Kesenjangan dalam perkembangan ekonomi adalah merupakan suatu keniscayaan, baik dalam
tataran antarnegara maupun antardaerah. Fenomena kesenjangan terjadi karena adanya perbedaan
dalam alokasi berbagai faktor pertumbuhan ekonomi. Hirschman melihat bahwa kesenjangan bukan
hanya terjadi dalam perkembangan ekonomi antarnegara, tetapi terjadi juga kesenjangan dalam
perkembangan wilayah. Jika di dunia ini terdapat negara-negara maju dan negara-negara
terbelakang, maka dalam suatu negara pun terdapat wilayah-wilayah yang maju dan wilayah-wilayah
yang terbelakang (Nurzaman, 2002:91). Oleh karena itu, pemerintah memainkan peranan yang
sangat penting dalam mengupayakan pembangunan di daerahnya masing-masing sesuai dengan
kewenangan yang diberikan kepadanya berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
Rasyid (2000 : 48) menyampaikan bahwa pelaksanaan pemerintahan yang baik selalu berpatokan
pada tugas pokok dan fungsi yang diatur oleh peraturan yang ditentukan dan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya tergantung pihak pemimpinnya sendiri. Dalam hal ini kegiatan yang harus
dilaksanakan / dijalankan terdapat tiga fungsi yang hakiki yaitu : pelayanan (service), pemberdayaan
(empowerment), dan pembangunan (development).” dalam hubungan tersebut menegaskan bahwa,
pelayanan yang baik akan membuahkan keadilan bagi masyarakat bangsa dan negara, sedangkan
pemberdayaan adalah mendorong kemandirian masyarakat dan pembangunan akan menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran dalam masyarakat.
Pembangunan itu sendiri merupakan proses multidimensial meliputi perubahan struktur sosial, sikap
hidup masyarakat dan kelembagaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kemiskinan serta ketimpangan pendapatan (Korua et al., 2016). Pembangunan pada dasarnya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berazaskan keadilan sosial dan dilakukan secara
berkelanjutan. Pembangunan secara terpadu dan berkesinambungan berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Sampai saat ini, disparitas dan kemiskinan masih menjadi permasalahan
pembangunan Infrastruktur dan ekonomi inklusif yang berkelanjutan menjadi prioritas kebijakan
nasional untuk mengurangi kesenjangan wilayah serta sosial ekonomi dengan meningkatkan
konektivitas antar wilayah (Kato et al., 2021).
Beberapa isu yang telah dikemukakan sebelumnya dapat dianggap sebagai isu aktual yang
menghambat pembangunan di daerah khususnya yang berkaitan dengan investasi. Namun tidak
semua isu aktual tersebut menjadi prioritas untuk diatasi segera. Penentuan isu prioritas untuk
secepatnya diatasi dilakukan dengan menggunakan skala nilai (Rensis Likert) antara 1 – 5 dengan
berpedoman pada 4 kriteria isu yakni Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak (APKL).
Berdasarkan skala lirkert seperti tercantum pada tabel di bawah ini, maka isu aktual yang menjadi
pokok bahasan utama dalam tulisan ini adalah: “Belum optimalnya prosedur pengurusan perizinan
investasi”.
Likert Score
No Isu Aktual Total Ranking
A P K L
1. Belum optimalnya prosedur
5 4 5 4 18 I
pengurusan perizinan investasi
2. Belum optimalnya penyelesaian
3 3 2 3 11 III
permasalahan terkait pengadaan lahan
3. Belum optimalnya penyelesaian
permasalahan terkait regulasi dan 5 4 3 3 15 II
kebijakan
Deskripsi Isu
Kebijakan investasi umumnya bertujuan meningkatkan iklim investasi secara keseluruhan, sementara
strategi promosi investasi memiliki tujuan yang lebih terukur yang mengacu pada jumlah target PMA
yang hendak diperoleh suatu negara atau wilayah dalam waktu tertentu. Dengan kata lain, strategi
promosi investasi tidak mencakup kebijakan; namun lebih mencakup modalitas dan perangkat yang
nyata untuk mempromosikan, menarik, dan memfasilitasi PMA. Penanaman Modal Asing atau
(PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi
perusahaan. Penanaman Modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal (Christian, 2021). Melalui investasi, pemerintah daerah memiliki
kesempatan untuk memajukan daerahnya serta menyelenggarakan pembangunan yang bertujuan
untuk kemakmuran masyarakat.
Namun masih sering ditemukan bahwa seringkali investor menemukan berbagai kendala dalam
proses penanaman modal baik modal dalam negeri maupun modal asing terutama berkaitan dengan
prosedur pengurusan perizinan investasi. World Bank menempatkan Indonesia pada urutan ke 73
dalam laporan Easy of Doing Business tahun 2020 ini mengindikasikan bahwa perizinan investasi di
Indonesia masih sulit, rumit, dan berbelit-belit baik itu perizinan di pemerintah pusat atau
Kementerian/Lembaga maupun perizinan di pemerintah daerah. Prosedur pengurusan izin investasi
masih memerlukan waktu yang lama, sehingga memakan waktu berbulan-bulan, bahkan sampai
tahunan. Sehingga mengakibatkan adanya investasi yang mangkrak.
Analisis Isu
Dalam kaitan isu prioritas terkait optimalisasi pengurusan perizinan investasi di Kabupaten
Morowali Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali Utara melalui Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu telah melakukan berbagai strategi seperti menyiapkan fasilitasi
pendampingan dan sistem pendukung perizinan. Pemerintah daerah membantu melayani,
memfasilitasi, serta memberikan kemudahan para pelaku usaha dalam mengurus perizinan
berinvestasi.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) merupakan perangkat
daerah yang menerapkan pelayanan terpadu satu pintu sebagai instansi yang khusus bertugas dalam
memberikan pelayanan perizinan secara langsung kepada masyarakat. Pelayanan sebagaimana yang
dimaksud termasuk dalam segala bentuk pelayanan pada masyarakat sebagai pemohon atau pelaku
usaha yang dilakukan oleh Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pemohon atau pelaku usaha wilayah Kabupaten
Morowali Utara yang dilakukan berdasarkan asas, prinsip dan standar pelayanan publik agar
mewujudkan pemerintahan yang demokratis.
Dalam proses pengurusan perizinan, masih sering ditemukan pelaku usaha maupun investor yang
merasa kesulitan dalam mengajukan perizinan berusaha. Fenomena tersebut membuat pemerintah
berusaha menciptakan sebuah inovasi pelayanan publik yang optimal guna memenuhi kebutuhan
masyarakat sesuai era digitalisasi yakni berbasis teknologi informasi melalui penciptaan sistem
Online Single Submission (OSS) ditujukan dalam rangka mendorong percepatan pembangunan
daerah di Kabupaten Morowali Utara yang diharapkan proses perijinan menjadi lebih cepat dan
dekat dengan masyarakat serta dapat meningkatkan daya saing daerah.
Selanjutnya, untuk merumuskan strategi yang tepat berkaitan dengan isu prioritas diatas, dilakukan
analisis lingkungan internal dan eksternal agar dapat memberikan informasi gambaran kemampuan
organisasi dan posisi kekuatan organisasi serta faktor kunci keberhasilan atau faktor strategis dalam
mencapai tujuan. Berdasarkan konsep pemikiran seperti diatas, sudah sangat tepat menerapkan
analisis SWOT terhadap keadaan lingkungan internal dan eksternal organisasi sebagai suatu analisis
yang komprehensif sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
FAKTOR INTERNAL
No STRENGHTS No WEAKNESSES
S1 Kecukupan kuantitas dan W1 Infrastruktur pendukung pelayanan
kualitas Sumber Daya Manusia berbasis teknologi yang belum memadai
(SDM) aparatur yang sesuai
dengan kompetensi
S2 Terdapat program kegiatan W2 Jam operasional pelayanan
sosialisasi dan pendampingan
pelayanan perizinan
S3 Adanya Uraian tugas yang jelas W3 Sarana & Prasarana yang belum
memadai
FAKTOR EKSTERNAL
No OPPORTUNITY No THREATS
O1 Adanya pelatihan SDM T1 Rendahnya tingkat pengetahuan
dibidang pelayanan perizinan masyarakat
(OSS)
O2 Inovasi program pelayanan T2 Keterbatasan penggunaan Teknologi
Informasi
O3 Adanya peraturan perundang- T3 Ego sektoral
undangan yang mendukung
Setelah faktor Kekuatan, Kelemahan, peluang dan ancaman diidentifikasikan, selanjutya dilakukan
penilaian untuk mengetahui dan menentukan faktor pendorong dan faktor penghambat serta faktor
yang menjadi kunci keberhasilan atau faktor strategis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Faktor strategis adalah faktor yang mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan faktor
lainnya yang terkait dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Penilaian yang dilakukan dengan
menentukan Nilai Urgensi (NU) mencari Bobot faktor (BF), Nilai Dukungan (ND) keterkaitan antar
faktor.
1. Penentuan Nilai Urgensi (NU) dilakukan dengan memakai model rating scale (model skala
nilai) 1 – 5. Untuk memudahkan penilaian, terlebih dahulu dirancang suatu format penilaian
yaitu:
Sangat Baik =5
Baik =4
Cukup =3
Kurang =2
Buruk =1
2. Penentuan Bobot Faktor (BF), yaitu menggunakan prosentase 1 – 100%. Nilai BF ditentukan
dengan membandingkan Nilai satuan Urgensi dibagi jumlah Nilai Urgensi masing – masing
faktor (internal dan eksternal) dikalikan dengan 100%. Dan hasil tersebut dapat diketahui
tingkat urgensinya dan total urgensi masing – masing faktor.
3. Penentuan Nilai Dukungan (ND) dan nilai Bobot Dukungan (NBD). Dalam hal ini faktor
pendorong dan penghambat yang berpotensi sebagai unggulan dalam mencapai keberhasilan
diberi nilai dengan skala 1 – 5. Sedangkan Nilai Bobot Dukungan (NBD) diperoleh dengan
mengalikan Bobot Faktor (BF) dengan Nilai Dukungan (ND) atau NBD = ND x BF
4. Menentukan Nilai Keterkaitan (NK) dan Nilai Rata – rata Keterkaitan (NRK). Nilai
keterkaitan antara suatu faktor dengan faktor lainnya dinilai dengan skala 0 – 5. Nilai Rata –
rata Keterkaitan semua faktor dibagi unsur yang dinilai. Penentuan Nilai Bobot Keterkaitan
(NBK) dan Total Nilai Bobot (TNB). Nilai Bobot keterkaitan diperoleh dengan mengalikan
Nilai BF setiap faktor dengan NRK sedangkan TNB diperoleh dengan menjumlahkan NBD
dengan NBK.
5. Penentuan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK). Setelah mengetahui hasil TNB masing –
masing faktor baik internal maupun eksternal pada kategori Strenghts, Weaknesses,
Opprtunities dan Threaths. Jumlah yang paling besar masing – masing kategori diberi nilai
bobot 1, nilai dibawahnya diberi nilai bobot 2 dan nilai dibawahnya lagi diberi nilai bobot 3.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Dari tabel diatas diketahui bahwa faktor eksternal yang paling urgen dan dominan sebagai kunci
keberhasilan adalah Adanya pelatihan SDM dibidang pelayanan perizinan (OSS) dengan bobot faktor
24%.
Infrastruktur pendukung
0.27
3. pelayanan berbasis teknologi 3 0.16 4 0.63 5 5 4 4 5 3 1 4 3 1 1 0.043 0.67 1
3
yang belum memadai
0.33
4. Jam operasional pelayanan 3 0.16 3 0.47 5 5 4 3 3 4 4 5 5 4 2 0.053 0.53
3
FAKTOR INTERNAL DAN NK
NU BF ND NBD NRK NBK TNB FKK
EKSTERNAL S S S W W W O O O T T T
OPPORTUNITY
Adanya pelatihan SDM
0.27
6. dibidang pelayanan perizinan 4 0.24 4 0.94 3 4 1 3 4 1 5 5 4 3 3 0.064 1.01 1
3
(OSS)
0.25
7. Inovasi program pelayanan 3 0.18 4 0.71 4 5 5 3 4 1 3 4 1 2 2 0.045 0.75 2
8
Adanya peraturan perundang- 0.23
8. 3 0.18 3 0.53 3 2 4 5 3 2 4 3 2 1 2 0.041 0.57
undangan yang mendukung 5
THREATS
Penentuan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) atau Kekuatan Kunci atau Faktor Strategis adalah
dengan cara :
a. Memilih faktor yang mempunyai TNB terbesar diantara faktor yang berpengaruh terhadap
sasaran yang akan dicapai.
b. Jika TNB sama, dipilih NBD yang terbesar.
c. Jika NBD sama, dipilih NBK yang terbesar.
d. Jika NBK sama dipilih BF yang terbesar
e. Jika BF sama, dipilih berdasarkan pengalaman dan pertimbangan yang rasional.
Berdasarkan kriteria diatas, dan hasil evaluasi dari tabel 5 maka Faktor Kunci Keberhasilan yang
dipilih adalah seperti pada tabel 6 berikut ini :
FAKTOR INTERNAL
STRENGTHS WEAKNESS
1. Terdapat program kegiatan sosialisasi 1. Infrastruktur pendukung pelayanan
dan pendampingan pelayanan perizinan berbasis teknologi yang belum memadai
2. Kecukupan kuantitas dan kualitas
2. Sarana & Prasarana yang belum
Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur
memadai
yang sesuai dengan kompetensi
FAKTOR EKSTERNAL
OPPORTUNITY THREATS
1. Adanya pelatihan SDM dibidang 1. Rendahnya tingkat pengetahuan
pelayanan perizinan (OSS) masyarakat
2. Keterbatasan penggunaan Teknologi
2. Inovasi program pelayanan
Informasi
Berdasarkan tabel faktor kunci keberhasilan maka didapatkan formulasi strategi dalam menyiapkan
kegiatan sebagaimana tabel di bawah ini:
Matriks SWOT pada Tabel 7 memberikan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan
berkaitan dengan isu prioritas yaitu:
Penutup
Dalam upaya menyelesaikan isu nasional terkait investasi di daerah yakni belum optimalnya
prosedur pengurusan perizinan investasi, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dapat melakukan berbagai strategi yang telah dirumuskan dalam analisis SWOT. Peranan
pemerintah daerah dalam mengupayakan peningkatan realisasi investasi harus dilakukan secara
menyeluruh melalui sinergi antar dinas yang terkait sehingga dapat ditentukan strategi pembangunan
daerah yang tepat dengan memperhatikan kondisi dan potensi lingkungan yang dimiliki di daerah
sehingga dapat tercipta iklim investasi yang baik di daerah.
Iklim investasi yang kondusif akan mendorong pelaku usaha dan investor melakukan investasi
didaerah tersebut sehingga turut pula meningkatkan realisasi investasi yang diharapkan dapat
membantu pertumbuhan ekonomi di daerah, serta terjadinya penyerapan tenaga kerja yang besar.
Dengan demikian, perkembangan ekonomi di daerah dapat terjadi dengan baik dengan tetap menjaga
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Referensi