Anda di halaman 1dari 49

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320878276

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Book · January 2016

CITATIONS READS

11 66,769

2 authors:

Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka


Universitas Indraprasta PGRI Universitas Indraprasta PGRI
23 PUBLICATIONS   36 CITATIONS    74 PUBLICATIONS   217 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

daharnis@fip.unp.ac.id View project

Profil Perencanaan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan dengan Pemodelan Rasch Berdasarkan Jenis Kelamin View project

All content following this page was uploaded by Itsar Bolo Rangka on 06 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROSEDUR LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
KELOMPOK
HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin
tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Ketentuan pidana Pasal 72
UU Nomor 19 Tahun 2002:
1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak sebesar Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
PROSEDUR LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
(Panduan Praktis Menyeluruh)

Sisca Folastri, M.Pd., Kons.


Itsar Bolo Rangka, M.Pd., Kons.

Cetakan Pertama, 2016


Penerbit Mujahid Press
Bandung
PROSEDUR LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
(Panduan Praktis Menyeluruh)
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Editor: Hengki Satrianta, M.Pd.


Afriyadi Sofyan, M.Pd., Kons.
Desain Sampul: Mujahid Press
Perwajahan Isi: Wa Ode Lili Andriani, M.Pd.
Diterbitkan oleh Mujahid Press - Bandung
©Copyright, 2016

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku


ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Cetakan Pertama : Januari 2016
Isi di luar tanggungjawab percetakan/penerbit.

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

SISCA FOLASTRI & ITSAR BOLO RANGKA


-- Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Panduan Praktis Menyeluruh/Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka
-- Bandung: Mujahid Press, 2016.
x, 304 hal.; 14,8 x 21 cm
Bibiliografi/Tentang Penulis: Hlm. 288

ISBN 978-979-762-418-7

1. Pendidikan -- Bimbingan dan Konseling. Judul


II. Hengki Satrianta, M.Pd., & Afriyadi Sofyan, M.Pd.,Kons.

Hak cipta dilindungi Undang-undang


All rights reserved
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga penulisan buku ini dapat diterbitkan sebagai pegangan bagi
Konselor, guru Bimbingan dan Konseling, mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling, serta pihak-pihak yang tertarik untuk
memahami dan mendalami Bimbingan dan Konseling, khususnya
terkait operasionalisasi layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Munculnya ide untuk menulis buku ini didasarkan pada tingkat
kebutuhan akan hadirnya buku yang mampu memberikan panduan
praktis dan dapat dioperasionalkan pada situasi nyata. Selain itu,
melalui buku ini diharapkan hal-hal yang bersifat teoretik pada buku-
buku serupa yang telah pernah diterbitkan menjadi mudah untuk
dilaksanakan di dalam praktiknya.
Buku ini secara umum mengkaji tentang prosedur layanan
bimbingan dan konseling kelompok. Materi yang disajikan pada buku
ini merupakan materi yang sarat akan pemaknaan dasar mengenai
kelompok, konsep dasar layanan BK kelompok, komponen-
komponen inti pelaksanaan layanan BK kelompok, aspek teknis,
operasional, strategi, dan pendekatan dalam layanan BK kelompok,
materi dan sumber penunjang layanan BK kelompok, pentahapan
kegiatan layanan BK kelompok, keterampilan dasar pemimpin
kelompok, masalah-masalah dalam kelompok dan cara mengatasinya,
permainan yang dapat dilakukan dalam layanan BK kelompok,
pengelolaan layanan BK kelompok, serta script pelaksanaan layanan
BK kelompok.

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok i


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Materi yang terkandung di dalam buku ini disusun dengan


mengakomodasi tingkat pemahaman pembaca. Dengan kata lain,
buku ini disusun dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
sehingga lebih mudah untuk diterapkan maknanya dalam praktik
pelayaan BK kelompok.
Buku ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi dasar
konseling sekaligus mampu menjadi materi praktik yang terintegrasi
pada perkuliahan Bimbingan dan Konseling kelompok pada Program
Studi Bimbingan dan Konseling untuk lebih mengenal sekaligus
mendalami seluk-beluk Bimbingan dan Konseling kelompok.
Akhirnya penulis mengharapkan mudah-mudahan buku ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan dunia konseling sekaligus
membantu tegaknya profesi konseling di Indonesia. Aamiin Yaa
Rabbal ‘Aalamin.

Jakarta, 19 Januari 2016

Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

ii Pengantar
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

DAFTAR ISI

Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................. iii

BAGIAN PERTAMA
KELOMPOK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA......................... 1
A. Pengertian dan Proses Terbentuknya Kelompok......................... 1
1. Unsur Kuantitas dan Kualitas...................................................... 1
2. Kumpulan Orang, Kerumunan, dan Kelompok....................... 2
3. Karakteristik Kelompok............................................................... 4
B. Jenis-Jenis Kelompok....................................................................... 5
1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder............................. 6
2. Kelompok Sosial dan Kelompok Psikologikal.......................... 6
3. Kelompok Terorganisasikan dan Tidak Terorganisasikan...... 7
4. Kelompok Formal dan Kelompok Informal.............................. 8
5. Kelompok Sukarela dan Kelompok Tidak Sukarela................. 9
C. Dinamika Kelompok........................................................................ 10
Soal dan Latihan.................................................................................... 12

BAGIAN KEDUA
KONSEP DASAR LAYANAN BK KELOMPOK............................ 13
A. Arti Bimbingan dan Konseling Kelompok.................................... 14
1. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok sebagai
Layanan Primadona..................................................................... 14
2. Pengertian Bimbingan Kelompok dan Konseling
Kelompok....................................................................................... 16
3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok........... 17
4. Manfaat Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok......... 18
B. Persamaan & Perbandingan Bimbingan Kelompok
dan Konseling Kelompok................................................................. 19
Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok iii
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

1. Bimbingan Kelompok................................................................... 19
2. Konseling Kelompok.................................................................... 21
3. Persamaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling
Kelompok....................................................................................... 23
4. Perbedaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling
Kelompok....................................................................................... 24
5. Keuntungan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Kelompok....................................................................................... 29
C. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Kelompok.......................... 30
1. Kerahasiaan.................................................................................... 30
2. Kesukarelaan.................................................................................. 31
3. Asas-asas Lainnya (Kegiatan, Keterbukaan, Kekinian
dan Kenormatifan)........................................................................ 31
D. Hal Umum Terkait Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Kelompok........................................................................................... 32
Soal dan Latihan.................................................................................... 34

BAGIAN KETIGA
KOMPONEN INTI DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN
DAN KONSELING KELOMPOK..................................................... 35
A. Pemimpin Kelompok....................................................................... 35
1. Karakteristik dan Kriteria Pemimpin Kelompok...................... 36
2. Keterampilan Pemimpin Kelompok
sebagai Seorang Profesional........................................................ 45
3. Peranan Pemimpin Kelompok.................................................... 73
B. Anggota Kelompok........................................................................... 74
1. Karakteristik dan Kriteria Anggota Kelompok......................... 74
2. Peranan Anggota Kelompok........................................................ 76
Soal dan Latihan.................................................................................... 79

BAGIAN KEEMPAT
ASPEK TEKNIS OPERASIONAL, STRATEGI, DAN
PENDEKATAN LAYANAN................................................................ 80
A. Aspek Teknik Operasional Layanan.............................................. 80

iv Daftar Isi
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

1. Pembentukan Kelompok.............................................................. 80
2. Jarak dan Posisi Duduk................................................................ 81
3. Besaran Peserta............................................................................. 82
4. Variasi Peserta............................................................................... 83
5. Tempat Pelaksanaan..................................................................... 85
6. Penggunaan dan Pemilihan Bahasa............................................ 86
7. Alokasi Waktu............................................................................... 87
8. Mitra Kegiatan (co-leader)........................................................... 89
B. Strategi Layanan BMB3.................................................................... 90
C. Pendekatan Layanan........................................................................ 97
1. Psikoanalisis................................................................................... 97
2. Alderian.......................................................................................... 98
3. Psychodrama................................................................................. 99
4. Eksistensial..................................................................................... 100
5. Person-Centered........................................................................... 101
6. Gestalt............................................................................................. 101
7. Analisis Transaksional.................................................................. 102
8. Behavioural.................................................................................... 103
9. Rational Emotif Behavioural Therapy........................................ 104
10. Counseling Reality...................................................................... 106
11. Pancawaskita................................................................................ 106
Soal dan Latihan.................................................................................... 107

BAGIAN KELIMA
MATERI DAN SUMBER PENUNJANG LAYANAN.................... 109
A. Materi Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok............... 109
1. Wilayah Topik Bahasan................................................................ 109
2. Mekanisme Pengajuan Topik Bahasan....................................... 117
B. Sumber Penunjang Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok........................................................................................... 121
1. Bahan Cetak................................................................................... 121
2. Bahan Elektronik.......................................................................... 122
3. Kartu Kegiatan............................................................................... 122
Soal dan Latihan.................................................................................... 123

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok v


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

BAGIAN KEENAM
PENTAHAPAN KEGIATAN LAYANAN......................................... 125
A. Tahap I: Pembentukan..................................................................... 126
1. Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan..................................... 126
2. Membangun Kebersamaan.......................................................... 127
3. Keaktifan Konselor/Pemimpin Kelompok................................ 127
4. Penggunaan Teknik...................................................................... 128
B. Tahap II: Peralihan............................................................................ 131
C. Tahap III: Kegiatan........................................................................... 132
1. Tahap III sebagai Kelanjutan dari Tahap I dan Tahap II.......... 132
2. Dinamika Kegiatan Kelompok.................................................... 132
3. Kegiatan “Kelompok Bebas”........................................................ 133
4. Kegiatan “Kelompok Tugas”........................................................ 139
D. Tahap IV: Penyimpulan................................................................... 146
E. Tahap V: Pengakhiran...................................................................... 146
1. Pertemuan Lanjutan..................................................................... 147
2. Pembahasan Keberhasilan Kelompok........................................ 147
Soal dan Latihan.................................................................................... 149

BAGIAN KETUJUH
KETERAMPILAN DASAR KONSELOR/
PEMIMPIN KELOMPOK.................................................................. 151
A. Mendengar Aktif.............................................................................. 151
B. Merefleksi........................................................................................... 153
C. Menjelaskan dan Bertanya.............................................................. 154
D. Menggunakan Suara........................................................................ 156
E. Menggunakan Mata.......................................................................... 157
1. Pandangan Mata yang “Memaksa” Berbicara........................... 159
2. Pandangan Mata yang “Menghentikan” Berbicara................... 160
F. Menyimpulkan................................................................................... 160
G. Memberi Uraian dan Informasi..................................................... 161
H. Memberikan Dorongan dan Sokongan......................................... 162
I. Mengatur Suasana Kelompok........................................................... 163
1. Suasana Serius............................................................................... 164

vi Daftar Isi
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

2. Suasana Sosial................................................................................ 164


3. Suasana Konfontatif...................................................................... 165
4. Suasana Mendukung.................................................................... 165
5. Situasi Formal................................................................................ 165
6. Suasana Berorientasi Tugas......................................................... 166
J. Menjadi Model dan Membuka Diri................................................. 166
K. Mengidentifikasi Anggota Kelompok yang Bersekutu................ 168
L. Menggunakan Energi....................................................................... 169
Soal dan Latihan.................................................................................... 169

BAGIAN KEDELAPAN
MASALAH-MASALAH DALAM KELOMPOK DAN
CARA MENGATASINYA................................................................... 171
A. Anggota Pembicara Kronik............................................................. 172
1. Gambaran Umum......................................................................... 172
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 173
B. Anggota Dewa atau Dewi Penolong............................................... 174
1. Gambaran Umum......................................................................... 174
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 175
C. Anggota yang Negatif....................................................................... 175
1. Gambaran Umum......................................................................... 175
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 176
D. Anggota yang Melawan................................................................... 177
1. Gambaran Umum......................................................................... 177
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 177
E. Anggota yang Menjegal Konselor/Pemimpin Kelompok............ 178
1. Gambaran Umum......................................................................... 178
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 180
F. Anggota yang Diam........................................................................... 181
1. Gambaran Umum......................................................................... 181
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 182
G. Anggota yang Menangis.................................................................. 183
1. Gambaran Umum......................................................................... 183
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 183

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok vii


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

H. Anggota yang Jatuh Cinta............................................................... 184


1. Gambaran Umum......................................................................... 184
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 184
I. Anggota yang Saling Bermusuhan.................................................. 185
1. Gambaran Umum......................................................................... 185
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 185
J. Anggota yang Berprasangka, Berpikiran Picik,
dan Tebal Muka................................................................................. 186
1. Gambaran Umum......................................................................... 186
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 186
K. Anggota yang Diminta keluar dari Kelompok............................. 187
1. Gambaran Umum......................................................................... 187
2. Cara Mengatasinya....................................................................... 187
Soal dan Latihan.................................................................................... 189

BAGIAN KESEMBILAN
PERMAINAN KELOMPOK.............................................................. 191
A. Unsur Permainan dalam Kegiatan Kelompok.............................. 191
B. Jenis-jenis Permainan....................................................................... 192
1. Mata Angin duduk........................................................................ 193
2. Diam Paling Lama........................................................................ 193
3. Ka Ki Ku......................................................................................... 194
4. Lanjutkan Ceritaku....................................................................... 194
5. Apa yang Jatuh............................................................................... 195
6. Siapakah Aku?............................................................................... 195
7. Dongeng Gerakan......................................................................... 196
8. Buat Barisan................................................................................... 196
9. Tangkai Sapu Ajaib....................................................................... 197
10. Peta kehidupan............................................................................ 198
11. Tawon dengan Bunga................................................................. 199
12. Bintang Berpindah...................................................................... 200
13. Gembala Sapi dan Harimau...................................................... 201
14. Mengusik Kera............................................................................ 202
15. Raja dan Ratu.............................................................................. 202

viii Daftar Isi


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

16. Kapal Tenggelam......................................................................... 203


17. Pegang Jari................................................................................... 204
18. People to People............................................................................ 204
19. Bebek, Gajah, Tukang Gading, dan Tukang Daging.............. 205
20. Opposite........................................................................................ 206
C. Hukuman dan Sanksi Permainan................................................... 206
Soal dan Latihan.................................................................................... 207

BAGIAN KESEPULUH
PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING KELOMPOK................................................................ 208
A. Perencanaan Layanan...................................................................... 209
B. Pengorganisasian Layanan............................................................... 212
C. Pelaksanaan Layanan....................................................................... 213
D. Penilaian Layanan............................................................................ 214
E. Tindak Lanjut dan Pelaporan Kegiatan Layanan.......................... 217
F. Keterkaitan Bimbingan dan Konseling Kelompok dengan
Jenis Layanan Lainnya...................................................................... 220
G. Keterkaitan Bimbingan dan Konseling Kelompok dengan
Kegiatan Pendukung BK.................................................................. 220
1. Aplikasi Instrumentasi................................................................. 220
2. Himpunan Data............................................................................ 221
3. Konferensi Kasus........................................................................... 221
4. Kunjungan Rumah........................................................................ 221
5. Tampilan Kepustakaan................................................................. 222
6. Alih Tangan Kasus........................................................................ 222
Soal dan Latihan.................................................................................... 222

BAGIAN KESEBELAS
SCRIPT PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KELOMPOK......................................................................................... 224
A. Konseling Kelompok........................................................................ 224
B. Bimbingan Kelompok...................................................................... 242
Soal dan Latihan.................................................................................... 272

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ix


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Kepustakaan........................................................................................... 273
Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan/
Konseling kelompok............................................................................. 275
Laporan Konseling Kelompok............................................................. 278
Penilaian Hasil Layanan (Laiseg)........................................................ 282
Penilaian Hasil Layanan (Laijapen).................................................... 284
Penilaian Hasil Layanan (Laijapang).................................................. 286
Tentang Penulis...................................................................................... 288

===

x Daftar Isi
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

BAGIAN PERTAMA
KELOMPOK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

M
anusia adalah makhluk sosial. Ungkapan ini benar adanya
mengingat manusia manapun di dunia ini membutuhkan
kontak dengan orang lain dan tidak mungkin dapat hidup
berkembang dengan sebaik-baiknya tanpa adanya bantuan orang lain.
Oleh karena itu, manusia selalu berusaha hidup dalam kumpulannya
dan dalam kebersamaannya, serta membentuk kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan hidupnya masing-masing.

A. PENGERTIAN DAN PROSES TERBENTUKNYA KELOMPOK


Menurut Forsyth, (2010:3) kelompok adalah hubungan dua orang
atau lebih individu dalam suatu hubungan sosial. Untuk memahami
kelompok dalam situasi hubungan sosial maka tidak lepas kaitannya
dengan proses terbentuknya kelompok itu sendiri. Kelompok pada
dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah
orang. Dalam beberapa situasi tertentu, kumpulan orang-orang itu
kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga
dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.

1. Unsur Kuantitas dan Kualitas


Ukuran suatu kelompok dapat dilihat dari unsur kuantitas dan
kualitas yang ada pada diri individu/kelompok. Sebagaimana Prayitno,
(1995) mencontohkan tentang sejumlah orang (misalnya 25 orang)
secara bersama-sama berada di suatu tempat, tetapi orang yang satu
tidak memiliki hubungan sama sekali dengan orang yang lainnya,
maka sejumlah orang itu dapat dapat disebut sebagai “kumpulan
Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 1
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

orang-orang”. Unsur atau ciri yang ada di dalam kumpulan orang-


orang itu hanya satu yaitu “kuantitas”. Jumlah orang (misalnya, 25
orang, 30 orang, 39 orang, 40 orang, 100 orang, 500 orang, 1000
orang… dst) tidak membawa dampak terhadap lingkungan kelompok
maupun pada dirinya sendiri.
Unsur “kuantitas” dapat meningkat secara signifikan apabila
diwarnai oleh unsur “kualitas”, yaitu kumpulan orang-orang tersebut
di atas mulai tumbuh inisiatif atau dorongan untuk saling berinteraksi
satu sama lain. Interaksi antara satu orang dengan orang yang lainnya
secara intensif dapat menumbuhkembangkan rasa kebersamaan.
Dengan demikian, diantara orang yang berkumpul itu sudah ada
unsur “kualitas” tertentu.
Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya
kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terbentuk apabila sebelum
orang-orang yang berkumpul terlebih dahulu mereka diberikan
informasi tujuan yang akan dicapai dan peranan masing-masing
anggota kelompok.

2. Kumpulan Orang, Kerumunan, dan Kelompok


Berkumpulnya orang-orang pada situasi tertentu tidak serta
merta menjadikan “kumpulan orang-orang” tersebut menjadi
suatu “kelompok”. Ini dapat terjadi apabila sejumlah orang-orang
itu, masing-masing tidak mempunyai hubungan apa-apa atau
biasa disebut dengan “kerumunan”. Apabila “kerumunan” tersebut
dimasukkan unsur “kuantitas” dan “kualitas” yang mengakibatkan
sejumlah orang tersebut saling berkaitan atau berhubungan secara
sosial satu sama lain, terjadi saling memahami satu sama lain, dan
secara bersama-sama menetapkan tujuan tertentu yang hendak
dicapai demi kepentingan bersama, maka “kerumunan” tersebut
dapat membentuk apa yang disebut “kelompok”.
Perhatikan Gambar 1.1 berikut ini:

2 Kelompok dalam Kehidupan Manusia


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Gambar 1.1: Situasi dan interaksi dari bertemunya orang-orang


Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui
berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-orang itu kemudian
menjunjung beberapa kualitas tertentu sehingga kumpulan tersebut
menjadi sebuah kelompok. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-
hari sering dijumpai peristiwa berkumpulnya sejumlah orang di suatu
tempat. Misalnya kecelakaan lalu lintas, pertandingan olah raga,
kebakaran, orang-orang yang belanja di pasar, merupakan peristiwa
yang menarik perhatian dan mengundang banyak orang untuk
datang ke tempat peristiwa tersebut terjadi. Dalam peristiwa tersebut,
orang-orang yang datang tidak terlibat satu sama lain. Mereka yang
datang ke tempat peristiwa tersebut karena melihat objek yang sama,
mereka sama-sama tertarik pada apa dan bagaimana orang-orang
itu bertanding olahraga, tertarik oleh apa dan bagaimana kecelakaan
atau kebakaran terjadi, tertarik pada apa dan bagaimana belanja di
pasar itu, tetapi “kebersamaan” yang terdapat pada orang-orang
tersebut merupakan “kebersamaan kuantitas”. Diantara orang-
orang yang berkumpul itu belum berkembang kebersamaan dengan
“kualitas” tertentu. Pada konsepnya mereka tersebut satu sama lain
masih dalam urusan dan tujuannya sendiri-sendiri.
Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya
kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terjadi, yaitu apabila
sebelum orang-orang yang bersangkutan berkumpul terlebih
dahulu kepada mereka telah diberitahukan informasi (tujuan) yang
Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 3
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

akan dicapai dan peranan mereka masing-masing. Setelah mereka


berkumpul mereka tidak lagi merupakan kerumunan yang anggotanya
tidak saling berkaitan, namun segera mengarah ke suasana kelompok
yang masing-masing anggotanya menyadari dan mengetahui sasaran
yang akan dicapai dan bertingkah laku sesuai dengan peranannya,
dan peranan itu saling berkaitan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kerumunan adalah berkumpulnya sejumlah orang yang masing-
masing tidak mempunyai hubungan satu sama lain, orang-orang
tersebut berkumpul karena ada objek yang menarik perhatian
mereka. Sedangkan kelompok adalah berkumpulnya sejumlah orang
yang saling berkaitan satu sama lain (Prayitno, 1995: 14)
Kerumunan dapat berubah menjadi kelompok, yaitu unsur-unsur
hubungan antara orang-orang yang ada di dalamnya ditingkatkan.
Sebaliknya, suatu kelompok dapat berubah menjadi kerumunan
apabila unsur-unsur pengikat antaranggota kelompok menjadi
sekedar kumpulan orang-orang saja apabila unsur penarik perhatian
(objek yang menimbulkan kerumunan) dan unsur pengikat antara
orang-orang yang berkumpul (yang menimbulkan kelompok)
menjadi hilang atau dihilangkan.

3. Karakteristik Kelompok
Hal terpenting sekaligus faktor utama dalam terbentuknya suatu
kelompok, yakni adanya unsur/faktor pengikat sebagai norma
bersama yang berfungsi untuk mengarahkan/menjembatani suatu
kelompok. Faktor pengikat ini dapat pula disebut karakteristik
kelompok yang dapat muncul dan berkembang di dalam suatu
kelompok.
Prayitno, (1995) dan Forsyth, (2010: 12) menyebutkan faktor-
faktor pengikat dalam suatu kelompok, antara lain:
a. terjadi interaksi antara orang-orang yang ada di dalam
kumpulan atau kerumunan itu;
b. terbentuknya ikatan emosional antaranggota kelompok sebagai
4 Kelompok dalam Kehidupan Manusia
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

pernyataan senasib, seperjuangan, dan kebersamaan;


c. anggota memiliki tujuan atau kepentingan bersama yang ingin
dicapai;
d. terjadi suasana mempengaruhi dan terpengaruhi antaranggota
kelompok sehingga menimbulkan suasana ketergantungan
antaranggota;
e. adanya kepemimpinan (leadership) yang dipatuhi dalam
rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama, dan;
f. norma yang diakui dan diikuti secara penuh oleh mereka yang
terlibat di dalamnya.
Kemantapan atau kekompakan suatu kelompok ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan faktor-faktor pengikat (karakteristik) tersebut
di atas. Kelompok terjelma dari kumpulan sejumlah orang yang di
dalamnya diberikan atau ditumbuhkan “kualitas” tertentu sehingga
“kumpulan kuantitatif ” orang-orang itu memiliki “kebersamaan
kualitatif ” yang menghidupkan dan/atau menggerakkan kelompok
itu. Faktor-faktor pengikat dalam kelompok menimbulkan
“kebersamaan kualitatif ” yang selanjutnya menjadi kunci untuk
memungkinkan sejumlah orang yang berkumpul itu menjadi
“hidup” dan menjalankan kehidupan berkelompok. Surutnya salah
satu atau beberapa atau bahkan semua faktor pengikat tersebut akan
menurunkan derajat kemantapan kelompok itu sehingga kelompok
tersebut menjadi sekedar “kerumunan” atau “sekumpulan orang-
orang” atau bahkan bubar sama sekali.

B. JENIS-JENIS KELOMPOK
Sebagian besar orang memiliki pandangan berbeda terhadap
jenis-jenis suatu kelompok. Penggolongan terhadap suatu kelompok
digunakan untuk memudahkan mengenali karakteristik dan jenis
dari kelompok yang terbentuk itu, sehingga seseorang dapat memilah
sikap dan tindakan yang cocok untuk menghadapi situasi yang
berkembang dalam kelompok tersebut.
Jenis-jenis kelompok dapat dibedakan atas beberapa klasifikasi.

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 5


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Adapun cara pengklasifikasian yang umum digunakan adalah


pengklasifikasian “dua tipe” atau “dua arah”, yang mana tipe satu
merupakan kebalikan dari tipe yang lain.
Prayitno, (1995) mengklasifikasikan kelompok dalam 4 (empat)
jenis, yaitu: (1) kelompok primer dan kelompok sekunder; (2)
kelompok sosial dan kelompok psikologikal; (3) kelompok
terorganisasikan dan kelompok tidak terorganisasikan, dan; (4)
kelompok formal dan kelompok non-formal. Keempat klasifikasi
tersebut di atas dijelaskan sebagai berikut.

1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder


Kelompok primer yaitu suatu kelompok yang mana hubungan yang
terjalin di dalam kelompok tersebut diwarnai oleh hubungan pribadi
yang akrab dan kerjasama terus menerus di antara para anggotanya.
Contoh kelompok primer yang paling mantap dan telah manjadi
bagian terpenting dalam sejarah peradaban manusia adalah keluarga.
Menurut Forsyth, (2010:3) bahwa keluarga sebagai kelompok karena
anggotanya terhubung karena adanya kesamaan genetik dan ikatan
sosio-emosional yang sangat bermakna bagi setiap anggotanya.
Sementara itu, kelompok sekunder yaitu suatu kelompok yang
mana hubungan yang terjalin di dalam kelompok tersebut diwarnai
oleh arah kegiatan dan gerak gerik kelompok itu. Contoh dari
kelompok sekunder dapat dijumpai pada kelompok partai politik,
kelompok keagamaan, dan kelompok para ahli (profesi) pada bidang
tertentu.
Meskipun kelompok sekunder memiliki ikatan yang cukup kuat
dalam kelompok, akan tetapi keberadaan dan kegiatan kelompok
sekunder tidak bergantung pada hubungan pribadi secara akrab.

2. Kelompok Sosial dan Kelompok Psikologikal


Dalam pengklasifikasian ini, jenis-jenis kelompok dibedakan
terutama sekali atas dasar yang ingin dicapai. Pada kelompok
sosial, tujuan yang hendak dicapai biasanya tidak bersifat pribadi
6 Kelompok dalam Kehidupan Manusia
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

(impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama dan untuk


kepentingan bersama para anggota kelompok. Contoh dari kelompok
sosial dapat kita jumpai pada organisasi atau serikat pekerja/buruh.
Sementara itu, kelompok psikologikal yaitu kelompok yang
dibentuk atas dasar mempribadi (personal), dimana para anggota
kelompok biasanya didorong oleh kepentingan antarpribadi. Contoh
kelompok psikologikal dapat djumpai pada himpunan para korban
kebakaran pada suatu wilayah, atau sekelompok anak perempuan
yang duduk dan bekumpul di bawah pohon rindang di sudut
pekarangan sekolah setiap waktu istirahat.
Berbeda dengan kelompok primer dan kelompok sekunder yang
memiliki batasan dan perbedaan yang jelas di antara keduanya, untuk
kelompok sosial dan kelompok psikologikal tidaklah demikian.
Kelompok sosial dan kelompok psikologikal pada praktiknya kadang
“tumpang tindih”, yaitu sulit dibatasi arah perbedaannya manakala
sudah terkontaminasi dengan beberapa kepentingan tertentu.
Contohnya, para anggota buruh pada unit kerja tertentu (sebagai
kelompok sosial) “mungkin” tidak tidak memikirkan lagi tujuan
ataupun permasalahan yang menyangkut organisasi/unitnya, namun
bisa jadi telah berubah menjadi kelompok psikologikal karena
mereka senang berkumpul bersama (ngobrol, jalan, nongkrong,
dll) dan saling mengadakan hubungan antarpribadi demi mencapai
kesenangan secara pribadi.

3. Kelompok Terorganisasikan dan Kelompok Tidak


Terorganisasikan
Kelompok yang terorganisasikan yaitu suatu kelompok yang
terbentuk berdasarkan tata aturan yang disepakati secara bersama
dan bersifat tegas. Masing-masing anggota pada kelompok
terorganisasikan memainkan peranan tertentu. Ciri utama pada
kelompok terorganisasikan ialah adanya pemimpin (leader) yang
secara jelas mengatur dan memberi kemudahan serta mengawasi
jalannya peranan masing-masing anggota kelompok. Disamping itu,
Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 7
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

kelompok yang terorganisasikan cenderung memiliki aturan yang


ketat, atau boleh dikatakan hanya sedikit memberi ruang bagi adanya
fleksibilitas bagi para anggotanya.
Sementara itu, pada kelompok tidak terorganisasikan yaitu
kelompok yang terbentuk secara bebas atas keterikatan yang
ditumbuhkan oleh para anggota kelompok. Ciri kelompok tidak
terorganisasikan adalah adanya fleksibilitas yang besar di dalam
kelompok. Lebih lanjut, peranan pemimpin kelompok tidak menonjol;
peranan pemimpin kelompok justru lebih banyak ditentukan oleh
selera/kemauan para anggotanya.

4. Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Menurut Prayitno, (1995) kelompok formal yaitu suatu kelompok
yang terbentuk berdasarkan aturan tertentu yang bersifat resmi
(tertulis). Gerak dan arah kegiatan kelompok formal lebih cenderung
diatur dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat
untuk itu.
Dalam praktiknya, aturan resmi tertulis tersebut dapat dituangkan
pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
suatu organisasi/lembaga. Sedangkan kelompok informal, yaitu
suatu kelompok yang dibentuk dengan tidak didasarkan pada hal-hal
resmi (tertulis) sebagaimana pada kelompok formal. Pada kelompok
informal, gerak dan arah kegiatan kelompok lebih didasarkan oleh
kemauan, kebebasan dan/atau selera orang-orang yang terlibat di
dalamnya.
Kelompok terorganisasikan dapat muncul hal-hal yang bersifat
resmi (formal) maupun tidak resmi (informal). Hal ini terjadi apabila
pembagian tugas dan peranan yang dilakukan oleh para anggota
kelompok yang terorganisasikan memiliki keterkaitan hubungan
antaranggota kelompok yang bersifat resmi. Dalam kelompok yang
terorganisasikan dapat muncul pula satuan kelompok yang lebih
kecil yang sifatnya informal, seperti Arisan Majelis Tak’lim.

8 Kelompok dalam Kehidupan Manusia


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

5. Kelompok Sukarela dan Kelompok Tidak Sukarela


Selain keempat jenis kelompok sebagaimana yang telah disebutkan
di atas, jenis kelompok dapat juga diklasifikasikan berdasarkan
sifat keanggotaanya, yaitu dibagi ke dalam kelompok sukarela dan
kelompok tidak sukarela. Kelompok sukarela, yaitu suatu kelompok
yang dibentuk berdasarkan keinginan pribadi masing-masing
anggota. Keanggotaan yang bersifat sukarela biasanya lebih bebas
dan peranan anggotanya lebih besar dalam menentukan gerak dan
arah kegiatan kelompoknya.
Contoh kelompok yang keanggotaannya secara sukarela dapat
dijumpai pada kelompok relawan bencana alam gempa bumi/banjir.
Sebaliknya, kelompok tidak sukarela terbentuk bukan didasarkan
pada keinginan pribadi masing-masing anggota. Kelompok tidak
sukarela cenderung memiliki hubungan yang sangat kuat. Contoh
kelompok tidak sukarela dapat dijumpai pada anggota dalam suatu
keluarga.
Prayitno, (1995) mengungkapkan sekurang-kurangnya tiga alasan
yang mendasari mengapa seseorang mau memasuki suatu kelompok
secara sukarela, yaitu:
a. dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau kepentingan
pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan;
b. kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik,
seperti diskusi, menjelajah alam, darmawisata, olahraga, dan
lain sebagainya, dan;
c. dengan memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan tertentu
dapat terpenuhi, seperti kebutuhan untuk memiliki dan
dimiliki, kebutuhan akan dikenal oleh orang lain, kebutuhan
akan rasa aman, dan lain sebagainya.

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 9


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

C. DINAMIKA KELOMPOK
Kelompok yang baik yaitu kelompok yang memiliki dinamika
kelompok yang mantap. Yang dimaksud dengan dinamika kelompok
adalah suatu gambaran berbagai kualitas hubungan yang “positif ”,
“bergerak”, “bergulir”, dan “dinamis” yang menandai dan mendorong
kehidupan suatu kelompok. Menurut Kurt Lewin, dalam Forsyth
(2010: 18) bahwa dinamika kelompok yaitu cara bereaksi individu
untuk bertindak atas keadaan yang berubah dalam suatu kelompok.
Sejalan dengan pendapat di atas dinamika kelompok juga bisa
diartikan sebagai suasana berinteraksi, saling berbagi, saling bertukar
pendapat, saling berbagi pengalaman, menyempurnakan, saling
memperkuat, saling mengisi dan saling memahami orang yang satu
dengan orang yang lain dalam suatu kelompok.
Dinamika kelompok dapat ditandai dengan munculnya hal-hal
sebagai berikut:
a. kelompok itu diwarnai oleh semangat yang tinggi, dan
kerjasama yang lancar dan mantap;
b. adanya saling mempercayai yang sangat tinggi antaranggota
kelompok;
c. antaranggota kelompok saling bersikap sebagai sahabat dalam
arti yang sebenarnya, mengerti dan menerima secara positif
tujuan bersama;
d. anggota kelompok merasa kuat, nyaman dan aman sehingga
mendorong rasa setia, mau bekerja keras, dan berkorban setiap
anggota kelompok;
e. komunikasi yang terjalin antaranggota kelompok merupakan
komunikasi yang efektif dan membangun;
f. anggota kelompok terlibat dalam suasana berfikir, merasa,
bersikap, bertindak dan bertanggung jawab yang mendorong
bagi tercapainya kebaikan bagi kelompok, dan;
g. jika timbul suatu persaingan antaranggota kelompok, maka
persaingan tersebut merupakan persaingan yang kompetitif
dan sehat.
10 Kelompok dalam Kehidupan Manusia
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Kualitas hubungan dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh


faktor-faktor tertentu. Prayitno, (1995) menjelaskan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan suatu kelompok
antara lain:
a. tujuan dan kegiatan kelompok;
b. jumlah anggota;
c. kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok;
d. kedudukan kelompok, dan;
e. kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota
untuk saling berhubungan satu sebagai kawan, kebutuhan
untuk diterima secara positif, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan bantuan moral, kebutuhan akan kasih sayang,
dan lain sebagainya.
Kondisi positif yang ada pada faktor-faktor tersebut di atas akan
dapat menunjang terhadap berfungsinya kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Faktor-faktor yang disebutkan di atas boleh jadi
memang semua ada tetapi apabila dinamika kelompoknya tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka kinerja kelompok itu
diragukan kehandalannya.
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang
ada di dalam suatu kelompok; artinya merupakan pengerahan secara
serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok
itu. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang
menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.

===

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 11


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

BAGIAN KEDUA
KONSEP DASAR LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

A
ssociation for Specialists in Group Work (ASGW) divisi
American Counseling Association (ACA) membagi 4 (empat)
prosedur layanan terhadap peserta didik dalam kegiatan
kelompok, yaitu group guidance, counseling/interpersonal problem-
solving, psychotherapy/personality reconstruction, dan task/work
groups (Jacobs, et, all, 2012:5).
Layanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan, baik
secara perorangan maupun kelompok. Secara perorangan layanan
konseling dilaksanakan melalui konseling perorangan atau layanan
konsultasi, sedangkan secara kelompok melalui layanan bimbingan
kelompok atau konseling kelompok. Dari keempat prosedur tersebut
di atas, maka pembahasan dalam buku ini difokuskan pada bimbingan
kelompok dan konseling kelompok.
Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan
suatu perkembangan profesional yang menjanjikan peningkatan
kuantitas dan kualitas komunikasi pribadi. Anggota kelompok dapat
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan konselor
(pemimpin kelompok) tentang apa saja yang menjadi minat dan
kebutuhan mereka. Mereka belajar satu sama lain tentang diri mereka
sendiri dan anggota kelompok lainnya. Mereka belajar untuk tidak
merasa cemas dalam menyatakan permasalahan atau keprihatinan
mereka secara jujur terkait dengan perasaan mereka dan kebutuhan
serta perasaan orang lain.

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 13


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

A. ARTI BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

1. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok sebagai Layanan


Primadona
Pemberian layanan bimbingan dan konseling secara tradisional
adalah dengan tatap muka secara perorangan. Cara ini hingga
sekarang masih terus digunakan dalam layanan konseling perorangan
(individual) maupun layanan konsultasi dan telah terbukti telah
memberikan banyak kontribusi pada keberhasilan konseli untuk
mandiri pada khususnya dan perkembangan bimbingan dan
konseling dari waktu ke waktu pada umumnya.
Namun, cara seperti ini (konseling perorangan dan layanan
konsultasi) menimbulkan persoalan tersendiri. Masalah utama yang
dihadapi adalah terkait kuantitas dan kualitas pelayanan konseling
yang diberikan oleh konselor yang cenderung mengalami penurunan
akibat timbulnya kelelahan fisik dan psikologis akibat melayani klien/
konseli satu per satu secara terus menerus dengan waktu yang begitu
terbatas.
Penyikapan terhadap persoalan ini dapat diatasi dengan cara
beristirahat yang cukup. Akan tetapi, kondisi yang demikian akan
tetap berlanjut jika belum ditemukan cara untuk mengakomodasi
permintaan (demand) terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
dengan jumlah yang besar.
Pemberian layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
oleh tenaga ahli konseling profesional dewasa kini telah berkembang
dengan pesat bahkan menjadi layanan “primadona” di setting sekolah,
lembaga perguruan tinggi, masyarakat, lembaga pemerintahan, dan
lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal ini dipicu oleh kenyataan-
kenyataan bahwa:
a. dari sisi kuantitas, pelayanan bimbingan kelompok dan /atau
konseling kelompok dapat dilaksanakan jumlah peserta yang
cukup besar;
b. dari sisi efisiensi, pelayanan bimbingan kelompok dan/atau
14 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

konseling kelompok memanfaatkan waktu untuk memberikan


pelayanan sekaligus kepada beberapa konseli/sasaran layanan;
c. dari sisi strategi, pelayanan bimbingan kelompok dan/atau
konseling kelompok menawarkan cara pelayanan bimbingan
dan konseling yang “murah”, terjangkau dan menyenangkan;
d. dari sisi suasana kegiatan, pelayanan bimbingan kelompok dan/
atau konseling kelompok mengedepankan situasi kebersamaan
yang lebih kental sehingga mendorong perkembangan positif
konseli/anggota kelompok menuju perubahan ke arah yang
lebih baik;
e. dari sisi kualitas dan/atau efektifitas pelayanan, yakni konselor
menjadi lebih terbantu dengan adanya dinamika kelompok
yang memberikan masukan/input yang konstrukstif hingga
mencapai tujuan pelayanan bimbingan dan konseling yang
maksimal;
f. dari sisi materi layanan yang diberikan, pelayanan bimbingan
kelompok dan konseling kelompok menawarkan variasi materi
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok
(klien/konseli) berdasarkan kesepakatan bersama.
Banyak orang bertanya, “Mana yang lebih baik, bimbingan dan
konseling kelompok atau konseling perorangan?”. Sesungguhnya
pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab karena pandangan dan
kondisi setiap orang yang sangat berbeda. Kadang-kadang salah satu
di antara bimbingan dan/atau konseling kelompok atau konseling
perorangan yang terbaik. Bagi kebanyakan orang, melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling dalam format kelompok dapat
cukup berharga karena anggota kelompok mendapatkan masukan
dari orang lain, ditambah mereka belajar lebih dari mendengarkan
daripada berbicara. Di banyak contoh dengan remaja, kegiatan
bimbingan dan konseling kelompok lebih baik daripada individu
konseling karena remaja sering akan berbicara lebih mudah untuk
remaja lainnya dibandingkan dengan orang dewasa (Humphrey,
2009; Worden, 2009, dalam Jacobs, 2012: 19).

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 15


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

2. Pengertian Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok


Bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan
salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yang
memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal
yang berguna bagi pengembangan pribadi dan/atau pemecahan
masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok
dapat diselenggarakan di mana saja, di dalam ruangan ataupun di
luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di rumah salah seorang
peserta atan di rumah konselor, di suatu kantor atau lembaga tertentu,
atau di ruang praktik pribadi konselor. Di manapun kedua jenis
layanan itu dilaksanakan, harus terjamin bahwa dinamika kelompok
dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan
layanan.
Layanan bimbingan kelompok membahas topik-topik umum
yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan
dalam layanan konseling kelompok membahas masalah pribadi
yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Pembahasan
topik tersebut melalui suasana dinamika kelompok yang intensif
dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota di bawah bimbingan
pemimpin kelompok (konselor).
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah
berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri masing-masing
anggota kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok pada umumnya
menggunakan prinsip dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan
sosiodrama, role playing, dan teknik lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan kelompok.
Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian
informasi yang berkenaan dengan masalah umum yaitu permasalahan
yang sedang hangat diperbincangkan baik yang di dengar dan dilihat
dari media massa (cetak maupun media elektronik), dan berasal
dari lingkungan sekitar. Informasi yang diberikan dalam kegiatan

16 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki


dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai
orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak
langsung dari kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
Sejalan dengan pendapat tersebut Prayitno (1995) mengemukakan
bahwa bimbingan kelompok dapat pula sebagai media pemberian
informasi kepada sekelompok individu.
Dalam bimbingan kelompok peranan dinamika kelompok
tidaklah kurang dibandingkan dengan peranannya dalam konseling
kelompok. Para peserta yang secara langsung terlibat dan menjalani
dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok juga akan dapat
mencapai tujuan ganda, yaitu: (1) mendapat kesempatan untuk
memperkembangkan diri untuk diperolehnya kemampuan-
kemampuan sosial, pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman,
nilai dan sikap, serta (2) berbagai alternatif yang akan memperkaya
dan mungkin bahkan dapat mereka praktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Perolehan yang mengandung unsur-unsur kognitif,
afektif, konatif, dan kemampuan-kemampuan tertentu dapat dicapai
melalui kegiatan pembahasan dan/atau pendalaman masalah-
masalah atau topik yang bersifat umum.

3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Idealnya anggota kelompok yang memutuskan sendiri tujuan
khusus yang ingin dicapai untuk kepentingan mereka sendiri yang
akan menjadi pengalaman mereka dalam kelompok. Akan tetapi,
secara umum layanan bimbingan kelompok dan/atau konseling
kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi
individu, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan
serta pemecahan masalah pribadi yang mengganggu. Dalam kaitan
ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/
berkomunikasi seseorang seringkali terganggu oleh perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan
terkungkung serta tidak efektif (Prayitno, 2012).

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 17


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Ada sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh anggota kelompok


melalui layanan konseling kelompok, yaitu:
a. belajar memahami diri sendiri dan orang lain;
b. menemukan berbagai kemungkinan cara menghadapi
persoalan-persoalan perkembangan dan upaya mengentaskan
konflik-konflik tertentu;
c. meningkatkan kemampuan mengontrol diri sendiri,
kemandirian, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
orang lain;
d. membuat perencanaan yang khusus untuk merubah tingkah
laku tertentu dan dengan kesadaran diri sendiri sungguh-
sungguh (to commit) untuk sepenuhnya menjalankan rencana
itu;
e. belajar keterampilan sosial yang efektif;
f. belajar melakukan konfrontasi orang lain dengan cara yang
berkelembutan, perhatian, keramahan, dan terkendali, serta;
g. berubah dari hidup semata-mata untuk menjadi seperti apa
yang diharapkan atau dimaui orang lain menjadi hidup sesuai
dengan diharapkan diri sendiri yang penuh dengan berkah.
Melalui layanan bimbingan kelompok dan/atau konseling
kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan
dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagi cara;
pikiran yang suntuk, buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan
melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan
wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas
melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan; sikap yang
tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif
digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang hal-hal baru
yang lebih efektif.

4. Manfaat Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Elida P, (2010) menjelaskan beberapa manfaat yang bisa didapatkan
oleh anggota kelompok melalui layanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok antara lain adalah:
18 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

a. memperoleh pemahaman tentang diri sendiri dan


perkembangan identitas diri yang sifatnya unik;
b. meningkatkan penerimaan diri sendiri, kepercayaan diri, dan
penghargaan terhadap diri sendiri agar tercapai pemahaman
baru tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar;
c. memiliki kesensitifan yang tinggi terhadap kebutuhan dan
perasaan orang lain;
d. memahami kebutuhan dan permasalahan yang dirasakan
secara bersama oleh anggota kelompok yang dikembangkan
menjadi perasaan yang bersifat universal;
e. memahami nilai-nilai yang berlaku dan hidup dengan tuntutan
nilai-nilai tersebut, dan;
f. mampu menentukan satu pilihan yang tepat dan dilakukan
dengan cara yang arif bijaksana.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka sesungguhnya sangat
banyak manfaat yang dapat dipetik berdasarkan tujuan pelaksanaan
kegiatan layanan bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok.
Apabila para anggota kelompok mendapatkan semua manfaat
tersebut dapat dipastikan tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
telah tercapai dengan maksimal. Peran konselor/pemimpin kelompok
disini sangatlah vital dalam membawa kegiatan kelompok.

B. PERSAMAAN & PERBANDINGAN BIMBINGAN DAN


KONSELING KELOMPOK
Patut untuk dicatat, bahwa konsep pelayanan antara layanan
bimbingan kelompok dan konseling kelompok kurang lebih sama.
Akan tetapi, kita seyogyanya dapat membedakan keduanya dalam
beberapa hal yaitu mencakup pengertian, tujuan, manfaat, isi materi
layanan, dan strategi operasionalnya.

1. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok sering diartikan secara sempit dan
sederhana, yang kadang-kadang justru tidak terkait dengan makna

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 19


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

dan tujuan bimbingan dan konseling yang sebenarnya. Beberapa


kesalahpahaman masih hidup di antara mereka yang bergerak di
bidang bimbingan dan konseling. Kesalahpahaman muncul karena
ketidakmampuan untuk memberikan batasan yang tegas antara
istilah “bimbingan kelompok” dan “membimbing kelompok” atau
istilah-istilah lainnya yang menggunakan pendekatan kelompok
dalam pelaksanaannya sehingga pada akhirnya menimbulkan
kerancuan (Prayitno, 1995).
Kegiatan “bimbingan kelompok” tidak sama dengan kegiatan
“membimbing kelompok” dalam layanan bimbingan dan konseling.
Istilah “membimbing kelompok” berarti membesarkan suatu
kelompok tertentu. Fungsi “membimbing kelompok” memang
dilakukan oleh Konselor (pemimpin kelompok), namun orientasinya
bukan kelompok itu sebagai “sebuah satuan kelompok”, melainkan
pengembangan dinamika kelompok sebagai wahana untuk
pengembangan individu anggota kelompok serta pengentasan
masalah-masalah mereka masing-masing. Istilah “bimbingan
kelompok” pula tidak bisa serta merta disamakan pula dengan
“kegiatan kelompok”, atau “diskusi kelompok” yang sebagaimana
telah lama dikenal.
Bimbingan kelompok atau Group Guidance merupakan konsep
jenis layanan dalam bimbingan dan konseling. Konsep bimbingan
kelompok yang lebih klasik dapat dilihat dari sejarah perkembangan
bimbingan itu sendiri, sebagai berikut:
a. Gibson & Mitchell, (1981) menjelaskan bahwa istilah bimbingan
kelompok mengacu pada aktivitas-aktivitas kelompok yang
berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman melalui
akivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi.
b. Prayitno, (1995) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok yaitu
suatu kegiatan yang memanfaatkan dinamika kelompok untuk
mencapai tujuan-tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok merupakan suatu
kegiatan yang diselenggarakan oleh tenaga profesional bimbingan dan

20 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

konseling terhadap suatu kelompok tertentu untuk mengembangkan


kemampuan anggota kelompok ke arah kemandirian dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.

2. Konseling Kelompok
Berbeda halnya dengan istilah bimbingan kelompok yang dalam
beberapa situasi kadang menimbulkan kerancuan, maka istilah
konseling kelompok definisinya cenderung lebih mantap.
Definisi dari konseling kelompok dari para pakar bimbingan dan
konseling sangat beragam dalam rentangan ruang dan waktu tertentu,
beberapa definisi representatif untuk menjelaskan definisi yang tegas
tentang konseling kelompok tersebut, diantaranya.
a. Gazda, (1984) menjelaskan bahwa konseling kelompok
adalah proses hubungan antar pribadi yang dinamis (dalam
kelompok), yang memusatkan pada tingkah laku sadar dan
mempergunakan fungsi terapi yang bersifat permisif, orientasi
realitas, katarsis, saling percaya, saling memelihara, saling
mengerti, saling menerima dan saling mendukung.
b. Dinkmeyer & Munro (dalam Elida P 2010) mengemukakan
bahwa konseling kelompok adalah suatu proses dalam
kelompok yang bernilai khusus untuk aspek diagnostik dan
terapeutik dalam memecahkan masalah.
c. Prayitno (1995) mengemukakan bahwa konseling kelompok
adalah proses kegiatan dalam kelompok melalui interaksi sosial
yang dinamis diantara anggota kelompok untuk membahas
masalah yang dialami setiap anggota kelompok sehingga
ditemukan arah dan cara pemecahan yang paling tepat dan
memuaskan.
Dari ketiga rumusan pengertian konseling kelompok yang telah
disebutkan di atas dapat diketahui ciri-ciri khas konseling kelompok,
yaitu:
a. interaksi yang dinamis adalah suasana interaksi dalam
konseling kelompok yang menunjukkan terjadinya suasana

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 21


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

berbagi pendapat, wawasan dan pengalaman, perasaan di


antara anggota kelompok dalam memberikan informasi,
menganalisa dan memecahkan permasalahan yang
dimunculkan dalam kelompok. Suasana seperti itu terjadi
karena terjalinnya hubungan yang akrab, hangat, terbuka,
saling percaya, dan menghargai di antara anggota kelompok
sehingga menimbulkan perubahan yang positif dalam diri
masing-masing anggota kelompok.
b. fungsi penyembuhan (therapeutik) yaitu terbebasnya setiap
anggota kelompok dari rasa takut untuk dikecam atau dikritik
oleh orang lain (anggota kelompok lain dan pemimpin
kelompok) sehingga ia bebas menyatakan ide-ide dan
kecemasan-kecemasan, kekecewaan-kekecewaan, melakukan
katarsis, menjelajahi diri sendiri secara psikologis dan
mengekspresikan kebahagiannya. Fungsi terapeutik ini terjadi
karena terpenuhinya kebutuhan psikologis masing-masing
anggota seperti kebutuhan untuk merasa dimiliki, dihargai,
dibanggakan, dihormati, dan dipahami dalam suasana
kelompok yang saling menghargai, berbagi, menghormati,
empati dan dialog yang hangat serta ramah.
c. konseling kelompok membahas masalah pribadi yang
dikemukakan oleh anggota kelompok. Oleh karena itu
konseling kelompok memungkin anggota kelompok untuk
memahami dirinya sendiri seluas-luas dan sedalam-dalamnya,
menganalisis dirinya, dan menerima dirinya sendiri, dan
mengambil keputusan dalam memecahkan masalah dalam
dirinya sehingga dapat menerima dirinya secara positif.
Dengan demikian bahwa layanan konseling kelompok yaitu dapat
dirumuskan sebagai bentuk layanan kelompok untuk membantu
mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.

22 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

3. Persamaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling


Kelompok
Di antara layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
terdapat sejumlah persamaan. Sekurang-kurangnya persamaan
tersebut dapat ditinjau dari sisi sebagai berikut:
a. sisi kelompok yang sama, yaitu terhadap satu kelompok yang
sama dapat diselenggarakan baik layanan bimbingan kelompok
maupun layanan konseling kelompok. Apabila kedua layanan
itu hendak dilaksanakan terhadap satu kelompok yang sama,
bimbingan kelompok hendaknya dilaksanakan terdahulu.
Dengan demikian penyelenggaraaan layanan konseling
kelompok akan mendapatkan kondisi kelompok yang lebih
berkompeten berkat kegiatan layanan bimbingan kelompok.
b. sisi pemimpin kelompok yang sama, yaitu penyelenggaraan
layanan bimbingan kelompok atau layanan konseling kelompok
terhadap satu kelompok oleh pemimpin kelompok yang sama
akan membawa keuntungan tersendiri, dalam arti dinamika
kegiatan kelompok semakin dapat dimantapkan dengan pola
dan suasana yang lebih efektif dan efisien sarta berkelanjutan.
c. Tahapan pelaksanaan, yaitu secara umum tahap-tahap
pelaksanaan antara layanan bimbingan kelompok dan layanan
konseling kelompok sama-sama melalui 5 (lima) tahapan
besar, yaitu:
1) tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk
kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang
siap mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai
tujuan bersama;
2) tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan
awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah
pada pencapaian tujuan kelompok;
3) tahap kegiatan/pembahasan, yaitu tahapan “kegiatan inti”
untuk membahas topik-topik tertentu (pada bimbingan
kelompok) atau mengentaskan masalah pribadi anggota
kelompok (pada konseling kelompok).
Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 23
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

4) tahap penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melihat


kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh
kelompok. Peserta kelompok diminta melakukan refleksi
berkenaan dengan kegiatan pembahasan yang baru saja
mereka ikuti.
5) tahap penutupan/pengakhiran, yaitu merupakan tahapan
akhir dari seluruh kegiatan. Kelompok merencanakan
kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
selanjutnya, dan salam hangat perpisahan.
4. Perbedaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling
Kelompok
Perbedaan antara layanan bimbingan kelompok dan layanan
konseling kelompok tidaklah banyak. Letak perbedaan yang
mendasar antara layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling
kelompok adalah terfokus pada materi atau isi layanan yang disajikan
dalam kegiatan layanannya.
Layanan bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-
topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan
menjadi perhatian anggota kelompok. Melalui dinamika kelompok
yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang
diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif dan bertanggung
jawab. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun
non verbal anggota kelompok perlu untuk ditingkatkan dan dipupuk
terus menerus oleh pemimpin kelompok.
Sementara itu, layanan konseling kelompok terfokus pada
pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan.
Melalui layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya
pemecahan masalah tersebut para peserta memperoleh dua tujuan
sekaligus, yakni;
a. terkembangkannya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap
terarah kepada tingkah laku yang bertanggung jawab,

24 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

khususnya dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, dan;


b. terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan
diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi
individu-individu lain peserta layanan konseling kelompok.
Dengan demikian ditegaskan bahwa dalam layanan bimbingan
kelompok materi kegiatan yang dibahas adalah topik-topik umum
yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan
dalam layanan konseling kelompok materi kegiatan yang dibahas
adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok. Baik topik umum maupun masalah pribadi itu dibahas
melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif,
diikuti oleh semua anggota di bawah bimbingan pemimpin kelompok
(Konselor). Dengan kata lain bahwa, apabila layanan bimbingan
kelompok berorientasi pada pengembangan wawasan, penghayatan,
aspirasi, dan sikap terhadap materi topik-topik yang dibahas, orientasi
konseling kelompok adalah terbahas dan terentaskanya masalah
pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Berikut disajikan
perbandingan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
(Prayitno, 2012):
Tabel 2.1
Perbandingan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok


1. Tujuan yang 1. Pengembangan 1. Pengembangan
dicapai pribadi pribadi
2. Pembahasan topik- 2. Pembahasan dan
topik umum secara pemecahan masalah
luas dan mendalam pribadi yang dialam
yang bermanfaat oleh masing-masing
bagi para anggota anggota kelompok
kelompok
2. Jumlah Dibatasi: 10-15 orang Dibatasi sampai sekitar
anggota 10 orang

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 25


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok


3. Kondisi dan Relatif heterogen Relatif homogen atau
karakteristik heterogen
anggota
4. Format Kelompok kecil dengan Kelompok kecil dengan
kegiatan lima tahap kegiatan lima tahap kegiatan
5. Suasana 1. Interaksi multiarah 1. Interaksi multiarah
interaksi 2. Mendalam dengan 2. Mendalam dan tuntas
melibatkan aspek dengan melibatkan
kognitif dan afektif aspek kognitif, efektif,
kepribadian dan
pengubahan tingkah
laku.
6. Sifat isi 1. Umum 1. Pribadi
pembicaraan 2. Kurang bersifat 2. Rahasia
rahasia
7. Peranan Aktif membahas Aktif membahas dan
anggota topik umum tertentu memecahkan masalah
kelompok yang ditugaskan atau pribadi yang dialami
dikemukakan dan dipilih kawan sekelompok,
secara bebas, melalui melalui kegiatan:
kegiatan: a. Berpartisipasi aktif
a. Berpartisipasi aktif dalam dinamika
dalam dinamika inter- interaksi sosial.
aksi sosial. b. Menyumbang bagi
b. Menyumbang bagi pemecahan masalah
pembahasan masalah. pribadi kawan
c. Menyerap berbagai sekelompok.
informasi untuk c. Menyerap berbagai
diri sendiri dan informasi, saran, dan
dimanfaatkan dalam berbagai altematif
interaksi sosial untuk memecahkan
kelompok. masalah teman
d. Strategi BMB3 sekelompok dan
imbasannya terhadap
diri sendiri
d. Strategi BMB3

26 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok


8. Lama dan 1. Kegiatan berlangsung 1. Kegiatan berlangsung
frekuensi dan berkembang dan berkembang
kegiatan sesuai dengan sesuai dengan
tingkat perluasan tingkat pendalaman
dan pendalaman dan penuntasan
pembahasan topik pemecahan masalah
umum pribadi
2. Dapat dilakukan 2. Dapat dilakukan
secara maraton secara maraton.
9. Evaluasi 1. Evaluasi isi: 1. Evaluasi isi: kedala-
kedalaman man dan ketuntasan
pembahasan topik pembahasan masalah
2. Evaluasi dampak: pribadi
pemahaman dan 2. Evaluasi dampak:
dampak kegiatan sejauh mana klien
terhadap anggota (anggota yang
3. Evaluasi proses: masalah pribadinya
keterlibatan anggota dibahas) merasa
dalam kegiatan mendapatkan
kelompok (alternatif)
4. Refleksi BMB3 pemecahan
masalahnya.
3. Evaluasi proses:
keterlibatan anggota
dalam kegiatan
kelompok
4. Strategi BMB3
10. Pelaksana Konselor Konselor

Selain Tabel 2.1 di atas, untuk lebih mudah mengenali perbedaan


antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok disajikan
dalam Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 di bawah ini:

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 27


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Gambar 2.1
Alur Komunikasi dan Dinamika dalam Bimbingan Kelompok

Pada kegiatan bimbingan kelompok, alur komunikasi dan


dinamikanya menuntut semua anggota kelompok untuk ikut serta
secara bersama-sama memikirkan, mendalami, dan mengaplikasikan
secara konkrit apek-aspek yang menjadi topik bahasan.

Gambar 2.2
Alur Komunikasi dan Dinamika dalam Konseling Kelompok

28 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

Sementara itu, pada kegiatan konseling kelompok seluruh energi


dan pikiran tercurahkan untuk membantu konseli/anggota kelompok
yang memiliki masalah tertentu yang masalah tersebut dibahas dalam
kegiatan konseling kelompok.

5. Keuntungan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Elida P, (2010) menjelaskan beberapa keuntungan yang dapat
dicapai anggota kelompok dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling kelompok, antara lain:
a. sebagai wahana untuk menolong orang merubah sikap,
keyakinan, perasaan anggota kelompok tentang diri mereka
sendiri dan orang lain, serta tingkah laku secara keseluruhan;
b. anggota kelompok dapat belajar gaya mereka dalam
berhubungan dengan orang lain dan belajar keterampilan
dalam membina keakraban yang efektif dengan orang lain;
c. anggota kelompok dapat mendiskusikan persepsi atau pendapat
mereka satu sama lain dan mau menerima masukan-masukan
yang berharga tentang bagaimana yang seharusnya mereka
diterima dalam kelompok;
d. anggota kelompok dimungkinkan bertualang ke dalam dunia
keseharian para anggota kelompok dengan berbagai cara,
khususnya jika mereka berbeda minat, umur, perhatian, latar
belakang, status sosial-ekonomi, dan tipe masalah;
e. anggota kelompok memperoleh masukan tentang dirinya
sendiri sehingga memahami diri sendiri dari sudut pandangan
orang lain. Hal itu disebabkan konseling kelompok memiliki
kelebihan yang sangat hebat yaitu memberikan masukan yang
kaya untuk anggota kelompok, sehingga individu dapat melihat
diri mereka sendiri melalui pandangan banyak orang;
f. anggota kelompok memperoleh pemahaman dan sokongan
dari anggota kelompok untuk menjelajahi permasalahan yang
dimunculkannya dalam kelompok;
g. anggota kelompok memperoleh perasaan memiliki (sense of
belonging) kelompok dan dengan interaksi yang akrab yang
Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 29
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

makin berkembang dalam situasi kelompok maka mereka


belajar cara berinteraksi yang penuh keakraban, memelihara
hubungan positif dan cara memberikan sokongan.
Akhirnya semua hal tersebut di atas mendorong anggota
kelompok untuk memutuskan perubahan apa yang ingin dibuatnya.
Mereka dapat membandingkan persepsi mereka dengan persepsi
orang lain tentang diri mereka sendiri dan kemudian memutuskan
apa yang sepatutnya mereka putuskan tentang informasi itu. Intinya
anggota kelompok memperoleh pandangan yang jelas tentang ciri-
ciri individu yang baik yang seharusnya dia seperti itu dan mereka
mengerti apa yang merintangi mereka menjadi orang seperti itu.

C. ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK


Munro, Manthei, & Small, (1979) menjelaskan bahwa kerahasiaan,
kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri merupakan
tiga etika dasar dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling kelompok ketiga
etika tersebut wajib diterapkan.

1. Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok
hendaknya menjadi “rahasia kelompok” yang hanya boleh diketahui
oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.
Seluruh anggota kelompok hendaknya menyadari benar hal ini dan
bertekad dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakannya.
Aplikasi asas kerahasiaan lebih dirasakan pentingnya dalam
layanan konseling kelompok mengingat pokok bahasan adalah
masalah pribadi yang dialami anggota kelompok. Di sini posisi
asas kerahasiaan sama posisinya seperti dalam layanan konseling
perorangan. Konselor/pemimpin elompok dengan sungguh-
sunguh hendaknya memantapkan asas ini sehingga seluruh anggota
kelompok berkomitmen penuh untuk melaksanakannya.

30 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

2. Kesukarelaan
Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana
pembentukan kelompok oleh konselor/pemimpin kelompok.
Kesukarelaan terus-menerus dibina melalui upaya konselor/
pemimpin kelompok dalam mengembangkan syarat-syarat kelompok
yang efektif dan penstrukturan tentang layanan bimbingan kelompok
maupun konseling kelompok. Dengan kesukarelaan itu anggota
kelompok akan dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-
masing untuk mencapai tujuan layanan.

3. Asas-Asas Lain (kegiatan, keterbukaan, kekinian, dan


kenormatifan)
Dinamika kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua
anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegiatan dan asas
keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri
tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin
tinggi, berisi, dan bervariasi. Masukan dan sentuhan semakin kaya
dan terasa. Para peserta layanan bimbingan kelompok ataupun
konseling kelompok semakin dimungkinkan memperoleh hal-hal
yang berharga dari layanan ini.
Asas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang
dilakukan, anggota kelompok diminta mengemukakan hal-hal
yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Hal-hal atau pengalaman
yang telah lalu dianalisis dan disangkut-pautkan untuk kepentingan
pembahasan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Hal-hal yang
akan datang direncanakan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.
Asas kenormatifan dipraktikkan berkenaan dengan cara-cara
berkomunikasi dan bertata-krama dalam kegiatan kelompok, serta
dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan asas keahlian diperlihatkan
oleh konselor/pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan
kelompok untuk mengembangkan proses dan isi pembahasan secara
keseluruhan.
Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 31
Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

D. HAL UMUM TERKAIT PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN


KONSELING KELOMPOK
1. Layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok bukan
sekedar kegiatan kelompok biasa, seperti darmawisata, arisan
atau pertemuan-pertemuan lainnya. Kegiatan bimbingan
kelompok atau konseling kelompok mengemban fungsi-fungsi
konseling (pemahaman, pencegahan, pengentasan masalah
pengembangan dan pemeliharaan, dan advokasi) serta
menerapkan prinsip dan asas-asas konseling, disertai berbagai
teknik-teknik konselingnya.
2. Kegiatan bimbingan kelompok bukan berarti “membimbing
kelompok” melainkan suatu layanan terhadap sejumlah konseli
(dalam hal ini anggota kelompok) agar setiap konseli itu
memperoleh manfaat tertentu dan/atau pengentasan masalah
pribadi yang dialaminya. Fungsi “membimbing kelompok”
memang dilakukan oleh konselor/pemimpin kelompok;
namun orientasinya bukan kelompok itu sebagai “sebuah
satuan kelompok”, melainkan pengembangan dinamika
kelompok sebagai wahana untuk pengembangan individu
anggota kelompok serta pengentasan masaiah-masalah mereka
masing-masing.
3. Kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak
sama dengan diskusi biasa atau rapat. Dalam bimbingan
kelompok atau konseling kelompok memang dilakukan
pembahasan permasalahan melalui semacam kegiatan
berdiskusi, bertukar pendapat, menganalisis dan mengkritisi
data, berbeda pendapat dan berargumentasi, namun semuanya
itu bukan untuk sampai kepada kesimpulan atau keputusan
yang dicantumkan pada notulen, melainkan secara dinamis
dan konstruktif membina setiap anggota kelompok sesuai
dengan tujuan layanan. Strategi berfikir, merasa, bersikap,
bertindak, dan bertanggungjawab (BMB3) merupakan arah
pengembangan diri bagi setiap anggota kelompok. Oleh karena

32 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka

itu dalam bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak


diperlukan adanya laporan kelompok dengan notulennya.
4. Layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak
sekedar memberikan informasi kepada anggota kelompok.
Sebagai hasil layanan, para peserta bimbingan kelompok atau
konseling kelompok memang menerima sejumlah informasi
baru; namun lebih dari itu, para peserta kegiatan bimbingan
kelompok atau konseling kelompok tidak sekedar menunggu
pemberian informasi dari konselor/pemimpin kelompok,
melainkan sangat aktif saling memberi dan menerima. Peranan
konselor/pemimpin kelompok bukan lagi memberikan
informasi kepada kelompok, melainkan secara arif dan
bijaksana memimpin pengembangan dinamika kelompok
yang mengaktifkan semua anggota kelompok. Apabila dalam
layanan informasi konselor sangat aktif berbicara memberikan
informasi, sebaliknya, dalam layanan bimbingan kelompok
atau konseling kelompok Konselor/pemimpin kelompok
hanya berbicara seperlunya, bahkan sedapat-dapat membatasi
pembicaranya. Tuntutan agar anggota kelompok ber-BMB3
mendominasi kegiatan layanan.

===

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 33


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai