Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurul Azizah

NIM : 1172030109

Kelas : PBA/6C

Mata Kuliah : Ilmu Ma’ani

Tempat-Tempat Fashl

ْ َْ َ َ ُ َ ْ َْ َ َْ ْ ََ ُ ُ َ ُ
ِ ‫ والفص ُل ت ْرك هذا العط‬،‫ملة على أخ َرى ِبالو ِاو‬
‫ف‬ ٍ ‫الوصل عطف ج‬

Washal adalah menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lainnya dengan menggunakan
huruf athaf (‫ )و‬dan fashal adalah meninggalkan athaf antara dua kalimat.

Contoh fashal:
‫ُ َ ّ ُ َأْل ْ َ ُ َ ّ أْل‬
ِ ‫ص ُل ا‬
‫يت‬ ِ ‫ يف‬- ‫يد ِبر ا مر‬

Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)

Tempat-Tempat yang harus dipisah (Fashol). Wajib memisah (Fashol) pada 5 tempat yaitu :

1. Apabila diantara dua jumlah ada sisi persamaan yang sempurna artinya Jumlah Kedua
menjadi Badal dari jumlah pertama . Contoh :

َْ ُ َ ُ َ ُ َ
‫ﺃ َﻣ َّﺪﻛ ْﻢ ِﺑ َﻤﺎ ﺗ ْﻌ َﻤﻠ ْﻮ َﻥ ﺃ َﻣ ّﺪﻛ ْﻢ ِﺑﺄﻧ َﻌ ٍﺎﻡ َﻭ َﺑ ِﻨ ْﻴ َﻦ‬

Beliau (Allah) telah membantu kalian dengan sesuatu yang kalian kerjakan,
Beliau (Allah) telah membantu kalian dengan Beberapa Hewan ternak dan Anak
Laki-laki. (Surat Asy-Syuaro’ : 132).

Atau Jumlah kedua menjadi Bayan (Penjelas) pada Jumlah pertama. Contoh:

ُْ َ َ ُّ َ ُ ‫ﺍﻟﺸ ْﻴ َﻄ‬
َ ‫ َﻗ‬،‫ﺎﻥ‬ َّ ‫ﺱ ﺇ َﻟ ْﻴﻪ‬ َ ْ ََ
‫ﺎﺁﺩ ُﻡ َﻫ ْﻞ ﺃ ُﺩﻟ َﻚ َﻋﻠﻰ ﺷ َﺠ َﺮ ِﺓ ﺍﻟﺨﻠ ِﺪ‬
َ ‫ﺎﻝ َﻳ‬
ِ ِ َ ‫ﻓﻮﺳﻮ‬

Maka Syaitan telah menggodanya (Nabi Adam), Ia mengatakan :”Hai Adam !


Apakah mau aku tunjukkan padamu Pohon kekekalan”. (Surat Toha : 120)

Atau Jumlah kedua menjadi Taukid (Penguat) pada Jumlah pertama. Contoh:
ْ َ َ َ
‫ﻓ َﻤ ِّﻬ ِﻞ ﺍﻟﻜﺎ ِﻓ ِﺮ ْﻳ َﻦ ﺃ ْﻣ ِﻬﻠ ُﻤ ْﻢ ُﺭ َﻭ ْﻳ ًﺪﺍ‬

“maka biarkanlah orang-orang kafir, biarkanlah mereka sebentar” (Surat Ath-


Thoriq : 17).

Pada pembahasan ini, dikatakan bahwa antara dua jumlah tersebut ada
Kamal ittishol (Kesempurnaan dalam kesinambungan).

2. Jika diantara dua Jumlah terdapat Perbedaan yang sempurna dalam ma’na artinya
berbeda dalam hal berupa kalam khobar maupun kalam Insya’.
Seperti Ucapan Penyair :

َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َْ َ َ
‫ﺎﻫ ٌﺪ ِﻣ َﻦ ﺍﻟﺨ َﺒ ِﺮ‬
ِ ‫ﻻ ﺗﺴﺄ ِﻝ ﺍﻤﻟ ْﺮﺍ ﻋﻦ ﺧﻼ ِﺋ ِﻘ ِﻪ ِﻓ ْﻲ ﻭﺟ ِﻬ ِﻪ ﺷ‬

Jangan kau Tanya Seseorang tentang perilakunya. Didalam wajahnya terdapat


Bukti adanya berita .
Seperti Ucapan Penyair lain :

ُ ُ َ ُ ُ َ َ ‫َﻭ َﻗ‬
‫ﺎﻝ َﺭﺍ ِﺋ ُﺪ ُﻫ ْﻢ ﺃ ْﺭ ُﺳ ْﻮﺍ ﻧ َﺰ ِﺍﻭﻟ َﻬﺎ ﻓ َﺤ ْﺘﻒ ﻛ ِ ّﻞ ْﺍﻣ ِﺮ ٍﺉ َﻳ ْﺠ ِﺮ ْﻱ ِﺑ ِﻤ ْﻘ َﺪ ِﺍﺭ‬

Pemimpin Mereka mengatakan : Bermukimlah (ditempat ini), maka kami akan


mengupayakan urusan perang. Kematian seseorang itu berjalan sesuai Takdirnya “.

Atau Diantara kedua jumlah tidak ada kesesuaian dalam ma’na. Contoh:

‫ ﺍﻟ َﺤ َﻤﺎ ُﻡ ﻃَﺎﺋِ ٌﺮ‬، ٌ‫َﻋﻠِ ٌّﻲ َﻛﺎﺗِﺐ‬

“Ali itu seorang Penulis. Burung dara itu terbang”


Pada contoh tersebut tidak ada kesesuaian makna antara : menulisnya Ali dan
terbangnya burung dara.

Pada pembahasan ini, dikatakan bahwa antara dua jumlah tersebut ada
Kamal Inqitho’ ().
3. Jika diantara Jumlah yang kedua menjadi sebuah jawaban yang timbul dari jumlah
pertama. Seperti Firman Allah SWT :
ِ‫ﺲ ﻷَ َّﻣﺎ َﺭﺓٌ ﺑِﺎﻟﺴُّﻮْ ﺀ‬
َ ‫ﺇﻥ ﺍﻟﻨَّ ْﻔ‬ ُ ‫َﻭ َﻣﺎ ﺃُﺑَ ِّﺮ‬
َّ ، ‫ﺉ ﻧَ ْﻔ ِﺴ ْﻲ‬

Dan Aku tidak membebaskan Nafsuku.


Sesungguhnya Nafsu itu banyak memerintah kepada kejelekan( Surat Yusuf : 53) .

Pada pembahasan ini, dikatakan bahwa antara dua jumlah tersebut ada
Syibhu Kamal Inqitho’ ().

4. Jika ada jumlah yang didahului dua jumlah yang sah untuk diathofkan pada salah satu
dari dua jumlah itu karena adanya kecocokan, dan tidak sah diathofkan pada jumlah
yang satunya. Seperti Ucapan Penyair:

َ َ َّ ْ َ َ ُ ً َ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ ُّ ُ َ َ
‫ﺍﻟﻀﻼ ِﻝ ﺗ ِﻬ ْﻴ ُﻢ‬ ‫ﻭﺗﻈﻦ ﺳﻠﻤﻰ ﺃﻧ ِﻨﻲ ﺃﺑ ِﻎ ِﺑﻬﺎ ﺑﺪﻻ ﺃﺭﺍﻫﺎ ِﻓﻲ‬

Dan Salma menyangka bahwa aku mencari penggantinya.


Saya menyangka bahwa Ia sedang bingung dalam kesesatan.

Pada Jumlah ‫ ﺃُ َﺭﺍﻫَﺎ‬sah diathofkan pada jumlah :‫ ﺗَﻈُ ُّﻦ‬, tetapi ini tercegah untuk
diathofkan karena khawatir menimbulkan kesalah pahaman bahwa lafadz ‫ﺃُ َﺭﺍﻫَﺎ‬
diathofkan pada jumlah ‫ ﺑِﻬَﺎ‬o‫ ﺃَﺑ ِْﻎ‬sehingga diartikan Jumlah ketiga ‫ﻝ ﺗَ ِﻬ ْﻴ ُﻢ‬oِ َ‫ﻀﻼ‬ oْ ِ‫ ﻓ‬o‫ﺃُ َﺭﺍﻫَﺎ‬ 
َّ ‫ﻲ ﺍﻟ‬
merupakan isi dari Persangkaan Salma .
Kesalahpahaman yang timbul jika diathofkan : Dan Salma menyangka bahwa : ” aku
mencari penggantinya dan Saya menyangkanya bahwa Ia sedang bingung dalam
kesesatan”.
Pada pembahasan ini, dikatakan bahwa antara dua jumlah tersebut ada
Syibhu Kamal Inqitho’ ().

5. Jika tidak ada tujuan menyamakan dua jumlah dalam satu hukum karena adanya
faktor pencegah.Seperti Firman Allah :

ُ . ‫ َﻗ ُﺎﻟ ْﻮﺍ ﺇ َّﻥ َﻣ َﻌ ُﻜ ْﻢ َّﺇﻧ َﻤﺎ َﻧ ْﺤ ُﻦ ُﻣ ْﺴ َﺘ ْﻬﺰ ُﺋ ْﻮ َﻥ‬، ‫َﻭ ﺇ َﺫﺍ َﺧ َﻠ ْﻮﺍ ﺇ َﻟﻰ َﺷ َﻴﺎﻃ ْﻴﻨﻬ ْﻢ‬
‫ﻪﻠﻟﺍ َﻳ ْﺴ َﺘ ْﻬ ِﺰ ُﺉ ِﺑ ِﻬ ْﻢ‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ

Dan ketika Mereka (Orang Munafiq) kembali pada Pemimipin mereka, mereka mengatakan
Sesunggugnya kami orang yang menertawakan. Allah menertawakan mereka” (Surat Al-
Baqoroh :14-15)
Pada Jumlah‫ ﺑِ ِﻬ ْﻢ‬ooُ‫ ﻳَ ْﺴﺘَﻬ ِْﺰﺉ‬ooُ‫ ﻪﻠﻟﺍ‬tidak sah diathofkan pada jumlah : ‫ َﻣ َﻌ ُﻜ ْﻢ‬oo‫ ﺇِ َّﻥ‬,
karena akan memberikan statement bahwa lafadz ‫ﺉ ﺑِ ِﻬ ْﻢ‬ oُ ‫ ﻳَ ْﺴﺘَﻬ ِْﺰ‬oُ‫ ﻪﻠﻟﺍ‬merupakan isi dari ucapan
mereka.
Dan juga tidak sah diathofkan pada jumlah ‫ ﻗَﺎﻟُﻮْ ﺍ‬karena memberikan pemahaman bahwa
Penghinaan Allah kepada orang Munafiq hanya terbatas ketika mereka kembali pada
Pemimipin mereka saja.
Pada pembahasan ini, dikatakan bahwa antara dua jumlah tersebut ada
Tawashuth baina Kamalaini ().

Anda mungkin juga menyukai