Anda di halaman 1dari 15

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN TAJDID

Makalah Ini Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Al-Islam Dan
Kemuhammadiyahan II (AIK 2)

Dosen Pengampu :

Muhammad AriefRachman,Lc,MA

Disusun oleh :

1. DIAN UTAMI KUMALASARI (G2E221027)


2. EKA RETNO WULANDARI (G2E221030)
3. EVI JAYANTI (G2E221037)
4. NURUL ULFAH (G2E221039)

PROGRAM STUDY S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2021
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN TAJDID

Makalah Ini Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Al-Islam Dan
Kemuhammadiyahan II (AIK 2)

Dosen Pengampu :

Muhammad Arief Rachman,Lc,MA

Disusun oleh :

1. DIAN UTAMI KUMALASARI (G2E221027)


2. EKA RETNO WULANDARI (G2E221030)
3. EVI JAYANTI (G2E221037)
4. NURUL ULFAH (G2E221039)

PROGRAM STUDY S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Hasil Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
B. Tujuan utama Dakwah
C. Pengertian Tajdid
D. Fase Perkembangan Tajdid dalam Muhamamdiyah
E. Rumusan Tajdid dari Muhammadiyah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil Alamin puji syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya,kami dapat menyelesaikan tugas makalah AIK 2 yang berjudul: Muhammadiyah sebagai
gerakan Dakwah dan Tasjid dengan tepat waktu. Makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
bagaimana Muhammmadiyah sebagai gerakan Dakwah dan Tasdid bagi masyarakat.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk bapak ,Lc.Ma selaku dosen pengampu atas
bimbingannya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan denganbaik. Kami sangat
menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis ,

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ketika Muhammadiyah berdiri tahun 1912, seluruh dunia muslim masih
berada dibawah penjajahan. Belum banyak yang merdeka secara politis dan
kolonialismebarat. Ditengah-tengah kesulitan seperti itu Muhammadiyah berdiri
dengan membawa optimism baru. Kata-kata atau slogan “Islam yang
berkemajoean” amat di dengung-dengungkan saat itu. Mungkin belum disebut
islam “Modern” seperti yang dinisnbahkan dan disematkan orang dan para
pengamat pada paroh kedua abad ke-20. Namun dalam perjalanan waktu
selanjutnya, identitas gerakan muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari arti
penting dari dakwah dan Tajdid.
Kata kunci dakwah terkait dengan mengemban dan mengamalkan Risalah
Islam mengajak kekebaikan (al-Khair) dan melaksanakan amar ma’ruf dan Nahi
Munkar. Sedangkansistem tata kelolanya, usaha dakwah dalam artian luas tersebut
memerlukanTajdid, baik yang bersifat pemurnian maupun pembaharuan (Haidar
Nashir, 2006: 54).
Prestasi yang diukir selama satu abad (1912-2012) cukup mewarnai derap
langkah sejarah umat islam di Indonesia. Berbagai tantangan dan dinamika
perjuangan telah dilalui dengan selamat baik pada era kolonialisme, era awal
kemerdekaan, era orde lama, orde baru dan era reformasi. Semuanya menorah
pengalaman yang amat berharga untuk kematangan sepak terjang organisasi.
Banyak organisasi keagamaan di mesir atau dipakistan yang mengalami nasib yang
pahit ketika berhubungan dan berhadapan dengan Negara. Muhammadiyah tidak
mengalami nasib seperti itu. Mungkin karena pilihan Muhammadiyah sebagai
organisasi yang menekuni bidang pendidikan yang kemudian menjadikannya sedikit
aman dari godaan-godaan politik praktis. Meskipun perlu dicatat, bahwa setelah
reformasi bergulir, maka peran tokoh muhammadiyah di masyarakat pun ikut
berubah sesuai dengan tantangan dan tuntuntutan baru yang dihadapinya.
Haedar Nashir (2010) menyebut, Muhammadiyah pada abad kedua
menghadapi tantangan yang tidak ringan. Muhammadiyah sebagai bagian dari
1
bangsa berada pada pusaran dinamika globalisai yang membawa ideology
kapitalisme dan neoliberalisme global. Oleh karena itu Muhammadiyah perlu
mengkukuhkan diri sebagai gerakan tajdid sebagai ruh perserikatan sejak pertama
kali.
Pandangan Keislaman Muhammadiyah yaitu islam yang berkemajuan yang
sangat mendasar dan berwawasan luas dan harus menjadi alam pikiran setiap
anggota Muhammadiyah, kader dan pemimpin Muhammadiyah. Pada pandangan
lainnya tentang wawasan kebangsaan dan kemanusiaan yang mengandung isi
tentang pandangan kebangsaan Muhammadiyah menegaskan komit mententang
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1995 serta konsisten dalam
mengintegrasikan keislaman dan keindonesiaan. Tajdid (Pembaruan) yang
dilakukan Muhammadiyah tidak sekedar dalam konten pemikiran. Namun
selayaknya mewujudkan dalam sebuah action yang menjadi habitus bagi semua.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang membawa misi dakwah dan
tajdid dalam rangka mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
Dakwah dan tajdid yang dipahami Muhammadiyah adalah jalan perubahan untuk
mewujudkan islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang
zaman.

B. PerumusanMasalah
Bagaimana Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah dan Tajdid
C. TujuanPenulisan
1. Tujuan penulis membuat makalah ”Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
dan tajdid “adalah mengetahui bagaimana peran Muhammadiyah sebagai
gerakan Dakwah dan Tajdid, menambah wawasan untuk para pembaca.
2. Memahami dan menerapkan gerakan Muhammadiyah di kehidupan masing-
masing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mangajak dan memanggil
orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syariat dan
akhlak islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja
da’ayad’uyang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat yang di ridhai oleh Allah.
Fiqhud-dakwah (strategidakwah) :
1. Dakwah Fardiah
Merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam
jumlah kecil atau terbatas. Contohnya menasihati teman, memberi teguran dan
member anjuran.
2. Dakwah Ammah
Merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seorang dengan media lisan yang
ditunjukkan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh
kepada mereka. Contohnya berpidato.
3. Dakwah Bil-lisan
Penyampaian informasi melalui lisan (ceramah) atau komunikasi langsung
antara subjek dan objek dakwah dengan metode dialog dengan hadirin.
Contohnya Khotbah jumat, Hari raya.
4. Dakwah Bil-Haal
Dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Agar sipenerima dakwah (al-
Mad’ulah) mengikuti jejak juru dakwah dan memberi pengaruh besar pada diri
penerima dakwah.

3
5. Dakwah Bit-tadwin
Metode dakwah melalui tulisan. Contohnya dengan menerbitkan kitab-kitab dan
tulisan-tulisan yang sangat mengandung pesan dakwah yang sangat penting dan
efektif.
6. Dakwah Bil hikmah
Menyampaikan dakwah dengan arif dan bijaksana yaitu melalui pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melakukan dakwah atas
kemauan sendiri tidak merasa ada paksaan dan tekanan.

B. PengertianTajdid
Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab ini berakar dari kata
“jaddada-yujaddidu-tajdiidan” yang artinya “terbaru / menjadibaru”.
At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada menghidupkan,
membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran
tentang tiga unsure yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang
kemudian dihidupkan lagi tanpa kecacatan.
Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan islam agar
terlepas dari Bid’ah, Takhayyul dan Khurafat. Gerakan ini di ilhami dari Muhammad
bin Abdul Wahab di Arab Saudi dan pemikiran Al-Afghani yang dibuang di mesir.
Gerakan ini kemudian menjadi ruh dalam beberapa organisasi seperti sarekat Islam,
Muhammadiyyah dan Al-Irsyad juga Persatuan islam di jawa. Tajdid berarti
mengembalikan ajaran agama islam Kembali kepada Al-Quran dan As-sunah karena
sekrang ini ajaran islam mengalami penyimpangan dan pencampuran dengan
pemahaman yang bukan berasal dari islam.

C. RumusanTajdid yang resmidari Muhammadiyah


Rumusan Tajdid dari Muhammadiyah adalah sebagi berikut :
1. Dari segi bahasa
Berarti pembaharuan.
2. Dari segi istilah
Tajdid memiliki dua arti yakni pemurnian dan peningkatan, pengembangan,
modernisasi dan yang semakna dengannya.

4
Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan mata
ajaran islam yang berasarkan dan bersumber kepada Al-quran dan As-Sunnah
Ash-Shohihah. Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang
semakna dengannya” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalan dan
perwujudan ajaran islam dengan tetap berpegang teguh kepada Al-quran dan
Ash-sunnah dan Ash-Shahihah. Untuk melaksanakan tajdid dalam kedua
pengertian istilah tersebut diperlukan aktualisasi akal pikiran yang cerdas dan
fitri serta akal budi yang bersih yang dijiwai oleh ajaran Islam.

D. Tajdid dalam Muhammadiyah


Secara garis besar perkembangan tajdid dalam Muhammadiyah dapat di
bedakan tiga fase yaitu:
1. Aksi reaksi
Ketika Muhammadiyah didirikan, para tokoh Muhammadiyah, termasuk K.H.
Ahmad Dahlan, memikirkan landasan konsepsional dan teoritis tentang apa yang
akan dilakukannnya. Yang terjadi adalah, upaya meraka untuk secara praktis dan
pragmatis menyebarkan ajaran Islam yang baik dan benar sesuai dengan
tuntunan Rasulullah.
Konsentrasi meraka difokuskan pada bagaimana praktik keagamaan yang
dilakukan masyarakat waktu itu disesuaikan dengan apa yang dilakukan oleh
Rasulullah disatu sisi, tapi juga memperhatikan tradisi agama lain, khususnya
Kristen, yang menyelesaikan masalah yang dihadapi mulai terlihat. Pembetulan
arah kiblat dalam pelaksanaan shalat, misalnya, menjadi bukti betapa reaktifnya
tokoh Muhammadiyah saat itu. Jargon yang diusung saat itu adalah “Kembali
Kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah” secara apa adanya terutama dalam masalah
aqiqah dan ibadah mahdlah.
Munculnya istilah TBC (Takhayul, Bid’ah dan Khurafat) merupakan akibat dari
gerakan pemurnian periode ini. Produk pemikiran yang dihasilkan oleh Majlis
Tarjih didominasi oleh upaya memurnikan bidang akidah dan ibadah itu. Periode
ini berlangsung sampai tahun enam puluhan.

2. Konsepsionalisasi

5
Kemudian pada awal tahun enam puluhan sampai tahun Sembilan puluhan
sudah mulai terasa bagaimana pentingnya untuk membuat dasar dan teori
penyelesaian masalah yang dihadapi oleh umat Islam yang didominasi oleh
bahasan mu’amalahdunyawiyyah, baik dalam bidang ekonomi, social budaya
dan bahkan masalah politis sekalipun.
Pedoman bertarjih dalam bentuk kaidah lajnah tarjih mulai disusun pada
awal tahun tujuh puluhan. Dalam kaidah ini disebutkan, bahwa tugas pokok
lajnah tarjih adalah melakukan pemurnian dalam bidang aqiqah dan ibadah
serta menyusun rumusan dan tuntunan dalam bidang aqidah dan ibadah
sertamenyusunrumusan dan tuntunandalambidangmu’amalahdunyawiyyah.
Tentu kaidah ini belum mencakup konsep dan metode penyelesaian masalah
secara komprehensif.

3. Rekonstruksi
Sebenarnya sejak tahun 1968 rumusan tajdid dikalangan Muhammadiyah
telah ada, dan bahkan tidak pernah ada penganut Muhammadiyah yang
menggugatnya. Akan tetapi rumusan tersebut sangat sederhana, tanpa disertai
penjelasan yang memadai. Masalah tersebut baru dibahas pada muktamartarjih
XXII di Malang,tahun 1989. Namun, pembicara ini menjadi agenda muktamar
tarjih disebabakan semakin gencarnya kritik yang ditunjukan kepada organisasi
yang berorientasi pada pemurnian dan pembaharuan ini.
Kemudian hasil muktamar tarjih itu ditanfizkan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah menjadi rumusan yang resmi dan berlaku untuk seluruh warga
Muhammadiyah.

E. Ciri Gerakan Muhammadiyah


Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan
Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang
melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan
gerakannya, nyata sekali bahwa di dalamnya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi
identitas dari hakikat atau jati diri persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat
diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan
ciri-ciri perjuangan Muhammadiyah itu adalah sebagai berikut.

6
1. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam
Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah
dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan
pendalaman (tadabbur) terhadapAlquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya
paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor
lainnya dapat dikatakan sebagai factor penunjang atau factor perang semata.
Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat
Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya
dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian
serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh
KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17,
kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalamnya tergambar secara jelas asal-usul
ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada Allah
SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami,
dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itu pula seluruh
gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan
prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan,
perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah
hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil,
kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat
sebagai rahmatanlil’alamin
2. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah
Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat
tidak terpisahkan dalam jatidiri Muhammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan
dalam bab terdahulu bahwa factor utama yang mendorong berdirinya
Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KH.A . Dahlan terdapat
ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104.
Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan

7
khittah atau strategi, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf
nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan
Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia
dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat
menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan
sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak
rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha
Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah
islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu
untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
3. Muhammadiyah adalahgerakanTajdid
Ciri ketiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai
Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula
menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat
menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-
Quran dan Assunnah, sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang
terang-terangan yang menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik
maupun Bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata
rantai dari gerakan Tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah
barang tentu ada persamaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai
penyimpangan ajaran islam seperti syirik, Khurafat, Bid’ah dan tajdid, sebab
semua itu merupakan benalu yang dapat merusak aqidah dan ibadah seseorang.
Sifat tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak
hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran islam dari berbagai kotoran
yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya
Muhammadiyah melakukan berbagai pembaruan cara-cara pelaksanaan Islam
dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara
penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak
yatim cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, pengelolaan
rumahsakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurban dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya maka Tajdid dalam pengertian
pemurnian dapat disebutkan purifikasi (purificatiobn) dan Tajdid dalam
pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan

8
salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid maka Muhammadiyah
dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan
tajdid, bersumber pada Al Qur’an dan Hadist. Sedangkan maksud dan tujuannya
ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah merupakan organisasi
kemasyarakatan yang terlahir dari hasil pergejolakan pemikiran pendirinya. Sebagai
sebuah organisasi yang pada hakekatnya merupakan Gerakan, Muhammadiyah
memiliki tujuan, disamping usaha kerjasama dan sekelompok orang yang disebut
anggota Persyarikatan, yang bekerja melaksanakan usaha tersebut untuk
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Sejak berdirinya pada 1912,
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang bergerak di bidang dakwah.
Haidar Nashier menyebutkan Muhammadiyah tidak berjuang di lapangan politik
serta tidak memiliki hubunganapa pun dengan kekuatan politik mana pun di negeri
ini. Bersama berjalannya waktu Muhammadiyah terus membentengi dirinya
dengan apa yang disebut ”khittah” (garis perjuangan) yang telah mendarah daging
dalam persyarikatan ini. Meskipun demikian Muhammadiyah menyadari dalam
perjalanannya tidak lepas dari pengaruh dan tarikan politik. Kondisi politik tertentu
memang selalu memberikan tekanan bahkan paksaan tertentu kepada
Muhammadiyah untuk melahirkan ”ikhtiar” atau ”tajdid politik”. Fakta sejarah telah
memperlihatkan bahwa organisasi kemasyarakatan dimasuki oleh politik, kendati
antara satu organisasi Islam dengan lainnya memiliki keberagaman pola dalam
memainkan peran politiknya. Dunia politik telah memberikan tekanan atau paksaan
tertentu untuk mengambil peran politik. Baik untuk mencegah kedaruratan seperti
himbauan untuk tidak memilih partai politik tertentu yang merugikan umat Islam
maupun pertimbangan untuk kemaslahatan umat, bangsa dan Muhammadiyah
sendiri seperti dalam sejumlah kasus tuntutan politik itu selalu ada. Namun secara
umum Muhammadiyah tetap berada dalam garis utama sebagai gerakan dakwah
dan tajdid dilapangan kemasyarakatan.
B. Saran

10
Pertama, menata dan mengkonsolidasi kembali seluruh amal usaha sebagai
alat/kepanjangan misi Persyarikatan sekaligus ajang kaderisasi Muhammadiyah,
termasuk menyeleksi dan membina seluruh orang yang berkiprah di dalamnya,
sehingga amal usaha itu benar-benar mengikatkan, memposisikan, dan
memfungsikan diri sebagai milik Muhammadiyah, dan bukan milik mereka yang
berada di amal usaha apalagi milik organisasi lain; yang harus dikelola dengan
sistem dan disiplin organisasi Muhammadiyah; Kedua, Bertindak tegas terhadap
setiap anggotanya yang memiliki rangkap jabatan antara partai politik dan amal
usaha Muhammadiyah; Ketiga, Melakukan pendidikan politik yang Islami terhadap
anggotanya, terutama yang menduduki lembaga-lembaga kenegaraan;
Keempat, Dalam mengeluarkan kebijakan hendaknya Muhammadiyah
merumuskanya melalui kiriteria-kriteria atau unsur-unsur yang sangatmendetail
dan mudah di terjemahkan anggota. Tidak ada analisis yang bersifat final dalam
ilmusosial karena pada umumnya kajian seperti ini bersifat interpretative.
Seseorang dapat saja tidak setuju dengan bentuk kajian dan analisis yang diajukan
penulis. Meskipun demikian, besar harapan penulis bahwa makalah ini tetap
memberikan kontribusi yang berarti dalam memahami politik Islam di Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai