Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAYA BAHAN PANGAN ASAL HEWAN

REPLICATE ORGANISM DIRECT AGAR CONTACT

Oleh:

Ivania Farrah Nadhira


B3501212052

Pembimbing:
Dr.drh. Trioso Purnawarman, M.Si

PROGRAM PEMINATAN
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIS HEWAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang selalu diperhatikan untuk
kesejahteraan kehidupan manusia, selain sebagai sumber gizi perlu diperhatikan juga
keamanan pangan dan mutu dari produk pangan tersebut. Pangan-pangan ini juga tidak terlepas
dari adanya mikroorganisme patogen, sifat mudah rusak (perishable), yang sebagian kerusakan
diakibatkan oleh penanganan yang kurang baik sehingga adanya peluang bagi pertumbuhan
mikroba. Penanganan ini termasuk kepada hygiene dan sanitasi para pegawai atau pekerja yang
menangani pangan tersebut agar minimum terkontaminasi bakteri. Dalam rangka pemantauan
mikrobiologis tersebut Metode RODAC (Replicate Organism Direct Agar Contact)
merupakan salah satu metode menghitung jumlah mikroorganisme terutama dari suatu
permukaan

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada 15 September 2022 pukul 13.20 sampai dengan selesai
di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner lantai 4, Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor dan perhitungan cawan dilakukan pada 16 September 2022 pukul 13.00
sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cool-box, 20 cawan petri yang sudah berisi
media VJA (Vogel Johnson Agar) dan diberi label. Sementara sampel berupa 2 orang pegawai
dari 5 kedai makanan yang berada di FKH dan Fapet

Cara Kerja
1. Praktikan menyiapkan cawan yang sudah berisi media VJA (Vogel Johnson Agar) yang
kemudian diberi label dan dibawa dengan menggunakan cool box. Total media ada 20
cawan (1 praktikan 4 cawan untuk 2 pegawai sebelum dan sesudah mencuci tangan)
2. Praktikan menetapkan sampel berupa tangan pegawai dari kedai makanan di fakultas
kedokteran hewan dan fakultas peternakan (3 kedai di Café ungu dan 2 kedai di Nayes
Café)
3. Secara bergantian, praktikan menempelkan cawan (berlabel ‘sebelum’) ke tangan
pegawai selama 10-15 detik
4. Setelah itu, pegawai diminta untuk mencuci tangan, dan praktikan kembali
menempelkan cawan (berlabel ‘after’) selama 10-15 menit
5. Cawan di bawa kembali ke laboratorium untuk di masukan ke incubator suhu 35oC
selama 24 jam (> 24 jam apabila bakteri tidak tumbuh)
6. Koloni yang tumbuh dihitung dan dicatat
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pembagian penggambilan sampel


Café ungu Nayes Cafe
Syafira Denizya Surya Fajar Mie tek-tek Bento
Pakde fish&chick
S1 V2 M1 W2 T3
Kode sampel
S2 V3 M2 W1 T1

Pengambilan sampel dilakukan di dua tempat dengan kedai yang berbeda-beda. Setiap
kedai terdiri dari dua pegawai dan kedai yang terlampir pada Tabel1., menyediakan hidangan
berbeda yang mana, Syafira: menyediakan nasi dengan lauk ayam penyet, ayam bakar, telur,
dan tahu, Denizya: menyediakan jus dan sop buah, Surya Fajar: menyediakan masakan padang,
Mie tek-tek Pakde: menyediakan nasi goreng, bihun, capcay, dan mie, dan Bento fish&chick:
menyediakan nasi dengan lauk ayam dan ikan goreng tepung.

Tabel 2. Hasil perhitungan koloni Staphylococcus


Kode sampel Ketentuan* (Koloni
Jumlah koloni (Before) Jumlah koloni (After)
‘After’)
S1 331 229 Unaccaptable
S2 31 8 Considered good
V2 1 40 Poor
V3 323 26 Boderline acceptable
M1 96 29 Boderline acceptable
M2 28 4 Considered excellent
W1 97 6 Considered good
W2 239 191 Unaccaptable
T1 632 325 Unaccaptable
T3 8 5 Considered excellent
Keterangan * : Ketentuan penilain Berdasarkan IACUC 2022

Hasil pada tabel2 menunjukan jumlah koloni Staphylococcus pada tangan masing-
masing pegawai pada masing-masing kedai sebelum dan sesudah mencuci tangan. Berdasarkan
ketentuan berkatergori baik dan dapat diterima yang ditetapkan oleh IACUC (2022), sampel
S2, V3, M1, M2, W1, dan T3 memenuhi ketentuan tersebut. Berdasarkan jumlah koloni
sebelum dan sesudah cuci tangan pada sampel tersebut, terlihat bahwa terjadi pengurangan
jumlah koloni yang diasumsikan bahwa dengan mencuci tangan dapat mengurangi
kemungkinan adanya mikroba (dalam hal ini adalah Staphylococcus). Hal ini sebagaimana
pendapat Conover (2016) yang mengatakan bahwa mencuci tangan telah lama ditetapkan
sebagai cara untuk mencegah penyakit dan mengurangi penularan bakteri dan virus berbahaya
yang dilakukan oleh setiap orang dari berbagai aspek seperti rumah sakit, karyawan industri
makanan, dan masyarakat umum. Akan tetapi pernyataan ini tidak sepenuhnya mendukung
terhadap sampel S1, V2, W2, dan T1 dimana hasil menunjukan kurang baik bahkan ketentuan
tidak diterima.
Menurut Conover dan Gibson (2016) terlepas dari melakukan pencucian tangan,
kepatuhan terhadap cuci tangan yang benar itu sendiri sering gagal. Mereka menambahkan
kegagalan tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor termasuk sumber untuk mencuci tangan,
metode pencucian tangan, dan perlakuan setelah mencuci tangan. Dari semua pegawai yang
dijadikan sampel, mereka mencuci tangan yang berasal dari sumber yang sama yaitu sumber
air dari masing-masing fakultas. Beberapa penelitian mencuci tangan yang dilakukan oleh
Conover (2016), Asfar et al. (2020), dan Darmayani et al. (2017) berasal dari sumber air yang
sama meski dengan perlakuan berbeda atau tambahan, menunjukan adanya pengurangan
bakteri dari keseluruhan sampel yang digunakan. Hal ini menjadikan sumber air bukan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi mengapa bakteri masih tinggi setelah mencuci
tangan. Faktor selanjutnya adalah faktor yang berasal dari metode pencucian tangan, dimana
menerapkan “cuci tangan tujuh langkah”. Penerapan ‘cuci tangan tujuh langkah’ berdasarkan
WHO adalah:
1. Membasahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
2. Mengusap dan menggosok kedua punggung tangan secara bergantian
3. Menggosok sela-sela jari hingga bersih
4. Membersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Menggosok dan memutar kedua ibu jari secara bergantian
6. Metakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
7. Membersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar,
kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang
mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.
(Anonymous, 2016)
Pada saat pengambilan sampel, praktikan tidak melihat secara langsung bagaimana para
pegawai mencuci tangan. Namun selang waktu yang singkat ketika pegawai pergi mencuci
tangan sampai pada pengambilan sampel ‘After’, menunjukan bahwa penerapan ‘cuci tangan
tujuh langkah’ tidak dilakukan dengan benar. Tak hanya itu, penggunaan sabun cuci tangan
juga tidak diterapkan yang mana hal ini tidak mengurangi sepenuhnya bakteri yang ada di
tangan daripada mencuci tangan dengan sabun (Burton et al. 2011). Pernyataan Burton et al ini
juga dapat dicerminkan pada sampel T3 dimana pegawai yang dijadikan sampel kontak terus-
menerus dengan sabun karena pekerjaannya mencuci peralatan, sehingga jumlah koloni yang
didapatkan relative kecil.
Faktor lainnya yang mempengaruhi dan termasuk kedalam penerapan ‘cuci tangan
tujuh langkah’ adalah proses pengeringan tangan setelah dicuci. Menurut Conover dan Gibson
(2016), perlakuan pengeringan tangan sangat penting, tetapi cara pengeringan mana yang lebih
efektif diterapkan belum terjawab. Dari hasil review jurnal-jurnal yang mereka lakukan,
penggunaan pengeringan sekali pakai seperti tisu, lebih disarankan karena dapat
menghilangkan kelembaban dan tidak terjadi kontaminasi kembali. Hal ini bisa saja yang
menjadikan jumlah bakteri tidak berkurang sepenuhnya karena beberapa pegawai
mengeringkan tangan mereka menggunakan handuk, yang mana handuk digunakan berkali-
kali dalam sehari dan justru kembali melembabkan tangan yang menjadikan bakteri dapat
berkembang.
Dari semua pendapat yang didapat, tidak ada yang cocok untuk menjelaskan mengapa
pada sampel V2 setelah mencuci tangan jumlah bakteri lebih banyak daripada sebelum
mencuci tangan, padahal sumber air yang digunakan sama, dan pada saat pengambilan sampel,
pegawai mengeringkan tangan menggunakan tisu (pengeringan sekali pakai). Hasil yang
didapat kemungkinan terjadi karena kesalahan praktikan dalam pengambilan sampel

KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa mencuci tangan dapat mengurangi jumlah bakteri
namun pencucian tangan tersebut harus dilakukan dengan benar, yang mana menurut WHO
terdapat tujuh Langkah cara pencucian tangan yang baik dan benar. Tak hanya itu, pemakaian
sabun dan hand-sanitizer disarankan agar pengurangan jumlah bakteri lebih efektif, serta
penggunaan pengeringan sekali pakai lebih disarankan daripada menggunakan lap atau handuk

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2016. 7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO.
Dinkes.Sumutprov.Go.Id. http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel/7-langkah-cara-mencuci-
tangan-yang-benar-menurut-who
Asfar, A., Sudarman, S., & Amir, H. 2020. The Effect Of Hand Wash Training On Hand
Higyene Behavior In Elementary School Students at SDAI Baznas South Sulawesi.
STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), 528–534.
https://doi.org/10.30994/sjik.v9i2.333
Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, G., Curtis, V., & Schmidt, W. P. 2011. The effect
of handwashing with water or soap on bacterial contamination of hands. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 8(1), 97–104.
https://doi.org/10.3390/ijerph8010097
Conover, D. M. 2016. Comparative Efficacy of Foaming and Non- foaming Handsoap in
Reduction of Microorganisms in Handwashing. University of Arkansas, Fayetteville
Follow. http://scholarworks.uark.edu/etdhttp://scholarworks.uark.edu/etd/1504
Conover, D. M., & Gibson, K. E. 2016. A review of methods for the evaluation of
handwashing efficacy. Food Control, 63, 53–64.
https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2015.11.020
Darmayani, S., Askrening, A., & Ariyani, A. 2017. Comparison the number of bacteria
between washing hands using soap and hand sanitizer as a bacteriology learning
resource for students. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 3(3), 258–265.
https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i3.4862
IACUC. 2022. IACUC Guideline Microbiological Monitoring (RODAC Plates) (pp. 15–16).
LAMPIRAN

Sampel V3

Sampel V2

Hasil Sampel V2 dan V3

Anda mungkin juga menyukai