SELF RESILIENCE DALAM DIRI APARATUR SIPIL NEGARA

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan pelaku dalam pemerintahan yang dituntut
memiliki banyak keahlian, salah satunya adalah Life Skills. Life skills atau kecakapan hidup
merupakan suatu hal yang dapat mendukung kemajuan seseorang. Life Skills merupakan
kemampuan untuk berperilaku yang adaktif dan positif yang membuat seseorang mencapai
suatu tujuan sesuai dengan tuntutan dan tantangan yang terjadi. Life Skills mengarah pada
keahlian-keahlian yang dibutuhkan seseorang dalam hidup. Menurut WHO dalam
(Widyaningsih, 2020), life skills terdiri dari 5 aspek, yaitu Self Awareness, Empathy,
Assertiveness and Equanimity/Self Control, Resilience, dan Ability Cope with Stress and
Emotions. Dari kelima aspek tersebut, salah satu aspek yang menjadi salah satu hal penting
bagi seorang ASN adalah Resilience.

Resiliensi secara umum mengarah pada adaptasi positif selama atau sesudah
menghadapi kesulitan atau resiko. Namun demikian, seringkali ditemukan resiliensi manusia
dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup kurang optimal. Manusia lebih memilih
menyerah pada keadaan atau bahkan mengalami berbagai gangguan baik dalam
kemampuan sosial, mental ataupun fisik. Mereka tidak mampu menjaga keseimbangan
dalam menghadapi tekanan yang kuat (Utami, 2017).

Menurut Utami (2017), meningkatkan resiliensi adalah tugas yang penting karena hal ini
dapat memberikan pengalaman bagi manusia dalam menghadapi tantangan dan kesulitan
hidup. Dengan meningkatkan resiliensi, manusia dapat mengembangkan ketrampilan hidup
seperti bagaimana berkomunikasi, kemampuan yang realistik dalam membuat rencana
hidup dan mampu mengambil langkah yang tepat bagi hidupnya. Mereka akan
mengembangkan cara untuk mengubah keadaan yang penuh tekanan menjadi sebuah
kesempatan untuk pengembangan diri pribadi.

Dalam menjalankan tugasnya pada organisasi pemerintah, tantangan dan kesulitan

merupakan hal biasa yang akan dihadapi oleh ASN, baik di level pimpinan maupun pegawai.
Tantangan dan kesulitan tersebut merupakan hal yang harus dihadapi dan diselesaikan
untuk dapat bertahan di era yang serba digital ini. Ketrampilan komunikasi adalah tantangan
yang paling sering dijumpai. Setiap ASN pasti memiliki ide-ide dan gagasan dalam
melaksanakan tujuan dan fungsinya, namun tidak semuanya dapat mengkomunikasikannya
dengan baik. Hal tersebut diperparah dengan adanya tekanan-tekanan dari teman sejawat
maupun dari pimpinan. Sebagai ASN yang memiliki aspek Self Resilience, kesulitan dan
tekanan tersebut hendaknya dapat menjadi pemacu bagi dirinya untuk dapat menjadikannya
sebagai sebuah kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri.
 Penerapan Self Resilience di era society 5.0 ini menjadi hal yang mutlak untuk
dilakukan, mengingat tekanan dan tantangan tidak datang hanya dari lingkungan di sekitar
melainkan juga dari perkembangan teknologi. Apabila seorang ASN tidak memiliki
ketangguhan dan ketahanan dalam menghadapinya, maka secara otomatis tidak akan
dapat bersaing dengan ASN lain dan menyebabkan akan terkucilkan di lingkungannya.

Self Resilience sejalan dan dapat bersinergi dengan Core Values ASN yaitu
BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Dengan memiliki Self Resilience, seorang ASN
secara otomatis akan fokus pada pelayanan, melaksanakan tugas dan fungsi secara
akuntabel dan kompeten, serta dalam bersosialisasi dalam lingkungan organisasi
pemerintah, seorang ASN akan harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif dengan ASN yang
lain. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi sebuah organisasi untuk dapat berkembang
apabila sumber daya manusia di dalamnya memiliki sikap Self Resilience.

DAFTAR PUSTAKA

Utami, C. T. (2017). Self-Efficacy dan Resiliensi: Sebuah Tinjauan Meta-Analisis. Buletin

Psikologi, 25(1), 54–65. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.18419

Widyaningsih, N. (2020). Pentingnya New Job Skills dan Life Skillsbagi ASN dalam
Menghadapi Tantangan di Era New Normal. Jurnal Kewidyaiswaraan, 5(2), 62–75.