MAKALAH
Disusun Oleh:
PEMBAHASAN
A. TANAQUDH
1. Pengertian Tanaqudh (Kontradiktif)
Tanaqudh ialah pertentangan yang terdapat pada dua proposisi yang
mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi berbeda dalam kuantitas
atau kualitasnya, sehingga dapat menyebabkan yang lain benar dan yang
lain salah.1 Ada pula yang menyebutkan bahwa Tanaqudh adalah dua
qadhiyah berlawanan secara positif dan negatif sehingga yang satu benar
dan yang lainnya salah.2 Contoh:
1. Kelapa itu buah (Q.1) ditanaqudh-kan (naqidnya/diperlawankan)
dengan: kelapa itu bukan buah (Q.2)
Maka: (Q.1) benar, dan (Q.2) salah.
2. Emas barang tambang (Q.1)
Emas bukan barang tambang (Q.2)
Maka: (Q.1) benar dan (Q.2) salah.
Mungkin bertanya untuk apa, untuk apa diketahui lawan atau naqid
sesuatu itu. Jadi gunanya di sini adalah untuk membuktikan kebenaran
melalui naqid atau kebalikannya. Artinya, jika satu benar pasti yang
satunya salah.3
2. Metode Pembuatan Tanaqudh
Untuk kebenaran tanaqudh diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sama maudhu’ pada Q.1 dan Q.2. Jadi, tiada tanaqudh (berlawanan)
antara: Muhammad kawin, dengan: Ali tidak kawin.
Sebab, maudhu’ (subyek) dari kedua contoh tidak sama.
2. Sama mahmul pada Q.1 dan Q.2. Jadi, tiada tanaqudh antara: Umar
bekerja keras, dengan: Umar pergi ke Pasar.
Sebab, mahmul (predikat) pada kedua contoh itu tidak sama.
1
Abdurrahman bin Muhammad Al-Akhdhari, Pengantar Ilmu Mantiq, (Surabaya, Al-
Hidayah, 2005), hlm. 50
2
Baihaqi A.K, Ilmu Mantik, (Jombang, Darul Ulum Press, 1996), hlm. 96
3
Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq, (Jakarta, Kencana, 2010), hlm. 55
3. Sama waktu pada Q.1 dan Q.2. Jadi, tiada tanaqudh antara: Hasan
tidur sekarang, dengan: Hasan tidak tidur kemarin.
Sebab, waktu pada kedua contoh itu tidak sama.
4. Sama tempat terjadi pada Q.1 dan Q.2. Jadi, tiada tanaqudh antara:
Hindun duduk dirumah, dengan: Hindun tidak duduk dikantor.
Sebab, tempat pada kedua contoh itu tidak sama.
5. Sama dalam hal cara Q.1 dan Q.2, yaitu antara disengaja dibuat
supaya menjadi sesuatu dengan tanpa disengaja dibuat sehingga
menjadi sesuatu tadi dengan sendirinya. Jadi, tiada tanaqudh antara:
anggur menjadi cuka (karena dibuat) dengan: anggur tidak menjadi
cuka (dengan sendirinya).
Sebab, berbeda cara, yang satu dibuat supaya menjadi, yang lainnya
menjadi dengan sendirinya.
6. Sama dalam hal sebagian (juz’i) dan keseluruhan (kulli) antara Q.1
dan Q.2. Jadi, tiada tanaqudh antara: orang Kamerun putih
sebagiannya (juz’i), dengan: orang Kamerun tidak putih seluruhnya
(kulli).
Sebab, tidak sama kuantitasnya (juz’i dan kulli-nya)
7. Sama syarath (kata: jika, seandainya, dsb) pada Q.1 dan Q.2. Jadi,
tiada tanaqudh antara: Ia akan berhasil jika ia bekerja keras, dengan:
Ia tidak akan berhasil jika ia malas.
Sebab, tidak sama isi syarath pada kedua qadhiyah
8. Sama idhafah dalam Q.1 dan Q.2. Jadi, tiada tanaqudh antara: Umar
Abu Rani sehat, dengan: Umar Abu Rita tidak sehat.
Sebab, idhafah-nya tidak sama.4
4
Darul Azka, Nailul Huda, Sulam al-Munawraq, (Kediri, Santri Salaf Press, 2012), hlm.
82-83
Dan jika qadhiyah tersebut benbentuk mujabah kulliyah, maka
perlawanannya adalah salibah juz’iyah. Kemudian apabila berbentuk salibah
kulliyah, maka perlawanannya adalah mujabah juz’iyah.
1. Qadhiyah Hamliyah
Dalam penyusunannya, selain mesti memenuhi syarat umum
seperti yang sudah dijelaskan, juga secara praktis mesti memenuhi
ketentuan berikut:
a. Qadhiyyah syakhsiyyah atau qadhiyyah muhmalah, cukup hanya
berubah kaifnya (kepastian tidaknya/ ijab salibahnya), contohnya:
Yang asalnya: Kholid menulis (ijab) diubah menjadi : Kholid tidak
menulis (salab).
Yang asalnya: manusia itu hewan, cukup diubah menjadi : manusia
itu tidak hewan. Jadi yang asalnya mujabah berubah menjadi
saalibah.
b. Qadhiyyah musawwarah, cara mentanaqudhkan, yaitu dengan
mengubah (وْ رF )س
ُ “sur”-nya. Sur itu adakalanya kulliy (setiap,
semua, seluruh) dan adakalanya juz’iy (sebagian).
1) Mujabah kulliyah: Semua manusia perlu makan, naqidhnya
dengan Saalibah juz’iyyah : Sebagian manusia tidak perlu
makan.
2) Saalibah kulliyah: semua tumbuhan berbuah, naqidhnya
dengan Mujabah juz’iyyah: sebagian tumbuhan berbuah.5
5
Cholil Bisri Mustofa, Ilmu Mantiq, (Bandung, Alma’arif, 1989), hlm. 39
a. Jika makhsushah mujabah, lawannya makhsushah salibah.
Contoh: Jika bersungguh-sunguh, Ahmad akan lulus dalam
ujian >< Tidaklah jika bersungguh-sungguh, Ahmad akan
lulus ujian.
b. Jika kulliyah mujabah, lawannya juz’iyyah salibah. Contoh:
Manakala beriman, orang-orang yang berakal itu selamat
dalam hidupnya >< Tidaklah manakala beriman, orang-orang
yang berakal itu selamat dalam hidupnya.
c. Jika juz’iyyah mujabah, lawannya kulliyah salibah. Contoh:
Jika sunguh-sungguh, sebagian mahasiswa memperoleh
penghargaan >< Tidaklah sama sekali jika sunguh-sungguh,
mereka memperoleh penghargaan.
d. Jika muhmalah mujabah, lawannya kulliyah salibah. Contoh:
Jika ahli kitab beriman, mereka lebih baik >< Tidaklah jika
ahli kitab beriman mereka lebih baik.
6
Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 105-106
c. Jika juz’iyyah mujabah, lawannya kulliyah salibah. Contoh:
Kadang-kadang adakalanya sayur banyak di pasar, adakalanya
sedikit. >< Tidak sama sekali adakalanya sayur banyak di pasar,
adakalanya sedikit.
d. Jika muhmalah mujabah, lawannya muhmalah salibah. Contoh:
Adakalanya mobil berjalan, dan adakalanya berhenti. ><
Tidaklah sama sekali adakalanya mobil berjalan, dan adakalanya
berhenti.
B. Ask Mustawy
1. Pengertian Ask Mustawy
Ask Mustawy terdiri dari dua kata, Ask dan Mustawy. Ask secara
lughawi mempunyai arti balik, sebaliknya, atau membalikan. Dalam
terminologi Ilmu Mantiq, ask adalah menjadikan bagian pertama dari
qadhiyah pertama menjadi bagian kedua pada qadhiyah kedua dan
bagian kedua pada qadhiyah kedua menjadi pertama pada qadhiyah
pertama.7 Sedang mustawi, berarti sama. Maksudnya dengan pergantian
tempat tersebut tidak mengubah makna atau pengertiannya. Jadi tetap
sama, karenanya dinamakan mustawi.8
Jadi, ask mustawi berbeda sekali dengan tanaqudh. Pada tanaqudh,
kedua qadhiyah setelah diperlawankan maka yang satu benar dan
lainnya salah. Sedang pada ask mustawi, kedua qadhiyah setelah dibalik
tetap benar dan mempunyai pengertian yang sama.
Pembalikan (ask) bisa dilakukan, jika ada qadhiyah I yang akan
dibalik (di-ask) sedemikian rupa sehingga muncul qadhiyah II. Yang
pertama disebut qadhiyah ashal dan yang kedua disebut qadhiyah ask
(qadhiyah kebalikan). Setelah dilakukan ask, kedua qadhiyah tetap
benar. Contoh:
Setiap orang Aceh adalah bangsa Indonesia (Q1)
7
Baihaqi A.K, Loc.Cit, hlm. 102
8
Basiq Djalil, Loc.Cit, hlm. 61
Sebagian bangsa Indonesia adalah orang Aceh (Q2)
Setelah qadhiyah pertama di-ask yang lantas memunculkan qadhiyah
kedua ternyata keduanya tetap benar. Dengan demikian ask-nya benar.
Aks Mustawi memiliki beberapa ketentuan:
11
Syukriadi Sambas, Loc.Cit, hlm. 108-111
c. Mujabah kulliyah.
d. Saalibah kulliyah.
e. Mujabah juz’iyyah.
f. Hamliyyah.12
Bila kita lihat dari sisi qadhiyah asal, maka ada tiga qadhiyah asal yang
‘aksnya juz’iyah mujabah:
a. Kulliyah mujabah.
b. Juz’iyah mujabah.
c. Muhmalah mujabah.
BAB III
PENUTUP
12
Cholil Bisri Mustofa, Loc cit.,hlm. 53-54
A. Kesimpulan
Menurut istilah mantiq Tanaqudh adalah berbedanya dua qodhiyyah
dipandang dari ijab(kepastian) salibah(tidak)-nya dan kebenarannya. Kalau
dua qodiyyah berbeda(tanaqudh) dengan sendirinya salah satu dari qodhiyyah
itu pasti benar.
Cara pembuatan tanaqudh pada qodhiyyah syakhsiyyah atau
qodhiyyah muhmalah, cukup hanya berubah kaifnya. Pada qodhiyyah
musawwaroh, cara mentanaqudhkan, yaitu dengan mengubah (“ )سُوْ رsoer”-
nya. Dalam penyusunan qadhiyah syarthiyah muttashilah, berlaku pula syarat-
syarat umum tanaqudh dan syarat-syarat yang berlaku pada Qodhiyyah
Hamliyah. Dalam penyusunan qadhiyah syarthiyah munfashilah adalah sama
seperti pada syarat-syarat qadhiyah syarthiyah muttashilah.
‘Aks mustawi adalah membalikkan dua juz dari qodhiyyah, tetapi
kebenaran kaif-nya dan kam-nya tetap tidak berubah (kecuali qodhiyah
mujabah kulliyah, maka ‘aksnya qadhiyah mujabah juz’iyah).
‘Aks qadhiyah hamliyah dilakukan dengan cara menukar maudhu
qadhiyah asal menjadi mahmul qadhiyah aks dan mahmul qadhiyah aks
menjadi mawdu qadhiyah asal. ‘Aks qadhiyah syarthiyah muttashilah
dilakukan dengan cara membuat muqaddam pada qadhiyah asal menjadi tali
pada qadhiyah aks dan tali pada qadhiyah aks menjadi muqaddam pada
qadhiyah asal. Untuk qadhiyah syarthiyah munfashilah tidak ada ‘aks-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Muin, M. Taib Thahir. 1981. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: Bumirestu
Al-Akhdhari, Abdurrahman bin Muhammad. 2005. Pengantar Ilmu Mantiq.
Surabaya: Al-Hidayah
A.K, Baihaqi. Ilmu Mantik. 1996. Jombang: Darul Ulum Press
Darul Azka, Nailul Huda. 2012. Sulam al-Munawraq. Kediri: Santri Salaf Press
Djalil, Basiq. 2010. Logika Ilmu Mantiq. Jakarta: Kencana
Mustofa, Cholil Bisri. 1989. Ilmu Mantiq. Bandung: Alma’arif
Sambas, Syukriadi. 2012. Mantik Kaidah Berpikir Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya