Anda di halaman 1dari 6

Model Jala-Jala (Segmentasi)

Disusun oleh:

Adam Malik 044120341

Muhamad Aldo 044118292

Imago Skriptura 044120457

Dosen Pengampus :

Mariana R.A Sirega, M.I.KOM

Humas 3

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

UNIVERSITAS PAKUAN

2022

1
 Model Jala-jala (Segmentasi)

Melakukan manajemen Public Relations merupakan hal yang penting dan


krusial dalam hubungan Public Relations. Ini karena, manajemen Public Relations tidak
hanya merencanakan dan mengatur bagaimana kehumasan dalam suatu organisasi
berjalan, melainkan juga agar kita dapat menganalisis kemungkinan yang akan terjadi
serta melakukan melakukan tindakan preventif untuk mencegah krisis.

Grunig memberikan beberapa penjelasan mengenai kapan dan bagaimana


manusia berkomunikasi serta kapan komunikasi efektif untuk dilaksanakan. Terdapat 3
faktor utama yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) Mengenali masalah, pada dasarnya,
manusia tidak akan berpikir tentang suatu situasi kecuali jika mereka percaya bahwa
mereka perlu melakukan sesuatu terhadap situasi tersebut, atau ketika mereka
menghadapi suatu masalah; (2) Mengenal adanya hambatan, terdapat suatu hal yang
menghambat kemampuan mereka untuk melakukan tindakan yang mereka inginkan; (3)
Tingkat Keterlibatan, seberapa jauh seseorang merasa terlibat dalam suatu situasi.

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam melakukan manajemen Public
Relations. Hal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam organisasi. Salah satunya
adalah dengan menggunakan model Jala-jala yang dikemukakan oleh Grunig pada
1992.

Gambar 1 Diagram model Jala-jala

2
Pada Gambar 1, kita dapat melihat bagaimana diagram model menjelaskan
bahwa dalam model ini, terdapat beberapa segmen yang dipisahkan berdasarkan
seberapa luas jangkauan Public Relations dijalankan. Serta, dapat kita lihat bahwa
jangkauan terkecil merupakan individu dan jangakian terbesar adalah jangkauan ke
masyarakat.

Menurut (Rhenald Kasali, 1994 : 9), Semakin keluar semakin bersifat umum dan
kurang berpengaruh terhadap pusat jala tersebut. Sementara semakin luas jangkauannya,
maka semakin banyak pula biaya yang perlu dikeluarkan untuk melakukan campaign
Public Relations. Selain itu, target juga akan semakin berkurang. Maksudnya adalah
Public Relations tidak lagi fokus kepada loyalitas, namun pada seberapa luas cakupan
wilayahnya. Bagi Grunig, segmentasi yang terbaik dilakukan pada lapisan kedua
sebelah dalam yaitu publik (Sulistyaningtyas, 2006).

Sementara itu, apabila kita menedengar segmentasi, maka kita akan merasa
identik dengan perilaku konsumen yang penting untuk kita perhatikan dalam melakukan
advertising/periklanan. Meskipun tujuannya berbeda, segmentasi juga dapat kita
terapkan dalam Public Relations untuk dapat menyebarkan brand awareness kepada
publik. Untuk itu, kita dapat mengenal terlebih dahulu lapisan-lapisan yang ada pada
model jala-jala.

1. Pusat Jala-jala : perilaku individu yang terlibat dalam proses komunikasi.


Pada lapisan ini, orang cenderung ragu-ragu dan tidka terlalu berminat
untuk melibatkan diri. Namun pada tingkatan keterlibatan, Public Relations
cenderung menaruh minat yang lebih besar pada publik yang memiliki kepentingan
yang besar (publik aktif).

Variable yang mempengaruhi titik sentral jala itu dibagi 2 :

a) Inferred variables, variable yang didapat melalui wawancara langsung dengan


publiknnya (kualitatif)

3
b) Objectives Varibles, dilakukan oleh peneliti pemasaran untuk menentukan
segmentasi
2. Lapisan pertama : Publik

Lapisan ini dianalisis setelah pengamatan pada tahap stakeholders. Setelahnya,


dilakukan penentuan segmen aktif dan pasif untuk dapat diproses oleh Public Relations.

Menurut Rhenald Kasali (1994 : 51), secara umum publik dibedakan menjadi :

a) All Issue Publics : publik yang aktif pada keseluruhan masalah


b) Single Issue Publics : publik yang aktif pada masalah tertentu
c) Apathetic Public : publik yang tidak tertarik pada keseluruhaan masalah
d) Hot Issue Publics : publik yang aktif pada masalah umum seperti,
undangundang, kebijakan pemerintah dan lainya.
3. Lapisan kedua : Komunitas

Komunitas merupakan suatu pengelompokkan publik dalam wadah tertentu.

4. Lapisan ketiga : Psikografis, Gaya Hidup, Budaya, dan Hubungan Sosial

Keempat konsep ini merupakan bagian dari konsep yang dipelajari oleh para
psikolog dan sosiolog. Dengan memanfaatkan keduanya, konsep ini dpaat digunakan
untuk menjelaskan bagaimana masyarakat menggunakan media dan bagaimana media
memengaruhi mereka.

VALS (values and lifestyle) merupakan suatu simplifikasi dan generalisasi dari gaya
hidup masyarakat.

5. Lapisan keempat : Geodemografis

Lapisan ini digunakan untuk membaca kelompok masyarakat menurut tempat


tinggalnya. Tujuannya adalah untuk memudahkan penyampaian pesan komunikasi.
Dengan begitu, pesan yang disampaikan dapat lebih sesuai dengan ciri khas dan
keperluan daerah itu.

6. Lapisan keenam : Masyarakat

4
Masyarakat merupakan audience dari media massa cetak, elektronik, maupun
online yang tingkat kepentingan dan keterlibatannya ada tetapi, dangat renggang dengan
pokok persoalan.

Belum lama ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan salah satu unggahan
sepatu terbaru Adidas dengan desain wayang kulit. Dalam postingan Instagram Adidas
tersebut, disebutkan bahwa wayang kulit merupakan produk budaya Malaysia. Hal ini
lantas membuat masyarakat Indonesia geram. Postingan Adidas soal desain wayang
kulit itu pertama kali diunggah melalui akun Adidas Singapore @adidassg, pada Selasa
9 November 2021 lalu. dalam postingan @adidassg, dikutip pada Senin 15 November
2021.

Postingan Adidas itu kemudian menyita perhatian masyarakat Indonesia. Di


awal videonya, Adidas memperlihatkan sebuah pertunjukan wayang kulit untuk
memperkenalkan produknya yang bertemakan wayang kulit. Adidas lalu menunjukkan
bocoran penampakan produk sepatu keluaran barunya itu. Hal yang mencuri perhatian
publik, yaitu desain gambar wayang kulit yang terdapat dalam sepatu bernuansa putih
hijau itu. Melihat unggahan Adidas tentang peluncuran salah satu produk barunya
yang bernuansa wayang kulit itu lantas membuat warganet Indonesia tidak terima.
Kasus ini menimbulkan berbagai opini dan pemberitaan dari berbagai pihak. Banyak
yang menjelaskan dan mengkritisi para brand tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Kasali R. 1994. Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.


Jakarta Gr Sulistyaningtyas I D. 2006. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam
Program Kampany Sosial. Yogyakarta : Jurnal Ilmu Komunikasi. 3 [1] : 63-76

afiti

Ningrum C D P. 2016. Manajemen Public Relations. Prezi.


https://prezi.com/2luwmngnx02x/manajemen-public-relations/

https://www.suaramerdeka.com/internasional/pr-041711568/adidas-diserbu-netizen-
indonesia-usai-klaim-wayang-kulit-asli-malaysia?page=2

5
6

Anda mungkin juga menyukai