Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk infeksi menular seksual

masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara-negara

berkembang. Infeksi Saluran Reproduksi semakin disadari telah menjadi

masalah kesehatan dunia yang berdampak kepada laki-laki dan perempuan.

Dampaknya mulai dari kemandulan, kehamilan ektopik (di luar kandungan),

nyeri kronis pada panggul, keguguran, meningkatkan risiko tertular HIV,

hingga kematian.1,2

Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) berkait erat dengan Penyakit Menular

Seksual (PMS). Penularan Infeksi Saluran Reproduksi ini tidak hanya melalui

hubungan seksual saja. Salah satu infeksi saluran reproduksi pada wanita

adalah Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease).1

Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah

penyakit infeksi pada traktus genital bagian atas wanita, termasuk

endometrium, tuba fallopi, ovarium, miometrium, parametri, dan peritonium

panggul. PID merupakan sebuah spektrum infeksi pada traktus genitalia

wanita yang termasuk di dalamnya endometritis, salpingitis, tuba-ovarian

abses, parametritis, ooforitis, dan peritonitis. PID adalah infeksi yang paling

penting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling

biasa.2,3,4

1
Secara epidemiologik di Indonesia insidensinya diekstrapolasikan

sebesar lebih 850.000 kasus baru setiap tahun. PID merupakan infeksi serius

yang paling biasa terjadi pada perempuan umur 16 sampai 25 tahun. Ada

kenaikan insidensi PID dalam 2 sampai 3 dekade yang lalu, disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain adat istiadat sosial yang liberal, insidensi patogen

menular seksual seperti C. Trachomatis dan pemakaian metode kontrasepsi

bukan rintangan yang lebih luas seperti alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR).2

Kurang lebih 15% kasus PID setelah terjadi tindakan biopsi

endometrium, kuretase, histeroskopi dan insersi AKDR. Delapan puluh lima

persen kasus terjadi infeksi spontan pada perempuan usia reproduksi yang

secara seksul aktif.2,3

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PELVIC INFLAMMATORY DISEASE

2.1.1 Definisi

Pelvic Inflammatory Disease adalah penyakit infeksi pada traktus genital

bagian atas wanita, termasuk endometrium, tuba fallopi, ovarium, miometrium,

parametri dan peritonium panggul. PID merupakan sebuah spektrum infeksi pada

traktus genitalia wanita yang termasuk di dalamnya endometritis, salpingitis, tuba-

ovarian abses, parametritis, ooforitis dan peritonitis. PID adalah infeksi yang

paling penting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling

biasa.2,3,4,5

PID biasanya disebabkan oleh kolonisasi mikroorganisme di endoserviks

yang bergerak ke atas menuju endometrium dan tuba fallopi. Inflamasi dapat

timbul kapan saja dan pada titik manapun di traktus genitalia. 6

2.1.2 Antomi Pelvis

Tulang panggul merupakan bagian tengah dari rangka axial (axial

skeleton). Tulang yang mengelilingi pelvis berbentuk seperti cincin yang terletak

di bagian bawah dari spinal sebagai penyokongnya dan ekstremitas inferior

sebagai tempat peletakannya. Terdiri dari os. Sacrum pada bagian posterior, os.

Koksigeus pada bagian anterior dan dua tulang hasil penggabungan dari ilium,

iscium dan pubis dibagian anterolateral.4

3
Gambar 1. Anatomi Pelvic

Di dalam rongga pelvis terdapat organ seperti kandung kemih, ovarium,

tuba fallopi, uterus dan vagina. Kandung kemih merupakan organ

muskulomembranosa yang terletak di antara simfisis pubis dan vagina. Bagian


atas dari organ ini berbentuk seperti kubah (dome). Dinding dari kandung kemih

terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan epitel, muskuler dan mukosa. Lapisan

muskularnya akan menebal saat kosong dan akan meregan saat terisi penuh. 4

Sedangkan ovarium merupakan organ berbentuk bulat lonjong dan solid

yang terletak tergantung di kantong peritoneum. Terdapat tiga ligament yang

menggantung ovarium, yaitu ligament ovarium, ligament suspensorium dan

ligament mesovarium. Parenkim ovarium mengandung folikel primordial dalam

jumlah yang besar.4

Tuba fallopi merupakan organ berbentuk tabung dengan struktur muskulo

membranosa terletak dari uterus cornu lateral sampai ke ovarium. Dibagi menjadi

empat region, yaitu:

a. Intramural : bagian paling dangkal dari tuba yang terletak di cornu

uterus.

4
b. Ismus : merupakan bagian terpanjang dari tuba yang

menghubungkan intramural dengan bagian ampula.

c. Ampula : disebut juga bagian fimbria yang berbentuk seperti

terompet, bagiannya yang terbuka melekat pada ovarium. Bagian

fimbrianya berfungsi untuk menangkap ovum yang keluar dari ovarium.

d. Infundibulum : bagian dalam dari ampula yang berbentuk seperti corong.4

Gambar 2. Anatomi tuba falopi.

Uterus adalah organ yang tersusun dari muscular yang terletak tergantung di

mid sagital dari pelvis. Uterus dibagi menjadi beberapa bagia, yaitu:

a. Fundus : merupakan bagian paling superior dan bulat dari uterus,

bagian lateralnya disebut cornu yang merupakan tempat intramural dari

tuba fallopi.

5
b. Korpus : bagian terbesar dari uterus dan di bagian ini terdapat

cavum uterus. Cavum uterus berbetnuk seperti segitiga terbalik. Bagian

paling luas pada fundus dan tersempit pada bagian ismus.

c. Ismus : merupakan bagian transisi antara korpus dan serviks.

2.1.3 Epidemiologi dan Faktor Resiko

Epidemiologi

Secara epidemilogik di Indonesia insidensinya sebesar lebih

850.000 kasus baru setiap tahun. PID merupakan infeksi serius yang

paling biasa terjadi pada perempuan umur 16 sampai 25 tahun.

Di Amerika Serikat, setiap tahunnya PID menyebabkan 2,5 juta

kunjungan dokter, hampir 270.000 pasien di rawat, sekitar 120.000

memerlukan tindakan operatif dan menyebabkan 0,29 kematian/100.000

wanita yang berumur 15-44 tahun. Terdapat sekitar 1 juta kasus PID akut

setiap tahun di Amerika Serikat dan total biaya yang dikeluarkan

2,7

diperkirakan melebihi 3,5 juta dollar per tahun.


Faktor Resiko

a. Riwayat PID sebelumnya.

b. Banyak pasangan seks, wanita dengan lebih dari 10 pasangan seksual

cenderung memiliki peningkatan resiko sebesar 3 kali lipat.

o Dalam Islam telah diatur bagaimana hubungan pria dan wanita

yang aman, yakni melalui ikatan perkawinan yang sah. Tidak

hanya itu, islam menutup segala macam jalan yang mengakibatkan

6
munculnya kebebasan seksual yang berbahaya. islam melarang

umatnya untuk mendekati perbuatan zina. 8,9

Dalam firman Allah SWT:

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina

itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk “. [QS.

Al-Israa’ : 32]

Artinya: “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan

perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik dan

perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki

yang berzina atau laki-laki musyrik dan yang demikian itu

diharamkan atas orang-orang yang beriman“.[QS. An-Nur : 3]

Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap

istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka

sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barangsiapa

7
mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang

melampaui batas. [QS Al-Mukminuun: 5-7]

Dalam Hadits Rasulullah SAW :

- Dari Abdullah (bin Mas’ud) ia berkata, Rasulullah SAW

bersabda, “Tidak halal darah orang Islam yang bersaksi

bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa aku

utusan Allah, kecuali dengan salah satu dari tiga sebab


: 1.

Orang yang sudah menikah melakukan zina, 2. Karena

membunuh orang, dan 3. Orang yang murtad meninggalkan

agamanya, memisahkan dari jamaah kaum muslimin”. [HR.

Muslim juz 3, hal. 1302]

- Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

“Tidaklah berzina seorang yang berzina ketika ia berzina

dalam keadaan beriman. Dan tidaklah meminum khamr ketika

ia meminumnya dalam keadaan beriman. Dan tidaklah

mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman. Dan

tidaklah pula orang yang merampok harta yang orang-orang

melihatnya, ia dalam keadaan beriman”. [HR. Bukhari juz 8,

hal. 13]

- Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila seseorang berzina maka iman keluar darinya. Maka

ia wajib menjaga diri (dari berbuat zina), dan apabila dia

8
berhenti (dari berbuat zina) maka iman kembali kepadanya”.

[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 222, no. 4690]

- Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW melarang

menjual buah sehingga bisa dimakan, dan beliau bersabda,

“Apabila zina dan ri ba sudah merajalela di suatu negeri,

berarti mereka telah menghalalkan jatuhnya siksa Allah

pada diri mereka sendiri ”. [HR. Hakim, dalam Al-Mustadrak,

ia berkata shahih sanadnya juz 2, hal. 43, no 2261].

c. Sekitar 85% kasus terjadi infeksi spontan pada perempuan usia reproduksi

yang aktif secara seksual (usia 25 atau lebih muda; pertamakali coitus usia

<15 tahun). Usia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang

disebabkan oleh kurangnya kestabilan hubungan seksual dan mungkin

oleh kurangnya imunitas. Selain itu, usia muda mengalami peningkatan

resiko akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona

servical ektopi yang lebih besar, proteksi antibody chlamidya yang masih

rendah, dan peningkatan perilaku beresiko. 2,3,11

d. Infeksi oleh organisme menular seksual, dan sekitar 15% pasien dengan

gonorea anogenital tanpa komplikasi akan berkembang menjadi PID pada

akhir atau segera sesudah menstruasi.2,10

e. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan barier servikal, sehingga

menjadi predisposisi terjadi infeksi. Kurang lebih 15% kasus PID setelah

terjadi tindakan biopsi endometrium, kuretase, histeroskopi, dan insersi

9
AKDR. Pemakaian AKDR dapat meningkatkan risiko PID tiga sampai

lima kali. Risiko PID terbesar terjadi pada waktu pemasangan AKDR dan

dalam 3 minggu pertama setelah pemasangan. AKDR telah diduga

merupakan predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasi transmisi

mikroorganisme ke traktus genitalia atas. Kontrasepsi oral justru

mengurangi resiko PID yang simptomatik, mungkin dengan meningkatkan

viskositas mukosa oral, menurunkan aliran menstrual antegrade dan

retrograde, dan memodifikasi respon imun local.2,10,11

f. Infeksi bakterial vaginosis. Sering douching vagina telah dianggap sebagai

faktor risiko untuk PID.3,11

g. Coitus saat menstruasi.

Kitab Suci Al-Qur'an begitu sempurna. Bahaya berhubungan intim

dengan istri ketika sedang haid, ternyata sudah dinyatakan Al-Qur'an 14

abad yang lalu. Maksudnya per intah “hendaklah kamu menjauhkan diri

wanita di waktu haid” pada ayat tersebut adalah larangan menyetubuhi

wanita di waktu haid.12,13

Dalam Firman Allah SWT:

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah

suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri *) dari

10
wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum

mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di

tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang

mensucikan diri” (Qs Al-Baqarah 222).

Menurut Al-Lajnah ad Daimah, ada 2 syarat kehalalan suami boleh

berjima’ dengan istri (yang haid): terputusnya darah haid dan mandi suci.

Dalil yang menguatkan pendapat ini adalah firman Allah, yang artinya:

“janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka

telah suci maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah

kepadamu.” Qs Al Baqarah:222. Dalam Tafsir As Sa’di jilid 1 hal 358,

Dalam hadits Rasulullah SAW:

Hubungan seks yang dibolehkan dengan wanita haid adalah

bercumbu selama tidak melakukan jima’ (senggama) di kemaluan yang

dalam sebuah hadits Rasulullah SAW disebutkan, "Lakukanlah segala


sesuatu terhadap wanita haid kecuali menyetubuhinya" (Hadits riwayat

Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-

Darimi).

h. Merokok.3,6,14

Rokok memang tidak disebutkan di dalam Al-Quran dan tidak ada

di zaman Rasulullah, tetapi bukan berarti dalil-dalil tentang rokok tidak

ada sama sekali dalam dua pedoman utama umat Islam. Karena Rasulullah

menjamin kita tidak akan tersesat selamanya apabila berpegang teguh pada

11
keduanya. Artinya secara tersirat, segala sesuatu termasuk rokok juga

sebetulnya ada dalam Al-Quran dan Hadits.

Pertama, firman Allah yang artinya: “Dan belanjakanlah (harta

bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri

ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqaroh : 195).

Merokok jelas menjerumuskan diri sendiri dan penghisapnya kedalam

berbagai macam penyakit yang mematikan.

Kedua, firman Allah yang artinya: "Dan janganlah kamu

membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu." (QS. An-Nisa : 29) Perokok pada hakikatnya menghisap

bahan-bahan yang menggiringnya kepada kematian. Membiarkan dirinya

dijangkiti berbagai macam penyakit tanpa alasan yang dibenarkan

syariat. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa rokok

merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.

Ketiga, firman Allah yang artinya: "Mereka menanyakan

kepadamu, 'Apakah yang dihalalkan bagi mereka ?' Katakanlah,

'Dihalalkan bagimu yang baik-baik." (QS. Al-Maidah : 4) Sebagian ulama

menjelaskan bahwa maknanya adalah segala sesuatu yang baik adalah

yang enak dimakan, diminum, dan tidak membahayakan. Rokok jelas

membahayakan dan mematikan.

Keempat, firman Allah yang artinya: "(Yaitu) orang-orang yang

mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis

12
di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka

mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang

mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari

mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.

Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,

menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan

kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS.

Al-'Araf : 157). Menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang

buruk adalah salah satu simbol ajaran Rasulullah. Orang yang masih

mengatakan bahwa rokok adalah makruh padahal ia mengetahui rokok itu

buruk dan berbahaya, maka ia telah mendurhakai salah satu simbol ajaran

kenabian.

Kelima, firman Allah yang artinya: "Hai orang-orang yang

beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan

kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya

kamu menyembah." (QS. Al-Baqoroh : 172). Mengonsumsi yang haram

(rokok) menunjukkan pelakunya tidak bersyukur. Mengapa mengonsumsi

yang haram, jika Allah telah menyediakan yang halal? Mengapa

mengonsumsi yang busuk dan berbahaya, jika Allah telah menghalalkan

yang baik-baik?

Keenam, Hadist Rasulullah SAW yang artinya: "Barangsiapa

yang memakan racun sehingga ia meninggal, maka di akhirat nanti ia

13
akan memakannya di neraka jahanam selama-lamanya" (HR. Bukhari)

Hadist ini memberikan peringatan bagi kita bahwa membahayakan diri

sendiri sangat dilarang dan amat berat ancamannya. Merokok jelas

menghisap racun kedalam tubuh. Merokok membunuh perlahan para

penghisapnya dan membunuh diri sendiri baik secara langsung ataupun

tidak langsung, secara cepat atau perlahan adalah haram.

Ketujuh, Hadist Rasulullah SAW yang artinya "Segala sesuatu

yang membahayakan diri sendiri atau membahayakan orang lain

hukumnya dilarang" (Shahih Al-Jami' 17393). Mudharat yang ditimbulkan

rokok tentu saja membahayakan penghisapnya. Ditambah lagi asap rokok

juga membahayakan orang-orang yang ada disekitarnya (perokok pasif)

dan mengganggu kenyamanan orang lain.

2.1.4 Etiologi

Kira-kira dua per tiga infeksi panggul akut bersifat polimikrobial .

N.gonorrhoeae menyebabkan sepertiga PRP akut, N. Gonorrhoeae dengan


campuran flora endogen anaerob dan aerob menyebabkan sepertiga kasus lainnya

dan campuran kuman aerob serta anaerob saja menyebabkan sepertiga kasus

sisanya. Bersama organisme lain, C.trachomatis ditemukan pada 30% kasus.

Kuman aerob dan anaerob yang ditemukan pada PRP biasanya merupakan flora

normal vagina dan saluran cerna. Pada abses terutama dijumpai kuman anaerob

(misalnya Bacteroides, Peptostreptococcus, Peptococcus). Kuman aerob yang

lazim meliputi Escherichia coli, Streptococcus grup B, Streptococcus faecalis dan

14
Staphylococcus koagulase negatif. Mycoplasma hominis dan Ureaplasma

urealyticum tidak patogen pada PRP.2,7

Mikroorganisme endogen yang ditemukan di vagina juga sering ditemukan

pada traktus genitalia wanita dengan PID. Mikroorganisme tersebut termasuk

bakteri anaerob seperti prevotella dan peptostreptokokus seperti G. vaginalis.

Bakteri tersebut bersama dengan flora vagina menyebar secara asenden dan secara

enzimatis merusak barier mukosa serviks. 6

Bakteri fakultatif anaerob dan flora endogen vagina dan perineum juga

diduga menjadi agen etiologi potensial untuk PID. Yang termasuk diantaranya

adalah Gardnerella vaginalis, Streptokokus agalactiae, Peptostreptokokus,

Bakteroides, dan mycoplasma genital, serta ureaplasma genital. Patogen

nongenital lain yang dapat menyebabkan PID yaitu haemophilus influenza dan

Haemophilus parainfluenza. Actinomices diduga menyebabkan PID yang dipicu

oleh penggunaan AKDR. Pada negara yang kurang berkembang, PID mungkin

disebabkan juga oleh salpingitis granulomatosa yang disebabkan Mycobakterium

tuberkulosis dan Schistosoma.3,4

2.1.5 Patofisiologi

Perjalanan penyakit tergantung kepada jenis (strain) dan virulensi

organisme penyerang maupun resistensi masing-masing penjamu terhadap

organisme.5

Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari

lima cara yaitu:7,12

15
- Intralumen. Penyakit radang panggul akut non purpuralis (kira-kira

99%) terjadi akibat masuknya kuman melalui serviks ke dalam

kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina bahkan

sampai ke peritonium.

- Limfatik. Infeksi yang berhubungan dengan IUD yang menyebar

melalui limfatik seperti parametritis.

- Hematogen. Seperti TBC, meskipun hal ini jarang terjadi.

- Intraperitoneum. Infeksi intraabdomen misalnya apendisitis,

divetikulitis, dan kecelakaan intraabdomen dapat menyebabkan

infeksi yang mengenai sistem genitalia interna.

- Kontak langsung. Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi

akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi dan nekrosis

jaringan.

Gambar 2. Microorganisms srcinating in the endocervix ascend into the


endometrium, fallopian tubes, and peritoneum, causing pelvic inflammatory
disease (endometritis,salpingitis,peritonitis).6

16
PID disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke

traktus genital atas dari vagina dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung

jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktivitas seksual mekanis

dan pembukaan serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh.3,4

Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap. Tahap pertama melibatkan

akuisisi dari vagina atau infeksi servikal. Penyakit menular seksual yang

menyebabkannya mungkin asimptomatik. Tahap kedua timbul oleh penyebaran

asenden langsung mikroorganisme dari vagina dan serviks. Mukosa serviks

menyediakan barier fungsional melawan penyebaran ke atas, namun efek dari

barier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul

selama ovulasi dan mesntruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapat timbul

akibat terapi antibiotik dan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu

keseimbangan flora endogen, menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh

secara berlebihan dan bergerak ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi

dengan aliran menstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden

dari mikrooragnisme. Hubungan seksual juga dapat menyebabkan infeksi asenden

akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama

sperma menuju uterus dan tuba.3,4

2.1.6 Jenis - Jenis

Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID dan sering ditemukan adalah:

Endometritis

Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesarea,

terutama bila sebelumnya pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau

17
pecah ketuban yang lama. Menggigil, demam, nyeri abdomen bagian bawah

dengan atau tanpa perdarahan pervaginam, sekret vagina mukopurulen dan lokia

yang berbau busuk merupakan gejala yang khas. Diagnosis banding endometritis

meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi pernapasan, septikemia dan abses pelvic.

Gambar 3. Tampak peradangan pada endometrium.

Salpingitis
Mikroorganisme yang tersering menyebabkan salpingitis adalah N.

Gonorhea dan C. trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang

memiliki pasangan seksual multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi.

Gejala meliputi nyeri perut bawah dan nyeri pelvis yang akut. Nyeri dapat

menjalar ke kaki. Dapat timbul sekresi vagina. Gejala tambahan berupa

mual, muntah, dan nyeri kepala. 4

Temuan laboratorium yaitu normal leukosit atau leukositosis.4

Penatalaksanaan adalah dengan antimicrobial terapi. Pasien harus

dihospitalisasi, tirah baring dan diberi pengobatan empirik. 4 Prognosis

bergantung pada terapi antimicrobial spectrum luas dan istirahat yang

18
total. Komplikasi berupa hidrosalping, pyosalping, abses tubaovarian, dan

infertilitas. 4

Gambar 4. Tampak tuba meradang (salpingitis)

Abses Tuba Ovarian

Abses ini dapat muncul setelah onset salpingitis, namun lebih

sering akibat infeksi adnexa yang berulang. Pasien dapat asimptomatik

atau dalam keadaan septic shock. Onset ditemukan 2 minggu setelah

menstruasi dengan nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam, dan

takikardi. Seluruh abdomen tegang dan nyeri. Leukosit dapat rendah,

normal, atau sangat meningkat. 4

2.1.7 Diagnosis

Secara tradisional, diagnosa PID didasarkan pada trias tanda dan gejala

yaitu, nyeri pelvik, nyeri pada gerakan serviks, dan nyeri tekan adnexa, dan

adanya demam. Namun, saat ini telah terdapat beberapa variasi gejala dan tanda

yang membuat diagnosis PID lebih sulit antara lain keluarnya cairan vagina atau
perdarahan, demam dan menggigil, serta mual dan disuria. Beberapa wanita yang

mengidap PID bahkan tidak bergejala. Karena akibat buruk PID terutama

19
infertilitas dan nyeri panggul kronik, maka PID harus dicurigai pada perempuan

beresiko dan diterapi secara agresif.2

Kriteria diagnostik dari CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan

ketetapan terapi.2,3,10

Cardinal Sign:

- Nyeri perut bagian bawah

- Pemeriksaan bimanual abnormal yang mencakup satu atau kombinasi

dari temuan berikut :

o Nyeri gerak serviks

o Nyeri tekan uterus

o Nyeri tekan adneksa.

Kriteria tambahan seperti berikut dapat dipakai untuk menambah spesifitas

kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID:

- Suhu >380C

-
Dispareunia
- Cairan serviks atau vagina tidak normal mukopurulen

- Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekret

vagina dengan salin

- Leukositosis

- Kenaikan laju endap darah

- Protein reaktif C meningkat

- Dokumentasi laboratorium infeksi serviks oleh N. Gonorea atau C.

Trachomatis

20
Kriteria diagnostik PID paling spesifik meliputi :

- Biopsi endometrium disertai bukti histopatologis endometritis

Gambar 5. Histopatologis endometritis

- USG transvaginal atau MRI memperlihatkan tuba menebal penuh berisi

cairan dengan atau tanpa cairan bebas di panggul atau kompleks tubo-

ovarial atau pemeriksaan doppler menyarankan infeksi panggul (misal

hiperemi tuba).

- Hasil pemeriksaan laparaskopi yang konsisten dengan PID. Laparoskopi

adalah standar baku untuk diagnosis defenitif PID. Mengevaluasi cairan

di dalam abdomen dilakukan untuk menginterpretasi kerusakan. Pus


menunjukkan adanya abses tuba ovarian, rupture apendiks atau abses

uterin. Darah ditemukan pada ruptur kehamilan ektopik, kista korpus

luteum, mestruasi retrograde, dll. Criteria minimum pada laparoskopi

untuk mendiagnosa PID adalah edema dinding tuba, hyperemia

permukaan tuba dan adanya eksudat pada permukaan tuba dan fimbriae.

Massa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik dapat

terlihat.

21
2.1.8 Penatalaksanaan

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pasien dengan PID dirawat inap agar

dapat segera dimulai istirahat baring dan pemberian antibiotik parenteral dalam

pengawasan. Akan tetapi, untuk pasien-pasien PID ringan atau sedang rawat jalan

dapat memberikan kesudahan jangka pendek dan panjang yang sama dengan

rawat inap. Keputusan untuk rawat inap ada ditangan dokter yang merawat.

Disarankan memakai kriteria rawat inap sebagai berikut: 2,10,11

a. Kedaruratan bedah seperti appendisitis dan kehamilan ektopik

b. Kehamilan

c. Pasien tidak memberi respon klinis terhadap antimikroba oral

d. Pasien tidak mampu mengikuti atau menaati pengobatan rawat jalan

e. Pasien dengan usia <19 tahun

f. Nyeri perut hebat

g. Pasien menderita sakit berat, mual dan muntah, atau demam tinggi suhu

>38,50 C

h. Penyakit yang menyertai seperti diabetes, HIV atau infeksi hepatitis

i. Tidak terdapat perubahan setelah 72 jam setelah rawat jalan.

j. Abses tubo-ovaria

Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang

menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan infeksi kronik.

Banyak pasien yang berhasil dengan rawat jalan dan terpi rawat jalan ini harus

menjadi pendekatan terapeutik permulaan. Pemilihan antibiotik harus ditujukan

pada organisme etiologik utama (N. Gonorrhea atau C. Trachomatis) tetapi juga

22
harus mengarah pada sifat polimikrobial pada PID. Untuk pasien dengan PID

ringan atau sedang terapi oral dan parenteral mempunyai daya guna klinis yang

sama. Sebagian besar klinisi menganjurkan terapi parenteral yang paling tidak

selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terpai oral 24 jam setelah ada

perbaikan klinis.2,10,11

Selain pemberian antibiotik diberikan pula terapi untuk mengurangi gejala

yang dirasakan oleh pasien sehingga diperlukan pula pemberian antiemetic,

analgesik, antipiretik, dan pemberian cairan.3,4

Protokol tatalaksana PID menurut The Centers of Disease Control and

Prevention (CDC):2,10

Terapi Parenteral

 Rekomendasi terapi parenteral A

o Sefotetan 2 gr iv setiap 12 jam atau

o Sefoksitin 2 gr iv setiap 6 jam ditambah

o Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam

 Rekomendasi terapi parenteral B

o Klindamisin 900 mg setiap 8 jam ditambah

o Gentamisin dosis muatan iv atau im (2 mg/kgbb) diikuti dengan

dosis pemeliharaan (1,5 mg/kgbb) setiap 8 jam. Dapat diganti

dengan dosis tunggal harian.

 Terapi parenteral alternatif

Tiga terapi alternatif telah dicoba dan mereka mempunyai cakupan

spektrum yang luas.

23
o Levofloksasin 500 mg iv 1 kali sehari dengan atau tanpa

metronidazole 500 mg iv setiap 8 jam atau

o
Ofloksasin 400 mg iv setiap 12 jam dengan atau tanpa

metronidazole 500 mg iv setiap 8 jam atau

o Ampisilin atau sulbaktam 3 gr iv setiap 6 jam ditambah doksisiklin

100 mg oral atau iv setiap 12 jam

Terapi oral

Terapi oral dapat dipertimbang untuk penderita PID ringan atau sedang

karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat

terapi oral dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus di reevaluasi

untuk memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat

jalan maupun inap.

 Rekomendasi terapi A

o Levofloksasin 500 mg oral 1 kali setiap hari selama 14 hari atau

ofloksasin 400 mg 2 kali sehari selama 14 hari, dengan atau tanpa


o Metronidazole 500 mg oral 2 kali sehari selama 14 hari

 Rekomendasi terapi B

o Ceftriakson 250 mg im dosis tunggal ditambah doksisiklin oral 2

kali sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg

oral 2 kali sehari selama 14 hari atau

o Sefoksitin 2 gr im dosis tunggal dan probenesid ditambah

doksisiklin oral 2 kali sehari selama 14 hari dengan atau tanpa

metronidazole 500 mg oral 2 kali sehari selama 14 hari, atau

24
o Sefalosforin generasi ketiga (misal seftizoksim atau sefotaksim)

ditambah doksisiklin oral 2 kali sehari selama 14 hari dengan atau

tanpa metronidazole 500 mg oral 2 kali sehari selama 14 hari

2.1.9 Prognosis

Dengan terapi adekuat 85% dari seluruh kasus terbukti sukses dan 75%

pasien dengan terapi adekuat tidak menimbulkan kekambuhan. Sehingga

prognosis dari PID tergolong baik.15

2.1.10 Komplikasi

Sekitar 25% pasien PID mengalami akibat buruk jangka panjang. Terdapat

beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada PID.2,7,10

 Nyeri pelvis kronik

Nyeri kronis pada pelvis terjadi pada 25 % pasien dengan riwayat PID.

Nyeri yang dirasakan berkaitan dengan siklus menstruasi atau apabila

terjadi adhesi dan hidrosalpinx.


 Infertilitas

infertilitas terjadi sampai 20%. Infertilitas merupakan komplikasi yang

paling ditakuti bagi wanita dengan riwayat PID. Infeksi dan inflamasi yang

terjadi dapat menyebabkan timbulnya scar dan adhesi pada lumen tuba.

Selain itu 50% wanita infertil terjadi PID suklinis dimana wanita tersebut

tidak pernah mengalami gejala ataupun riwayat PID tetapi memiliki scar

pada tuba dan memiliki penanda antibodi C trachomatis. Semakin lama

25
atau sering terserang oleh infeksi semakin besar pula kemungkinan

infertile.

 Kehamilan Ektopik

Perempuan dengan riwayat PID mempunyai 6-10 kali lebih tinggi resiko

kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terjadi pada 15-50% wanita

dengan riwayat PID. Kehamilan ektopik ini disebabkan oleh kerusakan

yang terjadi pada tuba falopi.

 Sindrom Fitz-Hugh-Curtis

Sindrom Fitz-Hugh-Curtis adalah terjadi perlengketan fibrosa perihepatik


akibat proses peradangan PID. Ini dapat menyebabkan nyeri akut dan nyeri

tekan kuadran kanan atas.

26
BAB 3

KESIMPULAN

Pelvic Inflammatory Disease adalah penyakit infeksi pada traktus genital

bagian atas wanita, termasuk endometrium, tuba fallopi, ovarium, miometrium,

parametri, dan peritonium panggul.

Faktor resiko PID adalah riwayat PID sebelumnya, banyak pasangan seks,

perempuan usia reproduksi yang aktif secara seksual (usia 25 atau lebih muda;

pertamakali coitus usia <15 tahun), riwayat Infeksi Menular Seksual, tindakan

biopsi endometrium, kuretase, histeroskopi, dan insersi AKDR, sering douching

vagina serta coitus saat menstruasi.

Patofisiologi seperti endometritis PID disebabkan penyebaran infeksi

melalui serviks. Meskipun PID terkait dengan infeksi menular seksual alat genital

bawah tapi prosesnya polimikrobial. Tersering disebabkan oleh N.gonorhea dan

C. Trachomatis. Cardinal Sign dari PID adalah yeri perut bagian bawah,

pemeriksaan bimanual abnormal yang mencakup satu atau kombinasi dari temuan

berikut : nyeri gerak serviks, nyeri tekan uterus, nyeri tekan adneksa.

Protokol tatalaksana PID menurut The Centers of Disease Control and

Prevention (CDC) dengan pemberian antibiotik. Prognosis pada umumnya baik

jika didiagnosa dan diterapi segera. Sekitar 25% pasien PID mengalami akibat

buruk jangka panjang. Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada PID

yaitu nyeri pelvik kronik, infertilitas, kehamilan ektopik, dan sindrom Fitz-Hugh-
Curtis.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization, 2007. Global Strategy for The Prevention and
Control of Sexually Transmitted Infections: 2006 - 2015: Breaking the
Chain of Transmission. WHO Press, Geneve.
2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. 2010.
3. Shepherd, Suzanne M. Pelvic Inflammatory Disease. 2010. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/256448-print pada tanggal 27 Mei
2017.
4. Reyes, Iris. Pelvic Inflammatory Disease. 2010. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article pada tanggal 27 Mei 2017.


5. Taber, Ben-zion. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta:EGC. 1994.
6. Berek, Jonathan S. Pelvic Inflammatory Disease dalam Berek & Novak’s
Gynekology 14th Edition. California : Lippincott William & Wilkins.
2007.
7. Benson, Ralph C, Pernoll, Martin L. Buku Saku Obstetri & Ginekologi
Edisi 9. Jakarta: EGC. 2009.
8. Catatan Muslimah. Kumpulan Ayat Dan Hadis Tentang Zina Terlengkap.
2015. Diunduh dari: http://www.catatanmuslimah.com pada tanggal 30
Mei 2017.
9. Sutrisno, Widodo. Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina. 2013.
Diunduh dari: https://salampathokan.blogspot.co.id, tanggal 30 Mei
2017.
10. Centre for Disease Control (CDC). Pelvic Inflammatory Disease (PID).
2015. Diunduh dari: http://www.bccdc.ca/resource-
gallery/Documents/Communicable, tanggal 6 Juni 2017.
11. Gradison, Margaret. Pelvic Inflammatory Disease. 2012. Diunduh dari:
http://www.aafp.org/afp/2012/0415/p791.html, tanggal 6 Juni 2017.

28
12. VOA Islam. Seks Saat Menstruasi Berbahaya: Bukti Kebenaran Al-Qur'an
Menurut Medis. 2010. Diunduh dari: http://www.voa-
islam.com/read/health/2010/03/03/3602, tanggal 30 Mei 2017.
13. Pramita, Ummu Hamzah. Hukuman Bagi Suami Menyetubuhi Istri yang
sedang Haid. 2013. Diunduh dari:
http://www.walimah.info/pasutri/kafarrah, tanggal 30 Mei 2017.
14. Wijaya, Hendri. Rokok Dalam Pandangan Al-Quran Dan Hadist. 2015.
Diunduh dari: http://hendriwidjhaya.blogspot.co.id/ , tanggal 30 Mei 2017.
15. Ehrlich, Steven D. 2012. Pelvic Inflammatory Disease. University of
Maryland Medical Center. Diunduh dari
http://umm.edu/health/medical/altmed/condition pada tanggal 27 Mei 2017

Al-Qur’an dan Hadist

29

Anda mungkin juga menyukai