Anda di halaman 1dari 5

Nama: Marshella Wijaya

NIM: 21.E1.0090
Kelas: Psikologi 02
Kelompok 6

BAB 8 PROSES-PROSES KOGNITIF TINGKAT TINGGI


Proses kognitif tingkat tinggi adalah proses di mana orang melakukan sesuatu yang
lebih kompleks terhadap apa yang mereka pelajari, misalnya aktif dalam mempelajarinya dan
mengaplikasikannya pada situasi atau masalah baru.
A. Metakognisi dan Strategi Belajar
Metakognisi meliputi hal-hal:
 Merefleksikan hakikat umum berpikir, belajar, dan pengetahuan.
 Mengetahui batasan-batasan pembelajaran dan kapabilitas memori.
 Mengetahui tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi secara realistis dalam
suatu periode tertentu.
 Merencanakan pendekatan yang masuk akal terhadap tugas belajar.
 Mengetahui dan mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif untuk belajar dan
mengingat materi baru
 Memonitor pengetahuan dan pemahaman seseorang–misalnya, mengenali ketika
seseorang sudah atau belum mempelajari sesuatu dengan sukses.
a. Strategi Belajar yang Efektif
Metakognisi melibatkan mengontrol proses berpikir dan belajar pada tahap
tertentu, seperti anak-anak dan remaja yang secara bertahap menjadi lebih mampu
mengontrol dan mengarahkan proses-proses kognitifnya sebagai usaha untuk belajar
sesuatu yang baru. Untuk belajar sesuatu secara sengaja, bisa dengan menggunakan
Strategi belajar. Strategi belajar yang bisa digunakan secara umum:
 Mengidentifikasi informasi penting,
Karena sistem memori manusia belum diatur untuk mengingat
semua yang disajikan di kelas atau buku teks, para siswa harus selektif
dalam mempelajari materi pelajaran di kelas, seperti ide utama dan
bagian-bagian penting. Sebagai guru dapat membantu para siswa belajar
lebih efektif dengan memberitahu mereka ide-ide apa saja yang menurut
kita penting untuk mereka ketahui. Yaitu dengan cara,

Menyediakan daftar tujuan pembelajaran

Menulis konsep dan hubungan yang penting di papan tulis

Memberi pertanyaan yang membuat perhatian para siswa terfokus
pada ide-ide penting.
 Memanggil pengetahuan awal yang relevan
Para siswa dapat terlibat dalam pembelajaran yang bermakna
hanya ketika mereka memiliki pengetahuan awal yang dapat mereka
hubungkan dengan informasi baru dan ketika mereka menyadari
hubungan yang potensial. Sebagai pengajar bisa membimbingnya dengan
memberikan pertanyaan, seperti
 Apa yang sudah Anda ketahui terkait topik ini?
 Apa harapan Anda dengan mempelajari topik tersebut?
 Membuat catatan
Pada saat siswa mencapai tingkat sekolah menengah pertama,
keterampilan membuat catatan mulai berperan dalam prestasi mereka di
kelas. Akan ada siswa-siswa yang tidak berkenan atau mungkin tidak
tahu bagaimana cara menulis catatan. Sebagai pengajar bisa melakukan
cara berikut:
 memberitahu mereka tentang hal-hal apa saja yang penting untuk
dimasukkan ke dalam buku catatan.
 Teratur dalam memeriksa buku catatan mereka untuk menilai
ketepatan dan kemudian memberikan umpan balik yang konstruktif.
 Mengorganisasikan informasi
Strategi berguna yang bisa digunakan adalah membuat kerangka
bahan ajar, peta konsep, diagram yang menggambarkan konsep-konsep
dan kesalingterkaitannya. Hal ini bisa untuk meningkatkan pembelajaran
dan memori terhadap suatu topik.
 Mengelaborasi Informasi secara Sengaja
Kemampuan mengelaborasi pada anak-anak tampak berkembang
relatif lambat dan secara bertahap meningkat selama masa remaja.
 Siswa berprestasi: melakukan elaborasi ketika membaca dan belajar
 Siswa tidak berprestasi: bergantung pada strategi relatif “tanpa
berpikir banyak” dan harus mengulang materi (rehearsal) dalam
usaha mengingat apa yang sedang dipelajari.
 Membuat Ringkasan
Membuat ringkasan merupakan suatu proses yang cukup
kompleks, meliputi membedakan informasi penting dan tidak penting
serta menyatukan detail-detail menjadi ide lebih umum.
 Monitoring Pemahaman
Proses mengecek diri sendiri yang dilakukan seseorang untuk
memastikan dia mengerti dan mengingat informasi yang baru diperoleh.
b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Strategi
 Strategi belajar bergantung sebagian pada tugas belajar yang diberikan.
 Para siswa cenderung memperoleh dan menggunakan strategi-strategi baru yang
lebih efektif hanya jika mereka menyadari bahwa strategi sebelumnya tidak
efektif lagi.
 Kepercayaan siswa mengenai hakikat pengetahuan dan pembelajaran
memengaruhi pilihan strategi mereka.
 Motif dan tujuan yang berbeda memerlukan strategi-strategi yang berbeda.
 Instruksi dan bimbingan yang berkelanjutan mengenai strategi yang efektif
meningkatkan pembelajaran dan prestasi.

B. Transfer
Transfer adalah Fenomena di mana sesuatu yang telah dipelajari siswa memengaruhi
cara siswa belajar atau melakukan sesuatu di kemudian hari. Transfer Positif berarti fenomena
di mana sesuatu yang dipelajari akan memfasilitasi pembelajaran atau performa di kemudian
hari. Transfer Negatif berarti fenomena di mana sesuatu yang dipelajari akan mengganggu
pembelajaran atau performa di kemudian hari. Transfer Spesifik berarti tugas belajar yang asli
dan tugas transfer tumpeng tindih dalam hal isi. Transfer Umum berarti tugas belajar asli dan
tugas transfer berbeda dalam hal isi.
a. Faktor-faktor yang memengaruhi Transfer
 Belajar yang bermakna mendorong transfer yang lebih baik daripada belajar
dengan menghafal.
 Semakin menyeluruh sesuatu dipelajari, semakin besar kemungkinannya
ditransfer ke situasi ya baru.
 Baik transfer positif maupun transfer negatif lebih umum menjadi ketika suatu
situasi yang baru itu sama atau paling tidak tampak mirip dengan situasi
sebelumnya.
 Prinsip dan teori lebih mudah ditransfer daripada fakta-fakta yang terpisah-pisah.
 Contoh yang banyak dan bervariasi dan kesempatan latihan meningkatkan
probilitas transfer.
 Transfer lebih umum terjadi ketika informasi dan keterampilan disadari sebagai
bebas konteks (context-free) daripada terikat konteks.
 Transfer mengikat lingkungan budaya mendorong dan mengharapkan transfer.

C. Pemecahan Masalah
a. Strategi Pemecahan Masalah: Algoritma dan Heuristik
Algoritma adalah beberapa soal yang diselesaikan secara berhasil dengan
mengikuti instruksi yang spesifik dan tahap demi tahap. Heuristik adalah strategi
umum yang memfasilitasi pemecahan masalah tetapi tidak selalu menghasilkan suatu
pemecahan masalah.
b. Faktor-faktor Kognitif yang Memengaruhi Pemecahan Masalah
 Memori kerja menempatkan batas atas mengenai seberapa banyak siswa dapat
berpikir pada saat mereka mengerjakan suatu soal.
 Siswa biasanya memecahkan soal secara lebih efektif bila mereka mempunyai
basis pengetahuan yang menyeluruh dan terintegrasi baik yang relevan dengan
topik itu.
 Pemecahan masalah yang sukses tergantung pada kesuksesan pemanggilan
kembali (retrieval) pengetahuan yang relevan.

D. Menggunakan Teknologi Komputer untuk Mendorong Pemecahan Masalah


 menggunakan program tutoring berbasis komputer untuk meningkatkan penalaran dan
pemecahan masalah matematis dan ilmiah.
 perlihatkan kepada para siswa bagaimana menggunakan tabel spreadsheet untuk
menganalisis serangkaian data yang kompleks.
 gunakan simulasi komputer yang memungkinkan para siswa memformulasikan hipotesis,
merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, dan menafsirkan hasil-hasilnya.

E. Kreativitas
Kreativitas, adalah bentuk transfer, karena melibatkan penerapan sebelumnya yaitu
pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke situasi baru. Psikolog telah menawarkan
berbagai pendapat tentang sifatnya, tetapi secara umum kreativitas memiliki dua komponen:
 Perilaku baru (orisinal): Perilaku yang tidak dipelajari khusus dari orang lain.
 Hasil yang produktif: Hasil yang berguna dan tidak melanggar budaya.
Kreativitas bukanlah entitas tunggal yang orang miliki atau tidak miliki, tetapi
kreativitas merupakan kombinasi dari beberapa proses berpikir, motivasi, dan perilaku yang
spesifik. Individu yang kreatif cenderung memiliki karakteristik:
1. Menafsirkan masalah dan situasi secara fleksibel
2. Memiliki pengetahuan pada suatu tugas
3. Mengombinasikan informasi dan ide-ide yang ada dengan cara baru
4. Mengevaluasi pencapaian mereka
5. Memiliki gairah dalam hal yang dilakukannya
Beberapa aspek kreativitas mungkin berakar faktor keturunan, tetapi faktor
lingkungan juga memiliki peranan yang besar. Faktanya semakin orang bertambah tua maka
semakin kreatif juga orang itu, karena kreativitas membutuhkan pemikiran yang luas,
terstruktur, dan berpengalaman.
a. Mendorong Berkembangnya Kreativitas
1. Tunjukkan kepada siswa bahwa kreativitas itu dihargai: memberi respons baik
atau hadiah Ketika siswa menyelesaikan tugas dengan unik atau kreatif.
2. Fokuskan perhatian siswa pada penghargaan internal: menjelaskan pada siswa
bahwa nilai bukanlah segalanya, dan pencarian serta pengembangan potensi diri
itu sangat penting.
3. Dorong siswa menguasai suatu mata pelajaran: kreativitas berkemungkinan besar
untuk muncul dalam bidang yang benar-benar dikuasai.
4. Berikan pertanyaan yang mengasah pikiran: pertanyaan yang sulit dapat
mendorong pemikiran divergent.
5. Berikan kebebasan dan rasa aman untuk mengambil risiko: untuk
mengembangkan kreativitas siswa perlu memiliki rasa ketidaktakutan akan gagal.
6. Sediakan waktu yang memadai untuk mendorong tumbuh kembangnya
kreativitas.

F. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah mengevaluasi akurasi, kredibilitas, kepentingan, dan alasan dari
suatu pernyataan. Bentuk-bentuk pemikiran kritis:
1. Penalaran verbal: Memahami dan mengevaluasi teknik persuasif dalam perkataan verbal
ataupun tertulis
2. Analisis argument: Menganalisis alasan yang tidak sesuai dengan konklusi yang ada
3. Penalaran probabilistic: Menentukan kemungkinan terjadinya sesuatu
4. Uji hipotesis: Menilai data dan hasil riset yang ada dari metode penelitian yang digunakan
a. Mendorong Berkembangnya Kemampuan Berpikir Kritis
1. Ajarkan sedikit topik namun secara mendalam.
2. Dorong skeptisisme intelektual.
3. Beri contoh pemikiran kritis.
4. Berikan siswa kesempatan untuk berlatih.
5. Berikan pertanyaan yang mendorong pemikiran kritis.
6. Mintalah siswa mendebatkan isu kontroversial.
7. Bantu siswa memahami manfaat berpikir kritis.
8. Tanamkan keterampilan berpikir kritis dalam konteks aktivitas.

G. Keberagaman dalam Proses-proses Kognitif Tingkat Tinggi


Berpikir kritis adalah proses kognitif kompleks yang tampaknya agak bergantung
pada latar belakang budaya siswa. Beberapa budaya menempatkan nilai tinggi pada
menghormati orang yang lebih tua atau pemimpin agama tertentu. Sedangkan pemikiran yang
kritis sering kali menyinggung budaya atau agama tersebut, mungkin itulah yang
menyebabkan di suatu kelompok tertentu pemikiran kritis jarang digunakan.
a. Mengakomodasi Siswa-siswa Berkebutuhan Khusus
Untuk siswa berkebutuhan khusus kita mungkin harus mengajarkan
keterampilan kognitif secara eksplisit dengan bimbingan yang seksama dalam
penggunaan strategi belajar yang spesifik. Misal: menyediakan kerangka yang telah
diisi Sebagian untuk membantu siswa tersebut lebih mudah memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai