(RPP)
Disusun Oleh :
Kompetensi
Pembelajaran Dasar yang akan Materi Pokok
dicapai
Sub Tema : Menganalisis • Karakteristik tanaman
Karakteristik Tanaman Buah karakteristik buah
tanaman buah
• Peserta didik merumuskan masalah
tentang karakteristik tanaman buah
• Peserta didik merencanakan kegiatan
dalam mencari informasi tentang
karakteristik tanaman buah
• Peserta didik mengumpulkan dan
mengolah data
• Pesertadidik menarik kesimpulan dari
data yang diperoleh
• Peserta didik melakukan aplikasi dan
tindak lanjut dengan materi yang
berbeda
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Berdasarkan Permendikbud No. 22/2016)
C. Tujuan Pembelajaran
3.1.1 Peserta didik mampu menganalisis karakteristik tanaman buah, setelah kegiatan
pengamatan dengan tepat
4.1.1 Peserta didik mampu melakukan identifikasi komoditas tanaman buah berdasarkan
karakteristiknya, setelah pengamatan dan diskusi dengan tepat
D. Materi Pembelajaran
Topik Pembelajaran
a) Karakteristik tanaman buah
- Buah klimaterik merupakan buah yang memiliki fase metabolisme setelah dipanen
sehingga fase pemasakan buah dapat terlewati dengan optimal.
- Buah non klimaterik merupakan buah yang tidak memiliki fase setelah dipanen
sehingga tidak ada perubahan pemasakan buah.
F. Media Pembelajaran
1. LCD Proyektor untuk penanyangan bahan tayang PPT komoditas tanaman buah
2. Laptop membantu menayangkan materi pembelajaran komoditas tanaman buah
3. Kartu komoditas tanaman
4. Beberapa komoditas buah
G. Sumber Belajar
- Buku teks Bahan Ajar Siswa, Agribisnis Tanaman Buah, Direktorat SMK RI
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 2 = 90 menit
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Pendahuluan 1. Guru memberi salam pembuka, dan peserta didik 15 menit
menjawab salam dari guru
2. Guru menanyakan kondisi presensi siswa
3. Guru memberi motivasi pada peserta didik agar tetap
bersemangat dalam pembelajaran
4. Guru menampilkan beberapa contoh buah yang
berbeda, maka pesertadiminta untuk menyebutkan
tentang hal-hal buah yang dimaksud
a. Peserta didik diminta untuk mengamati beberapa
buah
b. Peserta didik membandingkan beberapa buah
c. Peserta didik menyebutkan ciri-ciri beberapa buah
5. Guru menegaskan bahwa dari beberapa jawaban
peserta didik tersebut sehingga dapat ditentukan
tema pada pembelajaran pada hari ini adalah tentang
“Karakteristik Tanaman Buah”
6. Guru membimbing peserta didik untuk menyebutkan
tujuan pembelajaran pada hari ini
Inti 60 menit
Fase 1 Mengamati
Merumuskan - Guru meminta peserta didik untuk mengamati
Pertanyaan komoditas buah berdasarkan karakteristiknya
Menanya
- Dari pengamatan tersebut, maka timbul pertanyaan
yang muncul dari peserta didik yaitu :
1. Peserta didik menyebutkan perbedaan dari
komoditas buah (buah masih muda, buah matang,
dan buah layu/busuk)?
2. Peserta didik membandingkan kandungan yang
terdapat pada masing-masing komoditas tanaman
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
buah-buahan tersebut (kekerasan, warna, aroma
serta rasa)?
Mengasosiasi
Peserta didik menuangkan data yang diperoleh dalam
kegiatan pengamatan
Mengkomunikasikan
Peserta didik diminta untuk presentasi dari hasil diskusi
kelompok di depan kelas secara bergantian
KLIMAKTERIK
NON KLIMAKTERIK
Buah Mete Anacardium occidentale
Jeruk Bali / Grafe fruit Citrus paradisi
Lemon Citrus lemonia
Lychee Litchi chinenses
Orange Citrus cinensis
Nenas Ananas comosus
Bila buah-buahan klimakterik berada pada tingkat maturitas “kemrampo” yang tepat,
dikspos selama beberapa saat dengan konsentrasi ethylene yang lebih tinggi dari threshold
minimal, maka terjadilah rangsangan pematangan yang tidak dapat kembali lagi (irreversiable
ripening).
Pada buah-buahan non klimakterik terjadi hal yang berbeda artinya tidak
memperlihatkan terjadinya hentakan pernafasan klimakterik. Meskipun buah-buahan tersebut
diekspose dengan kadar ethylene kecil saja, laju pernafasan, kira-kira sama dengan kadar bila
terekspose ethylene ruangan, kalau ada tingkatan laju pernafasan hanya kecil saja. Tetapi
segera setelah itu laju pernafasan kembali lagi pada laju kondisi istirahat normal, bila
kemudian ethylene nya ditiadakan. Dengan ekspos ethylene terjadilah suatu respon yang kira-
kira mirip dapat diamati. Dalam suatu buah yang telah mature (tetapi belum matang)
terjadilah perubahan parameter yang dialami buah seperti mislnya degreening atau hilangnya
warna hijau.
Meskipun secara ilmiah dan physiologis dapat ditunjukkan adanya perubahan-
perubahan yang terjadi yang memungkinkan untuk melakukan klasifikasi sifat dan tabiat
buah-buahan lepas panen, tetapi parameter yang sangat mudah dan lebih bermanfaat dan
bermakna bagi konsumen adalah parameter perubahan lain yang lebih praktis sifatnya yang
terjadi selama proses pematangan.
Parameter-parameter yang dimaksud adalah : terjadinya pelunakan sera terjadinya
sintesa karotinoid. Demikian juga halnya dengan terjadinya perubahan warna eksternal
seperti terjadinya pemecahan (breakdown), khlorophyl, sehingga membuka tabir lapisan
karotenoid dalam kulit pisang, terjadinya perubahan dari warna hijau menjadi kuning
(Marriot,980).
Demikian halnya dengan terjadinya perubahan-perubahan internal dalam buah
terhadap komposisi yang dikandungnya. Seperti misalnya pemecahan pati menjadi sukrosa
dan gula pereduksi serta turunnya kandungan dalam buah mangga (Bhatnagar dan
Subramangan, 1973).
Dan khususnya dalam pengembangan timbulnya sifat karakteristik flavor buah-
buahan. Perubahan mana juga terjadi bila buah-buahan klimakterik tua (mature) dieksposa
dengan gas ethylene. Sesungguhnya penting untuk diamati bahwa pengeluaran gas ethylene
juga terjadi sewaktu buah menjadi matang. Pengeluaran ethylene dari dalam buah merupakan
salah satu karakteristik dari proses pematangan buah.
Berikut disajikan dalam Tabel 6 rekapitulasi perubahan-perubahan selama proses
pematangan buah yang terjadi secara komersial.
Tabel 2 . Perubahan utama selama proses pematangan buah
Salah satu kesulitan yang dialami secara komersial dalam menghadapi pematangan
buah adalah bagaimana caranya mengendalikan proses tersebut secara teliti. Berdasarkan
pengaruh lingkungan, para pengamat cenderung untuk bergantung terhadap beberapa
parameter seperti perubahan yang kasat mata saja seperti terjadinya atau tumbuhnya warna
merah pada kulit buah, atau parameter perubahan kimia yang mudah diukur. Seperti misalnya
peningkatan kadar gula pereduksi dan penurunan derajat keasaman.
Perubahan tingkat kekerasan (firmness) atau tekstur buah, meskipun secara jelas dapat
digunakansebagai parameter penting bagi konsumen, ternyata kurang gampang dihayati dan
dimengerti, dan akibatnya lebih sulit dilakukan kuantifikasi, sebaiknya perubahan flavor
(citarasa) yang merupakan kepedulian utama konsumen dianggap lebih penting diasumsikan
sebagai cerminan dari perubahan-perubahan fisikokimia.
Karena itu telah menjadi kepedulian yang sangat besar bagi industri buah-buahan agar
secar penuh manusia dapat mempengaruhi perubahan laju pematangan dengan cara
melakukan manipulasi suhu, atau konsentrasi ethylene, yaitu pada saat sebelum dan sewaktu
proses pematangan buah (ripening) terhadap setiap kultural atau spesies buah-buahan.
Proses penuaan buah (maturity) sangat penting dikuasai mekanismenya. Salah satu
aspek dari maturitas adalah pengembangan kapasitas buah untuk mampu menjadi matang.
Dalam suatu spesies buah atau kultivar tertentu respon terhadap ethylene sangat
dipengaruhi bukan saja oleh derajat maturity buah tetapi juga oleh konsentrasi relatif dari
plant growth regulator lainnya, seperti misalnya asam giberilat, serta terhadap kadar
mineral yang ada di dalam buah.
Suatu contoh, perlakuan pemberian larutan kalsium khlorida terhadap buah advokad,
ternyata mampu menghambat respirasi, dan sekaligus memperlambat terjadinya klimakterik
dan menekan puncak produksi ethylene (Ingwa and Young, 1984). Pengaruh mana tidak
terjadi terhadap buah pisang (Will et al., 1982).
Dalam pustaka yang telah diketahui pengaruh ethylene terhadap proses pematangan
buah (ripening) ternyata masih sangat terbatas kurang informasi yang diperlukan terhadap
senyawa-senyawa lain yang harus dilibatkan dalam mengatur proses metabolisme termasuk
proses pematangan buah.
Di samping itu harus dipahami mengenai faktor lain sebelum menangani buah-buahan
tropis khususnya betapa pentingnya faktor sifat kepekaan terhadap chilling enjuries. Ekspose
buah-buahan tropis pada suhu lebih rendah dari nilai threshold kritis, akan berakibat
gagalnya buah mencapai tingkat kematangan yang normal.
1. Peran Ethylene Pada Buah Pisang
Konsumen buah pisang (Musa AAA) di mana saja sangat mendambakan dapat
memperoleh buah pisang yang matang, tidak rusak secara fisik, tidak cacat. Mereka memilih
buah pisang yang kulitnya tidak tercela, dan berwarna kuning merata.
Pertama, dalam praktek perdagangan buah-buahan, agar produsen mampu mensuplai
buah-buahan dengan menu tersebut di atas, mereka harus memperhatikan beberapa faktor
berikut ini :
Kedua, buah-buahan yang sudah mature tetapi belum matang, jauh lebih mudah
untuk ditangani dan ditransportasi, tanpa mengurangi kerusakan mekanis, bila dibanding
dengan buah yang telah matang. Proses pematangan buah dapat diperlambat, melalui
berbagai cara : misalnya penurunan suhu, yang berfungsi dapat menurunkan laju respirasi,
laju kehilangan air dan secara umur juga menurunkan peluang serta laju serangan mikroba.
Namun demikian karena buah pisang peka terhadap chilling injuring, sebagian besar
perdagangan pisang internasional tidak menyimpan pisang pada suhu di bawah 130C.
Ketiga , proses pematangan buah dapat dirangsang oleh pemberian atau eksposa gas
ethylene. Karena alasan tersebut, maka sistem yang dianut dan dipraktekkan dalam
perdagangan internasional pisang selalu memperhatikan faktor tersebut di atas yaitu
transportasi buah yang masih mentah tetapi sudah mature dan disimpan pada suhu terendah
yang dianggap masih aman. Dianjurkan untuk menahan buah dalam suatu lokasi
penyimpanan (buffer store) yang berada dekat dengan terminal pasar retail sampai
diperlukan, distimulir proses pematangan dengan gas ethylene dan buah didistribusi
sedemikian rupa sehingga buah-buahan tersebut menjadi matang pada saat dipasarkan di
lokasi penjualan retail.
Perlu diperhatikan bahwa buah pisang memiliki sifat-sifat tertentu yang unik artinya
yang tidak dimiliki oleh buah lain dan hal itu penting dalam membedakan fisiologi buah.
Tidak seperti buah lain, uah pisang diproduksi dari satu batang tanaman yang merupakan
pseudo stem yang dibentuk oleh tangkai daun. Dan buahnya berkembang secara
parthenocarpic yang berasal dari bunga betina.
Di suatu perkebunan pisang komersial, buah pisang berada dalam suatu tandan dari
suatu umur yang telah diketahui. Tanaman pisang secara komersil ditumbuhkan secara
serentak dan menerima input dari sinar yang sama, hara dari tanah yang sama, sehingga
mengalami photosintesa yang sama, sehingga berbuah bersama-sama (Simmond, 1966).
Sedang buah advokad, mangga dan pepaya, justru sebaliknya, yaitu merupakan buah-
buahan yang dihasilkan oleh pohon, yang menghasilkan buah-buahan dari bunga, yang
terbuka pada saat yang berbeda dalam suatu musim buah-buahan tersebut muncul di berbagai
cabang yang mensuplai hara gizi kemungkinan besar tidak sama bagi setiap buah yang
sedang berkembang.
Sebagian besar ekspor buah pisang saat ini berasal dari germ plasm yang sangat
sempit, yaitu berdasarkan pada hasil kloning kelompok pisang cavendish. Mereka
dikelompokkan sebagai Musa AAA, triploid dengan kontribusi dari beberapa genotype Musa
acuminata.
Sedang pisang godok (cooking banana) atau plantains dikelompokkan dalam grup
Musa AAB, hasil kontribusi dari genotype Musa balbisiana. Pusat penelitian pisang diWest
Indies telah mengembangkan jenis klon pisang baru tetraploid (Musa AAA). Jenis pisang ini
tahan terhadap penyakit Panama dan Sigatoka disease. Penyakit Panama merupakan jenis
penyakit ganas yang memusnahkan kultivar pisang Gross Michel (Musa AAA) di West
Indies.
Berbagai jenis klon pisang tersebut memiliki perbedaan-perbedaan yang sangat tajam
yaitu sebagai berikut :
Pada umumnya pisang biasa (banana) dipanen dengan cara memangkas pangkal
tandan, pada saat individu buah pisang atau jari-jari pisang (fingers) telah penuh mencapai
“grade” atau girth yang dikehendaki. Pengukuran grade biasanya dilakukan dengan alat
kaliper. Atau bila mereka telah mencapai suatu umur tertentu.
Bila buah pisang dibiarkan tumbuh sampai mencapai maturity penuh yaitu dalam saat
pra klimakterik, saat mana disebut periode green life sebelum secara spontan menjadi matang
(ripe). Green life lebih mendekati korelasi dengan umur fisiologis dan grade pada waktu
dipanen. Pengendalian dari green life ke ripe sebetulnya dapat dihambat.
Agar memperoleh waktu yang cukup leluasa untuk pengapalan dan untuk digunakan
sebagai “buffer stock” akan sesuai dengan suplai permintaan pasar, maka preklimakterik
selama 20 hari pada suhu 13.5 – 140C diperlukan bagi perdagangan Trans atlantik (New and
Marriott, 1974). Bagi buah-buahan yang memiliki preclimacteric life yang tidak cukup lama
atau kurang dari 20 hari kemungkinan besar akan mengalami matang awal dan pada saat
pisang matang akan memproduksi ethylene, sehingga akan merangsang pematangan pisang-
pisang di sekitarnya.
Setelah pisang dipanen, sisir dipisahkan, dicuci, diberi fungisida, dikemas dalam box
dengan lapis polyethylene dan dikapalkan pada suhu 13.5 – 140C (sampai terjadi proses
pematangan).
Proses pematangan pisang melibatkan berbagai perubahan dalam buah pisang dan hal
itu harus diatur untuk menghasilkan buah yang sesuai permintaan rasa seideal mungkin dan
sepraktis mungkin bagi selera konsumen. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :
1. Degreening kulit pisang, yang merupakan hal yang sangat penting, karena
konsumenmenilai buah dai penampilan kulitnya.
1. Pengembangan flavor pisang yang sangat karakteristik yang hasil panen menjadi
faktor utama, dalam penerimaan konsumen secara organoleptis terhadap pisang
dari berbagai kultivar dan klone pisang.
2. Derajat keempukan dan
3. Konversi pati menjadi gula
Tujuan :
Peserta didik menganalisis karakteristik tanaman buah
Alat :
- Alat tulis
Bahan :
- Beberapa contoh buah masih muda, buah sudah tua/matang, dan buah yang sudah
layu/busuk
- Buku ajar siswa
Prosedur kerja :
1. Peserta didik mengamati buah
2. Peserta didik menyebutkan nama botani dari tanaman buah
3. Peserta didik mengidentifikasi sifat buah tanaman buah
Hasil Pengamatan :
No. Nama komoditas Nama botani Sifat buah Keterangan
(klimaterik / non
klimaterik)
Lampiran 4 :
Instrumen penilaian (Kisi-kisi, Soal, Kunci/rubrik/rambu-rambu Jawaban, Pedoman
penskoran)
Nilai KKM = 75
Predikat :
Tuntas , jika peserta didik memperoleh nilai ≥ 75
Belum tuntas, jika peserta didik memperoleh nilai < 75, sehingga perlu REMIDI
Kategori
IPK
1 2 3 4
• Melakukan identifikasi Tidak dapat melakukan Terdapat kesalahan >1 Terdapat 1 kesalahan Tepat dalam melakukan
komoditas tanaman identifikasi komoditas melakukan dalam identifikasi tanaman
buah tanaman buah identifikasi tanaman melakukan identifikasi
tanaman
• Melakukan identifikasi Tidak dapat melakukan Terdapat > 1 kesalahan Terdapat 1 kesalahan Tepat dalam melakukan
persyaratan tumbuh identifikasi persyaratan dalam melakukan dalam melakukan identifikasi persyaratan
tanaman buah tumbuh tanaman buah identifikasi identifikasi tumbuh tanaman buah
persyaratan tumbuh persyaratan tumbuh
tanaman buah tanaman buah
Tabel 3. Instrumen Penilaian Sikap
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Topik :
Waktu Pelaksanaan : …………………………………..
Aspek Penilaian
Jumlah
No Nama Kerja Tanggung Nilai Ket
Disiplin skor
sama jawab
1
2
3
4
5
dst
Rubrik Penilaian :
1. Peserta didik dinilai Disiplin apabila memenuhi kriteria :
- Tertib mengikuti instruksi
- Mengerjakan tugas dengan tepat waktu
- Tidak melakukan kegiatan yang tidak diminta
- Tidak membuat kondisi kelas menjadi tidak kondusif
Kriteria Nilai:
A: Baik sekali ; rentang nilai: 80 – 100
B: Baik; rentang nilai: 70 – 79
C: Cukup ; rentang nilai: 60 – 69
D: Kurang ; rentang nilai: < 60
LEMBAR TES TULIS
Nama :
Kelas :