Anda di halaman 1dari 7

Laporan Tugas Kelompok Agenda I Hari 2

Latsar Golongan 3 Angkatan 9 Kelompok A


ANALISIS ISU KONTEMPORER

Disusun Oleh:

Ns. Handika Kiswantoro, S.Kep NIP. 199703262022031002


Dr. Afifah Isnaini NIP. 198803042022032001
Dini Permatasari, S.Kep., Ns. NIP. 199401232022032002
Ika Maya Kurniawati, S.A NIP. 198905042022032001
Iqbal Ardiansyah, M.K.M NIP. 199404262022031001

Pembimbing
Agustina Catur Setyaningrum, S.Si.T, M.Kes

LATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


2022
A. ISSUE SCAN
1. Kejadian Stunting di Indonesia
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari
pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa
dan lanjut usia. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan mengakibatkan
pertumbuhan otak dan organ lain terganggu, yang mengakibatkan anak lebih berisiko
terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Pertumbuhan otak yang tak
maksimal juga akan menyulitkan anak untuk kehidupannya di masa yang akan
datang. Faktor penyebab stunting diantaranya, kebersihan lingkungan, PHBS yang
kurang baik, kebersihan makanan yang kurang baik dan kurangnya akses air bersih.
Dalam laporan Riskesdas, ada 30,8% atau 7,3 juta anak di Indonesia mengalami
stunting, dengan 19,3% atau 4,6 juta anak pendek, dan 11,5% atau 2,6 juta anak
sangat pendek. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021
prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4%.Sedangkan Target RJPMN pada
tahun 2024 terkait kasus stunting sebesar 14%. Anak-anak yang tumbuh dan
berkembang tidak proporsional hari ini, pada umumnya akan mempunyai
kemampuan secara intelektual di bawah rata-rata dibandingkan anak yang tumbuh
dengan baik. Generasi yang tumbuh dengan kemampuan kognitif dan intelektual
yang kurang akan lebih sulit menguasai ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi
karena kemampuan analisis yang lebih lemah. Pada saat yang sama, generasi yang
tumbuh dengan kondisi kurang gizi dan mengalami stunting, tidak dapat diharapkan
untuk berprestasi dalam bidang olah raga dan kemampuan fisik. Maka dari itu
stunting pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas bangsa di masa
depan dari segala sisi.
Video : https://youtu.be/KfOCW6YZrIQ
2. Tindak Korupsi Yang Sukar Dibasmi
Korupsi saat ini sudah sangat melekat pada kehidupan masyarakat. Pelaku
korupsi pun sudah tidak mengenal kelas dan strata, jika terus dibiarkan budaya
korupsi ini dapat berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek
kehidupan sosial, politik, ekonomi dan individu. Korupsi juga membahayakan
terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Jika korupsi dalam suatu
masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan masyarakat setiap hari, maka
akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau,
tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam
masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri. Tidak akan ada kerja sama dan
persaudaraan yang tulus.
Dampak korupsi dari segi politik, kekuasaan politik yang dicapai dengan
korupsi akan menghasilkan pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak
legitimate di mata publik. Jika demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan
percaya terhadap pemerintah dan pemimpin tersebut, akibatnya mereka tidak akan
patuh dan tunduk pada otoritas mereka.
Selain itu, dampak negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka
panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah
menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya
generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan
budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur
dan tidak bertanggung jawab.
Video : https://youtu.be/N4CawRLSTKw
3. Merebaknya Hate Speech di Masyarakat
Perkembangan masyarakat modern yang disertai dengan kecanggihan
teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan semakin  terbukanya kesempatan
individu untuk berinteraksi dengan sesama. Media sosial menjadi sebuah tempat bagi
para warganet atau netizen dalam menjalankan beberapa ajang interaksi tanpa harus
mengenal, mengetahui identitas, dan saling bertemu. Salah satu bentuknya dengan
saling memberikan komentar tentang apa yang suatu individu lihat dan rasakan
dalam sebuah postingan atau berita.
Ujaran kebencian bertolak belakang dengan konsep  kesantunan berbahasa,
sama hal nya dengan etika berkomunikasi (Ningrum et al., 2018). Menurut Beryandhi
(2020), terdapat banyak faktor pendorong seseorang melakukan ujaran kebencian,
seperti permasalahan emosional pribadi, berita bohong, dan bahkan sekadar iseng.
Kasus ujaran kebencian yang dapat ditemukan di media sosial sangat beragam.
Dapat berupa penghinaan terhadap suatu ras, penghinaan terhadap fisik atau
penampilan seseorang, bahkan hal miris seperti menyuruh suatu individu untuk mati
atau menghilang. Ujaran kebencian di media sosial termasuk ke dalam cyberbullying.
Dilansir dari kompas.com, komentar jahat atau ujaran kebencian memang ditujukan
untuk menghina, merendahkan, membuat korban merasa sakit. Masalah tersebut
tentu saja tidak bisa diabaikan karena dapat mempengaruhi permasalahan mental
seseorang. 
Ujaran kebencian atau komentar negatif umumnya banyak ditemukan di
media sosial. Hal ini dapat dilihat dari hasil program Virtual Police yang dibentuk
dengan tujuan menegur akun yang dinilai melakukan pelanggaran UU ITE yang berisi
ujaran kebencian dan SARA. Sejak pembentukan Virtual Police tersebut dalam
rentang 100 hari kerja (23 Februari 2021 – 31 Mei 2021), Twitter menjadi media
sosial yang paling banyak mendapat teguran sebanyak 215 akun, disusul Facebook
180 akun, Instagram 14 akun, dan Youtube 19 akun (Dirgantara, 2021).
Video : https://youtu.be/2crTnRLp6ok
B. MENAPIS ISU DENGAN METODE USG (Urgency, Seriousness, Growht)
Berdasarkan paparan issue scan di atas, kelompok kami melakukan analisis isu
dengan alat bantu USG (Urgent, Seriousness, dan Growth) untuk menentukan prioritas
issue yang nantinya akan dipecahkan dan dicari penyelesaiannya. Sebagai pedoman
skoring, dibuat tingkatan skor mulai dari angka 5 = sangat besar, 4 = besar, 3 = sedang,
2 = kecil, 1 = sangat kecil.

U S G
N Anggot Nila Rata Nila Rata Nila Rata Tota Priorita
Isu
o a i - i - i - l s
Rata Rata Rata
Tindak Ika 4 5 3
Iqbal 4 5 3
korupsi Handik 4
1 4 5 5 4 3,6 12,6 II
yang sukar a
Afi 4 5 5
dibasmi
Dini 4 5 3
Merebakny Ika 3 4 3
Iqbal 3 4 3
a hate Handik 3
2 3,4 4 3,8 3 3,2 10,4 III
speech di a
Afi 3 3 3
masyarakat
Dini 5 4 4
Ika 5 5 5
Iqbal 5 5 5
Kejadian Handik 5 5 5
3 5 5 5 15 I
stunting di a
Afi 5 5 5
indonesia
Dini 5 5 5

Tabel 1. Identifikasi/Analisis Isu Metode USG


Dari hasil analisis isu menggunakan metode USG tersebut maka isu
kontemporer yang perlu dipecahkan adalah mengenai stunting di Indonesia.
C. ANALISIS DENGAN FISHBONE DIAGRAM UNTUK MENEMUKAN HUBUNGAN
SEBAB-AKIBAT

Penyebab Akibat
1. Hambatan
Surroundings Systems pertumbuhan
dan
perkembangan
Kebersihan lingkungan Pengetahuan tentang
kurang terjaga stunting minimal
anak
2. Penurunan
Sistem kesehatan
kemampuan
Kondisi ekonomi yang belum sempurna
yang sulit yang belum sempurna kognitif atau
Praktik PHBS yang
IQ pada anak
belum optimal 3. Penurunan
produktivitas
& kreativitas
saat dewasa
Pengolahan makanan yang Kurang pemahaman 4. Anak berisiko
kurang baik terkait ANC
tinggi
Imunisasi mengidap
Praktek pengasuhan belum merata
yang tidak baik penyakit
Kurang paham Kurangnya akses air
terkait ASI bersih dan pelayanan degenerative
eksklusif kesehatan 5. Kerugian
Kurangnya akses
Kurang paham makanan bergizi
reproduksi pada remaja ekonomi
karena kurang
Skills Supplies
produktif dan
berdaya saing.
D. REKOMENDASI ALTERNATIF PENYELESAIAN ISU
1. Faktor Masyarakat Luas
Melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), Stop buang air besar sembarangan
(Stop BABs), Melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Menjaga sumber air
bersih dari sumber pemcemar.
2. Faktor Ibu
Dapat dilakukan dengan cara perbaikan gizi sejak remaja, peningkatan Pendidikan
perempuan, membatasi jumlah anak, pencegahan kehamilan usia muda,
pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral, melakukan praktik bemberian makan
yang baik dan benar.
3. Faktor Anak
Melakukan pencegahan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), pemberian
pola asuh yang baik, pemenuhan imunisasi sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Pemenuhan Nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan. Menjaga
kebersihan makanan bayi.
4. Faktor Sistem Kesehatan
Dilakukan dengan cara pemenuhan akses pelayanan kesehatan sampai ke
masyarakat pelosok baik sumber daya maupun alat kesehatan, gerakan masyarakat
hidup sehat (GERMAS), meningkatkan cakupan imunisasi bayi dan antenatal care
(ANC). Akses terhadap sanitasi dan air bersih yang layak dan mudah.
5. Faktor Pendidikan
DIlakukan dengan cara meningkatkan gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS),
edukasi mengenai stunting kepada masyarakat, edukasi pentingnya 1000 hari
pertama kehidupan pada bayi.

Anda mungkin juga menyukai