Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGAUDITAN I

“PENGANTAR AUDIT”

Disusun Oleh :

Ayub Agustin (203030303224)

Damar Dwisatria Mulya Seto (203010303039)

Elsa Valansia Gultom (203020303113)

Khalifatullah (203020303063)

Maya Anggela (203010303027)

Mayenita (203020303120)

Muhammad Ikbal (203010303030)

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Palangka Raya

2022/2023
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat yang telah di berikan kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini, mengenai Pengantar Audit.

Makalah ini kami buat agar dapat dimengerti oleh kelompok kami dan orang lain.
Apabila terdapat kesalahan, mohon berikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Agar
kami bisa melakukan perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat dalam kegiatan
belajar mengajar, khususnya pada perkuliahan Mata Kuliah Pengauditan I. Sehingga dapat
mempermudah dalam proses belajar mengajar.

Palangka Raya, 24 Agustus 2022

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ...........................................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

1.1 Latar belakang ................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................

BAB II HASIL PENELITIAN...................................................................................

2.1 Kasus (Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kereta Api Indonesia) ...............

BAB III PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN KASUS ...................................

3.1 Pengertian Auditor dan Auditing ..................................................................


3.2 Perbedaan Auditing Dengan Akuntansi ........................................................
3.3 Alasan Auditing Diperlukan .........................................................................
3.4 Jenis – Jenis Auditing dan Auditor ...............................................................
3.5 Manfaat Auditing ..........................................................................................
3.6 Penyelesaian dari kasus manipulasi laporan keuangan PT. KAI ..................

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................


4.2 Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan jaman sekarang ini, keuangan merupakan salah satu hal yang
menjadi pilar penting, Bagaimana Keuangan sendiri dianggap sensitif dan juga penting
bagi sebuah perusahaan ataupun sebuah keluarga dan individu. Semakin besar keuangan
dan sistemnya maka harus ada pengawasan yang jelas untuk menjaga agar jalannya tidak
keluar jalur dengan laporan keuangan.
Laporan keuangan bisa disajikan untuk memenuhi keperluan seperti mendapatkan
informasi secara kuantitatif, lengkap, serta terpercaya. Tentu laporan ini diberikan kepada
orang yang berwenang untuk tahu apa saja yang terjadi dilapangan dan bagaimana sistem
keuangan berjalan. Tidak luput dalam laporan keuangan banyak terjadinya manipulasi data
yang bukan sebenarnya yang terjadi agar perusahaannya dilihat punya alur keuangan yang
bagus sehingga para investor dan pihak lain menganggap perusahaan tersebut adalah
perusahaan yang tepat untuk mereka.
Audit sendiri merupakan sebuah proses pengumpulan serta pemeriksaan bukti
mengenai informasi guna menentukan dan membuat laporan terkait tingkat kesesuaian
antara informasi dan kriteria yang ditetapkan. Laporan yang baik dan bagus adalah laporan
yang telah diaudit.
PT. KAI (Kereta Api Indonesia) adalah badan usaha milik negara indonesia yang
menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT. KAI meliputi angkutan
penumpang dan barang. PT. KAI memiliki kantor pusat di Bandung, yang didirikan pada
28 September 1945 oleh Angkatan Moeda Kereta Api. Tujuan didirikannya adalah untuk
meningkatkan kualitas layanan dan keamanan dengan mengedepankan prinsip customer
centricity karena kualitas pelayanan dan keamanan tertanam di dalam nilai – nilai utama
PT. KAI. Pada tahun 2005 PT. KAI melakukan manipulasi laporan keuangan yang
seharusnya tidak dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Auditor dan Auditing?
2. Apa perbedaan Auditing dengan Akuntansi?
3. Bagaimana bisa Auditing diperlukan?
4. Apa jenis – jenis dan manfaat dari Auditor dan Auditing?
5. Bagaimana Penyelesaian dari Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai antara lain
sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui pengertian dari Auditing dan Auditor
2. Untuk Mengetahui Perbedaan dari Auditing dan Akuntansi\
3. Untuk Mengetahui alasan Auditing diperlukan
4. Untuk Mengetahui Jenis – Jenis dan Manfaat Auditing dan Auditor
5. Untuk Mengetahui Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI
BAB II
HASIL PENELITIAN
2.1 Kasus (Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kereta Api Indonesia)
Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT. KAI tahun 2005,
perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Perusahaan
seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao
yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT. KAI untuk tahun 2003
dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk
tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.
Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum
disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus
Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh
akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan
dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005.
Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan
itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk
membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2
Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan
dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang
seharusnya menanggung beban pajak itu.
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai
kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo
penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang
seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai
komulatif sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar oleh
manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari
hutang.
Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan
tidak tertagihnya kewajiban pajak.
BAB III
PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN KASUS
3.1 Pengertian Auditor dan Auditing
1. Pengertian Auditor
Auditor merupakan sebuah profesi seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu
untuk mengaudit laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan, organisasi,
lembaga, atau instansi. Menurut Arens, auditor adalah seseorang yang menyatakan
pendapat kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan
arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Mulyadi,
auditor adalah akuntan publik yang menyediakan jasa berupa auditing dengan tujuan
untuk memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan agar bebas dari kesalahan uji.
Auditor bertanggung jawab untuk pemeriksaan atas kewajaran suatu laporan
keuangan dan auditor juga harus memeriksa apakah setiap laporan tersebut telah sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi atau tidak.
Jumlah auditor di Indonesia saat ini masih sedikit. Padahal, jumlah perusahaan
yang perlu di audit semakin bertambah. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kompetensi anggotanya. Peningkatan
kompetensi tersebut terkait dengan standar audit, standar akuntansi untuk pelaporan
keuangan.
Saat ini anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebanyak 4.000 orang
dan yang memiliki praktik izin Akuntan Publik sebanyak 1.416 orang. Akibat
kekurangan auditor yang memenuhi standar, lembaga negara seperti Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) kesulitan memenuhi audit keuangan lembaga dan daerah. Sehingga,
harus bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik (KAP)

2. Pengertian Auditing
Menurut Sukrisno Agoes, Auditing adalah Suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai keawajaran
laporan keuangan tersebut. Sedangkan Menurut Arens , Auditing adalah proses
pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi untuk menetapkan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriterianya. Auditing
hendaknya dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen.
Definisi Auditing secara umum memiliki unsur-unsur penting sebagai berikut :
a) Suatu proses yang sistematik.
b) Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif.
c) Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi.
d) Menetapkan tingkat kesesuaian.
e) Kriteria yang ditetapkan.
f) Penyampaian hasil.
g) Pemakai yang berkepentingan.

3.2 Perbedaan Auditing dengan Akuntansi


Akuntansi yaitu pencatatan, pengklasifikasian dan peringkasan kejadian ekonomi yang
terjadi bertujuan untuk menyediakan keuangan informasi yang digunakan dalam
pengambilan keputusan. Sedangkan Auditing yaitu menentukan apakah informasi yang
dicatat dengan benar mencerminkan peristiwa ekonomi yang terjadi selama periode
akuntansi.
Di dalam akuntansi tersebut meliputi Transaksi, Jurnal, Buku Besar, dan Laporan
Keuangan. Sedangkan di dalam auditing memiliki siklus kebalikan dari Akuntansi, Yaitu
Laporan Keuangan, Buku Besar, Transaksi.

3.3 Alasan Auditing Diperlukan


Auditing diperlukan untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan kredibilitas
pelaporan keuangannya agar laporan tersebut dapat dipercaya oleh kepentingan pihak luar
entitas, seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan lain sebagainya. Tujuan dari
diperlakukannya dilakukannya audit adalah untuk memberi kepastian bagi setiap
pemangku kepentingan bahwa laporan keuangan yang dibuat sudah akurat, lengkap, dan
sejalan dengan standar peraturan audit.
Pada kasus manipulasi laporan keuangan PT. KAI, terdapat kesalahan – kesalahan yang
dilakukan oleh PT. KAI karena memiliki tata kelola yang kurang baik, antara lain :
1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan
itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Padahal berdasarkan
Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa
dimasukkan sebagai aset. Di PT. KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat
penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
2. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya, oleh manajemen PT KAI
disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. Akan tetapi
menurut Hekinus bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus disajikan sebagai
bagian dari modal perseroan.
3. Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan
tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan
pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

3.4 Jenis – Jenis Auditing dan Auditor


Audit dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yakni audit laporan keuangan, audit
kepatuhan, dan audit operasional
1. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan memiliki tujuan untuk melakukan penilaian terkait
kewajaran atau kelayakan penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan.
Adapun, kelayakan dan kewajaran ini mengacu pada prinsip akuntansi yang dapat
diterima secara umum. Kemudian, atas penilaian tersebut akan tercermin pada
opini audit.
2. Audit kepatuhan
Audit Kepatuhan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang
diaudit telah mengikuti prosedur standar dan aturan tertentu yang telah ditetapkan.
3. Audit operasional
Audit operasional merupakan tindak lanjut dari rekomendasi evaluasi atas
Sistem Pengendalian Intern. Cakupan jasa audit dan penilaian mencakup semua unit
yang ada dalam universitas dan operasinya.

Adapun Jenis – Jenis Auditor antara lain sebagai berikut :


1. Auditor Internal
Auditor Internal adalah seorang auditor yang bekerja untuk suatu instansi atau
perusahaan.
2. Auditor Independen
Auditor Independen adalah anggota kantor akuntan publik yang bekerja secara
eksternal untuk melayani masyarakat publik yang sedang membutuhkan jasa audit.
3. Auditor Pemerintah
Auditor Pemerintah adalah seorang auditor yang bekerja melayani lembaga-
lembaga atau perusahaan milik pemerintah
4. Auditor Forensik
Auditor Forensik adalah auditor yang bekerja dibidang spesialisasi dalam
bidang kriminal keuangan.
5. Auditor Pajak
Auditor Pajak adalah auditor dibawah Direktorat Jendral Pajak (DJP)
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

3.5 Manfaat Auditing

Manfaat dari Auditing sendiri dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu bagi pihak
luar yang diaudit, bagi anggota lain dalam dunia usaha, dan bagi pemerintah dan orang-
orang yang bergerak dibidang hukum.

1. Bagi Pihak Yang Diaudit


a) Menambah kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut dapat
dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang saham, kreditur,
pemerintah, dan lain-lain.
b) Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang
diaudit.
c) Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk menyiapkan surat
pemberitahuan pajak yang diserahkan kepada pemerintah.
d) Membuka pintu bagi masuknya sumber pembiayaan dari luar.
e) Menyikap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan keuangan.
2. Bagi anggota lain dalam dunia usaha
a) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kreditur atau para rekanan unyuk
mengambil keputusan pemberian kredit.
b) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk
menyelesaikan klaim atas kerugian yang diasuransikan.
c) Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor untuk
menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.
d) Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit untuk
menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.
e) Memberikan dasar yang independen Kepada pembeli maupun penjual untuk
menentukan syarat penjualan, pembelian atau penggabungan perusahaan.
f) Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para langganan atau klien
untuk menilai profitabilitas atau audit finansial, Audit manajemen, dan Sistem
pengendalian intern rentabilitas perusahaan, efisiensi operasionalnya, dan keadaan
keuangannya.
3. Bagi badan pemerintah dan orang – orang yang bergerak dibidang hukum
a) Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan
keandalan laporan keuangan.
b) Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak dibidang hukum
untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah dalam
kebangkrutan dan insolvensi, dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan
dengan cara semestinya.

3.6 Penyelesaian Dari Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI


Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah selain untuk alat pertanggungjawaban
manajemen juga sebagai bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan
keputusan, tetapi dalam kasus ini manajemen telah memanipulasi laporan keuangan,
sehingga laporan keuangan yang dihasilkan tidak menunjukkan kinerja perusahaan yang
sesungguhnya.
Dalam kasus di PT. KAI, terdapat banyak kejanggalan yang ada pada laporan
keuangan yang menjadi hasil pekerjaan akuntan publik tersebut. Kasus PT. KAI bermuara
pada perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Komisaris yang
merangkap sebagai Ketua Komite Audit dimana Komisaris tersebut menolak menyetujui
dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal.
Dan komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan
secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
Dalam hal kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik yang mengaudit laporan
keuangan perusahaan ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan pada hasil laporan keuangan PT. KAI yaitu pada saat proses lelang, Komite
Audit seharusnya ikut untuk melihat apakah auditor eksternal layak dipilih dan
melihat keadilan proses pemilihan. Pada kenyataannya, komite audit tidak ikut dalam
proses penunjukan auditor sehingga tidak terlibat dalam proses audit. Kesalahan tersebut
mengakibatkan terjadinya kesalahan yang lain, yaitu tidak adanya atau sangat minimnya
komunikasi antara pihak Komite Audit dengan Auditor Eksternal (akuntan publik). Karena
Komite Audit tidak menunjuk auditor yang akan diberi penugasan, maka komunikasi yang
terjadi antara komite audit dengan auditor bisa diperkirakan sangat sedikit bahkan tidak
efektif.
Akibat komunikasi yang kurang intens, maka tugas komite audit untuk melaksanakan
kewajibannya untuk mengajak auditor untuk mendiskusikan masalah audit saat audit
berlangsung tidak dipenuhi dengan baik. Kesalahan ini menimbulkan kesalahan
berikutnya, yaitu Komite Audit tidak mereview laporan keuangan dan laporan auditor
dengan auditor eksternal menjelang selesainya penugasan audit. Dalam kasus ini, Komite
Audit justru tidak mau menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit, setelah
laporan audit diterbitkan. Padahal seharusnya Komite Audit melakukan review
bersama dengan auditor eksternal menjelang selesainya penugasan audit, yang artinya
sebelum laporan auditor diterbitkan, sehingga laporan keuangan tersebut langsung bisa
dilakukan audit investigasi dan koreksi apabila terjadi kesalahan pencatatan. Komite
Audit juga tidak perlu berbicara kepada publik. Karena komunikasi yang buruk antara
Komite Audit dengan auditor, maka hal seperti itu bisa terjadi.
Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta
prosesnya harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya.
Selain itu, sebagai auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara baik dan benar
dengan komite audit yang ada pada PT Kereta Api Indonesia untuk membangun
kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsur lembaga. Kemudian, hubungan antar
lembaga diharapkan tercipta dengan baik, sehingga mempermudah penerapan sistem
pengendalian manajemen yang ada di dalamnya. Secara tidak langsung, upaya ini
menunjang perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas sebagai
salah satu pengampu kepentingan.
Berdasarkan kaitannya dengan kasus manipulasi laporangan keuangan PT KAI auditor
eksternal dinyatakan ada mempunyai hubungan dengan kasus manipulasi tersebut. Menteri
Keuangan terhitung sejak tanggal 6 juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP )
Drs. Salam Manao, yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor
Akuntan Publik (KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan Pembekuan izin yang
berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu Nomor
500/KM.1/2007 Pembekuan izin yang berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui
Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007.
Perlu diketahui juga akan pentingnya kejujuran dalam membuat laporan keuangan. Hal
tersebut bukan hanya penting sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap publik maupun
investor. Akan tetapi hal tersebut juga penting bagi perusahaan sendiri karena dari laporan
keuangan biasanya perusahaan menganalisis bagaimana perkiraan tahun mendatang dan
menjadi dasar pengambilan keputusan. Apabila laporan keuangan yang menjadi dasar hal
tersebut sudah tidak layak, tentu hasil akan jauh dari yang diharapkan dan bahkan bisa
berimbas pada perusahaan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan agar kecurangan seperti ini bisa
diantisipasi yakni
1. Menerapkan Good Corporate goernance (GCG). Dalam Surat Keputusan Menteri
BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002. Pada surat tersebut
BUMN dituntut untuk menerapkan GCG tujuannya untuk mendorog pengelolaan
BUMN secara profesional, efisien dan efektif. Selain itu juga mendorong agar
perusahaan menjalankan tindakan dengan dilandasi nilai moral yang tinggi dan patuh
terhadap peraturan dan perundang-undangan. Dengan diterapkannya GCG maka para
pelaku dunia usaha dituntut untuk bertanggung jawab, akuntabilitas, adil dan
transparan.
2. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi
yang salah tidak boleh dipertahankan. Kesalahan-kesalahan sudah terakumulasi dari
tahun-tahun sebelumnya sehingga terdapat dua alternatif, yaitu di restatement atau
dikoreksi. Keputusan mengenai opsi yang dipilih sepenuhnya tergantung dari Badan
Peradilan Profesi Akuntan Publik (BP2AP), karena kasus PT. Kereta Api sedang
diproses disana.
3. Komite Audit tidak berbicara kepada publik, karena esensinya Komite Audit adalah
organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus
disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan
Komite Audit namun Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat
mencantumkan pendapatnya pada laporan komite audit yang terdapat dalam laporan
tahunan perusahaan.
4. Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses
auditing, mulai dari penunjukan, pembuatan program, mengevaluasi dan memberikan
hasil evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan mengkomunikasikannya kepada
Direksi.
5. Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat dan full disclosure.
6. Memperbaiki komunikasi antara auditor dengan pihak-pihak yang berinteraksi, yaitu
manajemen, Komite Audit, dan auditor intern. Dengan komunikasi yang efektif, maka
data dan bukti yang terkumpul akan semakin akurat dan memadai, juga menghindari
perselisihan dengan Komite Audit.
7. Membangun pengawasan yang efektif di tubuh perusahaan.
8. Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum di perusahaan.
9. Memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi
untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan
kriterianya.
Auditor merupakan sebuah profesi seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu untuk
mengaudit laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan, organisasi, lembaga, atau
instansi.
Jenis – jenis audit yaitu, Audit Laporan Keuangan, Audit Kepatuhan, dan Audit
Operasioanal. Sedangkan Jenis – jenis Auditor yaitu, Auditor Internal, Auditor Independen,
Auditor Pemerintah, Auditor Forensik, dan Auditor Pajak.
Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan
publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan
tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka
akses terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah
mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan
Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau
pencabutan izin praktek.

4.2 Saran
Saran dari penulis untuk PT. KAI, seharusnya membangun tata kelola yang baik agar
pihak lain dapat melihat laporan keuangan secara transparan. PT. KAI juga seharusnya
menerapkan 8 prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab
profesi, kepentingan publik, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis. Dengan menerapkan
kedelapan prinsip etika akuntan tersebut PT. KAI akan mempunyai tata kelola yang sangat
baik.
Daftar Pustaka

Tthe Beginning (2013). Pelanggaran Etika Bisnis Pada Akuntansi Manajemen di PT. KAI.
(http://tthebeginning.blogspot.com/2013/09/pelanggaran-etika-bisnis-pada-akuntansi.html,
diakses 24 Agustus 2022)

S Nuraini Safitri (2022). Auditor : Pengertian, Jenis dan tanggung jawabnya.


(https://www.mas-software.com/blog/auditor-adalah, diakses 23 Agustus 2022)

Bukutansi (2021). Apa Manfaat Audit Untuk Perusahaan? – Bukutansi.


(https://bukutansi.com/manfaat-audit-untuk-perusahaan/, diakses 23 Agustus 2022)

Darius Kabanga (2018). Perbedaan Auditing dengan Akuntansi. (https://www.integrasi-


edukasi.org/perbedaan-auditing-dengan-akuntansi/, diakses 23 Agustus 2022)

Anda mungkin juga menyukai