Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan

Pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan daerah mempunyai kewenangan dan


kemampuan untuk mengelola, melaksanakan program-program pembangunan daerah. Kewenangan
dan kedudukan yang dimiliki ini sangalah strategis terutama berkaitan dengan fungsinya dalam
menyelengarakan pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, keamanan,
keadilan dan ketenteraman bagi masyarakat (Soares et al., 2015). Ndraha (1987 : 110) menyatakan
bahwa peranan pemerintah dalam pembangunan masyarakat amat luas, berawal dari hal yang bersifat
pelayanan operasional sampai pada hal yang bersifat ideologi dan spiritual dengan ini peran
pemerintah akan mempunyai wewenang dan kemampuan seseorang tersendiri untuk melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya, seorang pemimpin karena tuntutan dari tugas pokok dan fungsinya
sendiri bisa menyelesaikan persoalan-persoalan dilingkungan masyarakat maupun pemerintah.

Disamping mengupayakan kesejahteraan masyarakat, keberhasilan pembangunan suatu daerah juga


diukur melalui dimensi pemerataan (equality). Pembangunan yang semata-mata mengejar
pertumbuhan diyakini akan menghasilkan berbagai kesenjangan atau ketimpangan, baik dalam
bentuk kesenjangan dalam kesejahteraan individual masyarakat (antara kelompok kaya dengan
kelompok miskin) maupun dalam bentuk kesenjangan antardaerah atau ketimpangan wilayah.
Berkaitan dengan itu, menurut Sumitro Djojohadikusumo, dua dari tiga masalah pembangunan
jangka panjang Indonesia adalah bersangkutan dengan masalah kesenjangan atau ketimpangan, yaitu
ketimpangan pada perimbangan kekuatan di antara golongan-golongan masyarakat dan
ketidakseimbangan ekonomi antardaerah.

Kesenjangan dalam perkembangan ekonomi adalah merupakan suatu keniscayaan, baik dalam
tataran antarnegara maupun antardaerah. Fenomena kesenjangan terjadi karena adanya perbedaan
dalam alokasi berbagai faktor pertumbuhan ekonomi. Hirschman melihat bahwa kesenjangan bukan
hanya terjadi dalam perkembangan ekonomi antarnegara, tetapi terjadi juga kesenjangan dalam
perkembangan wilayah. Jika di dunia ini terdapat negara-negara maju dan negara-negara
terbelakang, maka dalam suatu negara pun terdapat wilayah-wilayah yang maju dan wilayah-wilayah
yang terbelakang (Nurzaman, 2002:91). Oleh karena itu, pemerintah memainkan peranan yang
sangat penting dalam mengupayakan pembangunan di daerahnya masing-masing sesuai dengan
kewenangan yang diberikan kepadanya berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
Rasyid (2000 : 48) menyampaikan bahwa pelaksanaan pemerintahan yang baik selalu berpatokan
pada tugas pokok dan fungsi yang diatur oleh peraturan yang ditentukan dan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya tergantung pihak pemimpinnya sendiri. Dalam hal ini kegiatan yang harus
dilaksanakan / dijalankan terdapat tiga fungsi yang hakiki yaitu : pelayanan (service), pemberdayaan
(empowerment), dan pembangunan (development).” dalam hubungan tersebut menegaskan bahwa,
pelayanan yang baik akan membuahkan keadilan bagi masyarakat bangsa dan negara, sedangkan
pemberdayaan adalah mendorong kemandirian masyarakat dan pembangunan akan menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran dalam masyarakat.

Pembangunan itu sendiri merupakan proses multidimensial meliputi perubahan struktur sosial, sikap
hidup masyarakat dan kelembagaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kemiskinan serta ketimpangan pendapatan (Korua et al., 2016). Pembangunan pada dasarnya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berazaskan keadilan sosial dan dilakukan secara
berkelanjutan. Pembangunan secara terpadu dan berkesinambungan berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Sampai saat ini, disparitas dan kemiskinan masih menjadi permasalahan
pembangunan Infrastruktur dan ekonomi inklusif yang berkelanjutan menjadi prioritas kebijakan
nasional untuk mengurangi kesenjangan wilayah serta sosial ekonomi dengan meningkatkan
konektivitas antar wilayah (Kato et al., 2021).

Beberapa penelitian melaporkan bahwa permasalahan ketimpangan pendapatan, disparitas dan


kemiskinan serta pembangunan infrastruktur di daerah dapat diatasi oleh pemerintah melalui strategi
investasi. Karena melalui investasi yang diterima, pemerintah dapat mengelolanya kedalam
kebbutuhan daerah seperti peningkatan PAD, pembangunan infrastruktur dan pembuatan lapangan
pekerjaan baru yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat (Abilawa, 2019). Berkaitan dengan strategi investasi tersebut, terdapat beberapa isu
nasional yang dapat menjadi perhatian dalam mengupayakan pembangunan di daerah diantaranya 1)
permasalahan perizinan, 2) Permasalahan Pengadaan Lahan, dan 3) Permasalahan Regulasi atau
Kebijakan (Ariyanti, 2021). Berbagai permasalahan tersebut menjadi hambatan masuknya investor
dalam bentuk modal asing maupun domestik ke daerah sehingga turut menghambat proses
perencanaan pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah.

Penentuan Isu Prioritas

Beberapa isu yang telah dikemukakan sebelumnya dapat dianggap sebagai isu aktual yang
menghambat pembangunan di daerah khususnya yang berkaitan dengan investasi. Namun tidak
semua isu aktual tersebut menjadi prioritas untuk diatasi segera. Penentuan isu prioritas untuk
secepatnya diatasi dilakukan dengan menggunakan skala nilai (Rensis Likert) antara 1 – 5 dengan
berpedoman pada 4 kriteria isu yakni Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak (APKL).
Berdasarkan skala lirkert seperti tercantum pada tabel di bawah ini, maka isu aktual yang menjadi
pokok bahasan utama dalam tulisan ini adalah: “Belum optimalnya prosedur pengurusan perizinan
investasi”.

Tabel 1. Analisa Penentuan Isu Aktual Berdasarkan Likert Score

Likert Score
No Isu Aktual Total Ranking
A P K L
1. Belum optimalnya prosedur
5 4 5 4 18 I
pengurusan perizinan investasi
2. Belum optimalnya penyelesaian
3 3 2 3 11 III
permasalahan terkait pengadaan lahan
3. Belum optimalnya penyelesaian
permasalahan terkait regulasi dan 5 4 3 3 15 II
kebijakan

Deskripsi Isu

Belum optimalnya prosedur pengurusan perizinan investasi

Kebijakan investasi umumnya bertujuan meningkatkan iklim investasi secara keseluruhan, sementara
strategi promosi investasi memiliki tujuan yang lebih terukur yang mengacu pada jumlah target PMA
yang hendak diperoleh suatu negara atau wilayah dalam waktu tertentu. Dengan kata lain, strategi
promosi investasi tidak mencakup kebijakan; namun lebih mencakup modalitas dan perangkat yang
nyata untuk mempromosikan, menarik, dan memfasilitasi PMA. Penanaman Modal Asing atau
(PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi
perusahaan. Penanaman Modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal (Christian, 2021). Melalui investasi, pemerintah daerah memiliki
kesempatan untuk memajukan daerahnya serta menyelenggarakan pembangunan yang bertujuan
untuk kemakmuran masyarakat.

Namun masih sering ditemukan bahwa seringkali investor menemukan berbagai kendala dalam
proses penanaman modal baik modal dalam negeri maupun modal asing terutama berkaitan dengan
prosedur pengurusan perizinan investasi. World Bank menempatkan Indonesia pada urutan ke 73
dalam laporan Easy of Doing Business tahun 2020 ini mengindikasikan bahwa perizinan investasi di
Indonesia masih sulit, rumit, dan berbelit-belit baik itu perizinan di pemerintah pusat atau
Kementerian/Lembaga maupun perizinan di pemerintah daerah. Prosedur pengurusan izin investasi
masih memerlukan waktu yang lama, sehingga memakan waktu berbulan-bulan, bahkan sampai
tahunan. Sehingga mengakibatkan adanya investasi yang mangkrak.

Analisis Isu

Dalam kaitan isu prioritas terkait optimalisasi pengurusan perizinan investasi di Kabupaten
Morowali Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali Utara melalui Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu telah melakukan berbagai strategi seperti menyiapkan fasilitasi
pendampingan dan sistem pendukung perizinan. Pemerintah daerah membantu melayani,
memfasilitasi, serta memberikan kemudahan para pelaku usaha dalam mengurus perizinan
berinvestasi.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) merupakan perangkat
daerah yang menerapkan pelayanan terpadu satu pintu sebagai instansi yang khusus bertugas dalam
memberikan pelayanan perizinan secara langsung kepada masyarakat. Pelayanan sebagaimana yang
dimaksud termasuk dalam segala bentuk pelayanan pada masyarakat sebagai pemohon atau pelaku
usaha yang dilakukan oleh Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pemohon atau pelaku usaha wilayah Kabupaten
Morowali Utara yang dilakukan berdasarkan asas, prinsip dan standar pelayanan publik agar
mewujudkan pemerintahan yang demokratis.

Dalam proses pengurusan perizinan, masih sering ditemukan pelaku usaha maupun investor yang
merasa kesulitan dalam mengajukan perizinan berusaha. Fenomena tersebut membuat pemerintah
berusaha menciptakan sebuah inovasi pelayanan publik yang optimal guna memenuhi kebutuhan
masyarakat sesuai era digitalisasi yakni berbasis teknologi informasi melalui penciptaan sistem
Online Single Submission (OSS) ditujukan dalam rangka mendorong percepatan pembangunan
daerah di Kabupaten Morowali Utara yang diharapkan proses perijinan menjadi lebih cepat dan
dekat dengan masyarakat serta dapat meningkatkan daya saing daerah.

Selanjutnya, untuk merumuskan strategi yang tepat berkaitan dengan isu prioritas diatas, dilakukan
analisis lingkungan internal dan eksternal agar dapat memberikan informasi gambaran kemampuan
organisasi dan posisi kekuatan organisasi serta faktor kunci keberhasilan atau faktor strategis dalam
mencapai tujuan. Berdasarkan konsep pemikiran seperti diatas, sudah sangat tepat menerapkan
analisis SWOT terhadap keadaan lingkungan internal dan eksternal organisasi sebagai suatu analisis
yang komprehensif sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Identifikasi Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat

FAKTOR INTERNAL
No STRENGHTS No WEAKNESSES
S1 Kecukupan kuantitas dan W1 Infrastruktur pendukung pelayanan
kualitas Sumber Daya Manusia berbasis teknologi yang belum memadai
(SDM) aparatur yang sesuai
dengan kompetensi
S2 Terdapat program kegiatan W2 Jam operasional pelayanan
sosialisasi dan pendampingan
pelayanan perizinan
S3 Adanya Uraian tugas yang jelas W3 Sarana & Prasarana yang belum
memadai
FAKTOR EKSTERNAL
No OPPORTUNITY No THREATS
O1 Adanya pelatihan SDM T1 Rendahnya tingkat pengetahuan
dibidang pelayanan perizinan masyarakat
(OSS)
O2 Inovasi program pelayanan T2 Keterbatasan penggunaan Teknologi
Informasi
O3 Adanya peraturan perundang- T3 Ego sektoral
undangan yang mendukung

Setelah faktor Kekuatan, Kelemahan, peluang dan ancaman diidentifikasikan, selanjutya dilakukan
penilaian untuk mengetahui dan menentukan faktor pendorong dan faktor penghambat serta faktor
yang menjadi kunci keberhasilan atau faktor strategis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Faktor strategis adalah faktor yang mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan faktor
lainnya yang terkait dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Penilaian yang dilakukan dengan
menentukan Nilai Urgensi (NU) mencari Bobot faktor (BF), Nilai Dukungan (ND) keterkaitan antar
faktor.

1. Penentuan Nilai Urgensi (NU) dilakukan dengan memakai model rating scale (model skala
nilai) 1 – 5. Untuk memudahkan penilaian, terlebih dahulu dirancang suatu format penilaian
yaitu:
Sangat Baik =5
Baik =4
Cukup =3
Kurang =2
Buruk =1
2. Penentuan Bobot Faktor (BF), yaitu menggunakan prosentase 1 – 100%. Nilai BF ditentukan
dengan membandingkan Nilai satuan Urgensi dibagi jumlah Nilai Urgensi masing – masing
faktor (internal dan eksternal) dikalikan dengan 100%. Dan hasil tersebut dapat diketahui
tingkat urgensinya dan total urgensi masing – masing faktor.
3. Penentuan Nilai Dukungan (ND) dan nilai Bobot Dukungan (NBD). Dalam hal ini faktor
pendorong dan penghambat yang berpotensi sebagai unggulan dalam mencapai keberhasilan
diberi nilai dengan skala 1 – 5. Sedangkan Nilai Bobot Dukungan (NBD) diperoleh dengan
mengalikan Bobot Faktor (BF) dengan Nilai Dukungan (ND) atau NBD = ND x BF
4. Menentukan Nilai Keterkaitan (NK) dan Nilai Rata – rata Keterkaitan (NRK). Nilai
keterkaitan antara suatu faktor dengan faktor lainnya dinilai dengan skala 0 – 5. Nilai Rata –
rata Keterkaitan semua faktor dibagi unsur yang dinilai. Penentuan Nilai Bobot Keterkaitan
(NBK) dan Total Nilai Bobot (TNB). Nilai Bobot keterkaitan diperoleh dengan mengalikan
Nilai BF setiap faktor dengan NRK sedangkan TNB diperoleh dengan menjumlahkan NBD
dengan NBK.
5. Penentuan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK). Setelah mengetahui hasil TNB masing –
masing faktor baik internal maupun eksternal pada kategori Strenghts, Weaknesses,
Opprtunities dan Threaths. Jumlah yang paling besar masing – masing kategori diberi nilai
bobot 1, nilai dibawahnya diberi nilai bobot 2 dan nilai dibawahnya lagi diberi nilai bobot 3.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Matriks Urgensi Faktor Internal

FAKTOR INTERNAL FAKTOR YANG URGEN


TOTAL BOBOT
STRENGHTS a b c d e f
a Kecukupan kuantitas dan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) aparatur yang sesuai dengan a a a a f 4 0.21
kompetensi
b Terdapat program kegiatan sosialisasi dan
b b b e b 4 0.21
pendampingan pelayanan perizinan
c Adanya Uraian tugas yang jelas c b c e c 3 0.16
WEAKNESSES 0.00
d Infrastruktur pendukung pelayanan berbasis
a b d d d 3 0.16
teknologi yang belum memadai
e Jam operasional pelayanan a b e e e 3 0.16
f Sarana & Prasarana yang belum memadai a b c f f 2 0.11
Total 19 1
Dari tabel diatas diketahui bahwa faktor internal yang paling urgen dan dominan sebagai kunci
keberhasilan adalah Kecukupan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur yang
sesuai dengan kompetensi dan Terdapat program kegiatan sosialisasi dan pendampingan pelayanan
perizinan dengan bobot faktor 21%.

Tabel 4. Matriks Urgensi Faktor Internal

FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR YANG URGEN


TOTAL BOBOT
OPPORTUNITY a b c d e f
a Adanya pelatihan SDM dibidang pelayanan
a c a a a 4 0.24
perizinan (OSS)
b Inovasi program pelayanan a b b e b 3 0.18
c Adanya peraturan perundang-undangan yang
c c d e c 3 0.18
mendukung
THREATS 0.00
d Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat a b d d d 3 0.18
e
a b c e e 2 0.12
Keterbatasan penggunaan Teknologi Informasi
f Ego sektoral a b c f f 2 0.12
Total 17 1

Dari tabel diatas diketahui bahwa faktor eksternal yang paling urgen dan dominan sebagai kunci
keberhasilan adalah Adanya pelatihan SDM dibidang pelayanan perizinan (OSS) dengan bobot faktor
24%.

Tabel 5. Evaluasi Matriks Eksternal Dan Internal

FAKTOR INTERNAL DAN NK


NU BF ND NBD NRK NBK TNB FKK
EKSTERNAL S S S W W W O O O T T T
STRENGHTS

Kecukupan kuantitas dan


kualitas Sumber Daya
1. Manusia (SDM) aparatur 4 0.21 5 1.05 5 5 4 3 4 5 2 3 3 2 1 0.28 0.059 1.11 2
yang sesuai dengan
kompetensi

Terdapat program kegiatan


0.31
2. sosialisasi dan pendampingan 4 0.21 5 1.05 5 5 4 3 3 2 5 5 4 3 3 0.067 1.12 1
8
pelayanan perizinan

Adanya Uraian tugas yang 0.31


3. 3 0.16 4 0.63 5 5 3 4 4 3 3 5 3 3 3 0.049 0.68
jelas 1
WEAKNESSES

Infrastruktur pendukung
0.27
3. pelayanan berbasis teknologi 3 0.16 4 0.63 5 5 4 4 5 3 1 4 3 1 1 0.043 0.67 1
3
yang belum memadai

0.33
4. Jam operasional pelayanan 3 0.16 3 0.47 5 5 4 3 3 4 4 5 5 4 2 0.053 0.53
3
FAKTOR INTERNAL DAN NK
NU BF ND NBD NRK NBK TNB FKK
EKSTERNAL S S S W W W O O O T T T

Sarana & Prasarana yang 0.28


5. 2 0.11 5 0.53 5 5 5 4 1 4 1 3 3 4 3 0.03 0.56 2
belum memadai 8

OPPORTUNITY
Adanya pelatihan SDM
0.27
6. dibidang pelayanan perizinan 4 0.24 4 0.94 3 4 1 3 4 1 5 5 4 3 3 0.064 1.01 1
3
(OSS)
0.25
7. Inovasi program pelayanan 3 0.18 4 0.71 4 5 5 3 4 1 3 4 1 2 2 0.045 0.75 2
8
Adanya peraturan perundang- 0.23
8. 3 0.18 3 0.53 3 2 4 5 3 2 4 3 2 1 2 0.041 0.57
undangan yang mendukung 5

THREATS

Rendahnya tingkat 0.22


9. 3 0.18 5 0.88 4 3 2 3 4 3 4 3 2 1 1 0.04 0.92 1
pengetahuan masyarakat 7

10 Keterbatasan penggunaan 0.21


2 0.12 4 0.47 3 4 2 3 4 2 3 3 1 1 2 0.025 0.50 2
. Teknologi Informasi 2
11 0.19
Ego sektoral 2 0.12 4 0.47 4 3 4 4 2 2 1 1 2 2 1 0.023 0.49
. 7

Penentuan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) atau Kekuatan Kunci atau Faktor Strategis adalah
dengan cara :

a. Memilih faktor yang mempunyai TNB terbesar diantara faktor yang berpengaruh terhadap
sasaran yang akan dicapai.
b. Jika TNB sama, dipilih NBD yang terbesar.
c. Jika NBD sama, dipilih NBK yang terbesar.
d. Jika NBK sama dipilih BF yang terbesar
e. Jika BF sama, dipilih berdasarkan pengalaman dan pertimbangan yang rasional.

Berdasarkan kriteria diatas, dan hasil evaluasi dari tabel 5 maka Faktor Kunci Keberhasilan yang
dipilih adalah seperti pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Faktor Kunci Keberhasilan (FKK)

FAKTOR INTERNAL
STRENGTHS WEAKNESS
1. Terdapat program kegiatan sosialisasi 1. Infrastruktur pendukung pelayanan
dan pendampingan pelayanan perizinan berbasis teknologi yang belum memadai
2. Kecukupan kuantitas dan kualitas
2. Sarana & Prasarana yang belum
Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur
memadai
yang sesuai dengan kompetensi
FAKTOR EKSTERNAL
OPPORTUNITY THREATS
1. Adanya pelatihan SDM dibidang 1. Rendahnya tingkat pengetahuan
pelayanan perizinan (OSS) masyarakat
2. Keterbatasan penggunaan Teknologi
2. Inovasi program pelayanan
Informasi

Berdasarkan tabel faktor kunci keberhasilan maka didapatkan formulasi strategi dalam menyiapkan
kegiatan sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 7. Formulasi Strategi SWOT

STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W)


INTERNAL 1. Kecukupan kuantitas dan 1. Infrastruktur pendukung
kualitas Sumber Daya pelayanan berbasis
Manusia (SDM) aparatur teknologi yang belum
yang sesuai dengan memadai
kompetensi 2. Jam operasional pelayanan
2. Terdapat program kegiatan 3. Sarana & Prasarana yang
sosialisasi dan belum memadai
EKSTERNAL pendampingan pelayanan
perizinan
3. Adanya uraian tugas yang
jelas
OPPORTUNITY (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
1. Adanya pelatihan SDM 1. Meningkatkan kualitas 1. Meningkatkan
dibidang pelayanan SDM Aparatur melalui infrastruktur pelayanan
perizinan (OSS) pelatihan e-government berbasis komputerisasi
2. Inovasi program pelayanan 2. Meningkatkan intensitas 2. Meningkatkan jam
3. Adanya peraturan penyelenggaraan program operasional berbasis shift
perundang-undangan yang kegiatan 3. Menyelenggarakan
mendukung 3. Menciptakan program program kegiatan
berbasis teknologi roadshow pelayanan
informasi penunjang langsung ke masyarakat
pelayanan OSS
THREATS (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
1. Rendahnya tingkat 1. Mendayagunakan SDM 1) Menggunakan sarana
pengetahuan masyarakat untuk memberdayakan seadanya dalam
2. Keterbatasan penggunaan masyarakat memaksimalkan pelayanan
Teknologi Informasi 2. Menyematkan dalam
3. Ego sektoral program sosialisasi dan
pendampingan sebagai

Matriks SWOT pada Tabel 7 memberikan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan
berkaitan dengan isu prioritas yaitu:

a. Strategi S-O (Strength – Opportunities)


1) Meningkatkan kualitas SDM Aparatur melalui pelatihan e-government
2) Meningkatkan intensitas penyelenggaraan program kegiatan
3) Menciptakan program berbasis teknologi informasi penunjang pelayanan OSS
b. Strategi W-O (Weakness – Opportunities)
1) Meningkatkan infrastruktur pelayanan berbasis komputerisasi
2) Meningkatkan jam operasional berbasis shift
3) Menyelenggarakan program kegiatan roadshow pelayanan langsung ke masyarakat
c. Strategi S-T (Strength – Threats)
1) Mendayagunakan SDM untuk memberdayakan masyarakat
2) Menyematkan dalam program sosialisasi dan pendampingan sebagai
d. Strategi W-T (Weakness – Threats)
1) Menggunakan sarana seadanya dalam memaksimalkan pelayanan

Penutup

Dalam upaya menyelesaikan isu nasional terkait investasi di daerah yakni belum optimalnya
prosedur pengurusan perizinan investasi, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dapat melakukan berbagai strategi yang telah dirumuskan dalam analisis SWOT. Peranan
pemerintah daerah dalam mengupayakan peningkatan realisasi investasi harus dilakukan secara
menyeluruh melalui sinergi antar dinas yang terkait sehingga dapat ditentukan strategi pembangunan
daerah yang tepat dengan memperhatikan kondisi dan potensi lingkungan yang dimiliki di daerah
sehingga dapat tercipta iklim investasi yang baik di daerah.

Iklim investasi yang kondusif akan mendorong pelaku usaha dan investor melakukan investasi
didaerah tersebut sehingga turut pula meningkatkan realisasi investasi yang diharapkan dapat
membantu pertumbuhan ekonomi di daerah, serta terjadinya penyerapan tenaga kerja yang besar.
Dengan demikian, perkembangan ekonomi di daerah dapat terjadi dengan baik dengan tetap menjaga
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Referensi

Abilawa, D. B. (2019). Strategi Investasi Dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi.


Journal of Politic and Government …, 8(4), 121–130.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/viewFile/25026/22281
Christian, J. I. (2021). Strategi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam
Mempromosikan Potensi Investasi di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Governance, Vol.1,
No.(2021), 1–9.
Kato, I., Faridi, A., Revida, E., Damanik, D., Siregar, R. T., Purba, S., ... & Weya, I. (2021).
Manajemen Pembangunan Daerah. Yayasan Kita Menulis.
Kementerian PPN/Bappenas. (2019). PRADA Profil dan Analisis Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Soares, A., Nurpratiwi, R., & Makmur, M. (2015). Peranan Pemerintah Daerah DalSoares, A.,
Nurpratiwi, R., & Makmur, M. (2015). Peranan Pemerintah Daerah Dalam Perencanaan
Pembangunan Daerah. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tribhuwana
Tunggadewi, 4(2), 42401.am Perencanaan Pembangunan Dae. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Tribhuwana Tunggadewi, 4(2), 42401.

Anda mungkin juga menyukai