Anda di halaman 1dari 20

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR


1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto &
Wartonah, 2011).

Pemenuhan nutrisi merupakan hasil kerja sistem pencernaan yang tak


terlepas dari sistem lainya sebagai suatu proses yang saling berkaitan, sistem
yang yang dimaksud diantaranya Kardiovaskuler, pernafasan, persyarafan,
endokrin dll (Atoilah & Kusnadi, 2013).
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kubutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri dari sistem pencernaan dan organ asesoris (Lusianah,
Indaryani, & Suratun, 2012).
a) Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri
atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara
gusi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut,
makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan
membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim
amilase yang ak an memecah amilum yang terkandung dalam makanan
menjadi maltose. Di dalam mulut juga terdapat kelenjer saliva yang
menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna
hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah
ditelan, menetralkan, serta mengencerkan bolus.
b) Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut, dan laring.Faring berbentuk kerucut dengan
bagian terlebar di bagian ats hingga vertebra servikal keenam. Faring
langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki
otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang
terkea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks
menembus diafragma yang behubungan langsung dengan abdomen serta
menyambung dengan lambung. Esofagus merupakan bagian yang
berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju lambung.
c) Lambung
Fungsi lambung yaitu sebagai reservoir untuk menampung makanan
sampai dicerna sedikit demi sedikit dan memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung.
Fungsi lambung juga untuk mensekresi pepsin dan HCL yang akan
memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk sekresi gastrin. Makanan berada pada lambung selama 2-6
jam, kemudian bercampur dengan getah lambung yang mengandung
0,4% HCL untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai
antiseptik dan desinfektan.
d) Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup, kemudian akan bertambah panjang
menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang telah meninggal.Fungsi
usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi chime dari
lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam
usus halus, yaitu absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D,
vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
e) Usus Besar
Usus besar atau juga disebut kolon merupakan sambungan dari dari
usus halus yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar
memiliki panjang 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum,
desenden, sigmoid, dan berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira
10 cm dari usus besar.Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air
(kurang lebih 90%) elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Flora yang
terdapat dalam usus besar berfungsi untuk mrnyintesis vitamin K
dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.
f) Anus
Anus atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan
lingkungan luar tubuh.Di anus terdapat otot sphinkter yang berfungsi
untuk membuka dan menutup anus. Fungsi utama anus adalah
sebagai alat pembuangan feses melalui proses defekasi (buang air besar).
g) Hati
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan cairan
empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, mempreduksi sel
darah merah, dan menyimpan glikogen.
h) Kantong Empedu
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan
pH optimum enzin-enzim pada usus halus, mengemulai garam-garam
empedu, mengamulisi lemak, mengekskresi berperan zat yang tak
digunakan oleh tubuh dan member warna pada feses.
i) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjer yang struturnya sama seperti kelenjer
ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. pankreas memiliki
dua fungsi yaitu fungsi endokrin eksokrin yang dilaksanakan oleh sel
sekretori yang membentuk getah pancreas berisi enzim serta elektrolit
dan fungsi endokrin yang terbesar di antara alveoli pankreas.
3. Perubahan Fungsi

Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan


kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi,
jantung koroner, kanker, dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).
a) Kekurangan nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang


dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal

2) Tinggi badan dibawah ideal

3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran


standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot

5) Adanya penurunan transferin


Kemungkinan penyebab:

1) Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam


mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan

3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronik atau intoleransi


laktosa
4) Nafsu makan menurun
b) Kelebihan nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami


seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan
akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis:

1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal

2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)

3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm


pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan

5) Aktivitas menurun atau monoton Kemungkinan penyebab:


(a) Perubahan pola makan

(b) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman

c) Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang


mencapai lebih dari 20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah
melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan
penurunan dalam penggunaan kalori.
d) Malnutrisi

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan


kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan
sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh.Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan
makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya
kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran
mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
e) Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh


berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
f) Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering


disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok.
Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau
gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.

g) Kanker

Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan


oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan.
h) Anoreksia nervosa

Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara


mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
i) Diabetes melitus

Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang


ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
(Hidayat, 2009)
4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum, meliputi kesan keadaan sakit ter- masuk ekspresi


wajah dan posisi pasien.
b. Keadaan kesadaran meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos
mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
c. Pemeriksaan tanda vital, meliputi denyut nadi (fre- kuensi, irama,
kualitas), tekanan darah, pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman,
pola pernapasan) dan suhu tubuh.
d. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.

1) Kulit, meliputi warna kulit (pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat,


eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya
edema.
2) Rambut, meliputi warna rambut, kelebatan, distribusi dan
karakteristik lain.
3) Kelenjar getah bening, meliputi bentuk serta tanda-tanda radang
yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital
dan retroaurikuler.
e. Pemeriksaan kepala dan leher

1) Kepala. Menilai bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit


kepala, ubun-ubun (fontanel), asimetris wajah atau ada/tidaknya
pembeng- kakan.

2) Mata.Menilai visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera,


pupil, lensa.

3) Telinga. Menilai daun telinga, liang telinga, membran timpani,


mastoid, ketajaman pen- dengaran, hidung dan mulut ada tidaknya
trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya
tanda radang, lidah, salivasi.

4) Leher. Menilaikaku kuduk, ada tidaknya massa di leher dengan


menentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada/tidaknya
nyeri telan
f. Pemeriksaan dada. Meliputi pemeriksaan organ paru dan jantung.
Secara umum periksa bentukdan keadaan paru, meliputi kesimetrisan,
pergerakan napas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta bunyi
perkusi. Periksa juga apakah udara di paru atau pleura bertambah,
redup atau pekak apabila terjadi konsolidasi jarngan paru. Pada
pemeriksaan auskultasi paru dapat diketahui adanya suara napas
normal atau tambahan seperti ronchi,napasbasah dan kering, krepitasi,
bunyi gesekan dan lain-lain pada daerah lobus kanan atas serta lobus
kiri bawah. Pada pemeriksaan jantung dapat diketahui denyut
apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), bunyi
jantung, atau bising jantung dan lain-lain.
g. Pemeriksaan abdomen. Data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan adalah ukuran atau bentuk perut, dinding perut, dan
bising usus. Selain itu diperiksa juga adanya ketegangan dinding perut
atau nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa,
ginjal, kandung kemih(dilihat dari pembesaran pada organ tersebut).
Sementara pemeriksaan pada daerah anus dilakukan pada rektum serta
genetalianya.
h. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis. Periksa adanya rentang
gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki,
dan lain-lain.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
b. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
c. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
d. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan
atau derajat ulkus jaringan atau cidera
e. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena
erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya
darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh
peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam noktura
penyebab ulkus duodenal.
g. Feses: tes feses akan positifH. Pylory Kreatinin : biasanya
tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
h. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat
menganggu metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah
lengkap dan jumlah besar diberikan.
i. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal
terhadap simpanan cairan tubuh.
j. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster
berat atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium
dapat terjadi setelah trasfusi darah.
k. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah

diduga gastritis.
6. Tindakan Penanganan
Terapi GERDditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-
gejala yang diderita pasien, mengurangi frekuensi atau kekambuhan serta
durasi refluks esofageal. Terapi juga bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan mukosa yang terluka, dan mencegah berkembangnya
komplikasi. Terapi diarahkan pada peningkatan mekanisme pertahanan untuk
mencegah refluks dan/ atau mengurangi faktor-faktor yang memperburuk
agresifitas refluks atau kerusakan mukosa.
a. Modifikasi Gaya Hidup
1) Berhenti merokok;
2) Berhenti minum alkohol;
3) Meninggikan tempat tidur bagian kepala;
4) Mengindari mengangkat barang berat;
5) Diet rendah lemak;
6) Penurunan berat badan pada pasien gemuk;
7) Tidak makan terlalu kenyang;
8) Hindari pakaian ketat, terutama di daerah pinggang.

b. Terapi Endoskopik.

Terapi ini masih terus dikembangkan, contohnya ada- lah


radiofrekuensi, endoscopic suturing, dan endoscopic empla tation.
Radiofrekuensi dilakukan dengan caramemanaskan gastroesophageal
junction. Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi penggunaan obat,
meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi refluks.

c. Terapi terhadap Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. Bila


terjadi rangsangan asam lambung yang kronik, maka mukosa esophagus
dari squamous dapat berubah menjadi kolumnaryang metaplastik sebagai
barret’sesophagus (premaligna) dan dapat menjadi karsinoma.
B. Konsep Keperawatan Teori

1. Pengkajian

Pengkajian keadaan umum eliputi kondisi seperti tingkat


ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS, dan respons
verbal pasien.
a. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan :

1) Tekanan darah. Sebaiknya pasien diperiksa dalam posisi berbeda-beda.


Kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
2) Denyut nadi (pulse rate).

3) Respiratory rate.

4) Suhu tubuh.

b. Keluhan utama

Kaji awitan, durasi, kualitas dan karakteristik, dan tingkat keperahan


serta lokasi, faktor pencetus, dan manifestasi yang berhubungan dengan:
1) Keluhan tipikal (esofagus), contoh heartburn, regur- gitasi, dan
disfagia.
2) Keluhan atipikal (eskstraesofagus), contoh batuk kronik, suara serak,
pneumonia, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
3) Keluhan lain: Misalnya penurunan berat badan, anemia, hematemesis
atau melena, odinofagia.

c. Riwayat kesehatan sebelumnya

1) Penyakit gastrointestinal lain.


2) Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung.

3) Alergi/reaksi respons imun.

d. Riwayat penyakit keluarga

e. Pola Fungsi Keperawatan

1) Aktivitas dan istirahat

a) Data Subjektif:Pasien mengatakan agak sulit beraktivitas karena


nyeri di daerah epigastrium, seperti terbakar.

b) Data objektif :

i. Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran.

ii. Tidak terjadi perubahan tonus otot.

2) Sirkulasi

a) Data Subjektif: Pasien mengatakan bahwa ia tidak mengalami


demam.

b) Data Objektif:

i. Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)

ii. Kadar WBC meningkat.

3) Eliminasi

a) Data subjektif: Pasien mengatakan tidak meng- alami gangguan


eliminasi.

b) Data objektif:Bising usus menurun (<12x / menit).

4) Makan/ minum

a) Data Subjektif:

i. Pasien mengatakan mengalami mual mun- tah.


ii. Pasien mengatakan tidak nafsu makan.

iii. Pasien mengatakan susah menelan.

iv. Pasien mengatakan ada rasa pahit di lidah.

b) Data Objektif: Pasien tampak tidak memakan makanan yang


disediakan.

5) Sensori neural
a) Data Subjektif:Pasien mengatakan ada rasa pahit di lidah.

b) Data objektif: Status sensori baik.

6) Nyeri/kenyamanan

a) Data Subjektif:

i. Pasien mengatakan mengalami nyeri pada daerah epigastrium.


Nyeri terjadi akibat perangsangan nervus pada esophagus
oleh cairan refluks.
ii. Pasienmengatakan nyeri terasa seperti ter- bakar

iii. Pasienmengatakan skala nyeri 1-10.

iv. Pasienmengatakan nyerinya terjadi pada saat


menelanmakanan, dan rasa nyeri pada dada menetap.

b) Data Objektif:

i. Pasien tampak meringis kesakitan.

ii. Pasien tampak memegang bagian yang nyeri.

iii. Tekanan darah pasien meningkat

iv. Pasien tampak gelisah

7) Respirasi

a) Data Subjektif :

i. Pasien mengatakan bahwa ia mengalami sesak napas.


ii. Pasien mengatakan mengalami batuk

b) Data objektif:

i. Terlihat ada sesak napas.

ii. Terdapat penggunaan otot bantu napas.

iii. Frekuensi tidak berada pada batas normal.

iv. Pasien terlihat batuk.

8) Rasa aman

a) Data Subjektif :Pasien mengatakan merasa cemas

b) Data objektif: Pasien tampak gelisah

9) Interaksi sosial
a) Data Subjektif:

i. Pasien mengatakan suaranya serak

ii. Pasien mengatakan agak susah berbicara dengan orang lain


karena suaranya tidak jelas terdengar.
b) Data objektif:

i. Suara pasien terdengar serak

ii. Suara pasien tidak terdengar jelas.

f. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum, meliputi kesan keadaan sakit ter- masuk ekspresi wajah
dan posisi pasien.
2. Keadaan kesadaran meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos
mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
3. Pemeriksaan tanda vital, meliputi denyut nadi (fre- kuensi, irama,
kualitas), tekanan darah, pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola
pernapasan) dan suhu tubuh.
4. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.

a) Kulit, meliputi warna kulit (pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat,


eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya
edema.

b) Rambut, meliputi warna rambut, kelebatan, distribusi dan


karakteristik lain.

c) Kelenjar getah bening, meliputi bentuk serta tanda-tanda radang


yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital
dan retroaurikuler.
5. Pemeriksaan kepala dan leher

a) Kepala. Menilai bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit


kepala, ubun-ubun (fontanel), asimetris wajah atau ada/tidaknya
pembeng- kakan.

b) Mata.Menilai visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera,


pupil, lensa.

c) Telinga. Menilai daun telinga, liang telinga, membran timpani,


mastoid, ketajaman pen- dengaran, hidung dan mulut ada
tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada
tidaknya tanda radang, lidah, salivasi.

d) Leher. Menilaikaku kuduk, ada tidaknya massa di leher dengan


menentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada/tidaknya
nyeri telan
6. Pemeriksaan dada. Meliputi pemeriksaan organ paru dan jantung.
Secara umum periksa bentukdan keadaan paru, meliputi kesimetrisan,
pergerakan napas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta bunyi
perkusi. Periksa juga apakah udara di paru atau pleura bertambah,
redup atau pekak apabila terjadi konsolidasi jarngan paru. Pada
pemeriksaan auskultasi paru dapat diketahui adanya suara napas
normal atau tambahan seperti ronchi,napasbasah dan kering, krepitasi,
bunyi gesekan dan lain-lain pada daerah lobus kanan atas serta lobus
kiri bawah. Pada pemeriksaan jantung dapat diketahui denyut
apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), bunyi
jantung, atau bising jantung dan lain-lain.
7. Pemeriksaan abdomen. Data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan adalah ukuran atau bentuk perut, dinding perut, dan
bising usus. Selain itu diperiksa juga adanya ketegangan dinding perut
atau nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa,
ginjal, kandung kemih(dilihat dari pembesaran pada organ tersebut).
Sementara pemeriksaan pada daerah anus dilakukan pada rektum serta
genetalianya.
8. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis. Periksa adanya rentang
gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki,
dan lain-lain.

2. Diagnosa (SDKI)
a. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan (D.0019)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
c. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung (D.0076)
d. Risiko aspirasi dengan faktor risiko refleks muntah (D.0006)
3. INTERVENSI
No Diagnosa (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional
1 Defisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Mengetahui status nutrisi pasien saat
t Setelah dilakukan intervensi Observasi ini.
N keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi status nutrisi 2. Menghindari adanya reaksi alergi
utr jam diharapkan status 2. Identifikasi alergi dan karena makanan
isi nutrisi membaik dengan intoleransi makanan 3. Dapat mencatat intake makanan yang
be kriteria hasil : 3. Monitor asupan makanan masuk ke tubuh
rh 1. Porsi yang dihabiskan 4. Monitor berat badan 4. Mengetahui apakah adanya perubahan
ub meningkat Terapeutik berat badan
un 2. Nyeri abdomen 5. Lakukan oral hygenen 5. Mencegah terjadinya muntah akibat
ga menurun sebelum makan , Jika rasa tidak enak di mulut
n 3. Nafsu makan membaik perlu 6. Mencegah terjadinya konstipasi
de 6. Berikan makanan tinggi 7. Menambah nafsu makan juga
ng serat untuk mencegah memberikan vitamin yang dibutuhkan
an terjadinya konstipasi oleh tubuh
ke 7. Berikan suplemen 8. Dapat memberikan nutrisi bagu tubuh
tid makanan, Jika Perlu 9. Mencegah terjadinya aspirasi saat
ak 8. Berikan makanan tinggi makan.
m kalori dan protein 10. Agar pasien mendapatkan jumlah
a Edukasi vitamin serta nutrisi yang tepat terkait
m 9. Anjurkan posisi duduk
pu saat makan, Jika mampu dengan status gizinya
an 10. Ajarkan diet yang 11. Agar pasien mendapatkan nutrisi serta
m diprogramkan kalori yang tepat berdasarkan salan
en Kolaborasi dari lintas profesi yaitu ahli gizi.
el 11. Kolaborasi dengan ahli
an gizi untuk menentukan
m jumlah kalori dan jenis
ak nutrient yang dibutuhkan,
an Jika Perlu
an
(D
.0
01
9)

2 Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) 1. dapat mengetahui karakteristik nyeri
berhub Setelah dilakukan intervensi Observasi yang dialami pasien
ungan keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lokasi, 2. pasien dapat memeberitahukan kepada
dengan jam diharapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi, perawat terhadap nyeri yang dirasakan
agen nyeri menurun dengan kualitas, intensitas nyeri menggunakan ekspresi
penced kriteria hasil : 2. Identifikasi nyeri non verbal 3. dapat mengurangi faktor yang dapat
era 3. Identifikasi faktor yang
fisiolog 1. Keluhan nyeri menurun memperberat nyeri memperberat nyeri
is 2. Meringis menurun Terapeutik 4. dapat mengurangi serta meringankan
(D.007 3. Mual dan muntah 4. Berikan teknik non nyeri yang di alami pasien
7) menurun farmakologis untuk 5. istirahat dan tidur bisa menjadi teknik
mengurangi nyeri (teknik pengalihan nyeri yang dialami pasien
relaksasi nafas dalam, guided 6. pasien dapat mengetahui tentang nyeri
imaginery) yang dirasakannya
5. Fasilitas istirahat dan tidur 7. pasien dapat mengurangi nyeri dengan
Edukasi mandiri
6. Jelaskan penyebab, periode 8. Pasien dapat mempraktekkan teknik
dan pemicu nyeri nonfarmakologis untuk mengurangi
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri yang dialami
nyeri 9. Analgetik sebagai teknik farmakologis
8. Anjurkan melakukan teknik untuk mengurangi nyeri.
non farmakologis secara
mandiri
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
analgetik
3 Nausea berhubungan Tingkat Nausea (L.08065) Manajemen Mual (I.03117) 1. Dapat mengetahui frekuensi mual dan
dengan iritasi lambung Setelah dilakukan intervensi Observasi muntah yang dialami pasien.
(D.0076) keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi pengalaman 2. Dapat mengurangi faktor yang
jam diharapkan tingkat mual menyebabkan mual dan muntah pada
nausea meenurun dengan 2. Identifikasi faktor utama pasien.
kriteria hasil : penyebab mual 3. Agar tidak terjadi deficit nutrisi
1. Nafsu makan cukup 3. Monitor asupan dikarenakan mual dan muntah
meningkat nutrisi/kalori 4. Dapat mengurangi rasa mual pada
2. Keluhan mual menurun Terapeutik pasien
3. Perasaan ingin muntah 4. Kendalikan faktor 5. Dapat mengurangi rasa ingin muntah
menurun lingkungan penyebab pada pasien
4. Sensasi asam dimulut mual 6. Dapat mencegah terjadinya gastritis
menurun 5. Kurangi atau hilangkan atau asam lambung yang naik
keadaan penyebab mual 7. Dapat menyimpan cadangan energi
6. Berikan makanan dalam 8. Dapat mengurangi rasa mual karena
jumlah kecil tetapi sering adanya rasa asam dibagian pangkal
Edukasi kerongkongan
7. Anjurkan istirahat dan 9. Dapat mengurangi rasa mual dengan
tidur yang cukup teknik nonfarmakologis
8. Anjurkan sering 10. Dapat mengurangi rasa mual dengan
membersihkan mulut jika teknik farmakologis.
terangsang mual
9. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual
(biofeedback, hipnosis,
relaksasi, terapo musik
akupesyur)
Kolaborasi
10. Kolaborasi penggunaan
antiemetik,jika perlu
4 Risiko Tingkat Aspirasi Pencegahan Aspirasi 1. Dapat mencegah terjadinya aspirasi
aspirasi (L.01066) (I.01018) makanan.
dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi 2. Dapat mencegah makanan yang
faktor keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor tingkat berada di lambung naik ke
risiko jam diharapkan tingkat kesadaran, batuk, muntah kerongkongan.
refleks aspirasi menurun dengan dan kemampuan menelan 3. Agar makanan dapat dicerna dengan
muntah kriteria hasil : Terapeutik cepat
(D.000 1. Kemampuan menelan 2. Posisikan semi fowler (30- 4. Agar obat dapat ceoat tersalurkan
6) meningkat 45 derajat) 30 menit 5. Menghindari terjadinya tersedak saat
sebelum memberikan makan
asupan oral 6. Mencegah terjadinya aspirasi
3. Berikan makanan dengan 7. Mencegah terjadinya aspirasi saat
ukuran yang kecil dan makan
lunak
4. Berikan obat oral dalam
bentuk cair
Edukasi
5. Anjurkan makan secara
perlahan
6. Ajarkan strategi
pencegahan aspirasi
7. Ajarkan teknik
mengunyah atau menelan,
Jika perlu
4. 12. 12.
DAFTAR PUSTAKA

Kariasa Made, 2019, Asuhan Keperawatan Klien Epilepsi, FIK-UI, Jakarta.

Luckman and Sorensen S, 2018, Medikal Surgical Nursing Psychology Approach, Fourt
Ed, Philadelpia London.

Price S. A and Wilson L. M, 2020, Pathofisiology, Clinical Concepts of Desease


Process, Second Ed, St Louis, New York.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indinesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indinesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai