Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIPA
SMA NEGERI 12 KUPANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Pada Jurusan pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi pendidikan Fisika

OLEH:
PRISKA LESMIWATI HENUK
NIM. 1901050061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Mahasiswa dengan:
Nama : Priska Lesmiwati Henuk
Nim : 1901050061
Judul Proposal :Penerapan Model Project Based Learning Untuk
Meningkatkan hasil Belajar Fisika siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 12
Kupang

Dan telah dinyatakan siap untuk diuji oleh dewan penguji

Seluruh isi proposal ini telah diperiksa dan di setujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Vinsensius Lantik, S.Pd., M.Pd Antonius Suban Hali, S.Si., M.Pd

NIP.19790129 200812 1 002 NIP.19780917 200912 1 004

Mengetahui

Koordinator program Studi

pendidikan Fisika

Vinsensius Lantik, S.Pd., M.Pd

NIP.19790129 200812 1 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa dengan:
Nama : Priska Lesmiwati Henuk
Nim : 1901050061
Judul Proposal :Penerapan Model Project Based Learning Untuk
Meningkatkan hasil Belajar Fisika siswa Kelas XI MIPA
SMA Negeri 12 Kupang
Di bawah bimbingan

Pembimbing utama : Vinsensius Lantik, S.Pd.,M.Pd

Pembimbing pendamping : Antonius Suban Hali, S.Si., M.Pd

Telah diuji oleh Dewan Penguji Proposal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Undana dan dinyatakan layak digunakan dalam mengumpulkan data untuk


penulisan skripsi pada tanggal…………, di kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan universitas Nusa Cendana Kupang

Dewan Penguji:

Penguji I: Dr. I Wayan Sukarjita, S.Pd., M.Si ( ………………….)


NIP:19680715 199403 1 002
Penguji II: Vinsensius Lantik, S.Pd.,M.Pd ( ………………….)

NIP. 19790129 200812 1 001


Penguji III: Antonius Suban Hali, S.Si., M.Pd ( ………………….)
NIP.19780917 200912 1 004
Mengesahkan kupang ……………….. 2022
A.n Dekan
Wakil Dekan Bid. Akademik Koordinator program Studi
Dan Kemahasiswaan Pendidikan Fisika,

Dr. Moses Kopong Tukan, M.Si Vinsensius Lantik,


S.Pd.,M.Pd
NIP. 19631231 199203 1 201 NIP. 19790129 200812 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah, penulis dapat menyelesaikan penulisan
proposal dengan judul “Penerapan model Project Based Learning untuk
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Kupang
.” ini dengan lancar.

Penulisan proposal ini juga tidak lepas dari dukungan, bimbingan, serta
arahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
memberikan masukan dan saran sehingga penulisan proposal ini dapat berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis sampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Nusa Cendana yang telah memberi kesempatan kepada


penulis untuk menimba ilmu di Universitas Nusa Cendana.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNDANA.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Vinsensius Lantik, S.Pd., M.Pd yang
telah memberikan dukungan baik berupa moril maupun motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
4. Bapak Vinsensius Lantik, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta menyumbangkan pikiran bagi penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.
5. Bapak Antonius Suban Hali, S.Si., M.Si., selaku dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu serta menyumbangkan pikiran bagi penulis dalam
menyelesaikan proposal ini
6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan
masukan bekal pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

Akhir kata, tiada sesuatu yang lebih berharga yang penulis berikan sebagai
balasan atas budi baik yang telah diberikan, hanya ucapan terima kasih dan doa
yang tulus, semoga Tuhan senantiana memberkati kita semua.
Kupang, Agustus 2022
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah


Pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang berlangsung
secara efektif dan efisien, secara terbuka dan bertanggung jawab yang
disampaikan melalui kegiatan formal dan nonformal antara guru dan siswa.
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia,
karena pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses
peningkatan sumber daya manusia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menciptakan manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional secara tegas menyebutkan bahwa: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Suasana belajar yang baik ditandai oleh siswa aktif dalam pembelajaran,
misalnya dengan mengikutsertakan siswa untuk berdiskusi dan melaksanakan
kegiatan laboratorium. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan metode yang
berbeda dalam setiap pelaksanaannya. Metode yang digunakan dalam
pembelajaran merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam
kegiatan pembelajaran serta memiliki peranan penting untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang aktif dan kondusif.
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan
lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam
belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya merupakan tempat ketika
pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang
diperlukan untuk menyampaikan informasi. Dalam proses pembelajaran anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir, mereka
umumnya diarahkan kemampuan menghafal informasi, otaknya dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingat untuk menghubungkannya dalam kehidupan sehari-
hari (Ngalimun, 2013:1). Pembelajaran yang didukung dengan suasana belajar
yang menyenangkan akan berdampak positif terhadap pencapaian hasil
belajar siswa serta mampu memotivasi siswa dalam belajar dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Proses belajar mengajar merupakan factor utama penentu dari hasil
belajar. Proses belajar mengajar yang baik diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar
merupakan tempat menyalurkan ilmu dari pendidik kepada peserta didiknya,
dari proses pembelajaran ini diharapkan agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di SMA
Negeri 12 Kota Kupang, di peroleh informasi bahwa dalam proses
pembelajaran siswa sulit memecahkan masalah yang di berikan oleh guru,
Siswa juga cenderung pasif saat pembelajaran berlangsung karena mereka
merasa kurang mampu mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari. Guru
juga menyampaikan bahwa siswa di sekolah tersebut sudah terbiasa dengan
pembelajaran metode ceramah Sehingga ketika guru menggunakan model
pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar dan mengerjakan soal dalam
bentuk kelompok maka siswa kurang bekerja sama untuk berdiskusi dalam
kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara juga ditemukan bahwa materi yang sulit di
oleh siswa adalah materi fluida dinamis. Faktor utama penyebab siswa kurang
memahami materi ini adalah terbatasnya fasilitas penunjang pemahaman
siswa yang dimiliki olleh sekolah dan juga model pembelajaran yang
digunakan oleh guru.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah model
pembelajaran Problem Based Learning. Problem Based Learning atau model
pembelajaran yang berbasis masalah adalah sebuah metode yang
mengenalkan siswa pada suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan
materi yang akan dibahas, kemudian siswa diminta mencari solusi untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Model Problem Based Learning termasuk
dalam pendekatan saintifik yang memiliki enam (6) sintak pembelajaran yaitu
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan
mengkomunikasikan. Guru sudah mengajar berdasarkan sintak model
Problem Based Learning namun tujuan dari pembelajaran belum tercapai
sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan
rasa ingin tagu pada diri siswa terhadap materi yang akan dipelajarinya.
Untuk menindaklanjuti permasalahan diatas, maka diperlukan suatu
pendekatan yang dapat menganjurkan siswa untuk selalu aktif saat proses
pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran dikatakan aktif apabila siswa
di kelas aktif membentuk konsep, menemukan bukti melalui eksperimen dan
bekerja sama menyelesaikan berbagai masalah dengan menggunakan konsep
yang dipelajari yakni dengan menerapkan model pembelajaran Project Based
Learning..
Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan
model pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek atau pusat
pembelajaran, menitikberatkan proses belajar yang memiliki hasil akhir
berupa produk. Artinya, Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan
aktivitas belajarnya sendiri, mengerjakan proyek pembelajaran secara
kolaboratif sampai di peroleh hasil berupa suatu produk. Model pembelajaran
Project Baset Learning juga merupakan sebuah model pembelajaran yang
menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Keunggulan yang
menonjol dari model ini yaitu dapat meningkatkan kolaborasi/kerjasama
kelompok, dan meningkatkan mengelola sumber.
Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan
pertanyaan mendasar yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam
memberikan tugas. Melalui proses pembelajaran Project Based Learning
memungkinkan terjadinya pembelajaran dimana siswa terlibat langsung
dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai
masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan pembelajaran
berbasis Proyek ini siswa akan berusaha menggunakan seluruh potensi
akademik dan strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah
secara berkelompok.
Berdasarkan uraian di atas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Project Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 12
Kupang”
1.2 . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah yaitu
bagaimana perbedaan hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning pada pembelajaran fisika kelas XI
MIPA SMA Negeri 12 Kupang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa dengan
menerapkan model Project Based Learning pada kelas XI MIPA SMA Negeri
12 Kupang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk :
a. Untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai menerapkan
model pembelajaran project based learning
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis atau aplikasi penelitian ini bermanfaat :
a. Bagi siswa Dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan hasil belajar
fisika siswa
b. Bagi guru Untuk menambah pemahaman bagi guru dan kepedulian
dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa yang berdampak pada
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
1.5 Asumsi dan Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Asumsi

Asumsi dalam penelitian adalah:

a. Pelaksanaan proses belajar mengajar di SMA Negeri 12 Kupang dapat


berjalan sebagaimana mestinya dan berpedoman pada kurikulum yang
berlaku
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai dengan yang
diharapkan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa
1.5.2 Ruang lingkup

Penelitian ini hanya mencari jawaban dari permasalahan yang telah


dirumuskan. Kesimpulan yang akan diperoleh dalam penelitian ini diterima sejauh
asumsi yang digunakan terpenuhi.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang istilah-


istilah yang digunakan dan juga mempermudah peneliti dalam menjelaskan apa
yang sedang dibicarakan, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan yaitu
sebagai berikut:

1. Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang


melibatkan siswa secara aktif dalam meracang tujuan pembelajaran untuk
menghasikan produk atau proyek yang nyata.

2. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan


pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar yang bisa
berbentuk pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. Hasil belajar dinyatakan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru kepada siswa
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar Mengajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan pokok dan menjadi kebutuhan bagi siswa


untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang di berikan oleh guru melalui
proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah.

Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, artinya berusaha


(berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian. Dari definisi
tersebut dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri
seseorang yang di tampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap,
kebiasaan, dan lain-lain. Proses belajar merupakan jalan yang harus di tempuh
oleh seseorang (pelajar, mahasiswa) untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya
tidak di ketahui atau di ketahui, tetapi belum menyeluruh tentang seuatu hal.
Melalui belajar seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuannya
seperti yang di kemukakan sebelumnya. Apabila di dalam suatu proses belajar
seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut sebenarnya belum
mengalami proses belajar Atau orang tersebut mengalami kegagalan dalam proses
belajar. Karena pada dasarnya belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
secara keseluruhan dimana perubahan semacam itu terus menerus terjadi selama
manusia masih hidup.

Para ahli di bidang pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda


satu dengan lainnya, namun demikian mengacu pada prinsip yang sama yaitu
setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan
dalam dirinya.
Ada beberapa pendapat menurut para ahli tentang definisi belajar. Diantaranya:

Ali (dalam Mulyani, 2006), mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya


merupakan hasil dari proses interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya karena “Belajar tidak semata-mata sebagai suatu upaya dalam
merespons suatu stimulus, tetapi lebih dari itu belajar dilakukan melalui berbagai
kegiatan seperti mengalami, mengerjakan dan memahami, disebut belajar melalui
proses”.

Menurut Skinner (1999) belajar merupakan tingkah laku sebagai hubungan


antara perangsang (S) dan respon (R), yang terkenal dengan teorinya yaitu
Operant Conditioning Theory. Pada saat orang belajar, maka responnya akan baik
dan bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar dapat ditemukan
beberapa hal, yaitu: kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
belajar; respons belajar; konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Sebagai ilustrasi, perilaku respon yang baik diberi penghargaan, sebaliknya
perilaku respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Menurut Dimyati dan Moedjiono (2013), Piaget berpendapat bahwa


pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus-
menerus dengan lingkungannya. Lingkungan tempat kita berada akan terus-
menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Karena adanya interaksi
antara individu dengan lingkungan, maka kemampuan berpikir atau intelek
individu akan terus mengalami perkembangan.

Setiap perilaku belajar selalu ditandai dengan ciri-ciri perubahan yang


spesifik antara lain seperti berikut ini (Sagala, 2004:53).

a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang


berfungsi terus-menerus, yang berpengaruh pada proses belajar
selanjutnya.
b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai
melalui proses belajar.

21
d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh melibatkan
keseluruhan tingkah laku secara integral.
e. Belajar adalah proses interaksi.
f. Belajar berlangsung dari yang sederhana sampai pada kompleks.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkahlaku yang semakin berkembang secara berturut-
turut pada diri seseorang yang dimulai dari suatu situasi ke situasi lain yang
diulang-ulang sehingga menjadi sempurna yang diperngaruhi oleh lingkungannya.

2.1.2 pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar


menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun
tindakan yang harus di lakukan terutama bila menginginkan hasil belajar yang
baik pada seluruh siswa.

Mengajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah memberikan


pelajaran. Sedangkan pelajaran adalah sesuatu yang dikaji atau dipahami atau
yang diajarkan misalnya membaca, latihan, penyelidikan. Proses mengajar
berbentuk pengajaran yang berarti cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta
juga memberikan keterampilan kepada anak-anak (onderwijs). Dapat juga
pengajaran diartikan membantu siswa mengembangkan potensi intelektual yang
ada padanya yang bertujuan agar intelektual setiap siswa berkembang optimal
(onderwijs, teaching). Dari pengertian- pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan
membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan
potensi intelektual, emosionala serta spritualnya sehingga potensi-potensi tersebut
dapat berkembang secara optimal.

Menurut Witherington Mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru


dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa (Baharudin dan Wahyuni 2010:17).
Proses yang di lakukan meliputi proses mengatur dan mengorganisir lingkungan
yang ada di sekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa untuk
belajar. Proses belajar ini menjalin hubungan interaksi antara guru sebagai

21
pendidik dan siswa peserta didik. Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan
prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur
bahwa siswa telah belajar dengan baik adalah jika dapat mempelajari apa yang
seharusnya di pelajari, sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat
dicapai oleh siswa.

2.2 Model Project Based Learning

2.2.1 Pengertian model Project Based Learning

Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang


melibatkan siswa secara aktif dalam meracang tujuan pembelajaran untuk
menghasikan produk atau proyek yang nyata. Proyek-proyek yang di buat oleh
siswa mendorong berbagai kemampuan, tidak hanya pengetahuan atau masalah
teknis, tetapi juga keterampilan praktis seperti mengatasi informaasi yang tidak
lengkap atau tidak tepat, menentukan tujuan sendiri, dan kerjasama kelompok
(Wasis,2008).

Dalam Project Based Learning, siswa dituntut untuk merumuskan tujuan


pembelajaran secara khusus. Proyek yang ingin dibuat harus didasarkan pada
minat dan kemampuan siswa baik secara pribadi atau kelompok. Siswa dituntut
untuk mengatur sendiri kegiatan belajarnya dengan membagi beban kerja di antara
mereka dan mengingrasikan tugas-tugas yang berbeda yang dikembangkan oleh
masing-masing siswa.

Fokus pembelajaran pada model Project Based Learning adalah terletak


pada konsep dan prinsip-prinsip dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam
investigasi pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri dalam membangun
pengetahuan mereka sendiri. Project Based Learning memiliki potensi yang
sangat besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermaksa
bagi siswa. Model Project Based Learning menekankan kegiatan belajar yang
relatif berdurasi panjang, berpusat pada siswa, dan saling terintegrasi dengan
praktik yang nyata. Dengan demikian Project Based Learning sangat

21
memperhatikan proses kerja yang sistematis untuk menghasilkan karya yang nyata
dan bermanfaat.

2.2.2 karakteristik Project Based Learning

Ada empat karakteristik Project Based Learning yaitu isi, kondisi,


aktivitas, dan hasil yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Karakteristik utama Project Based Learning

I. ISI: Memuat gagasan yang orisinil


1. Masalah kompleks
2. Siswa menemukan hubungan antara gagasan yang diajukan
3. Siswa berhadapan dengan masalah yang ill-defined
4. Pertanyaan cenderung mempersoalkan maslah dunia nyata
II. KONDISI: mengutamakan otonomi siswa
1. Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat
2. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien
3. Siswa belajar dengan penuh control diri
4. Mensimulasikan kerja secara professional
III. AKTIVITAS : investigasi kelompok kolaboratif
1. Siswa berinvestigasi selama periode tertentu
2. Siswa melakukan pemecahan masalah kompleks
3. Siswa memformulasikan hubungan antar gagasan orisinilnya untuk
mengkonstruksi kemampuan barunya
4. Siswa menggunakan teknologi dalam memecahkan masalah
IV. HASIL: produk nyata
1. Siswa menunjukan produk nyata berdasarkan hasil investigasi mereka
2. Siswa melakukan evaluasi diri
3. Siswa responsive terhadap segala implikasi dari kompetensi yang
dimilikinya
4. Siswa mendemonstrasikan kompetensi social, manejemen, pribadi,
regulasi berikutnya.

21
2.2.3 Langkah-langkah model Project Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3


tahap,yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan perencanaan proyek

Langkah-langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai


b. Menentukan topic yang ingin dibahas
c. Mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-5
orang dengan tingkat kemampuan beragam.
d. Merancang dan menyusun LKS.
e. Merancang kebutuhan sumber belajar
f. Menetapkan rancangan penilaian

2. Tahap pelaksanaan

Dalam setiap kelompok siswa melaksanakan proyek dengan melakukan


investigasi atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada pengalaman
yang dimiliki. Kemudian diadakan diskusi kelompok, sementara itu guru
membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan bertindak sebagai
fasilitator.

3. Tahap penilaian

Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja setiap kelompok.
Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan
tersebut perlu di perbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki.

21
Tabel 2.2 Sintaks Project Based Learning

Tahap I Pembelajaran diawali dengan guru


Identifikasi masalah riil memberikan motivasi atau bertanya
kepada siswa yang berkaitan dengan
masalah otentik yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dalam
uraian ini akan timbul suatu
permasalahan yang nantinya akan
dijawab atau diselesaikan oleh siswa.
Tahap II Berdasarkan permasalahan yang sudah
Perumusan strategi/alternative ada,siswa dalam kelompok belajar
pemecahan masalah dalam bimbingan guru membuat
perumusan atau alternative pemecahan
masalah tersebut
Tahap III Siswa bekerja dalam kelompok mencari
Perancangan produk /perancangan semua informasi atau sumber
kegiatan pendukung atau membuat suatu
rancangan produk dan perencanaan
pelaksanaan pembuatan produk
Tahap IV Setelah rancangan produk selesai
Proses produksi/kegiatan dibuat,siswa mengumpulkan bahan dan
meyusun produk sesuai dengan
rancangan rancangan produk yang akan
dibuat,selanjutnya dari hasil rancangan
dan hasilnya di investigasukan kepada
orang yang ahli di bidangnya.
Tahap V Dari hasil yang di dapatkan setiap
Presentasi kelompok mendemonstrasikan
produknya kepada kelompok lain,
sedangkan guru memberi penilaian
pada hasil produk masing-masing
kelompok
Tahap VI Memeberikan soal latihan evaluasi
Evaluasi secara individu untuk mengetahui
keemampuan dalam menerima konsep
materi yang dikembangkan sendiri.

21
2.2.4 Kelebihan dan kelemahan model Project Based Learning

1. Kelebihan model Project Based Learning

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:162) model pembelajaran Project


Based Learning memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong


kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
maslah –masalah kompleks
4) Meningkatkan daya kolaboratif
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan
keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik belajar dan praktik dalam
mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber
lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8) Meneydiakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan di rancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.
9) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2. Kelemahan model Project Based Learning

Adapun kelemahan dari Project Based Learning adalah sebagai berikut:

1) Memilih topik yang tepat sesuai kebutuhan siswa, fasilitas yang cukup,
sumber-sumber yang diperlukan, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
2) Pemecahan masalah-masalah kehidupan dalam banyak hal masih
memerlukan sumbangan dari kekhususan (spesialisasi) atau disiplin dari
setiap mata pelajaran atau bidang studi sekalipun diajarkan di sekolah
sering terpisah dari permasalahan kehidupan nyata.

21
3) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok
pelajaran yang dibahas.

2.3 Hasil belajar

2.3.1 Pengertian hasil belajar

Sardiman A.M. (2011: 20) menjelaskan bahwa belajar merupakan


perubahan tingkah laku atau penampilan, serta rangkaian kegiatan, misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Syaiful Bahri Djamarah (2002: 11) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan perilaku berkaitan pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan pendidikan
adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Depdiknas
(2003: 3) dalam bukunya yang berjudul “Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning)” menjelaskan belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang
mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral 12 change) pada individu yang
belajar, perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang
bersangkutan.

Lembaga pendidikan formal menggunakan suatu acuan penilaian tertentu


untuk mengukur hasil belajar. Oemar Hamalik (2005: 25) menjelaskan hasil
belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari proses belajar. Hasil belajar tersebut
diwujudkan dengan nilai atau angka tertentu yang mencerminkan suatu hasil,
akibatnya adalah adanya perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Dimyati dan Mudjiono ( 2006:3-4) juga menyebutkan hasil bahwa hasil


belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar
(Prihatini, 2017)

1) Tipe Hasil Belajar Kognitif


Aspek kognitif telah diperbaharui menjadi dua yaitu: dimensi proses
kognitif yang berupa kata kerja dan dimensi pengetahuan yang berupa kata
kerja dan dimensi pengetahuan yang berupa kata benda. Dimensi proses

21
kognitif terdiri atas : mengingat, mengerti,mengaplikasikan, mengevaluasi
dan mengkreasi atau mencipta
2) Tipe Hasil belajar Afektif.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil
belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar atau sederhana
sampai tingkatan yang kompleks, diantaranya yaitu : receiving/attending,
resonding, valuing, organisasi dan karakteristik nilai.
3) Tipe hasil belajar Psikomotorik
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan,
dan kemampuan bertindak ada 6 tingkatan keterampilan yaitu:
a. Gerakan refkex
b. Keterampilan gerakan-gerakan dasar
c. Kemampuan konseptual
d. Kemampuan dibidang fisik
e. Gerakan-gerakan skill
f. Kemampuan yang berkenan dengan non decursive komunikasi seperti
gerakan ekspresif dan interpretative

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Tingkat kemampuan siswa dapat dibuktikan
melalui tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu indikator tercapai atau
tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yan
dicapai oleh siswa.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan. Menurut Slameto (2010:54),
faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan dalam dua bagian, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.

21
A. Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang
termasuk kedalam faktor ini adalah:
1) Faktor jasmani, yaitu meliputi:
 Faktor Kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat.
 Cacat Tubuh. Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
2) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan.
 Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan kedalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
 Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal)
atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang
baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
 Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
 Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuai belajar dan

21
berlatih. Jadi jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar, jika
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,
maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan
pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
 Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorongnya.
 Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak
dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu
diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
 Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih
baik.
3) Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

B. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang
termasuk kedalam faktor eksternal adalah:

21
a. Faktor keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa , relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
c. Faktor Masyarakat.
Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media yang juga berpengaruh terhadap
positif dan negatifnya, pengaruh dari teman bergaul siswa dan
kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap
belajar siswa.
2.3.3 Manfaat Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang mencakup


kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti suatu proses
belajar mengajar. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila ada
perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses
belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui
program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses
pengajarannya. Berdasarkan hasil belajar siswa dapat diketahui kemampuan dan
perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan. Hasil belajar harus
menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik sehingga bermanfaat untuk:
a. Menambah pengetahuan

b. Lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya

c. Lebih mengembangkan keterampilannya

21
d. Memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal

e. Lebih menghargai sesuatu dari sebelumnya.


Dapat disimpulkan bahwa istilah hasil belajar merupakan perubahan dari
peserta didik sehingga terdapat perubahan dari segi pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
2.4 Kerangka berpikir
Hasil belajar adalah ukuran tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh
seorang siswa berdasar pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan
evaluasi berupa tes dan biasanya diwujudkan dengan nilai tertentu serta
menyebabkan terjadinya perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam meracang tujuan pembelajaran untuk
menghasikan produk atau proyek yang nyata. Proyek-proyek yang di buat
oleh siswa mendorong berbagai kemampuan , tidak hanya pengetahuan atau
masalah teknis, tetapi juga keterampilan praktis seperti mengatasi informaasi
yang tidak lengkap atau tidak tepat, menentukan tujuan sendiri, dan
kerjasama kelompok(Wasis,2008).
Dalam Project Based Learning, siswa dituntut untuk merumuskan tujuan
pembelajaran secara khusus. Proyek yang ingin dibuat harus didasarkan
pada minat dan kemampuan siswa baik secara pribadi atau kelompok. Siswa
dituntut untuk mengatur sendiri kegiatan belajarnya dengan membagi beban
kerja di antara mereka dan mengingrasikan tugas-tugas yang berbeda yang
dikembangkan oleh masing-masing siswa.
Keberhasilan model Project Based Learning dapat dilihat dari sejauh
mana terdapat kesesuaian antara perlakuan-perlakuan yang telah di
implementasikan dalam pembelajaran dengan kempuan siswa.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka penulis membuat hipotesis
tindakan sebagai berikut: ” dengan menerapkan model Project Based
Learning akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika
siswa di kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Kupang”.

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Kupang Tahun


ajaran 2022/2023.Waktu penelitian bulan bulan oktober sampai selesai

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X Mipa SMA Negeri
12 Kupang tahun ajaran 2022/2023.
3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas (x)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model Project Based
Learning

3.3.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa

3.3.3 Variabel Kontrol

1. Waktu yang dbutuhkan dalam proses belajar mengajar adalah


menyamakan jam pelajaran
2. Bahan pembelajan yang diberikan sama yaitu materi “Fluida Dinamis”
3.4 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Kusuma dan Dwitagama
(2010:19) dapat diterapkan 6 (enam) model atau desain antara lain: Model Kurt
Lewin, Model Kemmis dan McTagggart, Model Dave Ebbut, Model JHon Elliott,
Model Hopkins, dan Model McKernan.

Berdasarkan model-model diatas maka rancangan penelitian yang


digunakan dalam penelitian ini adalah Model Kurt Lewin. Alasan digunakan
model Kurt Lewin untuk rancangan penelitian ini adalah model ini merupakan
dasar dari model penelitian tindakan kelas atau model penelitian paling
sederhana dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Sedangkan model lain
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan pengembangan dari
model ini. Model Kurt Lewin terdiri dari 4(empat) komponen yaitu: a)
perencanaan; b) Tindakan; c) Pengamatan; d) Refleksi. Hubungan dari
keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus

Gambar 3.1 Bagan siklus PTK


3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini rencananya dilaksananakan dalam dua siklus dengan tahapan
sebagai berikut

1. Tahap persiapan

Hal-hal yang disiapkan pada tahap persiapan adalah:

a) Menyiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


b) Menyiapkan materi dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran
c) Menyusun instrument penelitian berupa lembar penilaian hasil belajar
siswa

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, rancangan srategi penerapan pembelajaran


diimpementasikan. Pelaksanaan tindakan siklus pertama dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan . Adapun tindakan yang dilakukan dalam tiap siklus yaitu:

21
a. Pendahuluan

Peneliti memberikan apersepsi dan pemusatan perhatian kepada peserta


didik dalam mempelajari materi fluida statis

b. Kegiatan inti project Based Learning


Peneliti mengaplikasikan langkah-langkah pembelajaran dalam proses
pembelajaran. Langkah-langkah model project Based Learning sebagai
berikut:
 Identifikasi masalah riil
Pembelajaran diawali dengan guru memberikan motivasi atau bertanya
kepada siswa yang berkaitan dengan masalah otentik yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dalam uraian ini akan timbul suatu
permasalahan yang nantinya akan dijawab atau diselesaikan oleh siswa.
 Perumusan strategi/alternative pemecahan masalah
Berdasarkan permasalahan yang sudah ada, siswa dalam kelompok belajar
dalam bimbingan guru membuat perumusan atau alternative pemecahan
masalah tersebut
 Perancangan produk /perancangan kegiatan
Siswa bekerja dalam kelompok mencari semua informasi atau sumber
pendukung atau membuat suatu rancangan produk dan perencanaan
pelaksanaan pembuatan produk
 Proses produksi/kegiatan
Setelah rancangan produk selesai dibuat, siswa mengumpulkan bahan dan
meyusun produk sesuai dengan rancangan rancangan produk yang akan
dibuat,selanjutnya dari hasil rancangan dan hasilnya di investigasukan
kepada orang yang ahli di bidangnya.
 Presentasi
Dari hasil yang di dapatkan setiap kelompok mendemonstrasikan
produknya kepada kelompok lain, sedangkan guru memberi penilaian pada
hasil produk masing-masing kelompok

21
 Evaluasi
Memberikan soal latihan evaluasi secara individu untuk mengetahui
keemampuan dalam menerima konsep materi yang dikembangkan sendiri.
c. Penutup
Peneliti memberikan penghargaan kepada setiap kelompok sesuai
tingkat kemampuannya yang telah berhasil mmemenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini di
lakukan sebanyak dua (2) kali pertemuan. Pada kegiatan akhir dari setiap
siklus akan diberi test.

3. Tahap pengumpulan data

Pada tahap ini ,Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah hasil tes
kemampuan awal, tes hasil belajar siswa, dan data hasil belajar siswa yang di
peroleh saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas.

3.6 Teknik dan Instrumen pengumpulan data

3.6.1 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan lembar kerja peserta


didik

3.6.2 Instrumen Pengumpulan data

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian adalah perangkat


pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang di gunakan berupa silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang
sesuai dengan kurikulum 2013

3.7 Metode analisis data

Metode analisis data penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data hasil
penelitian yang dianalisis meliputi ketuntasan belajar individu dan ketuntasan
belajar secara klasikal. Selanjutnya data analisis observasi dan angket hasil
belajar diperoleh baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil ini diinterpetasi
dan disimpulkan yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan.

21
1. Data pencapaian indikator hasil belajar secara individu dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
jumlah skor yang diperoleh
persentase= x 100 %
jumlah skor total
2. Ketuntasan belajar secara klasikal
Ketuntasan secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:
jumlah siswa yang mendapat nilai ≥75
Ketuntasan klasikal= x 100 %
jumlah s iswa

Selain analisis data diatas maka klasifikasi hail observasi hasil


belajar fisika peserta didik sesuai tabel 3.4 dibawah ini .

Penilaian Kategori
75- 100 Sangat tinggi
50-74 Tinggi
25-49 Sedang
0-24 Rendah

3.8 Kriteria keberhasilan

Kriteria keberhasilan pembelajaran untuk aspek kognitif atau dilihat dari hasil
tes, jika hasil belajar siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum(KKM)
sebesar 75 secara individual dan 85% ecara klasikal maka pembelajaran pada
aspek kognitif telah berhasil. Sedangkan untuk aspek psikomotor siswa di
pandang mencapai tuntas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% peserta
didik terlibat aktif,baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran.

Penelitian dapat dihentikan apabila rata-rata capaian indikator yang diukur


sudah mencapai target yang ditentukan, sebaliknya jika masing-masing variabel
yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilanjutkan siklus berikutnya
untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fiana, R. O., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T. A. (2019). Perbedaan

Penerapan Model Project Based Learning Dan Problem Based

Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 4 SD.

Jurnal Basicedu, 3(1), 157–162.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i1.108

Haryanto, S. (2017). Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar

Peserta Didik Dalam Pembelajaran Kimia Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) di SMA NEGERI 1 Bantul Tahun Pelajaran

2016/2017. 12.

Jamilla, W. Q. (2020). Pengaruh Penerapan Model Project Based

Learning Melalui Google Classroom Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Laju Reaksi. 2(1), 7.

Lestari, S., Zifa, M., & Fatimah, S. (2022). Meningkatkan

Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Game

Quizizz Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Panunggalan

21
Prayoga, A., & Nadiar, F. (n.d.). (2021). Literatur Review:

Penerapan Media Sketchup Dengan Model Pembelajaran

Project Based Learning (Pjbl) Pada Materi Menggambar

Potongan Rumah 1 Lantai diSMK. . . Volume, 7, 7.

Tantri, R. (n.d.). Pentingnya Guru Memahami Hakikat Belajar

Untuk Menumbuhkan Perhatian Dan Motivasi Belajar

Siswa. 7.

Wardani, W. (n.d.). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung Bandar Lampung. 90.

Anda mungkin juga menyukai