Referat Pid Obgyn
Referat Pid Obgyn
PENDAHULUAN
hingga kematian.1,2
Seksual (PMS). Penularan Infeksi Saluran Reproduksi ini tidak hanya melalui
hubungan seksual saja. Salah satu infeksi saluran reproduksi pada wanita
abses, parametritis, ooforitis, dan peritonitis. PID adalah infeksi yang paling
biasa.2,3,4
1
Secara epidemiologik di Indonesia insidensinya diekstrapolasikan
sebesar lebih 850.000 kasus baru setiap tahun. PID merupakan infeksi serius
yang paling biasa terjadi pada perempuan umur 16 sampai 25 tahun. Ada
kenaikan insidensi PID dalam 2 sampai 3 dekade yang lalu, disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain adat istiadat sosial yang liberal, insidensi patogen
bukan rintangan yang lebih luas seperti alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR).2
persen kasus terjadi infeksi spontan pada perempuan usia reproduksi yang
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
parametri dan peritonium panggul. PID merupakan sebuah spektrum infeksi pada
ovarian abses, parametritis, ooforitis dan peritonitis. PID adalah infeksi yang
paling penting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling
biasa.2,3,4,5
yang bergerak ke atas menuju endometrium dan tuba fallopi. Inflamasi dapat
skeleton). Tulang yang mengelilingi pelvis berbentuk seperti cincin yang terletak
sebagai tempat peletakannya. Terdiri dari os. Sacrum pada bagian posterior, os.
Koksigeus pada bagian anterior dan dua tulang hasil penggabungan dari ilium,
3
Gambar 1. Anatomi Pelvic
terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan epitel, muskuler dan mukosa. Lapisan
muskularnya akan menebal saat kosong dan akan meregan saat terisi penuh. 4
membranosa terletak dari uterus cornu lateral sampai ke ovarium. Dibagi menjadi
uterus.
4
b. Ismus : merupakan bagian terpanjang dari tuba yang
Uterus adalah organ yang tersusun dari muscular yang terletak tergantung di
mid sagital dari pelvis. Uterus dibagi menjadi beberapa bagia, yaitu:
tuba fallopi.
5
b. Korpus : bagian terbesar dari uterus dan di bagian ini terdapat
Epidemiologi
850.000 kasus baru setiap tahun. PID merupakan infeksi serius yang
wanita yang berumur 15-44 tahun. Terdapat sekitar 1 juta kasus PID akut
2,7
6
munculnya kebebasan seksual yang berbahaya. islam melarang
itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk “. [QS.
Al-Israa’ : 32]
7
mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang
hal. 13]
8
berhenti (dari berbuat zina) maka iman kembali kepadanya”.
c. Sekitar 85% kasus terjadi infeksi spontan pada perempuan usia reproduksi
yang aktif secara seksual (usia 25 atau lebih muda; pertamakali coitus usia
<15 tahun). Usia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang
servical ektopi yang lebih besar, proteksi antibody chlamidya yang masih
d. Infeksi oleh organisme menular seksual, dan sekitar 15% pasien dengan
menjadi predisposisi terjadi infeksi. Kurang lebih 15% kasus PID setelah
9
AKDR. Pemakaian AKDR dapat meningkatkan risiko PID tiga sampai
lima kali. Risiko PID terbesar terjadi pada waktu pemasangan AKDR dan
abad yang lalu. Maksudnya per intah “hendaklah kamu menjauhkan diri
suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri *) dari
10
wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
berjima’ dengan istri (yang haid): terputusnya darah haid dan mandi suci.
Dalil yang menguatkan pendapat ini adalah firman Allah, yang artinya:
telah suci maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah
Darimi).
h. Merokok.3,6,14
ada sama sekali dalam dua pedoman utama umat Islam. Karena Rasulullah
menjamin kita tidak akan tersesat selamanya apabila berpegang teguh pada
11
keduanya. Artinya secara tersirat, segala sesuatu termasuk rokok juga
mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis
12
di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
buruk adalah salah satu simbol ajaran Rasulullah. Orang yang masih
buruk dan berbahaya, maka ia telah mendurhakai salah satu simbol ajaran
kenabian.
yang baik-baik?
13
akan memakannya di neraka jahanam selama-lamanya" (HR. Bukhari)
2.1.4 Etiologi
dan campuran kuman aerob serta anaerob saja menyebabkan sepertiga kasus
Kuman aerob dan anaerob yang ditemukan pada PRP biasanya merupakan flora
normal vagina dan saluran cerna. Pada abses terutama dijumpai kuman anaerob
14
Staphylococcus koagulase negatif. Mycoplasma hominis dan Ureaplasma
Bakteri tersebut bersama dengan flora vagina menyebar secara asenden dan secara
Bakteri fakultatif anaerob dan flora endogen vagina dan perineum juga
diduga menjadi agen etiologi potensial untuk PID. Yang termasuk diantaranya
nongenital lain yang dapat menyebabkan PID yaitu haemophilus influenza dan
oleh penggunaan AKDR. Pada negara yang kurang berkembang, PID mungkin
2.1.5 Patofisiologi
organisme.5
Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari
15
- Intralumen. Penyakit radang panggul akut non purpuralis (kira-kira
sampai ke peritonium.
jaringan.
16
PID disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke
traktus genital atas dari vagina dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung
jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktivitas seksual mekanis
akuisisi dari vagina atau infeksi servikal. Penyakit menular seksual yang
barier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul
akibat terapi antibiotik dan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu
akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID dan sering ditemukan adalah:
Endometritis
17
pecah ketuban yang lama. Menggigil, demam, nyeri abdomen bagian bawah
dengan atau tanpa perdarahan pervaginam, sekret vagina mukopurulen dan lokia
yang berbau busuk merupakan gejala yang khas. Diagnosis banding endometritis
meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi pernapasan, septikemia dan abses pelvic.
Salpingitis
Mikroorganisme yang tersering menyebabkan salpingitis adalah N.
Gejala meliputi nyeri perut bawah dan nyeri pelvis yang akut. Nyeri dapat
18
total. Komplikasi berupa hidrosalping, pyosalping, abses tubaovarian, dan
infertilitas. 4
menstruasi dengan nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam, dan
2.1.7 Diagnosis
Secara tradisional, diagnosa PID didasarkan pada trias tanda dan gejala
yaitu, nyeri pelvik, nyeri pada gerakan serviks, dan nyeri tekan adnexa, dan
adanya demam. Namun, saat ini telah terdapat beberapa variasi gejala dan tanda
yang membuat diagnosis PID lebih sulit antara lain keluarnya cairan vagina atau
perdarahan, demam dan menggigil, serta mual dan disuria. Beberapa wanita yang
mengidap PID bahkan tidak bergejala. Karena akibat buruk PID terutama
19
infertilitas dan nyeri panggul kronik, maka PID harus dicurigai pada perempuan
ketetapan terapi.2,3,10
Cardinal Sign:
- Suhu >380C
-
Dispareunia
- Cairan serviks atau vagina tidak normal mukopurulen
- Leukositosis
Trachomatis
20
Kriteria diagnostik PID paling spesifik meliputi :
cairan dengan atau tanpa cairan bebas di panggul atau kompleks tubo-
hiperemi tuba).
permukaan tuba dan adanya eksudat pada permukaan tuba dan fimbriae.
terlihat.
21
2.1.8 Penatalaksanaan
Beberapa ahli menganjurkan bahwa pasien dengan PID dirawat inap agar
dapat segera dimulai istirahat baring dan pemberian antibiotik parenteral dalam
pengawasan. Akan tetapi, untuk pasien-pasien PID ringan atau sedang rawat jalan
dapat memberikan kesudahan jangka pendek dan panjang yang sama dengan
rawat inap. Keputusan untuk rawat inap ada ditangan dokter yang merawat.
b. Kehamilan
g. Pasien menderita sakit berat, mual dan muntah, atau demam tinggi suhu
>38,50 C
j. Abses tubo-ovaria
Banyak pasien yang berhasil dengan rawat jalan dan terpi rawat jalan ini harus
pada organisme etiologik utama (N. Gonorrhea atau C. Trachomatis) tetapi juga
22
harus mengarah pada sifat polimikrobial pada PID. Untuk pasien dengan PID
ringan atau sedang terapi oral dan parenteral mempunyai daya guna klinis yang
sama. Sebagian besar klinisi menganjurkan terapi parenteral yang paling tidak
selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terpai oral 24 jam setelah ada
perbaikan klinis.2,10,11
Prevention (CDC):2,10
Terapi Parenteral
23
o Levofloksasin 500 mg iv 1 kali sehari dengan atau tanpa
o
Ofloksasin 400 mg iv setiap 12 jam dengan atau tanpa
Terapi oral
Terapi oral dapat dipertimbang untuk penderita PID ringan atau sedang
karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat
terapi oral dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus di reevaluasi
untuk memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat
Rekomendasi terapi A
Rekomendasi terapi B
24
o Sefalosforin generasi ketiga (misal seftizoksim atau sefotaksim)
2.1.9 Prognosis
Dengan terapi adekuat 85% dari seluruh kasus terbukti sukses dan 75%
2.1.10 Komplikasi
Sekitar 25% pasien PID mengalami akibat buruk jangka panjang. Terdapat
Nyeri kronis pada pelvis terjadi pada 25 % pasien dengan riwayat PID.
paling ditakuti bagi wanita dengan riwayat PID. Infeksi dan inflamasi yang
terjadi dapat menyebabkan timbulnya scar dan adhesi pada lumen tuba.
Selain itu 50% wanita infertil terjadi PID suklinis dimana wanita tersebut
tidak pernah mengalami gejala ataupun riwayat PID tetapi memiliki scar
25
atau sering terserang oleh infeksi semakin besar pula kemungkinan
infertile.
Kehamilan Ektopik
Perempuan dengan riwayat PID mempunyai 6-10 kali lebih tinggi resiko
Sindrom Fitz-Hugh-Curtis
26
BAB 3
KESIMPULAN
Faktor resiko PID adalah riwayat PID sebelumnya, banyak pasangan seks,
perempuan usia reproduksi yang aktif secara seksual (usia 25 atau lebih muda;
pertamakali coitus usia <15 tahun), riwayat Infeksi Menular Seksual, tindakan
melalui serviks. Meskipun PID terkait dengan infeksi menular seksual alat genital
C. Trachomatis. Cardinal Sign dari PID adalah yeri perut bagian bawah,
pemeriksaan bimanual abnormal yang mencakup satu atau kombinasi dari temuan
berikut : nyeri gerak serviks, nyeri tekan uterus, nyeri tekan adneksa.
jika didiagnosa dan diterapi segera. Sekitar 25% pasien PID mengalami akibat
buruk jangka panjang. Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada PID
yaitu nyeri pelvik kronik, infertilitas, kehamilan ektopik, dan sindrom Fitz-Hugh-
Curtis.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization, 2007. Global Strategy for The Prevention and
Control of Sexually Transmitted Infections: 2006 - 2015: Breaking the
Chain of Transmission. WHO Press, Geneve.
2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. 2010.
3. Shepherd, Suzanne M. Pelvic Inflammatory Disease. 2010. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/256448-print pada tanggal 27 Mei
2017.
4. Reyes, Iris. Pelvic Inflammatory Disease. 2010. Diunduh dari :
28
12. VOA Islam. Seks Saat Menstruasi Berbahaya: Bukti Kebenaran Al-Qur'an
Menurut Medis. 2010. Diunduh dari: http://www.voa-
islam.com/read/health/2010/03/03/3602, tanggal 30 Mei 2017.
13. Pramita, Ummu Hamzah. Hukuman Bagi Suami Menyetubuhi Istri yang
sedang Haid. 2013. Diunduh dari:
http://www.walimah.info/pasutri/kafarrah, tanggal 30 Mei 2017.
14. Wijaya, Hendri. Rokok Dalam Pandangan Al-Quran Dan Hadist. 2015.
Diunduh dari: http://hendriwidjhaya.blogspot.co.id/ , tanggal 30 Mei 2017.
15. Ehrlich, Steven D. 2012. Pelvic Inflammatory Disease. University of
Maryland Medical Center. Diunduh dari
http://umm.edu/health/medical/altmed/condition pada tanggal 27 Mei 2017
29