Hipertensi Almira Rosyidika
Hipertensi Almira Rosyidika
HIPERTENSI ESENSIAL
Oleh:
Perseptor:
PUSKESMAS BELIMBING
PADANG
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
pada pembuluh darah menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dalam
usahanya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Apabila kondisi ini tidak
diatasi maka hipertensi dapat menuju pada serangan jantung, pembesaran jantung
dan pada akhirnya kegagalan jantung. Tingginya tekanan pembuluh darah dapat
juga menyebabkan darah bocor ke dalam otak, menjadi stroke. Hipertensi juga
dapat menyebabkan kegagalan ginjal, kebutaan, ruptur tekanan darah, dan
gangguan kognitif.1
Selama lebih dari 30 tahun terakhir telah dilakukan upaya dalam
meningkatkan kesadaran, pencegahan, penatalaksanaan terhadap hipertensi
mengingat kontribusi penyakit ini dalam angka kematian. Sejak publikasi pertama
tahun 1997 lalu, kini di tahun 2013, kembali dipublikasikan sebuah pedoman
penatalaksanaan hipertensi pada dewasa (2014 Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults, Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8)) yang dibuat oleh para
ahli berdasarkan systemtic review dan uji klinis. Pedoman ini menyediakan
pendekatan berbasis bukti dalam rekomendasi, target serta terapi penatalaksanaan
hipertensi pada dewasa yang sesuai bagi petugas pelayanan primer.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten
ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90
mmHg.4
2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, 80-95% penderita hipertensi digolongkan sebagai
hipertensi primer atau esensial yaitu ketika penyebab hipertensi tidak dapat
diidentifikasi (idiopatik) dan sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks
antara genetik dan interaksi lingkungan.5
Sementara itu 5-20% lainnya digolongkan sebagai hipertensi sekunder, yang
diakibatkan adanya penyakit yang mendasari seperti gangguan ginjal, gangguan
adrenal, penyempitan aorta, obstructive sleep apneu, gangguan neurogenik,
endokrin, dan obat-obatan.4
2.3 Klasifikasi
Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkan rata-rata dari dua atau
lebih pengukuran tekanan darah (dalam posisi duduk) selama dua atau lebih
kunjungan pasien rawat jalan.6 Klasifikasi hipertensi dapat dilihat dalam Tabel 1.
3
mengandung banyak garam dan lemak, sedikit sayur dan buah, penggunaan
alkohol hingga di tingkat yang membahayakan, kurangnya aktivitas fisik, serta
pengelolaan stress yang rendah. Gaya hidup tersebut juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi pekerjaan dan kehidupan individu.1
Faktor risiko di atas, lebih lanjut lagi dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor
yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.
I. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
a. Usia
Risiko kejadian hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada
umur 45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65 tahun sebesar 65%.
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi seiring dengan bertambahnya
usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah
menjadi lebih kaku.7,8
b. Jenis Kelamin
Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan
wanita, dengan peningkatan risiko sebesar 2 kali lipat untuk peningkatan
tekanan darah sistolik. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan
hipertensi dari pada wanita, seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan rendahnya status
pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan
pengangguran.7
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi akan meningkatkan
risiko kejadian hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang
memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi
2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, kemungkinan
anaknya menderita hipertensi sebesar 45%, sedangkan jika hanya salah
satu dari orang tuanya yang menderita hipertensi maka kemungkinan
anaknya menderita hipertensi sebesar 30%.8
4
d. Genetik
Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul manifestasi klinis.8
b. Konsumsi Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari akan mengurangi risiko kejadian hipertensi, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam menyebabkan retensi cairan dalam tubuh, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Konsumsi garam yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium
atau 2400 mg/hari.9
5
peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.9,10
d. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak
aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri.10
f. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lemak (lipid) ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan atau penurunan
kolesterol HDL darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peningkatan resistensi
perifer sehingga meningkatkan tekanan darah.10
2.5 Patofisiologi
\
7
Gambar 3. Peran natrium dan kalium dalam patofisiologi hipertensi12
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, perubahan aktivitas atau kebiasaan (seperti merokok,
konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga,
pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran
tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa
ulang di kontrolateralnya.10
8
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk
berat dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada
kedua lengan, dan dianjurkan pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri
sehingga dapat mengevaluasi hipotensi postural. Pasien yang berusia kurang
dari 30 tahun sebaiknya juga diukur tekanan arterinya di ekstremitas bawah,
setidaknya satu kali. Laju nadi juga dicatat.6
9
diperlukan pada pasien dengan hipertensi yang resisten terhadap obat dan
ketiga evaluasi klinis mengarah pada bentuk kedua dari hipertensi. 6,14
2.7 Tatalaksana
2.7.1 Tatalaksana Farmakologis
Terdapat beberapa rekomendasi menurut JNC VIII untuk menangani
hipertensi, beberapa rekomendasi tersebut antara lain:
Rekomendasi 1: Pada populasi umum, terapi farmakologik mulai
diberikan jika tekanan darah sistolik ≥150 mmHg atau jika tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg pada kelompok usia ≥60 tahun dengan target terapi
adalah tekanan darah sistolik <150 mmHg dan tekanan darah diastolik <90
mmHg.
Rekomendasi 2: Pada kelompok usia < 60 tahun, terapi farmakologik
mulai diberikan jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
terapi adalah tekanan darah diastolik <90 mmHg (untuk kelompok usia 30-
59 tahun).
Rekomendasi 3: Pada kelompok usia <60 tahun, terapi farmakologik mulai
diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dengan target terapi
adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg.
Rekomendasi 4: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal kronis
terapi farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi
adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah diastolic <90
mmHg.
10
Rekomendasi 5: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan diabetes melitus
terapi farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi
adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah diastolic <90
mmHg.
Rekomendasi 6: Pada populasi bukan kulit hitam, termasuk penderita
diabetes melitus, terapi inisial dapat menggunakan diuretik-thiazide,
penghambat kanal kalsium, angiotensin-converting enzyme inhibitor
(ACEI) atau angiotensin receptor blocker (ARB).
Rekomendasi 7: Pada populasi kulit hitam, termasuk penderita diabetes
melitus terapi inisial dapat menggunakan diuretik-thiazide atau
penghambat kanal kalsium.
Rekomendasi 8: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal kronis
terapi antihipertensi harus menggunakan ACEI atau ARB untuk
memperbaiki outcomepada ginjal. (Terapi ini berlaku untuk semua pasien
gagal ginjal kronis dengan hipertensi tanpa memandang ras ataupun
penderita diabetes melitus atau bukan.)
Rekomendasi 9: Tujuan utama dari penanganan hipertensi adalah untuk
mencapai dan mempertahankan tekanan darah yang ditargetkan. Apabila
target tekanan darah tidak tercapai setelah 1 bulan pengobatan maka dosis
obat harus ditingkatkan atau ditambahkan dengan obat lainnya dari
golongan yang sama (golongan diuretic-thiazide, CCB, ACEI, atau ARB).
Jika target tekanan darah masih belum dapat tercapai setelah menggunakan
2 macam obat maka dapat ditambahkan obat ketiga (tidak boleh
menggunakan kombinasi ACEI dan ARB bersamaan). Apabila target
tekanan darah belum tercapai setelah menggunakan obat yang berasal dari
rekomendasi 6 karena ada kontraindikasi atau diperlukan >3 jenis obat
untuk mencapai target tekanan darah maka terapi antihipertensi dari
golongan yang lain dapat digunakan.3
11
12
Gambar 4. Algoritma tatalaksana hipertensi pada dewasa 3
13
Untuk terapi farmakologis, berikut adalah beberapa jenis obat serta
dosisnya yang dapat digunakan.
14
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan
penanganan hipertensi. Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi
beberapa hal:
I. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu
pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.
Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai pengurangan sekitar
10 kg berat badan berhubungan langsung dengan penurunan tekanan
darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.15
15
a. Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya
penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal
pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus
memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan
jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam.11
b. Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak
jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan
dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal
dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.11
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah
lemak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral
bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya
dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko
terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium
bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti
seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan
(banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu
mengandung banyak kalsium.11
16
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan
kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan
hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran
jantung kiri, disfungsi diastolik, dan gagal jantung.6
II. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan
hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan
pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke
hemorgik.6
III. Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering
terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati,
tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika
ada proteinuria.6
2.9 Pencegahan
Pencegahan dan kontrol dari hipertensi membutuhkan dukungan politik
sebagai peran dari pemerintah dan para pembuat kebijakan. Petugas kesehatan,
komunitas peneliti akademis, lembaga masyarakat, sektor privat, serta keluarga
dan penderita hipertensi sendiri semuanya ikut berperan.
BAB II
17
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur/MR: Ny. K/ Perempuan/ 65 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Pedagang
c. Alamat : Gunung Sarik
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 13 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Penghasilan lebih kurang 4 juta/bulan.
d. KB :-
e. Kondisi Rumah :
Rumah permanen, terdapat 3 buah kamar
Listrik ada
Sumber air : PDAM
Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
Sampah di buang ke tempat pembuangan sampah
Kesan: higine dan sanitasi baik
4. Keluhan Utama
Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu
18
Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu, keluhan ini diakui berlangsung
terus menerus.
Nyeri kepala juga disertai dengan keluhan nyeri pada pundak dan
rasa pegal-pegal pada kaki pasien. Pasien merasakan sulit tidur 1
hari terakhir.
Keluhan sesak nafas disangkal. Keluhan mual muntah disangkal.
Pasien biasanya berobat kepraktek umum dokter yang ada didaerah
rumah pasien, namun lebih kurang 1 tahun ini tidak kontrol.
Pasien memiliki riwayat stroke lebih kurang 13 tahun yang lalu
dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan, dan berbicara
pelo. Saat ini masih terjadi kelemahan anggota gerak kanan atas
dan menyeret kaki kanan saat berjalan.
Riwayat tensi paling tinggi 200/130
Pasien tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol.
6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak lebih kurang 20
tahun yang lalu.
- Orang tua pasien memiliki riwayat penyakit stroke.
7. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Frekuensi denyut nadi : 83x / menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Berat Badan : 55 kg
Tinggi badan : 155 cm
Pemeriksaan Sistemik
19
- Kepala : Bentuk bulat, simetris, rambut hitam tidak mudah
dicabut
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor,diameter 2mm, reflek cahaya +/+
- Mulut : Simetris kiri dan kanan , lidah dan mulut basah, oral
thrush tidak ada,
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Hidung : Tidak ditemukan kelainan
- Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
- Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
- Dada :
Paru : Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak
ada
- Abdomen: Inspeksi : Distensi tidak ada
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Punggung : Tidak ditemukan kelainan
- Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Ekstremitas : 444 555
444 555
8. Pemeriksaan labor :
- Kolesterol : 181
- GDP : 88
9. Diagnosis
20
Hipertensi Esensial Stage II ( ICD 10 : I10 )
Sequele Cerebrovaskuler Disease ( ICD 10 : I69 )
10. Diagnosis Banding :-
11. Manajemen
a. Preventif :
- Menjaga konsumsi makanan dengan diet rendah garam dan rendah
lemak.
- Menghindari faktor resiko yang dapat memperburuk kondisi pasien
seperti rokok, kopi, dan alkohol.
- Menjalani pola hidup sehat dengan memakan makanan yang
bergizi dan cukup nutrisi untuk tubuh, berolahraga secara teratur
(misalnya senam atau jalan cepat) setiap pagi minimal selama 30
menit selama 3-4 kali seminggu, dan beristirahat yang cukup 6-8
jam per harinya.
- Menghindari kelelahan dan faktor stress yang dapat memperburuk
kondisi pasien.
b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien bahwa pasien menderita penyakit kronik
yang tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dan penyakit
tersebut mengharuskan pasien untuk selalu mengontrol tekanan
darahnya minimal setiap 10 hari (walaupun tidak memiliki
keluhan) dan selalu mengkonsumsi obat yang diberikan.
- Edukasi kepada pasien bahwa penyakit pasien merupakan penyakit
sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja berbagai organ tubuh
lainnya seperti jantung, otak, ginjal, mata dan sebagainya.
- Edukasi kepada pasien bahwa jika tekanan darah pasien tidak
terkontrol akan menyebabkan berbagai macam komplikasi dan
komplikasi terburuk dapat mengancam jiwa pasien.
- Edukasi kepada pasien untuk tidak merokok dan meminum kopi
untuk mencegah perburukan dari penyakit pasien.
21
- Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien harus
mengurangi mengkonsumi makanan dengan kandungan garam dan
lemak yang tinggi.
- Edukasi kepada anak-anak pasien bahwa anak-anak pasien juga
memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terkena hipertensi
sehingga harus menjalani pola hidup sehat sejak dini.
c. Kuratif :
Amlodipine 1x10 mg
Hidroclorotiazid 1x12,5 mg
d. Rehabilitatif :
Kontrol ulang setelah 10 hari atau lebih cepat jika keluhan tidak
mengalami perbaikan. Segera kefasilitas kesehatan jika ditemukan
gejala berupa penurunan penglihatan tiba-tiba, sakit kepala hebat,
kelemahan anggota gerak, penurunan kesadaran.
12. Prognosis
Qua ad sanam : bonam
Qua ad vitam : bonam
Qua ad fungsionam : bonam
Qua ad kosmetikum : bonam
22
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas Belimbing
S 1 dd tab 1
S 1 dd tab 1
S 2 dd tab 1
Pro : Ny. K
Umur : 65 tahun
23
DAFTAR PUSTAKA
24