Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN BBLR
DI RSUD TEMANGGUNG

KELOMPOK IV

(STANDAR ASUHAN BBL )

1. Nenike Kusuma Dewi, STr.Keb

2. Yuli Mahanani, S.Tr.Keb

3. Agung Nur Cahyani , S.ST

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN AHLI

BALAI PELATIHAN KESEHATAN SEMARANG

2019

30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari tinggi rendahnya

angka kematian, baik Angka Kematian Ibu maupun Angka Kematian

Bayi Balita. Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup

tinggi dan penyebab atau permasalahan tingginya angka kematian

tersebut antara lain: asfiksia neonatorum, ikterus, RDS, perdarahan

tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, (Muslihatun, 2010).

Upaya yang dilakukan untuk menekan angka kematian bayi sangat

gencar dilakukan salah satunya yaitu asuhan yang komprehensif dan

holistik baik sejak awal kehamilan sampai periode kelahiran dan

perkembangan bayi ekstra uterin. Periode segera setelah bayi baru

lahir merupakan awal yang tidak menyenangkan bagi bayi

tersebut apalagi bila bayi tersebut mengalami kondisi yang tidak normal

seperti asfiksia, BBLR, atau gangguan yang lain. Kondisi tersebut

menyebabkan proses adaptasi merupakan hal yang sulit. Oleh karena

itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan perawatan yang

dapat membantunya untuk melewati masa transisi dengan berhasil

(Muslihatun, 2010).

Dengan latar belakang diatas, kelompok tertarik mengambil kasus

pada bayi BBLR di RSUD Temanggung.

31
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Peserta diklat mampu membandingkan penerapan asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir patologis dilahan praktek dengan

teori

2. Tujuan Khusus

a. Peserta mampu menganalisa asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir BBLR .

b. Peserta mampu membuat perencanaan asuhan kebidanan lebih

lanjut pada BBL yang memiliki masalah BBLR

c. Peseta mampu membuat dokumentasi asuhan kebidanan pada

BBL yang memiliki masalah BBLR

C. Metodologi Pengumpulan Data

1. Wawancara/ Anamnesa

Kelompok melakukan wawancara pada kepala ruang melati, katim

jaga pagi, dan ibu bayi untuk mendapatkan data

2. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan kelompok meliputi keadaan umum

bayi, lingkungan dan sarana prasarana tempat bayi dirawat

3. Studi kasus

Peserta memilihkan salah satu jenis kasus yang ada di ruang melati.

4. Studi pustaka

Kelompok mencari literatur yang terkait dengan kasus yang didapat.

32
BAB II

ANALISA SITUASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA TEMANGGUNG

A. GAMBARAN UMUM

RSUD Temanggung merupakan rumah sakit tipe B dengan SK

Menkes No.HK.02.03/1/1947/2013 dan merupakan RS milik

Pemerintah Kota Temanggung. RSUD Temanggung mempunyai lokasi

strategis karena berada di tengah Kota Temanggung, yaitu di jalan

Gajahmada No.1A Sendang, Temanggung. Rumah sakit ini dibangun

pada tahun 1907 sebagai RS Pemerintah di Kabupaten Temanggung.

Saat ini RSUD Temanggung dipimpin oleh dr. Artiyono, M. Kes.

dengan akreditasi KARS Paripurna pada tahun 2017.

RSUD Temanggung memiliki fasilitas IGD 24 jam, 24 poli

layanan rawat jalan, dan rawat inap dengan kapasitas

VIP 41 Tempat Tidur

Utama A 7 Tempat Tidur

Kelas 1 27 Tempat Tidur

Kelas 2 46 Tempat Tidur

Kelas 3 125 Tempat Tidur

HCU 6 Tempat Tidur

Isolasi 7 Tempat Tidur

PICU 5 Tempat Tidur

NICU 5 Tempat Tidur

33
ICU 11 Tempat Tidur

Total 281 Tempat Tidur

Untuk pemberian layanan kesehatan di RS ini dilakukan oleh 351

ASN dan pegawai lainnya.

Dengan motto pelayanan “Kesembuhan dan Kepuasan Pasien

Merupakan Kebahagiaan Kami’, RSUD Temanggung Kota

Temanggung memiliki visi “Memberikan Pelayanan Prima Sebagai

Pusat Rujukan Kesehatan”. Sedangkan misi RSUD Temanggung Kota

Temanggung adalah:

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan mutu dan kerjasama pendidikan kesehatan.

3. Meningkatkan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien.

4. Meningkatkan kinerja dan disiplin pegawai.

RSUD Temanggung memiliki beberapa pelayanan unggulan,

yaitu pelayanan klinik VCT dan CST , Medical Check up, EEG,

Instalasi PICU NICU, Mikrobiopsy, Kemoterapi, TKR/ THR, USG

Doopler Vasculer, Citogard, Gene Xpert.

B. GAMBARAN UMUM RUANG MELATI

Ruang Melati atau ruang Perinatologi terletak di lantai satu

RSUD Temanggung Kota Temanggung Ruangan ini terdiri dari lima

ruangan yaitu ruang Tindakan, Non Infeksi, Infeksi, Ruang Fototerapi ,

Ruang bayi Khusus. Kapasitas ruang adalah 33 pasien yang terdiri dari

6 inkubator, 3 infant warmer di R Tindakan , Box sinar 5 dan boks bayi

34
bai sehat 16. 3 Tempat tidur di ruang Infeksi. Fasilitas lain yang

disediakan adalah ruang tunggu khusus untuk ibu bayi dan ruang untuk

memerah ASI serta kulkas penyimpanan .

Batasan usia pasien yang dirawat di ruang Melati adalah usia 0-

28 hari. Namun hal tersebut dapat dikecualikan apabila dibutuhkan

perawatan khusus untuk beberapa kasus tertentu dan sesuai arahan dari

dokter spesialis anak.

Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di ruang Melati

terdiri dari 3 orang dokter spesialis anak dan orang perawat. Level

pelayanan dan perawatan ruang Melati adalah level II yang dapat

memberikan pelayanan perawatan pada bayi resiko tinggi, seperti

ikterus neonatorum, asfiksia dan gangguan nafas, BBLR, sepsis, dan

beberapa kasus patologi lainnya.

35
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA/TEORI

A. Tinjauan Teori Medis

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

a. Definisi BBLR

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru

lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi dengan berat

badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang umur

kehamilan (Latief et al., 2007 ; Damanik, 2012). Ada dua tipe

BBLR yaitu Premature yaitu bayi yang lahir lebih awal dari

waktunya (< 37 minggu ), dan bayi kecil masa kehamilan (KMK)

yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan

kurang.

b. Klasifikasi

Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi:

1) BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang

dari 2500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth

weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir

kurang dari 1500 gram.

3) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely

low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan lahir kurang dari 1000 gram (Proverawati, 2010).

36
c. Etiologi BBLR

1) Faktor ibu

a) Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre

eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan

psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal

kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru

kronik,infeksi akut atau tindakan operatif (Suwoyo et al.,

2011).

b) Gizi ibu hamil

Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh

pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada

ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan

dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat

bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir

dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan

bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang

cukup (Latief et al., 2007).

c) Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)

dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia

dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb

37
dibawah 11 gram % pada trimester I dan III atau kadar Hb

kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al., 2007).

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai

mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu,

BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan

disebabkan kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan

gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel

tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko

morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan

melahirkan BBLR juga lebih besar (Arista, 2012).

d) Keadaan sosial-ekonomi

e) Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya

prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan

sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan

gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang

(Proverawati, 2010).

f) Ibu hamil merokok

Rokok mengandung sejumlah substansi yang berbahaya

karena berdampak racun bagi tubuh, dua di antaranya yang

paling sering menjadi pembahasan adalah karbon monoksida

dan nikotin (subtansi pada rokok yang dapat menyebabkan

pemakainya merasa ketagihan). Dalam sekali isap, substansi-

substansi tersebut akan terserap dalam darah dan akhirnya

diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, hingga

38
mencapai janin. Kondisi Oksigen dalam tubuh ibu semakin

rendah sehingga menyebabkan dapatmenghambat

perkembangan janin.

g) Hamil usia remaja

Hamil usi remaja sangat berpotensi terjadinya persalinan

Prematur . Kondisi ini kerap diakibatkan kurang matangnya

alat reproduksi ibu hamil dan kurangnya kepedulian dalam

menjaga kehamilan. Meningkatnya persalinan prematur

tentunya akan diikuti dengan kondisi bayi dengan berat badan

lahir rendah.

h) Cervical incompetence

satu kondisi dimana mulut rahim (serviks) mengalami

pembukaan dan penipisan sebelum waktunya, sehingga tidak

bisa menahan janin, dan mengakibatkan terjadinya keguguran

atau kelahiran prematur.

i) Perdaraahan antepartum.

Perdarahan ante partum dapat menjadikan indikasi untuk

mengakhiri kehamilan apabila upaya upaya lain telah

dilaksanakan tetapi tidak berhasil. Apabila kondisi ini terjadi

saa usia kehamilan kurang dari 37 mingu makan terjadilah

persalinan premature.Bayi prematur sebenarnya tumbuh

dengan normal di dalam kandungan. Namun karena satu dan

lain hal terpaksa dilahirkan saat beratnya kurang dari 2500

gram.

39
2) Faktor janin

a) Hidroamnion

Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.

Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion

kronik yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap.

Pada hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan yang

jelas dalam beberapa hari. Hidroamnion dapat menimbulkan

persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat

menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan

kejadian BBLR (Chandra, 2011).

b) Kehamilan ganda/kembar

Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu

kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin

sekaligus. Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu,

kehamilan dizigotik dan monozigotik. Kehamilan ganda

terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi

atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini

hingga membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ganda

dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin.

Oleh karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang

intensif untuk menghadapi kehamilan ganda (Mandriwati,

2008).

c) Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella,

sitomegalovirus,

40
herpes, sifillis, TORCH ) (Suwoyo et al., 2011).

a. Komplikasi BBLR

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang ada hubungannya

dengan BBLR :

1) Sindrom gangguan pernafasan idiopatik

Disebut juga Hyaline Membrane Disease yaitu kesukaran

bernafas pada bayi karena pada stadium terakhir akan terbentuk

membran hialin yang melapisi alveolus paru.

Pneumonia aspirasi

Sering ditemukan pada BBLR karena refleks menelan dan batuk

belum sempurna.

2) Perdarahan intraventrikular

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan

oleh anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan

pembentukan membran hialin pada paru.

3) Fibroplasia retrolental

Penyakit ini terutama ditemukan pada BBLR dan

disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan

menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akan terjadi

vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi

bernafas dengan udara biasa, pembuluh darah ini akan

mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan mengalami

proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur. Kelainan

ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badannya kurang dari

41
2 kg dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu

pengunaan oksigen lebih dari 40%. Stadium akut penyakit ini

dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri

dan vena retina. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler

baru secara tidak teratur pada ujung vena. Kumpulan pembuluh

darah baru ini tumbuh ke arah korpus vitreum dan lensa.

Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan retina dapat

terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang

ireversibel. Pada stadium akhir akan terdapat masa retrolental

yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral

dengan mikroftalmus, kamar depan yang menyempit, pupil

mengecil dan tidak teratur serta visus menghilang.

4) Hiperbilirubinemia

Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami

hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal

ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjugasi

bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

5) Hipotermi

Kurangnya cadangan lemak dalam tubuh bayi yang BBLR,

memungkinkan besar bayi mudah terjadi hipotermi.

6) Infeksi

Bayi dengan berat lahir rendah juga akan mengalami kerusakan

fungsi imun. Semakin berat retardasi pertumbuhan yang dialami

oleh janin, maka akan semakin berat pula kerusakan

42
imunokompetensi dan kerusakan tersebut akan tetap bertahan

sepanjang masa kanak-kanak (ACC/SCN, 2000 & Rao dan

Yajnik, 2010). Oleh sebab itu bayi BBLR dianjurkan untuk

mendapatkan ASI agar daya tahan tubuhnya meningkat.

43
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S DENGAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

DI RSUD TEMANGGUNG

A. Pengkajian

Hari / Tanggal : Selasa , 23 Juli 2019

Jam : 10.00-12.00 WIB

Tempat : RSUD TEMANGGUNG

1. Identitas

a.Bayi

Nama : By. Ny. S

Umur : 2 hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Ngaglik RT 3/6 Selopampang Temanggung.

b.Identitas Orang Tua

Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. S

Umur : 36 th Umur : 42 th

Pendidikan : MI Pendidikan : MI

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani

Agama :Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Alamat : Ngaglik RT Alamat :Ngaglik RT 3/6

44
3/6 Selopampang

Selopampang Temanggung.

Temanggung.

2. Data Subyektif

Riwayat Kehamilan

Tahun Jenis Penolong Berat Jenis Keadaan

Lahir Persalinan Badan Kelamin Sekarang

Bayi

2006 Spontan Bidan 3500 Perempuan Sehat

gram

2010 Spontan Bidan 3500 Laki laki Sehat

gram

2019 Spontan Bidan 2100 Laki laki Sakit

Riwayat persalinan

1) Tanggal Lahir : 22 Juli 2019

Waktu lahir : Jam 02.10 WIB

Cara persalinan : Spontan

PA : P3A0

2) Umur kehamilan : 37 minggu

45
3) Tunggal / Gemelli : Tunggal

b. Riwayat kesehatan sekarang

3. Data Obyektif

a. Tanda vital

1) Keadaan umum : CUKUP, tidak terpasang oksigen

2) Nadi : 100 x /menit

3) Suhu : 36,6 oC

4) RR : 40 x /menit

b. Pengukuran antropometri

1) Berat badan : 1900 gram

2) Panjang badan : 41cm

3) Lingkar kepala : 30 cm

4) Lingkar dada : 29 cm

5) LILA : 9 cm

c. Status Present

Kepala : Mesochepal, tidak ada caput

Mata : Simetris, sclera putih, conjungtiva merah muda,

mata tidak menonjol

Hidung : Bersih, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada

sumbatan

Mulut : Simetris, tidak ada labiopalatosizis

Telinga : Simetris, tulang rawan belum terbentuk

sempurna

46
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Pulmo / jantung : bunyi jantung normal

Abdomen : Tidak ada pendarahan tali pusat, terpasang infus

umbilikal

Genetalia : Labia mayora sudah menutup sempurna

Punggung : Tidak ada kelainan pada tulang belakang

Anus : Ada lubang

Ekstremitas : tidak ada Sianosis di ekstremitas, gerakan aktif,

jumlah jari lengkap

Kulit : Kemerahan seluruh tubuh

4. Data Penunjang

a. Terapi pagi (tanggal 23 Juli 2019 Jam 10.00 )

Infus KAEN 8 tpm , injeksi Amoxicilin 100gram / 12 jam, diit Susu

Formula, ASI sudah mulai diberikan tetapi bayi belum bisa menghisap.

b. Hasil laboratorium tanggal 23 Juli 2019

5. Analisa

By. Ny. S , umur 2 hari dengan, BBLR potensial hipotermi, infeksi dan

kekurangan nutrisi

Masalah : hipotermi ringan, ASI belum diberikan, ibu tidak cuci tangan.

6. Penatalaksanaan

a. Memberikan kehangatan bayi dengan incubator, pemberian selimut dan

pakaian kering

47
Hasil : Suhu bayi stabil di suhu 36, 6

b. Menjaga lingkungan inkubator bayi untuk mencegah infeksi

Hasil : lingkungan inkubator bayi terjaga kebersihannya

c. Menganjurkan keluarga untuk cuci tangan setiap kali akan masuk

ruang melati dan menyentuh bayi

Hasil : Keluarga sudah diberi edukasi tentang pencegahan infeksi dan

cuci tangan

d. Menganjurkan Ibu untuk menyusui setiap 2 jam sekali.

Hasil: Ibu bersedia untuk memberikan ASI setiap 2 jam sekali

e. Memberikan informasi kepada ibu tentang cara memerah ASI dan

pemberian ASI perah ke bayi.

Hasil:..Ibu mengerti cara memerah ASI dan cara pemberian ASI perah

ke bayi dengan sendok.

f. Melakukan observasi keadaan umum bayi, reflek hisap dan vital sign

setiap 8 jam sekali

Hasil : observasi dilakukan tiap 8 jam dan sudah tercatat dalam rekam

medis

g. Melanjutkan advis dari SpA

Hasil Kolaborasi : terapi sudah diberikan dan tercatat

48
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam studi kasus ini penulis mengambil satu pasien tentang asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir By.Ny.S dengan Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR).

Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa bayi NY. S Lahir di

Puskesmas dengan Berat Badan Lahir Rendah (2100 gram), lahir menangis

dengan tonus otot yang baik ditunjukkan dengan APGAR skor 8-9-10.

Bayi Ny. S dengan berat badan lahir yang rendah yang berpotensi

hipotermi ringan. Untuk mencegah hipotermi maka diperlukan manajemen

thermoregulasi pada bayi Ny.S. Tindakan yang dilakukan adalah meletakkan

bayi di inkubator agar lingkungan sekitar bayi dalam kondisi hangat sehingga

meminimalisir kehilangan panas pada bayi. Inkubator merupakan salah satu

metode untuk menghangatkan bayi.

. Bayi Ny. S dirawat dalam satu inkubator yang digunakan untuk satu

bayi dan identifikasi bayi menggunakan gelang serta nomor tempat tidur.

Ny .S sudah memproduksi ASI dengan cukup ditandai dengan

payudara yang terasa penuh namun Ny. S belum di beri informasi tentang

bagaimana cara memerah ASI dan cara memberikan ASI Perah tersebut.

Sampai saat ini bayi hanya diberi Susu Formula dengan botol. Hal tersebut

juga memungkinkan bayi Ny. S mengalami kekurangan nutrisi karena tidak

mendapatkan ASI. Ny. S juga tidak diajari cara cuci tangan dengan benar

ketika akan kontak dengan bayinya.

49
BAB VI

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari observasi kasus bayi Ny. S dengan

BBLR adalah:.

a. Terdapat ketidaksesuaian antara SOP dengan tindakan yang

dilakukan yaitu tidak diberikan KIE tentang cara menyusui yang

benar dan cara memerah ASI.

b. Terdapat ketidaksesuaian dalam pencegahan Infeksi yaitu ketidak

patuhan petugas dalam PPI dan ibu belum diedukasi tentang

pencegahan infeksi.

c. Memberikan susu formula pada bayi ketika ibu sudah

memproduksi ASI.

d. Masih digunakannya botol dalam pemberian Susu Formula

2. SARAN

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peserta memiliki pendapat yang

dapat dijadikan saran kepada Manajemen RSUD Temanggung, yaitu:

a. Meninjau kembali SOP pemberian KIE pada keluarga pasien

tentang ASI.

b. Mensosialisasikan kembali SOP tentang pencegahan infeksi.

c. Tidak menggunakan susu formula ketika ASI sudah di produksi.

d. Menggunakan cangkir atau sendok dalam pemberian Susu formula.

50
51

Anda mungkin juga menyukai