Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ribka Dwi Sellin

NIM : 08191064
Kelas :B
Mata Kuliah : Etika Profesi Perencana
Dosen Pengampu : Mohtana Kharisma Kadri, S.T., M.Eng

Tugas:
Memberikan tanggapan menurut seluruh sudut pandang terhadap studi kasus berikut dengan
mempertimbangkan nilai-nilai Etika Profesi Perencana Indonesia yakni Ketetapan Kongres
Istimewa Ikatan Ahli Perencana (IAP) Nomor 5 Tahun 1994.

Studi Kasus:
Dalam sebuah institusi diketahui mendapat bantuan dana dari pemerintah, dan dana tersebut
akan digunakan untuk proses pembangunan gedung dan pengadaan alat penunjang olahraga.
a. Kegiatan 1
Dalam proses pembangunan gedung, terlibat kontraktor, pengawas dan pemilik. yang
masing-masing memiliki hak, kewajiban dan kepentingan masing-masing. Dalam proses
pembangunan gedung diketahui adanya ketidaksesuaian petugas yang turun ke lapangan
serta kurangnya pengawasan serta tahap evaluasi.
Pada tahap akhir pembangunan gedung tersebut, terjadi proses audit bangunan, yang
menyebabkan adanya terindikasi ketidakefisianan dan efektifan anggaran (ketidaksesuaian
dengan spesifikasi), baik dari jumlah pembayaran tenaga ahli yang tidak sesuai dengan
jumlah kehadiran di lapangan, beberapa item kegiatan pembangunan dilakukan namun
kurang.
b. Kegiatan 2
Dalam proses pengadaan alat olahraga dilakukan oleh dua pihak, yang pertama
pengirim (toko) dan penerima (konsumen). Pada proses pengadaan alat olahraga yang
ditujukan untuk membantu dan memaksimalkan proses kegiatan olahraga juga terjadi
ketidaksesuaian dalam prosesnya, di antaranya adalah proses lama pengiriman barang yang
tidak sesuai dengan perjanjian, barang yang datang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan (persamaannya).

1
Pertanyaan:
Dari dua kegiatan dalam studi kasus tersebut maka nilai etika apa saja yang dilanggar dan
evaluasi yang dapat dilakukan atau solusi yang dapat diberikan dari masing-masing sudut
pandang yang terlibat di dalamnya?

Tanggapan:
a. Kegiatan 1
Berdasarkan penjabaran masalah untuk Kegiatan 1 pada studi kasus, sebelum saya
memberikan tanggapan yang dapat saya berikan mengenai nilai etika yang dilanggar
berdasarkan Kode Etik Perencana Indonesia, terlebih dahulu akan saya membahas
mengenai unsur-unsur proyek kontruksi yang membentuk suatu organisasi yang masing-
masing mempunyai peran, fungsi, dan tanggung jawab yang jelas. Dengan organisasi
proyek menjadi pelaksana dari manajemen suatu proyek, maka sudah seharusnya
dilakukannya setiap tanggung jawab dan tahap pelaksanaan proyek berdasarkan peraturan
dan tata tertib ataupun kesepakatan yang telah disepakati mengingat keberhasilan dalam
suatu proyek ditinjau dari ketepatan waktu, ketepatan biaya, dan ketepatan mutu. Dengan
begitu secara garis besar terdapat unsur-unsur pengelola proyek yang terlibat dalam sebuah
proyek meliputi pemberi tugas/pemilik, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan
kontraktor pelaksana. Adapun berikut definisi, tugas, dan wewenang dari setiap unsur
pengelola proyek sebagai berikut (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, 2016).
Pemberi Tugas/Pemilik
Pemberi tugas merupakan badan hukum/instansi atau perseorangan yang berkeinginan
mewujudkan suatu proyek dan memberikan pekerjaan bangunan serta membayar biaya
pekerjaan bangunan. Dengan begitu berikut tugas dan wewenangnya.
1) Mempunyai ide/gagasan sesuai dengan rencana-rencananya
2) Menyediakan dana dan lahannya
3) Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan proyek
4) Menangani dan menandatangani surat perintah kerja dan surat perjanjian dengan
pelaksana proyek
5) Bersama-bersama manajemen kontruksi dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan,
berhak memberi intruksi-intruksi kepada pelaksana proyek secara langsung maupun
tidak langsung
6) Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran yang harus diberikan
kepada pelaksana proyek
2
7) Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga berhak menerima/menolak
perubahan-perubahan pekerjaan serta pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang
8) Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan bila tidak sesuai dengan gambar rencana,
bilamana perlu mencabut tugas pelaksana proyek tersebut bila dianggap tidak mampu
melaksanakan pekerjaan
9) Meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait sebelum masa pemeliharaan
habis bila terjadi kerusakan, sebagaimana ditetapkan bersama
Adapun tanggung jawab dari pemilik proyek meliputi memelihara hubungan kerja secara
profesional, membuat keputusan yang tepat sesuai dengan waktunya, dan memberikan
dana yang dibutuhkan proyek.
Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah perusahaan/badan hukum yang ditunjuk oleh Pemilik sebagai
pelaksana pengawasan pekerjaan di lapangan selama kegiatan proyek berlangsung agar
pelaksanaan pekerjaan tidak menyimpang dari gambar kerja yang telah ditetapkan.
Dengan begitu berikut tugas dan wewenangnya.
1) Mengawasi dan memeriksa mutu pekerjaan kontraktor agar memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan
2) Mengawasi dan menguji kualitas atau mutu bahan bangunan
3) Menyiapkan dan menghitung kemungkinan terjadi adanya pekerjaan tambahan atau
pekerjaan yang kurang
4) Memberi teguran kepada kontraktor jika pelaksanaan pekerjaan di luar dari spesifikasi
gambar-gambar revisi
5) Memeriksa gambar-gambar revisi
6) Menyusun laporan harian, mingguan, dan bulanan terhadap hasil pekerjaan yang
dilakukan selama pengawasan
Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana merupakan peserta pelelangan yang berdasarkan hasil penelitian
panitia pelelangan dan pimpinan proyek dinilai paling sesuai untuk melaksanakan
pekerjaan degan tugas mewujudkan ide pemberi tugas ke dalam bentuk tiga dimensi yang
sesuai dengan gambar kerja rencana.
1) Melaksanakan tugas yang diberikan dengan mematuhi peraturan dalam dokumen
yang berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan
2) Mengadakan konsultasi dengan divisi perencana serta mendapatkan bimbingan
maupun pengarahan dari divisi pengawas mengenai pelaksanaan pekerjaan
3
3) Menyusun rencana kerja proyek
4) Menyiapkan tenaga kerja, peralatan bahan-bahan, dan segala sesuatu yang digunakan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan
5) Melaksanakan pekerjaan berdasarkan keahlian dan pengalaman yang dimiliki sesuai
dengan gambar rencana yang dibuat oleh konsultan perencana dan tidak keluar dari
spesifikasi kerja yang telah disetujui
6) Membuat detail pelaksanaan (shop drawing) dan membuat gambar akhir pekerjaan
(as built drawing)
7) Menjamin keamanan dan keselamatan kerja
8) Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan
9) Mengadakan pengujian terhadap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
10) Mengadakan perbaikan, perubahan, rekonstruksi dan perbaikan terhadap semua
kesalahan selama masa pemeliharaan
11) Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara keseluruhan kepada
owner
Berdasarkan tugas dan wewenang dari setiap unsur pengelola proyek tersebut, dapat
diidentifikasinya penyebab dari permasalahan ketidaksesuaian jumlah pembayaran tenaga ahli
dengan kehadiran di lapangan serta beberapa item kegiatan pembangunan yang telah disepakati
akan tetapi jumlahnya kurang, dengan pengidentifikasian penyebab permasalahan tersebut
apakah bersumber dari pihak pemilik, konsultan pengawas, atau kontraktor pelaksana.
1) Dimulai dari pengidentifikasian pelaksanaan tugas kontraktor pelaksana yakni
‘ketidaksesuaian jumlah pembayaran tenaga ahli dengan kehadiran di lapangan’
maka dengan salah satu tugas kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas yakni
secara masing-masing harus menyusun laporan harian, mingguan, dan bulanan atas
pelaksanaan pekerjaan menunjukkan bahwa jika dikaitkan dengan etika profesi
perencana IAP, maka tindakan ini melanggar tanggung jawab terhadap pemberi
kerja yakni memanfaatkan wewenang untuk memenuhi kepentingan pemberi
kerja/pemilik. Dimana berdasarkan pernyataan wewenang unsur pemilik proyek
bahwa pemilik berhak menerima/menolak perubahan-perubahan pekerjaan dan
meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait. Maka beberapa dari pihak
kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas yang diketahui tidak turun ke lapangan
untuk melaksanakan tugas, atau dapat disebut oknum, telah memberikan keterangan
palsu pada tanda kehadiran untuk memperoleh pembayaran yang tidak sesuai dengan
jumlah kehadiran beberapa oknum yang melanggar perjanjian jumlah kehadiran
4
tersebut. Selain melanggar tanggung jawab terhadap pemberi kerja, beberapa
kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas tersebut melanggar tanggung jawab
kepada masyarakat yakni ‘mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan
golongan maupun kepentingan pribadi’. Sebab kontraktor pelaksana dan konsultan
pengawas berorientasi pada keuntungan pribadi dengan tidak bekerja secara penuh
sesuai dengan jadwal kerja yang telah disepakati akan tetapi masih mengusahakan
untuk memperoleh pembayaran secara penuh dengan indikasi dipalsukannya bukti
kehadiran. Juga pelanggaran atas perjanjian kerja ini turut melanggar tanggung jawab
terhadap diri sendiri yakni ‘pengembangan profesi dengan peningkatan
integritas’. Dimana kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas tidak
mengupayakan penjagaan integritas atas dirinya sendiri dengan indikasi pemalsuan
bukti kehadiran.
2) Kemudian untuk pelanggaran atas perjanjian pelaksanaan proyek yakni ‘kurangnya
jumlah beberapa item kegiatan pembangunan yang telah disepakati’ maka dengan
salah satu tugas kontraktor pelaksana yakni ‘menyiapkan tenaga kerja, peralatan
bahan-bahan, dan segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.’ Sebab kontraktor pelaksana dinilai lalai dalam menjalankan
tugasnya. Selain kontraktor pelaksana, konsultan pengawas yang memiliki tugas
‘mengawasi dan memeriksa mutu pekerjaan kontraktor agar memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan’, ‘mengawasi dan menguji kualitas atau mutu
bahan bangunan’, dan ‘memberi teguran kepada kontraktor jika pelaksanaan
pekerjaan di luar dari spesifikasi gambar-gambar revisi’ juga dinilai telah lalai
dalam menjalankan tugasnya sebagai unsur yang menjalani fungsi pengawasan
pelaksanaan proyek. Dengan begitu jika dikaitkan dengan etika profesi perencana IAP,
maka tindakan ini melanggar tanggung jawab terhadap pemberi kerja yakni
memanfaatkan wewenang untuk memenuhi kepentingan pemberi kerja/pemilik
serta melanggar tanggung jawab kepada masyarakat yakni ‘berperan serta dalam
upaya menuju tercapainya pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan
perencanaan terpadu yang berwawasan menyeluruh dan berjangka panjang,
dengan salah satunya yakni meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi’.
Berikut tabel pengidentifikasian pelanggaran etika profesi berdasarkan Kode Etik Perencana
Indonesia Ketetapan Kongres Istimewa IAP Nomor 5 Tahun 1994 pada Studi Kasus Kegiatan
1.

5
Bentuk Tugas dan
Pihak
Pelanggaran Wewenang Kode Etik IAP
Pelanggar yang
Perjanjian yang dilanggar yang dilanggar
dilanggar
Proyek
Memanfaatkan
wewenang untuk
memenuhi Pemberi
kepentingan kerja
pemberi
Ketidaksesuaian Menyusun
kerja/pemilik
jumlah 1. Kontraktor laporan harian,
Mendahulukan
pembayaran pelaksana mingguan, dan
kepentingan umum
tenaga ahli 2. Konsultan bulanan atas
di atas kepentingan Masyarakat
dengan kehadiran pengawas pelaksanaan
golongan maupun
di lapangan pekerjaan
kepentingan pribadi
Pengembangan
profesi dengan
Diri sendiri
peningkatan
integritas
Memanfaatkan
wewenang untuk
Menyiapkan memenuhi Pemberi
tenaga kerja, kepentingan kerja
Kurangnya peralatan bahan- pemberi
jumlah beberapa bahan, dan segala kerja/pemilik
item kegiatan Kontraktor sesuatu yang Berperan serta
pembangunan pelaksana digunakan untuk dalam upaya
yang telah menunjang menuju tercapainya
disepakati kelancaran pembangunan
Masyarakat
pelaksanaan berkelanjutan
pekerjaan melalui pendekatan
perencanaan
terpadu yang

6
Bentuk Tugas dan
Pihak
Pelanggaran Wewenang Kode Etik IAP
Pelanggar yang
Perjanjian yang dilanggar yang dilanggar
dilanggar
Proyek
berwawasan
menyeluruh dan
berjangka panjang,
dengan salah
satunya yakni
meningkatkan
efisiensi dan
produktivitas
ekonomi
1. Mengawasi Memanfaatkan
dan wewenang untuk
memeriksa memenuhi Pemberi
mutu kepentingan kerja
pekerjaan pemberi
kontraktor kerja/pemilik
agar Berperan serta
memenuhi dalam upaya
spesifikasi menuju tercapainya
Konsultan yang telah pembangunan
pengawas ditetapkan berkelanjutan
2. Mengawasi melalui pendekatan
dan menguji perencanaan
Masyarakat
kualitas atau terpadu yang
mutu bahan berwawasan
bangunan menyeluruh dan
3. Memberi berjangka panjang,
teguran dengan salah
kepada satunya yakni
kontraktor meningkatkan

7
Bentuk Tugas dan
Pihak
Pelanggaran Wewenang Kode Etik IAP
Pelanggar yang
Perjanjian yang dilanggar yang dilanggar
dilanggar
Proyek
jika efisiensi dan
pelaksanaan produktivitas
pekerjaan di ekonomi
luar dari
spesifikasi
gambar-
gambar revisi
Sumber: Penulis, 2022
Dari hasil identifikasi tugas dan wewenang yang dilanggar beserta kode etik IAP yang
dilanggar pula, maka solusi yang dapat diberikan untuk permasalahan studi kasus Kegiatan 1
ini ialah Pemilik Proyek sebagai Pemberi Kerja sekaligus yang berwenang penuh terhadap
proyek yang memiliki hak menerima/menolak perubahan-perubahan pekerjaan juga berhak
menolak pekerjaan bila tidak sesuai serta berhak meminta pertanggung jawaban pada semua
unsur terkait, maka Pemberi Tugas/Pemilik Proyek dapat memberikan pernyataan keberatan
atas permasalahan yang ditemukan sehingga Pemilik dapat meminta konsultan pengawasan
dan kontraktor pelaksana menjalani dan menerima sanksi sesuai dengan konsekuensi
pelanggaran perjanjian yang telah ditetapkan bersamaan dengan peresmian surat perintah kerja
dan surat perjanjian pelaksanaan proyek.
b. Kegiatan 2
Berdasarkan penjabaran masalah untuk Kegiatan 2 pada studi kasus, sebelum saya
memberikan tanggapan yang dapat saya berikan mengenai nilai etika yang dilanggar
berdasarkan Kode Etik Perencana Indonesia, terlebih dahulu akan saya membahas
mengenai prinsip dan etika dalam pelaksanaan pengadaan barang. Sebab pada studi kasus
kegiatan 2 menyajikan permasalahan pelaksanaan pengadaan barang, maka Penulis
mengadaptasi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, untuk mengetahui etika yang harus dipatuhi oleh
semua pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa yang meliputi.
1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa

8
2) Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut
sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa
3) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
persaingan usaha tidak sehat
4) Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis pihak yang terkait
5) Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait,
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak
sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa
6) Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan
7) Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi
8) Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang
diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa
Selain etika, menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdapat prinsip-prinsip dasar dalam
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa antara lain sebagai berikut.
1) Efisien yakni prinsip pengadaan barang/jasa yang harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran
dalam waktu yang ditetapkan dengan kualitas yang maksimum
2) Efektif yakni prinsip pengadaan barang/jasa yang harus sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
3) Transparan yakni prinsip semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa
4) Terbuka yakni prinsip pengadaan barang/jasa yang dapat diikuti oleh semua penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu dan prosedur yang jelas
5) Bersaing yakni prinsip pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan
yang sehat di antara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara
6) Adil yakni prinsip yang memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan pihak tertentu
7) Akuntabel yakni harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan
Adapun diketahui pula bahwa dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, arus barang
dan jasa akan bergerak dari penyedia menuju penerima dan arus uang akan bergerak dari arah
9
yang berlawanan. Sehingga agar terciptanya arus barang dan jasa yang efektif dan efisien, maka
dinilai diperlukannya arus informasi yang berkualitas. Sehingga dapat dihindarinya
keterlambatan sampainya barang dan akan diperolehnya harga dan kualitas barang yang baik.
Berdasarkan etika dan prinsip dasar dalam pengadaan barang dan jasa tersebut, dapat
diidentifikasinya penyebab dari permasalahan lama pengiriman barang yang tidak sesuai
dengan perjanjian dan barang yang diperoleh oleh penerima/konsumen/pengguna tidak sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan, dengan pengidentifikasian penyebab permasalahan
tersebut dinilai bersumber dari pihak pengirim/penyedia/toko dengan begitu terjadinya
pelanggaran tanggung jawab kepada penerima/konsumen/pengguna atau dalam hal ini
konsumen dapat pula disebut sebagai pemberi kerja sebab telah melakukan pemesanan barang
dan melakukan pembayaran kepada penyedia. Adapun etika dan prinsip dasar dalam
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dilanggar meliputi pelaksanaan tugas secara
tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan
tujuan Pengadaan Barang/Jasa; bekerja secara professional; prinsip transparan yakni
prinsip semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas
dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa; dan prinsip akuntabel yakni
harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga berdasarkan pelanggaran atas etika dan
prinsip dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa oleh pengirim kepada penerima, maka
jika dikaitkannya dengan etika profesi berdasarkan Kode Etik Perencana Indonesia Ketetapan
Kongres Istimewa IAP Nomor 5 Tahun 1994, pengirim melakukan pelanggaran tanggung
jawab kepada pemberi kerja yakni ‘tidak mempertanggungjawabkan keputusan
profesional’, dalam hal ini pengiriman barang baik waktu maupun kualitasnya. Selain itu
pengirim juga melakukan pelanggaran etika berupa ‘memanfaatkan wewenang yang dimiliki
untuk memenuhi kepentingan pemberi kerja’ dengan secara sadar mengirimkan barang
yang telah dipesan oleh pemberi kerja yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Selain itu, pengirim
juga melakukan pelanggaran kode etik tanggung jawab terhadap diri sendiri yakni ‘turut
serta mengembangkan profesi dengan terus meningkatkan integritas’ yang ditunjukkan
dengan kelalaian atau bahkan tidak jujurnya pengirim atas pengiriman barang yang berakhir
tidak sesuai dengan spesifikasi dan waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman tidak sesuai
dengan perjanjian.
Berikut tabel pengidentifikasian pelanggaran etika profesi berdasarkan Kode Etik Perencana
Indonesia Ketetapan Kongres Istimewa IAP Nomor 5 Tahun 1994 pada Studi Kasus Kegiatan
2.
10
Bentuk Pelanggaran Pelangg Kode Etik IAP yang Pihak yang
Perjanjian Proyek ar dilanggar dilanggar
1. Tidak Pemberi
Lama pengiriman barang
mempertanggungjawa kerja/penerima/konsu
yang tidak sesuai dengan
bkan keputusan men
perjanjian
profesional
2. Memanfaatkan
wewenang yang
Barang yang diperoleh dimiliki untuk
Pengirim
oleh memenuhi
penerima/konsumen/peng kepentingan pemberi Diri sendiri
guna tidak sesuai dengan kerja
spesifikasi yang
diinginkan Pengembangan profesi
dengan peningkatan
integritas
Sumber: Penulis, 2022
Dari hasil identifikasi etika dan prinsip dasar dalam pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa yang dilanggar beserta kode etik IAP yang dilanggar pula, maka solusi yang dapat
diberikan untuk permasalahan studi kasus Kegiatan 2 ini ialah Penerima/Konsumen sebagai
Pemberi Kerja sekaligus memiliki hak atas pemberian ulasan kinerja dari pengirim maka
penerima/konsumen berhak meminta pertanggung jawaban pada pengirim dengan konsekuensi
pelanggaran perjanjian yang telah ditetapkan bersamaan dengan teken bukti pembayaran
semisal dengan permintaan pengiriman barang kembali dengan spesifikasi yang telah
disepakati tanpa dikenai biaya tambahan kepada penerima/konsumen.

11
REFERENSI

Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa. (2019, February 20). Retrieved from IFPSM:


https://www.iapi-indonesia.org/berita/membangun-trust-dalam-ekosistem-pengadaan

Pemerintah Republik Indonesia. (2018). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16


Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, P. P. (2016). Diklat Pejabat Inti Satuan Kerja (PISK)
Bidang Perumahan Modul 21 Koordinasi Pelaksanaan Proyek. Bandung: Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia.

12

Anda mungkin juga menyukai