggal 2 Agustus 2015, SDGs disahkan tanggal ​25 September 2015
SDGs 2016-2030→ 17 tujuan dan 169 sasaran

Yang berkaitan dengan kesehatan:


2) Tanpa Kelaparan : 2 target 6 indikator
3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera : 11 38
5) Kesetaraan Gender :2 7
6) Air Bersih dan Sanitasi Layak :1 1
5
6

Tahun 2000 negara2 PBB menyusun MDGs 2000-2015 (8 goals)


MDGs yang belum terpenuhi:
1. AKI → 42 ibu meninggal/hari
2. HIV → 1 dari 250 orang terinfeksi (usia 15 - 49 tahun)
3. KB → 11 dari 100 WUS tidak terpenuhi
Istilahnya unmet need for family planning
4. Perkawinan anak → 23%
5. Angka kelahiran usia Remaja (15 - 19 tahun) → 48 dari 1.000
6. Stunting→ 5 dari 100 balita

Tantangan ke depan:
1. Kematian ibu
2. KB
3. Rendahnya pengetahuan reproduksi pada remaja
4. Beban ganda gizi
5. Akibat PTM
6. Pengendalian tembakau
7. Penyalahgunaan NAPZA dan Alkohol
7

8. Kontaminasi dan polusi


9. Kematian dan KLL
10. Penanganan krisis dan kegawatdaruratan

Health Promotion Challenges (​ menurut WHO):


1. Double burden diseases : beban ganda malnutrisi
Non communicable and communicable diseases
2. New threats to health : earthquake, covid-19
3. Re-emerging diseases : TB, malaria, HIV/AIDS, dengue
4. Unfinished agenda : kesehatan ibu dan anak

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2020-2024)


(Kemenkes 2020, Pokok-pokok Renstra Kemenkes 2020-2024)

VISI PEMERINTAH (Kabinet Indonesia Maju):


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan
Gotong Royong.
MISI PEMERINTAH:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia
2. Penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Memajukan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
8. Pengelolaan pemerintah yang bersih, efektif dan terpercaya
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara kesatuan

VISI KEMENKES
Terwujudnya masyarakat sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan ​untuk menuju Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong.
8

(* belakangnya sama dengan visi Pemerintah)


MISI KEMENKES
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia Kemenkes menetapkan misi sebagai
berikut:
1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh penduduk
Indonesia
2. Memberdayakan masyarakat dan mengarusutamakan pembangunan kesehatan
3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya kesehatan
4. Memantapkan tata kelola pemerintah yang baik, bersih dan inovatif.
9
10

5 Isu Strategis:
1. AKI dan AKN
2. Stunting
3. TBC
4. PTM
5. Imunisasi dasar lengkap (UCI/Universal Child Immunization)
11
12

Nawacita
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah -daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh keBhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Program peningkatan kualitas hidup sesuai nawacita ke-5 ada 3 program:


1. Program Indonesia Sehat
2. Program Indonesia Pintar
3. Program Indonesia Kerja dan Sejahtera
13

Program Indonesia Sehat ada 3 komponen:

a. Paradigma Sehat (dengan PIS-PK dan juga GERMAS)


14
15
16

Undang - Undang

No. UU/PP/PMK Mengatur tentang Pembaruan

Undang-un UU No. 5 tahun 1997 Psikotropika


dang

UU No. 40 tahun 2004 Sistem Jaminan Sosial


pasal 2 Nasional (SJSN)

UU No. 25 tahun 2004 Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional

UU No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit

UU No. 35 tahun 2009 Narkotika

UU No. 36 tahun 2009 Kesehatan

UU No. 24 tahun 2011 BPJS

UU No. 5 tahun 2014 ASN

UU No. 18 tahun 2014 Kesehatan Jiwa

UU No. 36 tahun 2014 Tenaga Kesehatan

UU No. 38 tahun 2014 Keperawatan

UU No. 39 tahun 2016 Pedoman PIS-PK

UU No. 35 tahun 2019 Jabatan Fungsional


Perawat

Peraturan PP No. 53 tahun 2010 Disiplin PNS


Pemerintah

PP No. 33 tahun 2012 Pemberian ASI

PP No. 12 tahun 2013 Imunisasi Dasar

PP No. 42 tahun 2013 Gerakan Nasional


Percepatan Perbaikan Gizi

PP No. 35 tahun 2015 Kementerian Kesehatan

PP No. 11 tahun 2017 Manajemen PNS

Peraturan PerPres No. 82 tahun Jaminan Kesehatan PerPres No. 75 tahun 2019
17

Presiden 2018 (BPJS) PerPres No. 64 tahun 2020

Instruksi Inpres No. 1 tahun 2017 GERMAS


Presiden

Peraturan KMK No. 564 tahun Desa Siaga Aktif KMK No. 1529 tahun 2010
Menteri 2006 (Desa dan Kelurahan Siaga
Kesehatan Aktif)

KMK No. 27 tahun 2007 Manajemen PPI di RS

PMK No. 1190 tahun Izin Edar Alkes


2010

PMK No. 33 tahun 2012 Bahan Tambahan Pangan

PMK No. 23 tahun 2014 Upaya Perbaikan Gizi

PMK No. 41 tahun 2014 Pedoman Gizi Seimbang

PMK No. 27 tahun 2014 INA-CBGs

PMK No. 75 tahun 2014 Puskesmas PMK No. 43 tahun 2019

PMK No. 82 tahun 2014 Penanggulangan Penyakit


Menular

PMK No. 94 tahun 2014 Filariasis

PMK No. 36 tahun 2015 Fraud dalam SJSN

PMK No. 74 tahun 2016 Standar Farmasi di


Puskesmas

PMK No. 12 tahun 2017 Penyelenggaraan


Imunisasi

PMK No. 27 tahun 2017 Pedoman PPI

Hari Besar Kesehatan


Tema HKN:
Ke- 53 tahun 2017 : Keluarga Sehat, Indonesia Kuat
Ke- 54 tahun 2018 : Aku Cinta Sehat
Ke- 55 tahun 2019 : Generasi Sehat, Indonesia Unggul
18

Tema PIN 2019 : Imunisasi Lengkap, Indonesia Sehat

12 November 1950 : HKN pertama di Yogya, karena berhasil menanggulangi wabah malaria
15 Oktober 2008 : Hari Cuci Tangan Sedunia pertama (untuk penurunan angka kematian
anak akibat diare hingga 50%)
1 Desember 1988 : Hari AIDS sedunia pertama

Bulan Tanggal Hari Peringatan

1 25 Januari Hari Gizi Nasional


27 Januari Hari Kusta Sedunia

2 4 Februari Hari Kanker Sedunia


15 Februari Hari Kanker Anak Sedunia

3 21 Maret Hari Down Syndrome


24 Maret Hari Tuberkulosis Sedunia

4 7 April Hari Kesehatan Sedunia


8 April Hari Anak-Anak Balita
10 April Hari Meluas Malaria Sedunia
11 April Hari Kanker Tulang
17 April Hari Hemophilia Sedunia
18 April Hari Diabetes Nasional
22 April Hari Demam Berdarah
24 April Hari Imunisasi
25 April Hari Malaria Sedunia
29 April Hari Posyandu
19

5 1 Mei Hari Asma


8 Mei Hari Palang Merah Sedunia
10 Mei Hari Lupus Sedunia
29 Mei Hari Lanjut Usia Nasional
31 Mei Hari Tanpa Tembakau Sedunia

6 15 Juni Hari DBD ASEAN


26 Juni Hari Anti Narkoba Sedunia
29 Juni Hari Keluarga Nasional

7 15 Juli HUT BPJS


17 Juli Hari Saka Bakti Husada
23 Juli Hari Anak Nasional
28 Juli Hepatitis Sedunia

8 1 Agutus Hari Remaja Asia


1 – 7 Agutus Pekan ASI Sedunia

9 4 – 12 September Pekan Peduli Hepatitis B


9 September Olahraga Nasional
12 September Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional
15 September Hari Peduli Limfoma Sedunia
16 September Hari Pangan Nasional
17 September Hari Palang Merah Indonesia
28 September Hari Rabies Sedunia
29 September Hari Jantung Sedunia
30 September Hari Hati Sedunia
20

10 9 Oktober Hari Penglihatan Sedunia


10 Oktober Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
15 Oktober Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia
18 Oktober Hari Menopause Sedunia
20 Oktober Hari Osteoporosis Sedunia/Nasional
24 Oktober Hari Dokter Nasional
Oktober Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA)

11 12 November Hari Kesehatan Nasional (HKN)


14 November Hari Diabetes Sedunia
15 November Hari Penyakit Paru

12 1 Desember Hari AIDS Sedunia


3 Desember Hari Penyandang Cacat Sedunia
5 Desember Hari Relawan Sedunia
20 Desember Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
22 Desember Hari Ibu
27 Desember Hari Kesatuan Gerak PKK

BPJS
1 Januari 2014 → PT ASKES menjadi BPJS Kesehatan
PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan

Organ:
1. Dewan Pengawas (7 orang)
- 2 orang Pemerintahan
- 2 orang pekerja
- 2 orang pemberi kerja
- 1 orang tokoh masyarakat
2. Direksi (min. 5 orang profesional) → untuk operasional penyelenggaraan
21

Aset:
1. Aset BPJS
2. Aset Dana Jaminan Sosial (DJS): bukan aset BPJS; dana amanat milik seluruh peserta

Pengawasan BPJS:
1. Internal
- Dewan Pengawas
- Satuan Pengawas Internal (SPI)
2. Eksternal
- DJSN
- Lembaga pengawas independen (OJK & BPK)

Asas BPJS:
1. Kemanusiaan
2. Keadilan sosial
3. Manfaat

Istilah Peserta BPJS:


1. Peserta adalah setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat ​6 bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran
2. Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Fakir miskin dan orang tidak mampu.
Fakir miskin → untuk sehari-hari kekurangan, apalagi bayar iuran BPJS
Tidak mampu → hanya cukup untuk sehari-hari, tidak mampu untuk bayar BPJS
3. Pekerja Penerima Upah (PPU)
Setiap pekerja yang bekerja di orang lain dan mendapat gaji (PNS, TNI, pejabat, swasta)
4. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
Tidak bekerja di bawah orang lain (wiraswasta, notaris, dll)
22

5. Bukan Pekerja (BP)


Pemberi kerja, investor, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan

Anggota keluarga yang ditanggung dalam kepsertaan BPJS:


a. Istri atau suami yang sah dari peserta
b. Anak kandung, anak angkat/anak tiri yang sah, dengan kriteria:
- Belum menikah dan belum punya penghasilan sendiri
- < 21 tahun atau <25 tahun bila masih kuliah

Biaya BPJS:
Lama (PP No. 82 th 2018) Baru (PP No. 75 th 2019) Baru Pol (PP No. 64 th 2020)
I = 80.000 I = 160.000 I = 150.000
II = 51.000 II = 110.000 II = 100.000
III = 25.500 III = 42.000 III = 42.000
PBI = 23.000 PBI = 42.000 PBI = 42.000
Untuk kelas III PBPU dan BP:
Th 2020: Peserta = 25.500; Pemerintah = 16.500
Th 2021 dst: Peserta = 35.000; Pemerintah = 7.000
PPU = 5% dari upah PPU = 5% dari upah PPU = 5% dari upah
(max 8 jta) (max 12 jta) (max 12 jta)
3% pemberi kerja 4% pemberi kerja 4% pemberi kerja
2% peserta 1% peserta 1% peserta

Pembayaran paling lambat tgl 10 setiap bulan


Bila telat maka denda 2% per bulan dibayar oleh Pemberi Kerja ​(b​ agi peserta tidak ada, hanya
tidak mendapat pelayanan saja)
Tetapi bila peserta menunggak lalu suatu saat rawat inap, maka setelah rawat inap akan kena
denda 2,5% dari biaya rawat inap dikali dengan lamanya tunggakan dalam bulan.
23

Ruang Rawat:
Kelas III : - PBI
- PBPU dan BP yang memilih kelas III
Kelas II : - PNS, TNI, Polri dan pensiunannya gol. I dan II dan anggota keluarganya
- Pekerja Penerima Upah bulanan (sampai 2x penghasilan tidak kena pajak)
dengan status kawin dengan 1 anak, beserta anggota keluarganya
- PBPU dan BP kelas II
Kelas I : - Pejabat Negara dan anggota keluarganya
- PNS, TNI, Polri dan pensiunannya gol. III dan IV dan anggota keluarganya
- Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya
- PPU bulanan (>2x penghasilan tidak kena pajak) dengan status kawin
dengan 1 anak, beserta anggota keluarganya
- PBPU dan BP kelas I

Pelayanan yang TIDAK DITANGGUNG BPJS:


1. Yang tanpa melalui prosedur
2. Di faskes yang tidak bekerja sama dengan BPJS kecuali kasus gawat darurat
3. Pelayanan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja (biar gak ndobel)
4. Dilakukan di luar negeri
5. Untuk tujuan estetik, meratakan gigi, kosmetik, kontrasepsi, makanan bayi/susu
6. Gangguan akibat ketergantungan obat/alkohol
7. Gangguan akibat sengaja menyakiti diri sendiri
8. Pengobatan komplementer, alternatif, tradisional
9. Untuk eksperimen
10. Akibat wabah (ditanggung Pemerintah)

Cara Pembayaran dari BPJS ke Faskes:


Faskes tingkat pertama : melalui kapitasi (atas jumlah peserta yang terdaftar)
Faskes tingkat lanjutan : berdasar Indonesian Case Based Groups (INA CBG’s)
24

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


A. PRIMARY HEALTH CARE (PHC)
World Health Care Assembly ​(tahun 1977)
Tujuan: Kesehatan Bagi Semua (Health for All / HFA) di tahun 2000
“Tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif, baik secara sosial maupun ekonomi”

Konferensi di Alma Atta ​(tahun 1978)


- Menetapkan PHC sebagai strategi global
- Bentuk operasional di Indonesia → PKMD (Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa)

5 Prinsip PHC:
1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Penekanan pada upaya preventif
3. Penggunaan teknologi tepat guna
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
5. K
​ erja sama lintas sektoral

B. SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)


~> pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh ​semua komponen Bangsa Indonesia
(Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat) secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin ​tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya​ (→ tujuan).

SubSistem SKN:
1. Upaya Kesehatan
a. Primer
Perorangan : pengobatan, kesehatan haji
25

Masyarakat : poskesdes
b. Sekunder
Perorangan : rujukan ke spesialis
Masyarakat : tanggung jawab dinkes kab/kota/provinsi
c. Tersier
Perorangan : sub spesialistik, klinik khusus, radioterapi
Masyarakat : dilaksanakan dinkes provinsi, kemenkes, tingkat nasional
2. Penelitian dan Pengembangan

C. POSYANDU
(Sumber: Kemenkes RI, 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu)

Definisi:
Bentuk Upaya Kesehatan ​Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan

Sasaran Utama Posyandu:


1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hamil, nifas dan ibu menyusui
4. PUS

Sejarah:
Program PKMD (Pusat Kesehatan Masyarakat Desa) yang dicanangkan tahun 1975 disusul
Deklarasi Alma Atta​ tahun 1978 tentang PHC (Primary Health Care)
Posyandu pertama kali dicanangkan di kota Yogyakarta tahun ​1986
26

Tujuan
Umum: ​percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA​ (balita)
Khusus: 1. Meningkatkan peran masyarakat
2. Meningkatkan peran lintas sektor
3. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan

Lokasi:
Di tiap ​desa / kelurahan, ​bila perlu dan dimungkinkan bisa di tiap RW
Pendirian ditetapkan oleh ​Kepala Desa / Lurah
*) beda ya sama puskesmas nanti, tolong sangat diperhatikan beberapa perbedaan antara
posyandu dan puskesmas, termasuk pelayanan kesehatan yang dibahas di bawah ini

5 Kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar POSYANDU:


1. KIA
2. KB
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Penanggulangan diare

1. KIA
a. Ibu hamil
- Pemeriksaan, imunisasi TT, tablet Fe
- Kelas ibu hamil
b. Ibu nifas dan menyusui
- KB, IMD, ASI eksklusif, gizi
- 2 kapsul vit. A 200.000 SI warna merah (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1
kapsul untuk 24 jam setelah pemberian kapsul pertama)
*) ada vit. A yang warna biru isinya 100.000 SI
- Perawatan payudara
27

-​ Pemeriksaan ​lochea,​ pengukuran TFU


c. Bayi dan anak balita


- Posyandu balita
2. KB
Pemberian kondom dan pil ulangan
Bila ada ruangan dan nakes terlatih à pemasangan IUD, implant, suntik KB
3. Imunisasi
Untuk bayi dan bumil dilakukan oleh nakes ​Puskesmas
4. Gizi
Pemberian Makan Tambahan (PMT) lokal
Pemberian vit. A dan Fe
BGM (Bawah Garis Merah), KEK (Kurang Energi Kronis)
5. Pencegahan dan penanggulangan diare
Pemberian oralit, obat zinc

Kegiatan Pengembangan/Tambahan
(dilakukan bila cakupan 5 kegiatan utama > 50% alias sudah dilaksanakan dengan baik)
Contoh kegiatannya:
- Bina Keluarga Balita (BKB)
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
- Bina Keluarga Lansia (BKL)
- Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), dsb

Penyelenggaraan
Minimal 1 bulan sekali
Minimal ada 5 kader (karena harus ada 5 meja)
Posyandu dipantau oleh ​Puskesmas
28

Meja Posyandu
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan
Meja V : Pelayanan KB dan Kesehatan

Tingkat Perkembangan Posyandu:


1. Pratama
- Kegiatan belum rutin
- Kader < 5
- Tugas: memotivasi masyarakat dan menambah jumlah kader
2. Madya
- Bisa melaksanakan kegiatan > 8x per tahun
- Kader ≥ 5
- Cakupan ke-5 kegiatan utama < 50%
3. Purnama
-​ Kegiatan > 8x per tahun

-​ Kader ≥ 5

-​ Cakupan ke-5 kegiatan utama ≥ 50%


-​ Ada program tambahan



29

-​ Dapat sumber pembiayaan dari dana sehat masyarakat dengan peserta < 50% KK

di wilayah kerja Posyandu


4. Mandiri
-​ Dana sehat ≥ 50% KK

Singkatnya…

Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

Frekuensi kegiatan per <8 > 8x > 8x > 8x


tahun

Jumlah kader <5 ≥5 ≥5 ≥5

Cakupan ke-5 kegiatan < 50% < 50% ≥ 50% ≥ 50%


utama

Program tambahan - - + +

Dana sehat masyarakat - - < 50% ≥ 50%

Posyandu Terintegrasi
→ Posyandu dengan 5 kegiatan utama yang sudah tercapai >50% lalu ditambah dengan kesling,
PPM, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD, dll

D. POSBINDU PTM
(Sumber: Kemenkes RI, 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular)

Pengertian:
Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama.
PTM Utama ​adalah DM, kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), PPOK, dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Faktor risiko meliputi merokok, konsumsi alkohol, obesitas, stres, hipertensi, dsb.
Sasaran:
30

Masyarakat ​sehat, beresiko dan penderita ​PTM usia 15 tahun ke atas

Pelaksanaan:
Dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada.
Dilakukan oleh kader kesehatan terlatih.
Dibina oleh Puskesmas, ada di tiap Kabupaten/Kota menyesuaikan dengan angka PTM.

10 Kegiatan Posbindu PTM:


1. Wawancara terarah ​(1 bulan sekali)
2. Pengukuran IMT, lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan TD ​(1 bulan sekali)
3. Pemeriksaan fungsi paru sederhana (pengukuran Arus Puncak Ekspirasi/APE)
4. Pemeriksaan Gula Darah
5. Pemeriksaan Kolesterol total dan trigliserida
6. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
- Sehat : 5 tahun sekali
Bila hasil positif dilakukan pengobatan krioterapi
- Setelah positif : 6 bulan lagi cek, bila (+) diterapi lagi, bila (-) cek 5 tahun lagi
7. Pemeriksaan kadar alkohol pernapasan dan tes amfetamin urine
8. Konseling dan penyuluhan
9. Kegiatan fisik bersama, olahraga bersama
10. Rujukan ke faskes dasar, penanganan pra-rujukan
31

Pengelompokan Tipe Posbindu


1. Posbindu PTM Dasar (kegiatan no. 1,2,3,8,9) yang sederhana2
2. Posbindu PTM Utama (ada pemeriksaan klinis yg butuh tenaga kesehatan terlatih)

Meja Posbindu PTM:


Meja I : pendaftaran dan pencatatan
Meja II : wawancara terarah
Meja III : ukur TB, BB, IMT, Lingk. Perut, lemak tubuh
Meja IV : TD, GD, kolesterol dan trigliserid, pemeriksaan payudara, IVA, uji paru
sederhana, kadar alkohol pernapasan, tes amphetamine urine
Meja V : konseling, edukasi, tindak lanjut
32

*) KMS FR-PTM : Kartu Menuju Sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
33

E. DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


(Sumber: KMK No. 1529 tahun 2010 Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif)

→ Program lanjutan dan akselerasi dari program Pengembangan Desa Siaga (tahun 2006)

Suatu kelurahan/desa yang:


1. Penduduknya dapat mengakses yankes tiap hari
2. Dapat mengembangkan UKBM (Upaya Kesehatan Bersama Masyarakat)
3. Melaksanakan SBM (Surveillance Berbasis Mutu):
a. Pemantauan penyakit, KIA, gizi, lingkungan dan perilaku
b. Pelaporan cepat (<24 jam) kepada petugas kesehatan
c. Pencegahan dan penanggulangan sederhana
d. Pelaporan kematian
4. Memahami dan dapat mengatasi kedaruratan kesehatan
5. Paham penanggulangan bencana
6. Menerapkan PHBS (ada 10 indikator)
a. Persalinan ditolong oleh nakes
b. Memberi ASI eksklusif
c. Menimbang balita
d.​ M
​ enggunakan air bersih
e.​ C
​ uci tangan pakai sabun

f.​ Menggunakan jamban sehat


g.​ M
​ emberantas jentik nyamuk
h.​ M
​ engonsumsi buah dan sayur setiap hari
i.​ Melakukan aktivitas fisik

j.​ Tidak merokok di dalam rumah



34

Tujuan Umum
→ Terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu mengenali,
mencegah serta mengatasi masalah kesehatan secara mandiri

Pelayanan kesehatan dasarnya:


→ Yankes ibu hamil, busui, anak, penemuan dan penanganan penyakit
Pengembangan UKBM:
→ Posyandu balita, posyandu lansia, pos kesehatan pesantren, UKK

3 Komponen:
1. Pelayanan kesehatan dasar
2. Pengembangan UKBM (kedaruratan, bencana, lingkungan)
3. PHBS

Penyelenggaraan:
Penyelenggaraan desa atau kelurahan siaga aktif adalah tugas dari Kader Pemberdayaan
Masyarakat (KPM) dan kader kesehatan
Didukung oleh Kepala Desa/Lurah dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Programnya sejalan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Contoh-contoh UKBMnya:
- Posyandu
- Rehabilitasi sarana Poskesdes, Polindes, sarana air bersih, sarana jamban keluarga
- Kegiatan promkes melalui Dasawisma, pertemuan RT/RW atau forum kegiatan
masyarakat dan keagamaan
Pelatihan teknis bagi para kader merupakan tanggung jawab DinKes Kab/Kota
35

Klasifikasi​ Desa Siaga (*nama tingkatannya sama dengan tingkatan posyandu)

Evaluasi ​dilakukan tahunan, tengah periode dan akhir periode


Indikator keberhasilan:
1. Keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan
2. Adanya kader kesehatan
3. Kemudahan akses masyarakat ke yankes dasar atau membuka pelayanan tiap hari
4. UKBM terlaksana
5. Adanya pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) atau anggaran
kelurahan, masyarakat dan dunia usaha
6. Peran aktif masyarakat
36

7. Ada peraturan/kebijakan mengenai Desa/Kelurahan Siaga Aktif


8. Adanya pembinaan PHBS di rumah tangga

F. PUSKESMAS
(Sumber: PMK No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat)

Puskesmas adalah ​fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan ​upaya kesehatan


masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama​, dengan lebih
mengutamakan upaya ​promotif dan preventif ​untuk ​mencapai derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya.

Tujuan Puskesmas ​→ mewujudkan kecamatan sehat, dalam 1 kecamatan min. ada 1 puskesmas

3 Fungsi Puskesmas:
1. Pelayanan kesehatan strata I
2. Penggerak pembangunan
3. Pemberdayaan masyarakat

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas:


1. Paradigma sehat → dalam bentuk GERMAS
2. Pertanggungjawaban wilayah
3. Kemandirian masyarakat
4. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan
5. Teknologi tepat guna
6. Keterpaduan dan kesinambungan

Persyaratan
1. Persyaratan Lokasi:
a. Geografis (tidak di tepi lereng, kaki gunung, dekat sungai, daerah rawan banjir)
37

b. Aksesibilitas transportasi
c. Kontur tanah
d. Fasilitas parkir
e. Fasilitas keamanan (pagar)
f. Ketersediaan utilitas publik
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan (limbah medis, non medis, air bersih)
h. Tidak di area Saluran Udara Tekanan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET)
2. Persyaratan Bangunan
a.​ Administratif, K3

b.​ B
​ ersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain

c.​ Aman, nyaman terutama untuk lansia, anak-anak dan disabilitas


3. Persyaratan Prasarana:
a.​ Sistem ventilasi
​ : ≥ 15% luas lantai
b.​ S
​ istem pencahayaan : tingkat pencahayaan 100-300 lux
c.​ Sistem air bersih, sanitasi dan hygiene

d.​ S
​ istem kelistrikan

e.​ Sistem komunikasi


f.​ Sistem gas medis


g.​ S
​ istem proteksi petir

h.​ S
​ istem proteksi kebakaran

i.​ Sarana evakuasi


j.​ Sistem pengendali kebisingan


k.​ S
​ istem kendaraan puskesmas keliling (pus-ling) : ambulans atau kendaraan lain

4. Persyaratan Ketenagaan
Jumlah tenaga kesehatan minimal:
Dokter = min. 1-2
Dokter gigi = 1
Perawat = 5-8
38

Bidan = 4-7
Tenaga promkes & ilmu perilaku = 2-1
Tenaga sanitasi lingkungan = 1
Nutrisionis = 1-2
Apoteker = 1
Ahli lab medik = 1

Kategori Puskesmas

Berdasarkan karakteristik wilayah kerja:


1. Puskesmas kawasan perkotaan
-​ 50% kerja non agraris (industri, perdagangan, jasa)

-​ Sekolah 2,5 km, pasar 2 km, RS 5 km, ada hotel


-​ Listrik >90%

-​ Ada jalan raya dan transportasi


2. Puskesmas kawasan perdesaan


-​ >50% kerja agraris/maritim

-​ Sekolah 2,5 km, pasar 2 km, RS 5 km, tidak ada hotel


-​ Listrik <90%

-​ Ada jalan raya dan transportasi


3. Puskesmas kawasan terpencil


4. Puskesmas kawasan sangat terpencil
Karakteristik puskesmas terpencil dan sangat terpencil:
-​ Pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan tenaga kesehatan

Berdasarkan Pelayanan:
1. Non rawat inap (rawat jalan, homecare, IGD, untuk persalinan normal bisa di-ranap-kan)
2. Rawat inap (untuk puskesmas yang jauh dari fasyankes lanjutan)
39

Perizinan:
1. Izin operasional: oleh PemDa Kab/Kota untuk 5 tahun
2. Registrasi: untuk dapat kode Pkm, ditetapkan oleh Menteri

Struktur Organisasi Puskesmas:


1. Kepala Puskesmas → diangkat oleh Bupati/Walikota
2. Kepala TU
3. PJ → PJ UKM
PJ UKP, kefarmasian dan lab
PJ jaringan layanan Pkm ​(Pustu, Pusling, Bidan desa)
PJ bangunan, prasarana
PJ mutu

Penyelenggaraan:
Upaya Kesehatan di Puskesmas → ​UKM dan UKP
UKM → keluarga, kelompok, masyarakat
UKP → perseorangan

UKM esensial (​* bedakan dengan 5 kegiatan posyandu)​ :


1) Promkes
2) Kesehatan lingkungan
3) Kesehatan keluarga
4) Gizi
5) Pencegahan dan pengendalian penyakit
Di luar ini termasuk kegiatan pengembangan, contoh kesehatan lansia
UKP → pemeriksaan oleh dokter, nakes, pelayanan IGD, homecare, dsb.
Unit I = KIA, KB, gizi
Unit II = P2M, imunisasi, konseling, lab sederhana
40

Lambang Puskesmas
Segi enam : 6 prinsip
2 lingkaran : UKM dan UKP
Stilasi bangunan : Pkm sebagai tempat
Bidang segitiga : 3 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat (genetik, lingkungan, perilaku)
Palang hijau : pelayanan kesehatan promotif dan preventif
Hijau : tujuan pembangunan kesehatan Pkm
Putih : pengabdian luhur

Akreditasi (tiap 3 tahun sekali)


1. Tidak terakreditasi
2. Dasar
3. Madya
4. Utama
5. Paripurna
*) posyandu dan posbindu klasifikasinya: Pratama, Madya, Purnama, Mandiri

G. PROMOSI KESEHATAN
Promotif : orang sehat
Preventif : orang sehat dan resiko tinggi
Kuratif : orang sakit
Rehabilitatif : baru sembuh

Jenis-jenis Metode Promkes


1. Metode Individual
a. Bimbingan dan penyuluhan
b. Interview (untuk evaluasi)
41

2. Metode Kelompok
a. Kelompok besar (>15 orang)
- Ceramah
- Seminar → presentasi dari ahli
b. Kelompok kecil (<15 orang)
- Diskusi kelompok
- Curah pendapat/ brainstorming → pemberian kasus lalu dibahas
- Bola salju → dari kel. kecil (1-2 orang) diskusi lalu lanjut sampai jadi
kel.besar
- Buzz group → diskusi antar kelompok-kelompok kecil
- Role play
- Simulation game → gabungan role play dan diskusi, seperti monopoli
3. Metode Massa
a.​ Ceramah umum/ public speaking

b.​ P
​ idato

c.​ Simulasi

d.​ T
​ ulisan di majalah/Koran

e.​ Bill board


Pencegahan penyakit​:
1. Primordial
→ Mencegah terbentuknya pola yang dapat meningkatkan risiko penyakit
→ Butuh peraturan ketat dari Pemerintah
Target: populasi, kelompok khusus
Ex: pencegahan jantung koroner
2. Pencegahan Primer
→ Agar tidak terjadi penyakit
Target: populasi dan individu sehat, kelompok khusus
Ex: promkes, perlindungan khusus (imunisasi, KB)
42

3. Pencegahan Sekunder
→ Sudah ada penyakit, agar sembuh
Ex: deteksi dini dan pengobatan, mencegah komplikasi
4. Pencegahan Tersier
→ Mencegah kecacatan, rehabilitasi
Target: pasien
Ex: rehab hingga fungsi tubuh dapat maksjmal, perawatan kaki DM
43

KELUARGA DAN KOMUNITAS


A. KELUARGA
(Sumber: materi kuliah)

Tipe Keluarga
Tipe keluarga tradisional:
1. Nuclear family (keluarga inti) : suami, istri, anak (kandung/angkat)
2. Dyad family : suami-istri
3. Single parent : ayah atau ibu saja dan anak
4. Single adult : 1 orang dewasa tanpa anak
5. Extended family (keluarga besar)
6. Middle-aged or elderly couple: ortu sendiri, anak sudah tidak serumah
7. Kin-network family: beberapa keluarga tinggal bersama

Tipe keluarga non tradisional:


1. Unmarried parent and child family: berkeluarga tanpa nikah
2. Cohabitating couple: cuman kumpul kebo
3. Gay and lesbian family
4. The nonmarital heterosexual cohabitating family: kumpul kebo tapi gonta ganti pasangan
5. Foster family: keluarga angkat

Fungsi keluarga:
1. Afektif: psikososial
2. Sosialisasi
3. Reproduksi
4. Ekonomi
5. Perawatan kesehatan → Mengenal masalah
Membuat keputusan
Merawat yang sakit
44

Menciptakan rumah sehat


Memanfaatkan fasilitas kesehatan

Tingkat kemandirian keluarga


1. Keluarga mandiri tingkat I
a. Menerima petugas keperawatan kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
2. Keluarga mandiri tingkat II
a s/d b
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar
d. Memanfaatkan yankes secara aktif
e. Melakukan perawatan sederhana
3. Keluarga mandiri tingkat III
a s/d e
f. Melakukan pencegahan aktif
4. Keluarga mandiri tingkat IV
a s/d f
contoh e = psikoterapi, individual
f = rehabilitasi, psikiatri
g. ​ ​Melaksanakan tindakan promotif

Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga menurut BKKBN 2009:


1. Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin)
Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan keluarga sejahteraI
2. Keluarga Sejahtera I (Miskin)
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah, dan bepergian
45

c. Rumah yang ditempati keluarga memiliki atap, lantai, dan dinding yang
baik.
d. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan.
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi.
f. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
3. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator tahapan keluarga sejahtera I dan
indikator berikut:
a. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
b. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian dalam
setahun.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk setiap penghuni satu rumah.
e. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing.
f. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan.
g. Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulis latin.
h. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat atau
obat kontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera III
Keluarga yang sudah memenuhi indikator tahapan keluarga sejahtera II dan indikator
berikut:
a. Keluarga berupaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang maupun barang.
46

c. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali


dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
d. Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal.
e. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/ televisi.
5. Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang memenuhi indikator keluarga sejahtera III dan indikator berikut:
a. Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materil
untuk kegiatan sosial.
b. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/institusi masyarakat.

Askep Keluarga

Kriteria prioritas masalah Skor Bobot

Sifat masalah Potensial 1 1

Risiko 2

Aktual 3

Kemungkinan untuk diubah Tidak dapat 0 2

Sebagian 1

Mudah 2

Potensial untuk dicegah Rendah 1 1

Cukup 2

Tinggi 3

Menonjolnya masalah Tidak dirasakan 0 1

Tidak perlu segera 1


47

Segera 2

Rumus = ​ skor ​ x Bobot


angka max.
Diagnosa:
1. Aktual : respon manusia terhadap kesehatan
2. Promosi kesehatan : “kesiagaan meningkatkan”
3. Risiko : kerentanan
4. Sejahtera : respon mandiri

Evaluasi
1. Kognitif (pengetahuan)
2. Afektif (emosional: verbal dan non verbal)
3. Psikomotor (mengulang kembali)

B. KOMUNITAS
Teori model keperawatan komunitas
1. Model self care/mandiri → Dorothea Orem
3 jenis self care:
a.​ Universal self care (air, udara, makanan, KDM)

b.​ D
​ evelopmental self care (proses kehidupan untuk lebih dewasa, interaksi sosial)

c.​ Health deviation self care (penyakit fisiologis dan psikologis)


2. Model health care system → Betty Neuman


Faktor manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan
3. Community as partner → Anderson & Mc Farlane
Peran dan fungsi perawat:
a.​ Manajer kasus

b.​ P
​ elaksana

c.​ Pendidik

d.​ A
​ dvokat
48

e.​ Konselor

f.​ Role model


g.​ P
​ enemu kasus

h.​ P
​ embaharu

i.​ Peneliti

Model keperawatan lainnya:


1. Florence Nightingale : perubahan lingkungan
2. Martha Rogers : konsep manusia sebagai unit
3. Imogene King : model konsep interaksi
4. Madeleine Leininger : caring sebagai fokus transkultural
5. Jean Watson : kebutuhan manusia saling berhubungan
6. Callista Roy : adaptasi
7. Virginia Henderson : KDM, aktivitas sehari-hari
8. Peplau : interaksi perawat-klien (interpersonal)
tahap orientasi, identifikasi, eksplorasi, resolusi.

Askep Komunitas
Diagnosa:
Masalah + (berhubungan dengan) etiologi + (ditandai dengan) tanda gejala
Evaluasi:
1. Formatif → catatan perkembangan
2. Sumatif → evaluasi akhir
49

MATERNITAS
(Sumber: materi kuliah dan googling)

A. IBU HAMIL
Status Gravida “GTPAL”
G = gravida
T = term
P = preterm (<37 minggu)
A = abortion (<20 minggu; bila >20 minggu maka masuk partus hidup/mati)
L = living children

Rumus HPL
HPHT Apr-Des → tanggal (+7) bulan (-3) tahun (+1)
HPHT Jan-Mar → tanggal (+7) bulan (+9) tahun (+0)

Pemeriksaan kehamilan minimal 4x


-​ 1x pada Trimester I

-​ 1x pada Trimester II

-​ 2x pada Trimester III


Tapi sebaiknya 4 minggu sekali pada 0-3 bulan


2 minggu sekali pada 4-6 bulan
1 minggu sekali pada 7-9 bulan

Leopold
I = Menentukan TFU (mengukur dari TFU ke simfisis pubis)
II = Menentukan puka dan puki (kanan dan kiri dari arah pemeriksa)
Menentukan bagian kecil janin di sepanjang sisi maternal
III = Menentukan bagian terbawah kepala/bokong
(Tangan kanan pemeriksa di bawah, tangan kiri di fundus)
50

Kepala →bulat, keras, melenting


IV = Menentukan sudah masuk PAP atau belum
(kaki ibu diluruskan, pemeriksa menghadap ke kaki ibu)

Taksiran BB Janin:
1. Kepala masuk PAP / divergen
(TFU – 11) x 155 gr
2. Kepala belum masuk PAP / konvergen
(TFU – 12) x 155 gr

Usia Kehamilan:
(dalam) Bulan = TFU x 2/7
Minggu = TFU x 8/7
Nb: usia 22 minggu TFU setinggi pusat

Gerakan janin​ : minimal 10x dalam 12 jam saat ibu terjaga


Lila bumil : minimal 23,5 cm, bila kurang maka KEK (Kurang Energi Kronis)
Denyut janin ​: 120-160 x/menit
Pemberian tablet Fe​: 90 kapsul (90 hari)
Posisi tidur bumil sebaiknya miring kiri, memperlancar aliran darah baik ke jantung atau ke janin
dan ginjal. Mengurangi bengkak pada kaki karena ginjal lebih leluasa.

Vaksin Tetanus:
-​ 3x DPT waktu bayi

-​ TT usia 4-7 tahun


-​ TT usia 12-15 tahun


-​ TT usia dewasa muda


Jangka waktu perlindungan pada wanita setelah diberikan 1-5 dosis vaksin TT:

Dosis (0,5 ml) Kapan diberikan Lama proteksi


51

TT 1 WUS atau usia hamil muda Tidak ada sama sekali

TT 2 Min. 4 minggu setelah TT 1 3 tahun

TT 3 Min. 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 Min. 1 tahun setelah TT 3 10 tahun

TT 5 Min. 1 tahun setelah TT 4 Selama usia subur

Kelas Antenatal
-​ Untuk bumil usia kehamilan 20 s/d 30 minggu

-​ Jumlah peserta maksimal 10 orang


-​ Suami/keluarga ikut serta minimal 1x


-​ Ada 3 pertemuan, di akhir sesi dilakukan senam hamil (15-20 menit)


1. Pertemuan I
Perubahan tubuh selama hamil, keluhan umum, periksa kehamilan, perawatan kehamilan,
pengaturan gizi (mencegah anemia)
a.​ Hb 9-11 → anemia ringan

b.​ H
​ b 6-8 → anemia sedang

c.​ H
​ b <6 → anemia berat

2. Pertemuan II
Persalinan, perawatan nifas (ASI, KB)
3. Pertemuan III
Perawatan bayi
52

10 T dalam antenatal care:


1. Timbang
Trimester I : naik 0,5 kg/bulan
Trimester II: naik 0,5 kg/minggu
Trimester III akhir: naik 20-90% dari BB lama
2. TD
3. TFU
4. Tetanus (skrining dan imunisasi)
5. Tablet Fe (90 butir untuk 90 hari)
6. Tetapkan status gizi
7. Tes lab
8. Tentukan presentasi janin dan DJJ (saat 16 minggu)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara

Fungsi cairan amnion/ketuban:


1. Melindungi janin dari benturan
2. Memberi ruang gerak → tali pusar tidak terjepit
3. Mencegah infeksi
4. Mempertahankan suhu rahim → 37,5​o​C
5. Mendukung perkembangan paru
Pada usia 10-11 minggu: janin bernapas dengan cara menelan air ketuban
32 minggu: berlatih napas dengan paru-paru
36 minggu: paru-paru matang
6. Mendukung perkembangan sistem pencernaan
Menelan air ketuban dan mengeluarkan urine
7. Mendukung perkembangan otot dan tulang
53

HT Gestasional
Uk ≥ 20 minggu
TD : 140/90 mmHg
Preeklampsia​: TD ↑ + proteinuria
- Ringan → proteinuria 1+
- Berat → proteinuria 2+, diastole ≥ 110, oliguria, hiperreflexia, gg penglihatan, nyeri
epigastrium (bila PEB harus dilahirkan dalam waktu 24 jam setelah gejala muncul)
Eklamsia​: PEB + kejang
Harus dilahirkan 6 jam setelah kejang
Penatalaksanaan HT pada ibu hamil ​tidak boleh dengan NIFEDIPIN karena ada efek samping
terhadap janin, dapat menyebabkan IUGR karena aliran darah berkurang. Dapat diserap juga
menjadi ASI sehingga tidak untuk busui.

B. IBU BERSALIN
Faktor yang mempengaruhi persalinan (4P):
1. Power 3. Passenger/janin
2. Passages/jalan lahir 4. Psikologis

Tanda-tanda persalinan:
Tanda Hegar → cekungan di mulut Rahim
Codwick → vagina, vulva, serviks ungu, vaskularisasi meningkat
Goodels → serviks lunak + sianosis
Piscaseck → fundus lebih menonjol, uterus tidak rata
Braxton Hicks → kontraksi uterus ringan bila dirangsang
Ballottement → teraba ada ketuban, dengan menggoyangkan perut ke 1 sisi teraba pantulan

C. IBU NIFAS
Lochea:
54

1) Rubra (merah) : H2 – H3
2) Sanguilenta (coklat) : H3 – H7
3) Serosa (kuning) : H7 – H14
4) Alba (putih) : > H14

Adaptasi psikologis post partum:


1) Taking In (dependent/bergantung) : H1 – H2
2) Taking Hold (butuh banyak info) : H3 – M4
3) Letting Go : M5 – M6

IMD dilakukan minimal 60 menit setelah bayi lahir


Bila ada pemasangan IUD dilakukan 10 menit setelah plasenta lahir

Pemeriksaan ibu nifas minimal 4x:


1. 6 jam pasca persalinan
2. 6 hari pasca persalinan
3. 2 minggu pasca persalinan
4. 6 minggu pasca persalinan

D. KELUARGA BERENCANA
Masa subur:
Hari pertama haid (tgl) + (siklus terpendek – 18) ​s/d
Hari pertama haid (tgl) + (siklus terpanjang – 11)
Misal: siklus haid Maimunah dalam 3 bulan terakhir yang terpendek adalah 28 hari dan
terpanjang 30 hari, bulan ini Maimunah haid hari pertama tanggal 1, maka….
1 + (28 – 18) s/d 1 + (30-11) = 1 + 10 s/d 1 + 19 = 11 s/d 20
Masa subur Maimunah di bulan tsb adalah tanggal 11 – 20.
Siklus haid menghitungnya dari hari pertama haid bulan sebelumnya s/d hari pertama haid bulan
berikutnya. (*Yuk dipahami pelan-pelan yuk)
55

Kontrasepsi darurat:
1. AKDR-Cu
2. Progestin
3. Pil kombinasi dosis rendah
4. Pil kombinasi dosis tinggi

Macam-macam KB dan isinya:


1. Mini Pil
→ Berisi progesteron kadar rendah atau progestin (bentuk sintetis progesteron)
Cara kerja: menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sperma sulit
menembus tuba falopi (efek hanya berlangsung 24 jam), menipiskan lapisan uterus
Aman untuk Ibu Menyusui
2. Pil Kombinasi
→ Berisi progesteron dan estrogen atau berisi progesteron saja (yang kadarnya lebih
tinggi dari mini pil)
Cara kerja: estrogen + progesteron → menghambat ovulasi, penebalan lendir serviks
Progesteron saja → menipiskan dinding rahim
Terdiri dari 21-35 tablet yang diminum dalam 1 siklus dan berkelanjutan. Dalam 1 siklus
terdapat pil yang mengandung hormon (pil aktif) dan pil yang tidak mengandung hormon
(pil inaktif). Khusus untuk pil KB yang hanya mengandung progesteron, seluruh pil di
dalam 1 siklus, seluruhnya merupakan pil yang aktif. Pil KB yang hanya mengandung
progesteron ini juga dapat mengakibatkan seorang wanita tidak mendapatkan menstruasi.
3. KB Suntik
KB suntik 1 bulan
Berisi progestin + estrogen
Cara kerja: mencegah ovulasi ​(pokoknya kalo ada progesteron mens tidak lancar, tapi
ada estrogen, sedangkan estrogen untuk memicu terjadinya mens)
KB suntik 3 bulan
56

Berisi progestin
Cara kerja: penundaan kesuburan hingga 1-4 bulan setelah pemakaian → mens tidak
teratur
4. IUD
IUD Hormonal
Mengeluarkan Levonorgestrel → hormon progestin
Cara kerja: mengentalkan lendir serviks
IUD non hormonal
Memiliki komponen berupa lilitan tembaga (copper)
Cara kerja: mengeluarkan zat yang menimbulkan peradangan di dalam rahim yang
mampu merusak sel sperma dan sel telur sebelum keduanya sempat bertemu.
5. KB Implan
Mengandung progestin dengan kadar rendah, bertahan sampai dengan 3 tahun
Cara kerja sama: mencegah ovulasi, menebalkan lendir, menipiskan dinding rahim
6. KB Non-Hormonal
Kondom, coitus interruptus, metode kalender, diafragma, spermisida, tubektomi,
vasektomi.
57

KEPERAWATAN ANAK
(Sumber: materi kuliah dan googling)

1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK):


-​ Periode dalam kandungan
​ = 280 hari
-​ Periode 0 – 6 bulan
​ = 180 hari
-​ Periode 6 – 24 bulan
​ = 540 hari
Disebut “Window of Opportunities”

APGAR Score:

2 1 0

Appearance Merah Ekstremitas pucat Pucat

Pulse >100 <100 -

Grimace Gerak kuat Gerak sedikit -

Activity/tonus Aktif Ekstremitas ditekuk Lunglai

Respiratory Menangis kuat Merintih -


APGAR 0 – 3 = Asfiksia Berat
4 – 6 = Asfiksia Ringan
7 – 10 = Normal

Level Jaundice:
I = Kepala
II = Badan atas
III = Badan bawah s/d tungkai
IV = Lengan, kaki bawah + lutut
V = Telapak tangan dan kaki
58

Klasifikasi Bayi Baru Lahir:


1)​ P
​ remature : - Bayi lahir usia < 37 minggu
-​ B
​ erat Badan Lahir Rendah (BBLR) < 2.500 gram

2)​ M
​ ature : 37 – 42 minggu
3)​ P
​ ost mature : > 42 minggu

Reflek Primitif Bayi


1. Moro reflex → terkejut; sensasi jatuh secara tiba-tiba (usia 28 minggu - 6 bln)
2. Grasping reflex→ menggenggam jari (usia 28 minggu - 6 bln)
3. Rooting reflex → menggoreskan jari ke pipi bayi maka ia akan menoleh dan membuka
mulut ke arahnya (32 minggu - 1 bulan)
4. Sucking reflex → menghisap (14 minggu - 4 bulan)
5. Stepping reflex→ bila kakinya diletakkan di area datar maka salah satu kaki akan fleksi
seperti akan berjalan (menghilang saat usia 2 bulan)
6. Babinski reflex→ ​dorsofleksi bagian ibu jari kaki dan mekarnya jari kaki lain bila
diberikan rangsangan goresan pada bagian lateral telapak kaki (menghilang usia 1-2
tahun)
7. Swimming reflex→ kaki menendang dan tangan mendayung bila menyentuh air

Tetanus Neonatorum
Penanganan kejang;
1. P
​ henobarbital 20 mg/kgBB IV pelan 10 – 15 menit

2. Bila kejang lagi, ulangi lagi, maintenance 4 – 6 mg/kgBB


3. Bila kejang lagi, phenytoin 20 mg/kgBB
4. B
​ isa diulang sampai 2x lagi

5. B
​ ila kejang lagi, midazolam 0,15 mg/kgBB

Maintenance 1 mcg/kgBB bisa dinaikkan per 2 menit, dosis max 18 mcg


Sediaan phenobarbital = 200 mg/2 ml
phenytoin = 100 mg/2 ml
59

*) sudah tidak boleh pakai diazepam (biasanya stesolid per rectal)

Dosis Obat untuk Anak:

n = usia anak (tahun)

Kebutuhan Cairan Anak berdasar Berat Badan:


10 kg pertama = BB x 100 cc/kg BB/hari = …... cc/hari
10 kg kedua = BB x 50 cc/kg BB/hari = …… cc/hari
>20 kg (sisanya) = BB x 20 cc/kg BB/hari = …… cc/hari +
Total = …… cc/hari

Misal berat anak A 24 kg, maka kebutuhan cairannya


10 kg pertama = 10 x 100 cc/kg BB/hari = 1000 cc/hari
10 kg kedua = 10 x 50 cc/kg BB/hari = 500 cc/hari
>20 kg (sisanya) = 4 x 20 cc/kg BB/hari = 80 cc/hari +
Total = 1580 cc/hari

BB Ideal:
Bayi = (usia dalam bulan + 9) ÷ 2
Toddler = 2n + 8
Pre-school s/d school =​ (umur x 7) – 5
2

Kategori Status Gizi Balita:

Indikator Status Gizi Z-Score

BB/U Gizi Buruk < - 3,0 SD


Gizi Kurang -3,0 SD s/d -2,0 SD
Gizi Baik -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gizi Lebih >2,0 SD
60

TB/U Sangat Pendek < - 3,0 SD


Pendek -3,0 SD s/d -2,0 SD
Normal >2,0 SD

BB/TB Sangat Kurus < - 3,0 SD


Kurus -3,0 SD s/d -2,0 SD
Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gemuk >2,0 SD

Underweight → gabungan gizi buruk dan gizi kurang


Stunting/pendek → gabungan sangat pendek dan pendek
Wasting/kurus → gabungan sangat kurus dan kurus
BB/U → indikasi masalah gizi secara ​umum
TB/U → indikasi masalah gizi ​kronis
BB/TB → indikasi masalah gizi ​akut​, misal habis sakit
Perkembangan: TES DENVER II
Istilah penilaian tes Denver II:
Advance : dapat melakukan tugas di sebelah kanan garis umur
Normal : gagal/menolak tugas di sebelah kanan garis umur
Lulus, gagal/menolak tugas di 25 – 75% (warna putih)
Caution : gagal/menolak tugas di 75 – 90% (warna hijau)
Delay : gagal/menolak tugas di sebelah kiri garis umur ​(harusnya sudah bisa)
No opportunity: anak mengalami hambatan, atau ortu lapor anaknya mengalami hambatan

Gagal (failed) → F
Menolak (refused) → R

Interpretasi Hasil:
1. Normal
- Tidak ada delayed
- Max 1 caution
- Selanjutnya dilakukan pemeriksaan rutin biasa
61

2. Suspect (meragukan)
- ≥ 2 caution atau ≥ 1 delayed

- Pemeriksaan ulang 1 – 2 minggu untuk hilangkan faktor sesaat


3. Untestable (tidak dapat dites)
- Skor menolak ≥ 1 di sebelah kiri garis umur
- Skor menolak ≥ 1 di area 75 – 90% (warna hijau)
- Pemeriksaan ulang 1 – 2 minggu

Kategori Bermain
Kategori bermain ditinjau dari isi:
1. Social ​affective​ play : menyenangkan (ciluk-ba)
2. Sense of pleasure play : menggunakan alat (istana pasir)
3. Skill play : motorik (memegang benda, memindah)
4. Games : ada yang menang dan kalah (ular tangga, congklak)
5. Unoccupied behavior : dengan objek di sekelilingnya
6. Dramatic play : bermain peran
Kategori bermain ditinjau dari karakter sosial:
1. On​look​er play : hanya mengamati teman bermain
2. Solitary : bermain bersama tapi jenis mainannya beda
3. Parallel : mainannya sama tapi tidak kontak dengan temannya
(congklak)
4. Associative : tidak ada yang memimpin permainan (masak-masakan,
boneka-bonekaan)
5. Cooperative : ada aturan dan pemimpin (sepak bola)

IMUNISASI
(PMK No. 12 Tahun 2017)

Istilah-istilah:
62

ADS = ​Auto Disposable Syringe​ (spuit untuk imunisasi)


Cold chain = sistem pengelolaan vaksin
HiB = Haemophilus Influenzae type B (pneumonia dan meningitis)
ICV = International Certificate of Vaccine
Imunisasi ORI = Outbreak Response Immunization (bila ada KLB)

Rutin : dasar (0-1 tahun) dan lanjutan (baduta, usia SD, WUS)
A.Imunisasi Program Tambahan
Khusus : meningitis, ​yellow fever​, rabies, polio, haji

Pemberian Imunisasi:
63

Frekuensi Imunisasi Dosis Cara pemberian Lokasi

4x Polio 2 tetes p.o Mulut

1x BCG 0,05 ml IC Lengan kanan

3x DPT-HB-Hib 0,5 ml IM Paha (bayi), lengan


kanan (batita)

4x Hepatitis B 0,5 ml IM Paha

IPV 0,5 ml IM Paha kiri

1x Campak 0,5 ml SC Lengan kiri

DT 0,5 ml IM Lengan kiri

Td 0,5 ml IM Lengan kiri

Varicella 0,5 ml SC
Keterangan:
- Vaksin Hepatitis B segera diberikan <24 jam setelah lahir di RS, paling baik dalam waktu
12 jam didahului dengan suntik vitamin K (untuk mencegah perdarahan)
- BCG dan polio I diberikan sebelum bayi pulang

- BCG optimal sampai usia 2 bulan, bisa sampai < 1 tahun tanpa tes mantoux

Status Imunisasi:
- T1 : sudah dapat DPT-HB-Hib 1
- T2 : sudah dapat DPT-HB-Hib 1, 2 , 3
- T3 : sudah T2 + imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib + campak (usia 18-24 bulan)
- T5 : sudah T3 + imunisasi DT dan Td

Sasaran Imunisasi Rutin:


1. Bayi (imunisasi dasar)
2. Baduta
64

3. Anak SD
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) → ​Agustus dan November
Agustus : campak (kelas 1 SD)
November : DT (kelas 1 SD) dan Td (kelas 2 & 3 SD)
Obat cacing serentak → ​Agustus
4. WUS (usia 15 – 49 tahun)

B.​ ​Imunisasi Pilihan


1) MMR
2) Tifoid
3) Varicella
4) Hepatitis A
5) Influenza
6) Pneumokokus
7) Rotavirus
8) Japanese encephalitis
9) HPV
10) Herpes zoster, dsb

Kelompok Risiko Tinggi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi):


1. Anak yang memiliki riwayat KIPI
2. BBLR
3. Dengan immunocompromised (HIV)

Dokumen pencatatan pelayanan imunisasi berisi:


1. Cakupan imunisasi
2. L
​ aporan KIPI

3. Logistik imunisasi
65

Dokumen pengiriman vaksin:


1. Surat Pengantar (SP) : untuk vaksin alokasi provinsi
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) : untuk vaksin alokasi pusat
2. VAR (​Vaccine Arrival Report​)
3. CoR (​Copy Certificate of Release​)

Penyimpanan vaksin:
1. Di Provinsi dan Kab / Kota
Polio : di freeze room/freezer suhu -15 s.d - 25​o​C (polio disebut vaksin sensitif
panas)
Lainnya : di vaccine refrigerator/cold room suhu 2 s.d. 8​o​C
2. Di Puskesmas
Semua vaksin : di vaccine refrigerator/cold room suhu 2 s.d. 8​o​C
Hepatitis B : pada bidan desa disimpan di suhu ruangan, terlindung sinar matahari
langsung
Pelarut vaksin disimpan di suhu 2 - 8​ o​C atau suhu ruang terhindar dari sinar matahari
langsung namun sehari sebelum digunakan pelarut disimpan pada suhu 2 - 8​ o​C

Ketentuan pemakaian vaksin:


Perhatikan 4 syarat berikut sebelum menggunakan vaksin:
1. Keterpaparan vaksin terhadap panas
Melalui ​“Vaccine Vial Monitor”​ (VVM)
Simbol A : gunakan bila belum kadaluarsa
Simbol B : gunakan lebih dulu meski kadaluarsa lebih panjang
Simbol C : jangan gunakan
Simbol D : jangan gunakan
2. Masa kadaluarsa
Bila VVM sama maka EEFO/ Early Expire First Out
3. Waktu penerimaan vaksin
66

FIFO → First In First Out


4. Pemakaian vaksin sisa
-​ Disimpan pada suhu 2 - 8​ o​C

-​ VVM dalam kondisi A atau B


-​ Belum kadaluarsa

-​ Tidak terendam air selama penyimpanan


-​ Belum melampaui masa pemakaian


Jenis vaksin Masa Pemakaian Keterangan

Polio 4 minggu Cantumkan tanggal pertama kali


vaksin digunakan
IPV 4 minggu

DT 4 minggu

Td 4 minggu

DPT-HB-Hib 4 minggu

BCG 8 jam Cantumkan waktu vaksin


dilarutkan
Campak 6 jam

Jenis-jenis vaksin Difteri:


1. DPT (Difteri, whole Pertussis, Tetanus)
Whole pertussis : banyak mengandung antigen → sering timbul reaksi demam
2. DTaP (Difteri, Tetanus, Acellular Pertussis)
aP: sedikit antigen
3. DT (Difteri, Tetanus)
Ketiganya untuk anak usia 2 bulan - 7 tahun
4. Tdap dan Td
Vaksin lanjutan setelah DTaP atau DT lengkap
Untuk usia 10 - 16 tahun, diulang tiap 10 tahun
67

Vaksin berhuruf kecil berarti memiliki kadar yang rendah


Vaksin berkadar rendah digunakan sebagai booster

Vitamin A:
1. Kapsul Biru (100.000 IU) : bayi usia 6 - 11 bulan
2. Kapsul Merah (200.000 IU) : bayi usia 12 - 59 bulan dan ibu nifas (1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul setelah 24 jam pemberian kapsul pertama)
Vitamin A diberikan tiap bulan ​Februari dan Agustus
Diberikan juga untuk anak penderita xerophthalmia, campak dan gizi buruk
Vitamin A tidak dapat dibuat oleh tubuh
- Sumber vit. A terbanyak → ASI, hati, kuning telur, buah warna kuning - jingga, sayuran,
margarine, susu
- Pemberian vit. A pada ibu nifas untuk memperoleh kualitas ASI dan mempercepat
pemulihan serta menurunkan resiko anemia
Kekebalan Tubuh:
1. Kekebalan aktif alami : bila sakit lalu sembuh
2. Kekebalan aktif buatan : imunisasi
3. Kekebalan pasif alami : bayi mendapat ASI
4. Kekebalan pasif buatan : pemberian plasma darah pada kasus covid

PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (difteri, campak, polio, dll)

Rumus angka kematian neonatal


Jumlah kematian bayi < 28 hari
AKN = Jumlah lahir hidup di tahun yang sama x 1000
68

GERONTIK
Kategori Lansia
Kategori lansia menurut WHO:
-​ Usia pertengahan
​ (middle age) : 45 – 59 tahun
-​ Lanjut usia
​ (elderly) : 60 – 74 tahun
-​ Lanjut usia tua
​ (old) : 75 – 90 tahun
-​ Sangat tua
​ (very old) : > 90 tahun

Kategori lansia menurut DepKes RI;


-​ Presenil
​ : 45 – 59 tahun ​(* sama dengan middle age ya)
-​ Senil
​ : ≥ 60 tahun

Kategori Hipertensi:
sistol diastol
-​ Optimal
​ : < 120 < 80
-​ Normal
​ : 120 – 129 80 – 84
-​ Normal tinggi
​ : 130 – 139 90 – 99
-​ Grade I
​ : 140 – 159 100 – 109
-​ Grade II
​ : 160 – 179 > 110
-​ Grade III
​ : > 180 > 110
-​ Isolated systolic HT: > 140
​ < 90
69

JIWA
(SP Berdasar SP terbaru Kemenkes RI, 2017. Keperawatan Jiwa)

A. HALUSINASI (Gg. Persepsi Sensori)


Tahapan halusinasi:
1. Halusinasi bersifat menenangkan/ ringan/ comforting
2. Halusinasi bersifat menyalahkan/ sedang/ condemning
3. Halusinasi bersifat mengendalikan/ berat/ controlling
4. Halusinasi bersifat menaklukkan/ panik/ conquering

Jenis Halusinasi:
1. Halusinasi pendengaran (akustik, audiotori)
2. Halusinasi penglihatan (visual)
3. Halusinasi penciuman (olfaktori)
4. Halusinasi peraba (taktil, kinestetik) → merasa ada yang merayap di tubuh
5. Halusinasi pengecap ( gustatorik) → makan/ minum
6. Halusinasi kinestetik → merasakan fungsi tubuh, darah mengalir
7. Halusinasi visceral → Depersonalisasi: rasa aneh pada dirinya
Derealisasi: semua terasa seperti mimpi

SP Halusinasi:
SP awal selalu BHSP
SP 1: identifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan saat halusinasi,
respond dan upaya, ajarkan cara menghardik
SP 2: 6 benar minum obat
SP 3: bercakap-cakap
SP 4: aktivitas terjadwal
70

SP Keluarga:
SP 1: Penkes tentang pengertian, jenis yang dialami klien, tanda gejala, cara merawat
SP 2: keluarga memperagakan cara merawat di depan klien
SP 3: menjelaskan perawatan lanjutan

Beda delusi dan halusinasi:


Delusi : ada stimulus objek nyata, misal melihat pohon seperti melihat setan
Halusinasi : tanpa ada stimulus eksternal

B. WAHAM (Perubahan Proses Pikir)


~> keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan

Jenis:
1. Waham agama : tentang Tuhan
2. Waham kebesaran : jabatan, merasa dirinya ustad termasuk kebesaran bukan agama
3. Waham curiga
4. Waham somatik : merasa bagian tubuhnya terganggu
5. Waham nihilistik : merasa dirinya sudah meninggal

SP Klien:
SP 1: BHSP, identifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
mempraktekan nya
SP 2: identifikasi kemampuan positif dan bantu praktekkan
SP 3: melatih cara minum obat

SP Keluarga:
SP 1: identifikasi dan jelaskan proses terjadinya masalah, obat klien
SP 2: melatih cara merawat klien langsung
SP 3: membuat perencanaan pulang/ menjelaskan perawatan lanjutan
71

C. PERILAKU KEKERASAN
Rentang respon marah:
1. Asertif : mengungkapkan marah tanpa menyakiti
2. Frustasi : gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah
3. Pasif : tidak dapat mengungkapkan perasaan
4. Agresif : masih terkontrol
5. Kekerasan : marah dan hilang control

SP Klien:
SP 1: Identifikasi penyebab, tanda gejala yang dirasakan, PK yang dilakukan, akibatnya,
Cara mengontrol dengan cara fisik I (latihan nafas)
Cara fisik II (pukul kasur dan bantal)
SP 2: Minum obat
SP 3: Cara verbal (menolak/ meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan)
SP 4: Cara spiritual

Efek Risti mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



Core problem Perilaku Kekerasan

Causa Gangguan Konsep Diri: HDR

D. DEFISIT PERAWATAN DIRI


SP 1: Melatih cara dan manfaat kebersihan diri
SP 2: Melatih berdandan
SP 3: Melatih makan dan minum
SP 4: Melatih BAB dan BAK

*) SP keluarga intinya sama dengan SP keluarga yang lain


72

E. HARGA DIRI RENDAH


SP 1: Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
SP 2: Menilai kemampuan positif yang bisa dilakukan
SP 3: Memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
SP 4: Latih kemampuan yang sudah diurutkan

F. ISOLASI SOSIAL
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Isolasi Sosial

HDR

Mekanisme koping inefektif

SP 1: Mengenali dan menyadari isos yang dialami


SP 2: Berinteraksi secara bertahap
SP 3: Berkomunikasi saat melakukan kegiatan

G. KEHILANGAN DAN BERDUKA


Berduka → respon psikososial sebagai akibat dari kehilangan (orang, objek, fungsi, bagian
tubuh atau hubungan)

Gejala dan Tanda Mayor:


Subyektif: Obyektif:
- Sedih - Menangis
- Bersalah - Pola tidur berubah
- Tidak ada harapan - Konsentrasi menurun
73

Intervensi:
1)​ T
​ entukan tahap berduka

2)​ P
​ erlihatkan empati dan perhatian, jujur dan tepati janji

3)​ B
​ olehkan klien untuk mengekspresikan perasaannya

4)​ D
​ orong untuk ekspresikan rasa marah, bantu mengeksplorasi

5)​ ​ Bantu klien berpartisipasi dalam kegiatan positif motorik kasar (jogging/ olahraga)
6)​ A
​ jarkan klien tahap berduka dan ciri-cirinya

7)​ B
​ antu dalam memecahkan masalahnya, beri reinforcement positif (pujian)

SP Klien:
SP 1: Berdiskusi tentang kondisi saat ini
SP 2: Cara mengatasi berduka
→ Verbal, fisik (aktivitas), social (sharing), spiritual
SP 3: Memberi informasi tentang komunitas untuk sharing
SP 4: Membantu membuat jadwal kegiatan harian
SP 5: Kolaborasi

H. GANGGUAN CITRA TUBUH


SP 1: Identifikasi citra tubuh
SP 2: Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuh
SP 3: Identifikasi aspek positif
SP 4: Mengetahui cara untuk meningkatkan citra tubuh
SP 5: Melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh
SP 6: Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
74

I. ANSIETAS
SP 1: Mengenal ansietas
SP 2: Melatih relaksasi → nafas dalam
→ relaksasi otot
→ hipnotis 5 jari
SP 3: Klien dapat memperagakan sendiri
SP 4: Melibatkan keluarga

Derajat Ansietas:
Ringan : waspada
Sedang : perhatian selektif pada hal yang penting
Berat : lapang persepsi menyempit, tidak dapat berpikir tentang hal yang lain selain
permasalahannya, semua perilaku dilakukan hanya untuk mengurangi
ketegangan
Panik : ketakutan, seperti diteror, tidak mampu melakukan sesuatu, persepsi
menyimpang, pikiran irasional

J. PENYALAHGUNAAN ZAT
SP 1: Mengatasi tanda gejala intoksikasi atau putus zat
SP 2: Mengenali dampak penggunaan zat
SP 3: Meningkatkan motivasi untuk berhenti (latihan afirmasi)
SP 4: Mengontrol keinginan menggunakan zat
- Menghindar
- Mengalihkan
- Menolak
SP 5: Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
SP 6: Diskusikan gaya hidup sehat
SP 7: Minum obat, tekankan benar dosis
75

NAPZA
NARKOTIKA​ → menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi nyeri
Golongan I : untuk ilmu pengetahuan, ketergantungan sangat tinggi
(Cocaine, Ganja, Heroin, Difenidrin, Opium, Putaw)
Golongan II : sebagai obat dengan tujuan menambah ilmu pengetahuan
(Morfin, Pethidine, Fentanyl, Metadon)
Golongan III : banyak digunakan untuk obat, ketergantungan ringan
(Codeine)

PSIKOTROPIKA​ → bersifat psikoaktif, menyebabkan perubahan perilaku dan mental


Golongan I : untuk ilmu pengetahuan, ketergantungan kuat
(Ekstasi)
Golongan II : pengobatan, ketergantungan kuat
(Amphetamine)
Golongan III : pengobatan, ketergantungan sedang
(Phenobarbital: obat kejang)
Golongan IV : pengobatan, ketergantungan ringan
(Diazepam, Nitrazepam)

Jenis berdasarkan efek:


1. Depresan (​downer​) → opioda (morfin, heroin, codeine), sedative, hipnotik, tranquilizer
(anti cemas)
2. Stimulant (​upper)​ → amphetamine (shabu, extasi), cocaine
3. H
​ alusinogen → ganja

ZAT ADITIF LAINNYA


Penggolongan Minuman Keras:
Golongan A → etanol 1 – 5% (Bir Bintang, San Miguel, Green Sand, Bir)
Golongan B → etanol 5 – 20% (Anggur Malaga, Anggur Orang Tua, Sho Chu)
76

Golongan C → etanol 20 – 45% (Wiski, Vodka, Tequila, Rum, Soju, Absinthe: 68%)

Tanda Gejala Intoksikasi (keracunan)

Ganja Opiat Sedatif-hipnotik Alkohol Amphetamine

1. Eforia 1.​ E
​ foria 1. Jalan sempoyongan 1.​ J​ alan sempoyongan 1.​ B
​ erkeringat

2. Mata merah 2.​ M


​ engantuk 2. Mengantuk 2.​ M
​ ata merah 2.​ G
​ emetar

3. Mulut kering 3.​ B


​ icara cadel 3. Memperpanjang 3.​ B
​ icara cadel 3.​ C
​ emas

4. Banyak bicara 4.​ K


​ onstipasi tidur 4.​ P
​ erubahan persepsi 4.​ D
​ epresi

dan tertawa 5.​ P


​ enurunan 4. Pengendalian diri 5.​ P
​ enurunan 5.​ P
​ aranoid

5. Nafsu makan kesadaran berkurang kemampuan 6.​ S


​ elalu terdorong

meningkat 5. Hilang kesabaran menilai untuk bergerak


6. Gangguan
persepsi

*) ingat ganja *) ingat efek opiat *) kalau opiat masih *) termasuk depresan *) ingat efek
katanya dan sedative ada euforia-nya, amfetamin kan
halusinogen ya, adalah yang ini murni stimulant ya
meski kata yang depresan, jadi teler doang jadi
make gak bikin intoksikasinya intoksikasinya
halu, ya gatau ya teler2 gitu sesuai jadi gak
ya kan belum bisa diem
sampai tahap
intoksikasi
mungkin ya
77

Tanda Gejala Putus Zat (bila berhenti mengkonsumsi)

Ganja Opiat Sedatif-hipnotik Alkohol Amphetamine

Jarang 1.​ ​Nyeri 1.​ ​Cemas 1.​ ​Cemas 1.​ C


​ emas

ditemukan 2.​ ​Panas dingin 2.​ ​Tangan 2.​ ​Tangan 2.​ K


​ elelahan

3.​ ​Gelisah gemetar gemetar 3.​ D


​ epresi

4.​ ​Mata hidung 3.​ ​Perubahan 3.​ ​Depresi 4.​ E


​ nergi ↓

berair persepsi 4.​ ​Mudah 5.​ K


​ eb. tidur ↑

5.​ ​Tidak bisa 4.​ ​Gg. daya ingat marah


tidur 5.​ ​Tidak bisa tidur 5.​ ​Tidak bisa
6.​ ​Diare tidur
6.​ ​Mual muntah

*) kebalikannya dengan intoksikasi, gejala yang *) biasa diberi


muncul lebih ke gelisah, tidak bisa tidur, tremor stimulant kalau
berhenti jadi
lemas

DENDA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG


UU Narkotika → UU No. 35 tahun 2009
Bentuk pelanggaran dan denda:
1)​ M
​ enyimpan narkotika gol. I : penjara 4 – 12 tahun + 8 juta s/d 8 M
2)​ P
​ roduksi dan penyaluran gol. I : 5 – 15 tahun + 1 M s/d 10 M
3)​ M
​ embeli, menerima, perantara gol. I : 5 – 20 tahun + 1 M s/d 10 M
4)​ M
​ enyimpan gol. II : 3 – 10 tahun + 600 juta s/d 5 M
5)​ P
​ roduksi dan penyaluran gol. II : 4 – 12 tahun + 800 juta s/d 8 M
6)​ M
​ embeli, menerima gol. II : 4 – 12 tahun + 800 juta s/d 8 M
7)​ M
​ engirim, mengangkut gol. II : 3 – 10 tahun + 600 juta s/d 5 M
8)​ M
​ enyimpan gol. III : 2 – 7 tahun + 400 juta s/d 3 M
9)​ P
​ roduksi dan penyaluran gol. III : 3 – 10 tahun + 600 juta s/d 5 M
78

10)​ ​Membeli, menerima gol. III : 3 – 10 tahun + 600 juta s/d 5 M


11)​ ​Mengirim, mengangkut gol. III : 2 – 7 tahun + 400 juta s/d 3 M
Bila terjadi pada korporasi : pencabutan izin usaha dan status badan hukum
Bila ortu pecandu di bawah umur tidak melapor: penjara 6 bulan atau denda 1 juta
Bila dilaporkan maka tidak dituntut pidana, anak direhab secara medis dan sosial.
Yang memiliki prekursor narkotika (untuk pembuatan narkotika): penjara 4 – 20 tahun + 5M

UU Psikotropika → UU No. 5 tahun 1997


Bentuk pelanggaran dan denda:
1)​ M
​ enyimpan psikotropika gol. I : penjara 4 – 15 tahun + 150 s/d 750 juta
2)​ M
​ engedarkan : 15 tahun + 200 juta
3)​ M
​ enerima penyaluran : 3 tahun + 60 juta
4)​ M
​ enyalurkan : 5 tahun + 100 juta
5)​ M
​ engekspor ; 3 tahun + 60 juta
6)​ P
​ emusnahan tidak sesuai standard : 5 tahun + 100 juta
7)​ T
​ idak melaporkan penyalahgunaan : 1 tahun + 20 juta

Pabrik obat → yang boleh memproduksi dan menyalurkan psikotropika


Psikotropika gol. I → hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi
kepada lembaga pendidikan.
79

ETIK KEPERAWATAN

Macam-macam malpraktek
1)​ M
​ edical malpractice : kelalaian dalam melakukan keterampilan
2)​ E
​ thical malpractice : bertentangan dengan etika
3)​ J​ uridical malpractice : melanggar hukum
a. Civil (perdata) : tidak melakukan kewajiban sebagaimana telah disepakati
Melakukan tapi tidak sempurna
Melakukan tapi terlambat
Melakukan yang seharusnya tidak dilakukan
b. Criminal (pidana) : ex. Aborsi, mengungkap rahasia dengan sengaja, benda tertinggal
saat operasi, membuat luka berat, kecacatan/meninggal
4)​ A
​ dministrative : praktik tanpa izin, tidak sesuai kewenangan, tidak membuat
rekam medis

Euthanasia:
1)​ E
​ uthanasia aktif : suntikan, obat
2)​ E
​ uthanasia pasif : menghentikan pertolongan (mencabut alat)
3)​ E
​ uthanasia volunteer : permintaan sendiri
4)​ E
​ uthanasia involunter : pasien tidak sadar, biasanya keluarga yang bertanggung jawab
mengambil keputusan
*) biasanya di soal keluar istilahnya gabungan, misal euthanasia pasif involunter, pasien tidak
sadar dan keluarga meminta penghentian penggunaan ventilator atau pengobatan lainnya.
80

MANAJEMEN

Fungsi manajemen
1)​ P
​ lanning : perencanaan
2)​ O
​ rganizing : menentukan MAKP
3)​ S
​ taffing : melaksanakan rencana, bagi job desc
4)​ D
​ irecting : motivasi, supervise, delegasi, kolaborasi
5)​ C
​ ontrolling : penilaian kinerja staf, pengendalian mutu

Gaya Kepemimpinan
1. Otokratik
- Pimpinan bertindak sendiri
- Hubungan dengan bawahan formal
2. Paternalistik
- Mengambil keputusan sendiri dan menjualnya kepada bawahan

- Hubungan seperti bapak dan anak


- Bila kebutuhan bawahan terpenuhi maka dianggap bawahan akan semangat dan
fokus pada tugasnya
- Berorientasi pada penyelesaian tugas dan hubungan baik
(* ​kamu kebutuhannya aku penuhi maka kamu akan kerja dengan baik​)
3. Karismatik
- Pimpinan egoisme tinggi, penyakit megalomania
- Bila jadi pengikut yang baik maka semua kebutuhannya terpenuhi
- Tidak memperhatikan tingkat kedewasaan bawahan
- Pemimpin membuat kesan pemurah hati padahal tidak
(* ​kalau kamu kerja dengan baik maka kebutuhanmu aku penuhi)​
4. Laissez Faire
-​ Santuy, kurang tanggung jawab

-​ Berorientasi pada relasi, bawahan sebagai rekan kerja



81

-​ Hubungan informal

-​ Bawahan dianggap sangat dewasa


5. Demokratis
-​ Hubungan informal dan formal seimbang

-​ Keseimbangan antara orientasi tugas dan hubungan


Jenjang jabatan fungsional perawat


(Permenpan RB No. 35 tahun 2019)
1)​ P ​
​ erawat Kategori Keterampilan (*​menghafalkannya TeMPe)

a.​ Perawat Terampil


-​ Pengatur, gol. Ruang II/c


-​ Pengatur tingkat I, gol. II/d


b.​ P
​ erawat Mahir

-​ Penata muda, gol. III/a


-​ Penata muda tingkat I, gol. III/b


c.​ Perawat Penyelia


-​ Penata, gol. III/c


-​ Penata tingkat I , gol. III/d


​ erawat Kategori Keahlian (*​menghafalkannya PerMuDyaTama​)


2)​ P
a.​ Perawat Ahli Pertama

-​ Penata muda, gol. III/a


-​ Penata muda tingkat I, gol. III/b


b.​ P
​ erawat Ahli Muda

-​ Penata, gol. III/c


-​ Penata tingkat I , gol. III/d


c.​ Perawat Ahli Madya


-​ Pembina, gol. IV/a


-​ Pembina tingkat I, gol. IV/b


-​ Pembina utama muda, gol. IV/c



82

d.​ P
​ erawat Ahli Utama

-​ Pembina utama madya, gol. IV/d


-​ Pembina utama, gol. IV/e


Angka Kredit Kumulatif

Jenjang Naik pangkat Pemeliharaan

Perawat Terampil 5 SKP 4 SKP

Perawat Mahir 12,5 SKP 10 SKP

Perawat Penyelia 25 SKP 10 SKP

Perawat Ahli Pertama 12,5 SKP 10 SKP

Perawat Ahli Muda 25 SKP 20 SKP

Perawat Ahli Madya 37,5 SKP 30 SKP

Perawat Ahli Utama 50 SKP 25 SKP

Tugas tiap jenjang:


1. Perawat Terampil (18 tugas)
a. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu.
b. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Melaksanakan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka
melakukan upaya promotif.
d. Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan/ pelindung fisik pada pasien
untuk mencegah resiko cedera pada individu dalam rangka upaya preventif.
e. Memberikan oksigenasi sederhana.
f. Memberikan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/ bencana/ kritikal.
g. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman serta bebas risiko
penularan infeksi.
83

h. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana pada area medikal


bedah.
i. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area anak.
j. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area maternitas.
k. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area komunitas.
l. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area jiwa.
m. Melakukan tindakan terapi komplementer/ holistik.
n. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan
pada tahap pre/ intra/post operasi.
o. Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka melakukan perawatan paliatif.
p. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan/berduka/menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan.
q. Melakukan perawatan luka.
r. Melakukan dokumentasi tindakan keperawatan
2. Perawat Mahir (32 tugas)
Melakukan 18 tugas perawat terampil ditambah dengan:
a. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada keluarga;
b. melakukan imunisasi pada individu dalam rangka melakukan upaya preventif;
c. melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi;
d. melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi;
e. melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi;
f. melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur;
g. melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri;
h. melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan
pengaturan suhu tubuh;
i. melakukan ​massage​ pada kulit tertekan yang berkaitan dengan kasus cedera;
j. melakukan ​Range of Motion​ (ROM) pada pasien dengan berbagai kondisi dalam
rangka melakukan upaya rehabilitatif pada individu;
84

k. melatih mobilisasi pasien dengan berbagai kondisi dalam rangka melakukan


upaya rehabilitatif pada individu;
3. Perawat Penyelia (34 tugas)
Poin b, f, h - p, q perawat terampil
Poin c - h perawat mahir
Poin-poin yang berbeda antara lain:
a. melakukan pengkajian keperawatan dasar pada kelompok;
b. melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
c. melakukan upaya promotif pada individu dalam pelayanan keperawatan;
d. melakukan upaya promotif pada kelompok dalam pelayanan keperawatan;
e. melakukan isolasi pasien sesuai kondisinya dalam rangka upaya preventif pada
individu;
f. melakukan pemantauan perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya;
g. melakukan isolasi pasien imunosupresi pada pasien kasus cedera;
h. memberikan perawatan pada pasien terminal;
4. Perawat Ahli Pertama (51 butir)
Perawat terampil poin b, f, m - n, p - q
Perawat mahir poin c - h
Poin-poin yang berbeda antara lain:
a. melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu, keluarga, masyarakat
b. memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut;
c. melaksanakan manajemen surveilans sebagai upaya pengawasan risiko infeksi
dalam upaya preventif dalam pelayanan keperawatan;
d. melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada
pasien/petugas/ pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi;
e. melakukan investigasi dan deteksi dini kejadian luar biasa yang berdampak pada
pelayanan kesehatan;
f. mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit menular;
g. merumuskan diagnosis keperawatan pada individu;
85

h. membuat prioritas diagnosis keperawatan dan masalah keperawatan;


i. menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu (merumuskan,
menetapkan tindakan);
j. menyusun rencana tindakan keperawatan pada keluarga (merumuskan,
menetapkan tindakan);
k. melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu;
l. memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu;
m. melaksanakan case finding/ deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu;
n. melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu;
o. melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
p. melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok;
q. melakukan peningkatan/penguatan kemampuan sukarelawan dalam meningkatkan
masalah kesehatan masyarakat;
r. melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat;
s. melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks;
t. melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi;
u. melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori;
v. melakukan komunikasi dengan klien yang mengalami hambatan komunikasi;
w. melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medikal
bedah;
x. melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area anak;
y. melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area maternitas;
z. melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area komunitas
aa. melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area jiwa;
bb. melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan tindakan
keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien;
cc. melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter;
dd. melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu;
ee. melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;
86

ff. melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;


gg. melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai
ketua tim/perawat primer;
hh. melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan;
ii. melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas
kesehatan;
jj. melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan fungsi
ketenagaan perawat;
kk. melakukan preseptorship dan mentorship;
5. Perawat Ahli Muda (44 tugas)
Perawat terampil poin b, f, o,p ,q
Perawat mahir poin c - h
Perawat ahli pertama poin d, u - cc, ii - kk
Poin-poin yang berbeda antara lain:
a. Melakukan skrining pada individu/ kelompok;
b. melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada
pasien/petugas/ pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi;
c. melakukan edukasi kesehatan pada keluarga untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarganya dalam upaya promotif;
d. melaksanakan edukasi kesehatan pada masyarakat dalam upaya promotif;
e. melakukan edukasi kesehatan pada individu pasien dalam rangka melakukan
upaya preventif;
f. melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok (pengunjung dan petugas);
g. melakukan kegiatan memotivasi pelaksanaan program pencegahan masalah
kesehatan pada masyarakat;
h. melatih interaksi sosial pada pasien dengan masalah kesehatan mental pada
individu dalam upaya rehabilitatif;
i. memfasilitasi pemberdayaan peran dan fungsi anggota keluarga dalam upaya
rehabilitatif;
87

j. melakukan perawatan lanjutan pasca hospitalisasi/ bencana dalam upaya


rehabilitatif;
k. memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman serta bebas risiko
penularan infeksi;
l. memberikan terapi modalitas;
m. melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada keluarga;
n. melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada kelompok;
o. melakukan perencanaan pasien pulang (discharge planning);
p. melakukan rujukan keperawatan;
q. melaksanakan studi kasus keperawatan dalam kegiatan peningkatan mutu dan
pengembangan pelayanan keperawatan;
r. melakukan supervisi klinik dan manajemen dalam fungsi pengarahan dan
pelaksanaan pelayanan keperawatan;
6. Perawat Ahli Madya (43 tugas)
Perawat terampil poin b, f, m - q
Perawat mahir poin c - h
Perawat ahli pertama poin w - cc, kk
a. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada kelompok dan masyarakat
b. melakukan komunikasi dengan klien yang mengalami hambatan komunikasi;
c. melakukan diseminasi informasi kesehatan pada kelompok;
d. melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada masyarakat;
e. menyusun rencana strategis bidang keperawatan;
f. menyusun rencana program tahunan unit ruang rawat;
g. membentuk dan mempertahankan keberadaan kelompok masyarakat pemerhati
masalah kesehatan dalam upaya promotif pada masyarakat;
h. melaksanakan advokasi program pengendalian faktor risiko dalam upaya
preventif pada masyarakat;
i. melaksanakan manajemen ​Infection Control Risk Assessment​ (ICRA) sebagai
upaya pengawasan risiko infeksi;
88

j. melakukan pembinaan kelompok risiko tinggi dalam upaya preventif pada


kelompok;
k. memberikan rekomendasi terhadap kompetensi perawat dalam proses rekrutmen
dan seleksi perawat;
l. melaksanakan evidence-based practice dalam kegiatan peningkatan mutu dan
pengembangan pelayanan keperawatan;
m. melakukan kredensialing perawat;
n. melakukan pengawasan/pengendalian/monev terhadap program mutu klinik
pelayanan keperawatan;
o. melaksanakan supervisi pelayanan keperawatan dan program dalam kegiatan
peningkatan mutu dan pengembangan pelayanan keperawatan.
7. Perawat Ahli Utama (49 tugas)
a. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru;
b. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan;
c. Melakukan follow up keperawatan pada keluarga dengan risiko tinggi;
d. Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anggotanya keluarganya;
e. Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit menular;
f. Memobilisasi cumber days di komunitas dalam pencegahan masalah kesehatan
pada masyarakat dalam rangka melakukan upaya preventif;
g. Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
h. Melakukan terapi lingkungan kepada pasien
i. Melakukan terapi bermain pada anak;
j. Merawat pasien dengan pemberian obat khusus yang berisiko tinggi;
k. Merawat pasien dengan kompleksitas dan risiko tinggi dan menggunakan alat
kesehatan berteknologi tinggi;
l. Merawat pasien dengan acute lung edema;
m. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan pembinaan kelompok pada pemulihan
pasca bencana pada kelompok/ masyarakat;
n. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal;
89

o. Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian;


p. Melakukan pembinaan etik dan disiplin perawat;
q. Merancang kegiatan peningkatan mutu profesi perawat;
r. Merancang sistem penghargaan dan hukum bagi perawat;
s. Merancang kegiatan promosi perawat;
t. Melakukan manajemen pembiayaan efektif dan efisien dalam rangka melakukan
pengawasan/pengendalian terhadap pelayanan keperawatan
u. Melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan
v. Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
w. Melaksanakan penanggulangan penyakit/wabah tertentu;
x. Melakukan supervisi lapangan.

Izin Praktik Mandiri


~> perlu SIPP, STR dan SIP
Dari PemDa Kab/Kota
Max. 2 tempat praktik
Harus evaluasi kompetensi

Istilah-istilah:
Sertifikat kompetensi : syarat tanda pengakuan untuk yang telah lulus Ukom
Sertifikat profesi : surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik (lulusan pend.profesi)
Registrasi : pencatatan resmi
STR : bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada perawat
yang telah diregistrasi
SIPP : bukti tertulis untuk menjalankan praktik keperawatan

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit


(PMK No. 3 tahun 2020)
Bentuk:
90

-​ Statis
​ : di 1 lokasi dan permanen dalam waktu lama
-​ Bergerak
​ : dapat dipindahkan (kapal laut, KA)
-​ Lapangan
​ : di lokasi tertentu dan sementara; untuk bencana

Berdasar jenis pelayanan:


-​ RS Umum
​ - RS Khusus
Kelas A → TT min. 250 Kelas A → TT min. 100
Kelas B → TT min. 200 Kelas B → TT min. 75
Kelas C → TT min. 100 Kelas C→ TT min. 25
Kelas D → TT min. 50
-​ RS Penanaman modal asing → TT min. 200

Berdasar pasal 28 H UUD 1945, jumlah TT di RS:


-​ RS Umum

Kelas 3 → 30% dari total TT


Intensif → 8% (ICU 5%, IC lainnya 3% misal ICCU dsb)
VIP → max 30%
-​ RS Swasta

Kelas 3 → 20% dari total TT


Intensif → 5%
VIP → max 30%

Izin RS

Izin RS Tipe A → diberikan oleh Menteri melalui Dirjen


B → diberikan oleh Gubernur
C → diberikan oleh Bupati/ Walikota
91

Pengurusan perpanjangan izin operasional harus 6 bulan sebelum berakhir


Akreditasi tiap 3 tahun

Rumus-rumus:
1. ALOS (Average Length of Stay)
Ideal = 6 – 9 hari

2. BOR (Bed Occupancy Rate)


Ideal = 60 – 85%

3. TOI (Rata-rata TT tidak ditempati)


Ideal = 1 – 3 hari

4. BTO (Bed Turn Over)


Ideal = TT dipakai 40 – 50x dalam setahun

Limbah Rumah Sakit:


Kuning = infeksius, jaringan tubuh
Coklat = farmasi
Hitam = non medis
Ungu = sitotoksik/ kemoterapi
Merah = radioaktif
Incinerator → pemusnahan limbah padat
92

PENGETAHUAN UMUM KEPERAWATAN

Sistem Pernapasan
BGA
Nilai normal
pH = 7,35 - 7,45 mmHg PaO2 = 80 - 100 mmHg
pCO2 = 35 - 45 mmHg SaO2 = > 95%
HCO3 = 22 - 26 mmHg BE = -2 s/d +2

Jika pH rendah perhatikan PCO2 dulu, jika pH tinggi perhatikan HCO3

pH PCO2 HCO3

Asidosis respiratorik ↓ ↑
Asidosis respiratorik terkompensasi ↓ ↑ ↑
Alkalosis respiratorik ↑ ↓
Alkalosis respiratorik terkompensasi ↑ ↓ ↓

Asidosis metabolik ↓ ↓
Asidosis metabolik terkompensasi ↓ ↓ ↓
Alkalosis metabolik ↑ ↑
Alkalosis metabolik terkompensasi ↑ ↑ ↑

Ket. : respiratorik → panah pH dan PCO2 selalu berlawanan arah


Metabolik → panah pH dan HCO3 searah

TBC
Upaya pengendalian TB → ​TOSS TB
T emukan pasien TB → secara aktif: skrining, kalau pasif berarti pasien datang ke yankes)
O bati → sesuai standar
S ampai → kerjasama lintas sektor, promkes
S embuh → monitoring dan evaluasi
93

Pemeriksaan dahak TB → S P S (sewaktu - pagi - sewaktu)


Dinyatakan (+) bila 2 hasil pemeriksaan positif (bisa pagi - sewaktu atau sewaktu - sewaktu)

Pengobatan TBC
1. Fase Inisial/intensif (56 hari) → 2 bulan pertama
Minum 3 macam obat ini tiap hari:
Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z)
2. Fase lanjutan (16 minggu) → 4 bulan selanjutnya
Minum 3x seminggu obat R dan H
Evaluasi sputum setelah akhir fase intensif dan 1 bulan sebelum regimen selesai.

Efek samping Obat TB:


- Isoniazid → neuropati perifer → berikan vit B6 100 mg/hari
- Rifampisin → mewarnai urin, mempengaruhi efektivitas KB hormonal, interaksi dengan
obat antidiabetik, gangguan menstruasi
- Pirazinamid paling hepatotoksik, dapat meningkatkan kadar asam urat
- Etambutol → buta warna → jangan diberikan pada anak-anak
- Streptomisin → ototoksik dan nefrotoksik

Dosis obat TBC berdasarkan BB:


BB 30 - 37 kg = 2 tab/hari
BB 38 - 54 kg = 3 tab/hari
BB 55 - 70 kg = 4 tab/hari
BB > 70 kg = 5 tab/hari
94

Bila TB + HIV/AIDS → ARV diberikan 14 hari setelah pemberian OAT

Pasien kategori I : pasien TB baru


Pasien kategori II : pasien kambuh TB, sebelumnya sudah sembuh tapi BTA (+) lagi
MDR-TB (Multidrug Resistant TB):
→ resisten minimal 2 obat paling paten yaitu rifampisin + INH atau obat anti TB lini pertama
lainnya (etambutol, streptomisin, pirazinamid)
XDR-TB (Extensive Drug Resistant TB):
→ MDR-TB + kebal obat lini kedua (fluorokuinolon dan setidaknya 1 obat lini kedua suntikan)

Sistem Kardiovaskuler
Rumus Transfusi Darah dan Albumin
Kadar Hb Normal Laki-laki dewasa : 14 -18
Perempuan dewasa: 12 -16

Rumus Transfusi = (Hb target/Hb normal - Hb pasien) x BB x jenis darah = …… cc


*) jenis darah : dikali 3 untuk PRC
6 untuk Whole Blood
10 untuk FFP
Rumus Kebutuhan Albumin = (Alb. target/normal - Alb. pasien) x (BBx40/100) x 2 = ….. gram

Rumus CTR (Cardio Thoracic Ratio)


CTR = ​A + B​ x 100%
C
Cardiomegali jika CTR > 50%

Rumple Leed Test


Untuk tes DB
Sistole + Diastole​ = ….mmHg → dipompa sampai dengan …… mmHg
2
95

Lalu tahan sampai 10 menit, (+) bila dalam lingkaran diameter 5 cm ada petechiae > 10

Malaria:
Pemeriksaan : sediaan darah tebal dan tipis serta RDT (Rapid Diagnostic Test)
Pengobatan : ACT + primakuin (primakuin tidak untuk bumil)
Daerah endemik malaria: Papua, NTT, Maluku, Bengkulu, Jawa Barat, Benten, Jawa Tengah,
DIY

EKG
1 kotak sedang = 5 kotak kecil
1 kotak kecil = 0,04 s

HR = 1500 . =​ 300 .
Jarak R ke R’ (kotak kecil) Jarak R ke R’ (kotak sedang)
96

Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih ​20 menit menyebabkan miokardium
mengalami nekrosis ​(infark miokard)​.

Sistem Perkemihan
Rumus GFR / LFG
Dewasa laki-laki = ​ (140 - umur) x BB .
72 x kreatinin serum

Dewasa perempuan = ​ (140 - umur) x BB .​ x 0,85


97

72 x kreatinin serum

Kreatinin serum (sk) normal = 0,3 - 1 mg/dL

Sistem Saraf
Saraf Kranial dan Saraf Spinal
12 Saraf Kranial dan Fungsinya:
98

31 Saraf Spinal dan Fungsinya:

Stroke
Pada penderita stroke gangguan saraf kranial yang sering terjadi pada:
Nerve VII : tidak dapat merasakan di lidah bagian depan, menggerakkan otot wajah
Nerve VIII : afasia (tidak mampu memahami perkataan orang lain yang didengar maupun
dibaca, kesulitan untuk menyampaikan hal yang ingin dikatakan)
Nerve IX : tidak dapat merasakan di lidah bagian belakang, disfagia (kesulitan menelan, air
liur keluar tidak terkontrol)
Nerve XII : disatria (bicara tidak jelas, pelo)
99

Sistem Muskuloskeletal
Luka Bakar
Derajat Luka Bakar
1. Derajat I : epidermis
- Sangat ringan (erythema)
- Sembuh tanpa perawatan khusus
- Klinis; kulit kemerahan dan nyeri hebat
- Terapi: analgetik
- Biasanya disebabkan sengatan matahari
2. Derajat II : dermis
Derajat IIA : superfisial (dangkal)
- Ada bullae, kulit merah
- Terasa nyeri
- Penyembuhan ± 2 minggu tanpa jar. parut (bila tdk ada infeksi)
Derajat IIB : deep (dalam)
- Ada bullae, kulit pucat
- Sedikit nyeri
- Penyembuhan agak lama, bila luas perlu skin graft
3. Derajat III : otot dan atau tulang
- Kulit nampak hitam dan kering
- Luka berwarna putih
- Tidak terasa nyeri
Bila sampai gangguan fungsi kulit maka → SKIN GRAFT (cangkok kulit)

Rumus Baxter Cairan = persentase luka bakar x BB X 4 ml = ……. mL


½ nya diberikan 8 jam pertama, ½ nya diberikan 16 jam berikutnya
100

Kekuatan Otot
5 = melawan gravitasi, kuat menahan beban
4 = melawan gravitasi, menahan beban tapi tidak kuat
3 = hanya melawan gravitasi
2 = menggerakkan sendi, menggeser
1 = menggerakkan jari, pergerakan otot
0 =-

GCS
E 4 = spontan V 5 = orientasi baik M 6 = ikut perintah
3 = rangsang suara 4 = bingung 5 = lokalisir nyeri
2 = rangsang nyeri 3 = per kata 4 = menjauhi nyeri
1=- 2 = merintih 3 = fleksi abnormal
1=- 2 = ekstensi abnormal
1=-
Pupil reactivity → Unreactive both = total EVM - 2
Unreactive one = total EVM - 1
Neither = total EVM - 0
Interpretasi ​(*menghafalkannya CASDeSK - 14, 12, 10, 7, 4, 3)
14 - 15 = compos mentis
12 -13 = apatis (pandangan hampa)
10 - 11 = somnolen (mudah tertidur, mudah dibangunkan)
7-9 = delirium (ada halusinasi, berteriak-teriak, gelisah, disorientasi)
4-6 = stupor (masih ada respon terhadap nyeri)
3 = koma

Traksi
Beban traksi kulit = 1/7 x BB = ….. Kg (maksimal 5 kg)
Beban traksi skeletal = ⅕ x BB = …… kg
101

Panjang Kruk = TB - 40 = …… cm
Jarak antara bantalan kruk dengan ketiak = 5 cm

Sistem Indera
Pemeriksaan Telinga
1. Tes sederhana → tes arloji, tes berbisik, tes garputala
2. Tes subjektif → audiometri
3. Tes objektif → BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)

Tes Garpu Tala


a. Tes Rinne
Membandingkan hantaran tulang (BC) dengan hantaran udara (AC) pada telinga klien
Hasil (+) bila masih terdengar
(-) bila tidak terdengar
Interpretasi : positif (AC = 2x lebih lama dari BC) → Normal
Positif (AC > BC) → tuli sensorial
Negatif (AC < BC) → tuli konduktif
Negatif (AC = BC) → tuli konduktif
b. Tes Weber
Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan
Hasil : lateralisasi → terdengar lebih keras di salah satu
Tidak ada lateralisasi → tidak tahu mana yang lebih keras

Interpretasi : tidak ada lateralisasi → normal


Lateralisasi ke telinga yang sakit → tuli konduktif
Lateralisasi ke telinga yang sehat → tuli sensorial
c. Tes Schwabach
Membandingkan hantaran tulang telinga yang diperiksa dengan pemeriksa
Interpretasi : sama → normal
102

Memanjang → tuli konduktif


Memendek → tuli sensorineural

Sistem Endokrin
Diabetes Mellitus
4 pilar penatalaksanaan DM:
1. Edukasi
2. Aktivitas fisik
3. Terapi nutrisi medis
4. Intervensi farmakologis

Perioperatif
Anestesi
1. Anestesi Umum → bius total (op jantung, paru2, lutut)
Diberikan per IV atau mask gas (untuk anak)
2. Anestesi Lokal → bagian tubuh tertentu (op mata, gigi, biopsi, vasektomi, op minor)
Injeksi, semprot atau krim
3. Anestesi Regional → sebagian besar anggota tubuh (SC, prostat, kaki)
- Spinal (punggung bawah)
- Epidural (dari tulang leher s/d tulang ekor) : disuntik atau dengan kateter
- Nerve block (area kumpulan saraf) : misal di lutut atau lengan
4. Anestesi Sedasi → ditambah obat penenang
- Minimal sedation: pasien bisa jawab pertanyaan
- Moderate sedation: pasien tidur, mudah dibangunkan
- Deep sedation : pasien tidur lelap
103

Pasien dipindahkan ke ICU jika skor tetap belum memadai setelah dirawat selama 2 jam.
(* Aldrete score menghafalkannya juga seperti APGAR, A (warna) P (nadi diganti TD) G (GCS)
A (activity) R (respiration), skornya juga sama 2-1-0, nilai harus 8)
104

Bromage Score:
SKOR
3

Mobilisasi Dini Post Op


- 6 jam pertama setelah operasi → tirah baring
Menggerakkan lengan, tangan, ujung jari kaki, memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menekuk kaki
- 6 - 10 jam → miring kanan kiri untuk mencegah trombosis dan tromboemboli
- 12 - 24 jam → belajar duduk
- Setelah bisa duduk lalu belajar berjalan

Obat
Klasifikasi Obat
1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
(dulu daftar W =
waarschuwing/peringatan,
sekarang masuk daftar P)
3. Obat keras
(daftar G =
gevaarlijk/berbahaya)
105

4. Psikotropika dan narkotika


(daftar O = opium)
5. Obat herbal
Bahan: tumbuhan → jamu
6. Obat herbal terstandar
Melalui proses ​pre-klinik ​(contoh: diapet, kiranti)
7. fitofarmaka
Bahan dasar alami yang telah diuji ​klinis​ (contoh: stimuno)
Penggolongan Obat Bebas Terbatas (daftar P)

Obat Generik → obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam ​Farmakope Indonesia untuk
zat berkhasiat yang dikandungnya. (ex. Parasetamol)
Obat Paten → obat yang baru ditemukan berdasar riset dan memiliki masa paten yang
tergantung dari jenis obatnya, menurut UU masa paten obat bisa sampai 20 tahun. Atau
pengertian lainnya, obat dengan nama dagang (ex. Norvasc isinya Amlodipine)
106

Dosis Obat

Waktu Paruh Obat


→ waktu yang dibutuhkan oleh separuh konsentrasi obat untuk dieliminasi, tujuannya untuk
menentukan dosis, berapa kali obat harus diminum, agar tidak terjadi penumpukan obat dalam
tubuh.
Waktu paruh jam pertama = dosis x ½ = n1
Waktu paruh jam kedua = n1 x ½ = n2
~dst
107

COVID-19

What is outbreak, pandemic and endemic?


Outbreak : perubahan keadaan kesehatan yang ditandai dengan ​peningkatan insidensi​, kasus
melebihi ekspektasi normal ​secara mendadak​ pada suatu populasi pada periode
waktu tertentu.
Epidemic : jumlah banyak, cepat, di satu tempat
ex. Chicken pox di USA
Endemic : jumlah banyak, di wilayah/populasi tertentu
ex. Malaria, meningitis
Pandemic : epidemi di banyak tempat
ex. HIV/AIDS, covid
Wabah : sedikit tapi berbahaya, sebelum epidemi

Histories of pandemics:
1. F
​ lu Burung (H5N1)

1878 : Italia
1924 : USA à wabah
1997 & 2003 : Hongkong
2. F
​ lu Spanyol

1918 : Spanyol, senjata biologis Perang Dunia I


3. S
​ ARS

2003 : Guangdong, China (dari kelelawar)


4. Flu Babi (A-H1N1)
2009 : Mexico (dari babi)
5. MERS
2012 : Timur Tengah (dari unta)
6. Ebola
2014 : Guinea, Afrika (dari kelelawar)
108

Bencana lingkungan di dunia:


- Tahun 1984 di Bhopal, India à kebocoran gas beracun
- Tahun 1986 di Chernobyl, Rusia à kebocoran nuklir terbesar
- Tahun 2011 di Fukushima, Jepang à kecelakaan nuklir

Covid-19 ​→ SARS-CoV-2 jenis ke-7 yang menginfeksi manusia


Tipe virus DBD → flavivirus

Cara Transmisi

Undang-Undang terkait pandemi covid di Indonesia:


- PMK No. 328 tahun 2020 tentang new normal
- Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
- Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam
Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol
Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010
Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan.
109

Anda mungkin juga menyukai