Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................................................ 2
1.2 Dasar Hukum Peranan Informend consent Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 ............ 3
1.3 Tujuan Informed Consent ..................................................................................................................... 3
BAB II .............................................................................................................................................................. 5
BAB III ............................................................................................................................................................. 7
3.1 Prosedur pelaksanaan informed consent ............................................................................................... 7
3.2 Penanggung Jawab Pelaksanaan Informed Consent ............................................................................. 8
BAB IV ........................................................................................................................................................... 10
PENUTUP ...................................................................................................................................................... 10

1
BAB I

DEFINISI

1.1 Pengertian Informed Consent

Informed consent terdiri dari dua kata yaitu Informed dan Consent berarti telah mendapat

penjelasan atau keterangan atau informasi, sedangkan consent berarti persetujuan yang

diberikan setelah mendapatkan informasi. Dengan demikian informed Consent dapat di

definisikan sebagai pernyataan pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa

persetujuan atas rencana tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima

informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.Persetujuan tindakan

yang akan dilakukan oleh dokter harus dilakukan tanpa adanya unsur pemaksaan. Menurut

Permenkes No.585/Menkes/Per/IX/1989 informed consent (persetujuan tindakan medik)

adalah persetujuan yang diberikan pasien atau 12 keluarganya atas dasar penjelasan

mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

Persetujuan tindakan/informed consent adalah kesepakatan yang dibuat seorang klien

untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah informasi yang lengkap, termasuk

risiko terapi dan fakta yang berkaitan dengan terapi tersebut, telah diberikan oleh dokter.

Oleh karena itu, persetujuan tindakan adalah pertukaran antara klien dan dokter. Biasanya,

klien menandatangani formulir yang disediakan oleh institusi. Formulir itu adalah suatu

catatan mengenai persetujuan tindakan, bukan persetujuan tindakan itu sendiri.

2
1.2 Dasar Hukum Peranan Informend consent Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2004

Persetujuan tindakan Kedokteran telah diatur dalam Pasal 45 Undang – undang Nomor 29

tahun 2004 tentang praktik Kedokteran. Sebagaimana dinyatakan setiap tindakan kedokteran

atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus

mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan setelah pasien mendapat

penjelasan secara lengkap, sekurang – kurangnya mencakup: diagnosis dan tata cara tindakan

medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, Persetujuan tersebut dapat diberikan baik secara

tertulis maupun lisan.14 Dihubungkan dengan kewajiban dokter dalam Pasal 45 ayat (1) dan (2)

UU Nomor 29 Tahun 2004, untuk terjadinya perikatan hukum – pasien, penawaran itu harus

diikuti penjelasan secara lengkap mengenai pelbagai hal seperti diagnosis dan terapi oleh dokter,

dan apabila kemudian pasien memberikan persetujuan untuk pengobatan atau perawatan, maka

terjadilah perikatan hukum yang disebut kontrak terapeutik atau transaksi terapeutik. Persetujuan

pasien itu disebut dengan informend consent.

1.3 Tujuan Informed Consent

Tujuan Informed consent menurut Permenkes RI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 yaitu :

1. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak

diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa

sepengetahuan pasiennya.

2. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat

negatif, karena prosedur medik modern tidak tanpa resiko dan pada setiap tindakan medik

ada melekat suatu resikoUntuk menunjang pelayanan kesehatan yang berkualitas serta

menghasilkan informasi yang tepat dan akurat, tentunya harus didukung oleh adanya

3
kelengkapan data pada setiap formulir rekam medis dan formulir persetujuan tindakan

medis (Informed Consent).

4
BAB II

RUANG LINGKUP

Secara umum, informed consent dapat diberikan secara langsung oleh pasien yang kompeten,

yang berarti pasien memiliki kapasitas untuk mengerti akan penjelasan yang diberikan dan

menggunakan informasi tersebut untuk berpikir secara rasional dalam mencapai suatu

kesimpulan.

Berdasarkan Permenkes nomor 290 tahun 2008, pasien yang kompeten berarti pasien dewasa

di atas usia 21 tahun atau telah/pernah menikah, atau pasien berusia 18 tahun yang tidak

dikategorikan sebagai anak berdasarkan perundang-undangan. Pasien juga dikatakan kompeten

apabila kesadarannya tidak terganggu dan tidak mengalami gangguan atau kemunduran

kesehatan mental.[2,9]

Pada kondisi pasien tertentu, seperti kategori usia anak-anak, gangguan kesadaran, gangguan

mental, atau sedang dalam kondisi gawat darurat, maka informed consent dapat diberikan oleh

orang tua, suami/istri, anak kandung, saudara kandung, keluarga terdekat, atau orang yang

mengantarkan pasien.

Persetujuan yang diberikan oleh wali yang menggantikan pasien ini harus memenuhi tujuan

utama untuk kepentingan terbaik pasien dan memaksimalkan manfaat yang baik untuk pasien.

Pada kondisi gawat darurat, informed consent secara tersirat dari pasien umumnya dapat

diterima sebagai persetujuan tindakan. Selain itu, pada pasien yang tidak sadar dan tidak

5
didampingi keluarga/wali, tindakan tetap boleh dilakukan walaupun informed consent belum

ada. Informed consent dapat dibuat setelah pasien sadar atau keluarga/wali hadir.

6
BAB III

TATA LAKSANA

Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter harus mendapatkan persetujuan

dari pasien. Persetujan tersebut diberikan oleh pasien setelah mendapatkan penjelasan yang

cukup dari dokter yang akan melakukan tindakan medis tersebut. Pemberian penjelasan oleh

dokter kepada pasien sekurang-kuranngnya mencakup diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan resikonya, risko

dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

3.1 Prosedur pelaksanaan informed consent

1. Tujuan dari informed consent mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil

keputusan atas tindakan yang akan dilakukan. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat

terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang diperlukan

sehingga pasien dapat mengambil keputusan yang tepat

2. Dokter memiliki kewajiban untuk memberitahukan pasien mengenai kondisi, diagnosis,

diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, risiko, alternatif, prognosis, dan harapan.

Dokter seharusnya tidak mengurangi materi atau memaksa pasien untuk segera memberi

keputusan.

3. Tidak semua pasien boleh memberikan pernyataan, baik setuju maupun tidak setuju. Pasien

tersebut harus sudah dewasa, secara umum menggunakan batas 21 tahun, pasien yang

dibawah batas umur tetapi sudah menikah, pasien dalam keadaan sadar, dapat diajak

berkomunikasi secara wajar dan lancar dan dalam keadaan sehat akal.

7
4. Bentuk persetujuan harus berdasarkan semua elemen dari informed consent yang benar yaitu

pengetahuan dan kompetensi. Beberapa rumah sakit dan 20 dokter telah mengembangkan

bentuk persetujuan yang merangkum semua informasi dan juga rekaman permanen, biasanya

dalam rekam medis pasien.

5. Pasien berhak bertanya tentang hal-hal seputar rencana tindakan medis yang diterimanya

apabila informasi yang diberikan dirasakan belum jelas dan berhak menolak rencana

tindakan medis karena suatu alasan tertentu dari informasi yang diterima pasien.

6. Semua informasi sudah harus diterima pasien sebelum rencana tindakan medis dilaksankan.

Pemberian informasi ini selayaknya bersifat obyektif, tidak memihak, dan tanpa tekanan,

setelah menerima semua informasi seharusnya pasien diberi waktu untuk berfikir dan

memutuskan pertimbangannya.

7. Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan tindakan medis bisa saja tidak

dilaksanakan oleh dokter apabila situasi pasien dalam kondisi gawat darurat.dalam kondisi

ini,dokter akan mendahulukan tindakan dalam penyelamatan nyawa pasien namun prosedur

penyelamatan nyawa pasien tetap harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan disertai

profesionalisme yang tinggi.

3.2 Penanggung Jawab Pelaksanaan Informed Consent

a. Tanggung jawab Dokter

Dihubungkan dengan masalah informed consent, maka tanggung jawab dokter maupun

perawat dapat dibedakan atas dua macam yaitu tanggung jawab hukum dan tanggung profesi

atau etik :

1. Tanggung jawab Etik Landasan etik yang terkuat dalam hal informed Consent adalah

keharusan bagi dokter untuk menghormati kemandirian (otonomi) pasien

8
2. Tanggung jawab Hukum Secara eksplisit telah ditegakkan dalam Permenkes No.

585/Menkes/IT/1989 pasal 12 (1) yang menyatakan bahwa dokter bertanggung jawab

atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan medik. Dan yang

memungkinkan terjadinya pendelegasian apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

: delegasi tidak boleh diberikan sepanjang mengenai diagnosa, indikasi medik dan terapi.

Dokter harus mempunyai keyakinan tentang kemampuan dari orang yang menerima

delegasi darinya

b. Tanggung jawab perawat

Peran perawat cukup besar dalam pelaksanaan informed Consent. Untuk persoalan tanggung

jawab dapat dibedakan atas :

1. Perawat yang bekerja untuk mendapatkan gaji dari dokter.

2. Perawat yang bekerja untuk dan digaji oleh rumah sakit dan diperbantukan pada dokter.

Untuk perawat yang bekerja dan digaji oleh seorang dokter maka pada umumnya

dokterlah yang bertanggung jawab terhadap tindakan perawat yang di lakukan atas perintah

dokter, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1367 KUHP, akan tetapi apabila perawat

melakukan suatu tindakan medik yang 22 tidak sesuai dengan ijazah yang ia miliki perawat

itu sendiri harus bertanggung jawab. Seorang dokter juga dapat melepaskan diri dari apa

yang dilakukan oleh perawat, apabila ia dapat membuktikan terjadinya hal itu bukan karena

kesalahannya, tetapi karena kesalahan dari perawat itu sendiri. Hal ini menunjukkan

kemandirian perawat untuk bertanggung jawab

9
BAB IV

PENUTUP

Informed consent merupakan pemberian informasi tindakan medis oleh dokter dan

pernyataan pasien yang sah untuk setuju atau menolak tindakan yang akan dilakukan dokter

setelah menerima informasi yang cukup. Jenis penyampaiannya bisa secara tersirat ataupun

lisan dan tertulis. Pasien memiliki hak kebebasan mengambil keputusan saat menandatangani

dan harus selalu didokumentasikan.

Isi dari informed consent yaitu diagnosis dan tata cara, tujuan tindakan, alternatif

tindakan lain, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan.

Penyampaian merupakan tanggung jawab dokter pemeriksa dan yang berhak memberi

persetujuan adalah pasien yang kompeten. Proses ini dilakukan untuk melindungi hak dokter

dan pasien secara sah dan dapat dipertanggungjawabkan.

10

Anda mungkin juga menyukai