Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN STRATEGIK

STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KEDELAI


SEBAGAI SOLUSI PROTEIN MURAH

Dosen pengampu mata kuliah:


Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis M.S., Dipl.Ing., D.E.A.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Strategik.

Disusun Oleh :
Fijriyani (H2501211016)
Ike Trisnawati (H2501211093)
Iqlima Fairuz Syifa (H2501211030)
Taufik Hidayat (H2501211064)
Teguh (H2501211086)
Oktaria Saputra (H2501211063)
Yadi supyandi . (I3502222012)

ILMU MANAJEMEN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022 M
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................................................... 6
1.3 Tujuan........................................................................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................. 7
2.1. Strategi Pengembangan Tanaman Kedelai : Solusi Protein Murah ................................................... 7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam strategi pembangunan Indonesia menggariskan bahwa sasaran pembangunan jangka
panjang kedua, yaitu terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang semakin maju dan
mandiri dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam suasana tenteram dan
sejahtera lahir batin. Namun demikian, Indonesia pada Maret 2021 melaporkan persentase penduduk
miskin sebesar 0,43 persen menurun 0,48 persen terhadap September 2020.

Kedelai merupakan komoditas pangan dengan kandungan protein nabati tinggi dan telah
digunakan sebagai bahan baku produk olahan seperti susu kedelai, tempe, tahu, kecap, dan berbagai
makanan ringan lainnya. Peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran akan pentingnya hidup sehat
berdampak pada meningkatnya kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun. Di Indonesia, kedelai
merupakan komoditas pangan terpenting setelah padi dan jagung. Komoditas ini digunakan untuk
konsumsi pangan rumah tangga, industri, dan benih. Dalam 13 tahun terakhir, konsumsi kedelai dan
produk olahannya cenderung meningkat. Pada tahun 2015, konsumsi kedelai mencapai 2,54 juta ton
biji kering yang terdiri atas konsumsi langsung penduduk 2,3 juta ton, benih 39.000 ton, industri
nonmakanan 446.000 ton, dan susu 49.000 ton (BPS 2015).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor kedelai ke Indonesia mencapai US$ 1,48
miliar pada 2021. Nilai tersebut naik 47,77% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 1 miliar.

3
Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai juga sebagai pangan fungsional untuk
mencegah timbulnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Bahkan
kandungan zat isoflavon pada kedelai ternyata berfungsi sebagai antioksidan. Perkembangan
teknologi terakhir menunjukkan bahwa saat ini kedelai banyak digunakan sebagai sumber energi
alternatif (biofuel). (Rante 2013). Keanekaragaman manfaat kedelai telah men-dorong tingginya
permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein
murah membuat kedelai semakin diminati. Semakin besarnya jumlah penduduk Indonesia berpotensi
pada semakin meningkatnya permintaan kedelai. Konsumsi kedelai diproyeksikan mengalami
pertumbuhan sebesar 1,38% pertahun (Rante 2013).

Namun demikian, berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan (2010), telah terjadi penurunan produksi kedelai lokal di Indonesia selama tahun 1992-2007
dengan rata-rata produksi sebesar 6,26% per tahun. Pada tahun 1992 produksi kedelai mencapai 1,8
juta ton dengan luas panen sebesar 1,6 juta ha dan produktivitas sebesar 1,12 ton/ha. Namun hingga

4
tahun 2007 produksi kedelai lokal terus menurun. Produksi kedelai tahun 2007 hanya sebesar
592.534 ton dengan luas panen 459.116 ha dan produktivitas 1,3 ton/ha. Kondisi mulai membaik
sejak tahun 2008-2009 (Rante 2013).

Ketidakmampuan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri


menyebabkan pasokan kedelai di dalam negeri bergantung pada impor kedelai. Ketergantungan yang
makin besar pada impor tentu saja merugikan industri pengolahan kedelai terutama jika harga pangan
dunia menjadi sangat mahal akibat stok menurun. Hal ini terjadi karena harga yang berlaku pada
kedelai impor mengikuti harga yang berlaku pada harga kedelai internasional (dunia). (Rante 2013).

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan utama strategis bagi Indonesia sebagai
sumber protein yang murah. Kebutuhan terhadap kedelai yang berupa hasil olahan dan bahan baku
pakan ternak terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh pertambahan
penduduk dan meningkatnya konsumsi perkapita dan perkembangan industri berbahan baku kedelai.
Perkembangan produksi selama dekade terakhir ternyata 73% di antaranya berasal dari sumbangan
perluasan areal panen dan hanya 27% yang berasal dari peningkatan produktivitas. Hal ini
mengindikasikan bahwa pelaksanaan intensifikasi kedelai belum berjalan sesuai dengan yang
diharapkan (Danarti 1992).

Kedelai adalah komoditas strategis yang permintaannya tinggi, produk hilirnya sangat
beragam dan bernilai tinggi, meliputi pakan, pangan, energi dan bahan baku industri. Kenaikan
konsumsi yang terus meningkat, namun belum dapat diimbangi oleh kenaikan produksi dalam negeri.
Impor masih menjadi andalan sehingga seringkali terjadi gejolak harga dan pasokan akibat
perubahan situasi ekonomi makro dan pasokan di pasar internasional. Berbagai upaya terus
dilakukan untuk meningkatkan produksi dalam negeri, tetapi belum mampu meningkatkan pasokan
yang berarti. Orientasi pembangunan yang dipatok pada swasembada menjadikan pengembangan
kedelai tersandera oleh tujuan jangka pendek dan tidak bergerak menuju industri hilir yang kuat yang
menguntungkan secara ekonomi. Produktivitas kedelai yang masih sangat rendah menjadi kendala
peningkatan produksi karena keterbatasan bibit unggul, ketersediaan pupuk dan sarana produksi
lainnya. Potensi lahan dan kesesuaian iklim untuk penanaman menjadi faktor penghambat perluasan
dan peningkatan produksi. Ketergantungan masyarakat terhadap produk turunan kedelai, terutama
tahu dan tempe, menjadikan kedelai sebagai bagian dari bahan pangan pokok. Oleh karena itu,

5
orientasi pertambahan produksi kedelai seharusnya tidak dibatasi pada swasembada untuk memenuhi
permintaan saat ini, terutama bahan baku tahu dan tempe, tetapi lebih dari itu untuk penguatan
ekonomi, industri dan kemandirian pangan. Paper ini membahas berbagai permasalahan dan strategi
pembangunan kedelai berbasis industri menuju kemandirian pangan dan ketahanan ekonomi.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana strategi pengembangan kedelai berdasarkan penggunaan kekuatan dengan
pemanfaatan peluang (S-O)?

2. Bagaimana strategi pengembangan kedelai berdasarkan penggunaan kekuatan dengan


menghindari ancaman (S-A)?

3. Bagaimana strategi pengembangan kedelai melalui minimalisasi kelemahan dengan


pemanfaatan peluang (W-O)?

4. Bagaimana strategi pengembangan kedelai melalui minimalisasi kelemahan dengan


menghindari ancaman (W-A)?

1.3 Tujuan

1. Mengungkapkan strategi pengembangan kedelai berdasarkan penggunaan kekuatan dengan


pemanfaatan peluang (S-O).

2. Mengungkapkan strategi pengembangan kedelai berdasarkan penggunaan kekuatan dengan


menghindari ancaman (S-A).

3. Memaparkan strategi pengembangan kedelai melalui minimalisasi kelemahan dengan


pemanfaatan peluang (W-O).

4. Memaparkan strategi pengembangan kedelai melalui minimalisasi kelemahan dengan


menghindari ancaman (W-A

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Strategi Pengembangan Tanaman Kedelai : Solusi Protein Murah


Dalam rangka pengembangan tanaman kedelai sebagai salah satu alternatif solusi protein
murah dilakukan beberapa Langkah strategis dengan menggunakan pendekatan internal dan
eksternal atau biasa disebut analisis SWOT. Pendekatan internal ini dapat dilakukan dengan
analisis kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) yang ada serta pendekatan eksternal
berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threaths).

1. Strategi menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang (S-O)


Peningkatan produksi dan produktivitas melalui perbaikan pelaksanaan teknologi budidaya
dengan menggunakan benih unggul dan memanfaatkan pupuk bersubsidi melalui
intensifikasi kedelai. Indonesia memiliki lahan yang cukup, bahkan sangat luas, tetapi
justru produksi kedelai kita cenderung lebih rendah jika dibandingkan negara-negara yang
memiliki lahan yang sempit. Penemuan-penemuan baru di bidang pertanian juga dapat
membantu peningkatan produksi kedelai lokal. Selain itu, pemerintah juga harus menjamin
harga pupuk tetap dalam kondisi yang normal sehigga petani kedelai tidak merasa semakin
terpojokkan dengan adanya harga pupuk yang mahal. Harga pupuk yang mahal tentunya
akan berdampak pada mahalnya harga kedelai, dan akan berdampak lagi pada pasar kedelai
lokal yang semakin kalah dengan kedelai impor yangjauh lebih murah.

Mengoptimalkan peran organisasi kelompok tani dalam mengorganisir petani untuk


mendukung usaha pengembangan agribisnis kedelai melalui program peningkatan
produksi dan produktivitas kedelai. Menurut Suradisastra (2008), kelembagaan usaha tani
di Indonesia belum sebagaimana yang diharapkan. Kelembagaan usaha tani yang
merupakan norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan
penghidupan dari bidang pertanian di pedesa-an, hingga saat ini belum mampu
memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan

7
usaha tani yang memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis
di pedesaan belum mampu mengarahkan sumberdaya yang ada di pedesaan untuk
meningkatkan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani).

2. Strategi menggunakan kekuatan untuk mengantisipasi ancaman (S-T)


Kebijakan pembatasan impor kedelai dnegan menggunakan tarif dan kuota untuk
mengurangi kesenjangan harga. Hasil penelitian Zakiah (2011) mengungkapkan bahwa
jumlah impor dan harga impor berpengaruh nyata produksi kedelai nasional. Hal ini
disebabkan jumlah impor dan harga impor berpengaruh nyata terhadap harga kedelai di
tingkat petani. Makin tinggi jumlah impor maka harga kedelai di tingkat petani semakin
turun, sebaliknya semakin rendah harga kedelai impor, maka harga kedelai di tingkat petani
juga turun. Akibatnya luas panen dan produktivitas kedelai juga menurun.

Penurunan luas panen dan produktivitas kedelai berdampak terhadap penurunan produksi
kedelai. Luas panen kedelai relatif lebih respon terhadap harga jagung sebagai komoditi
alternatif dan harga pupuk sebagai input. Harga kedelai di tingkat petani lebih respon
terhadap produksi kedelai. Kedua dengan mengembangkan pola kemitraan antara
petani/kelompok tani dengan perusahaan agroindustri kedelai untuk menjamin kepastian
pasar dan harga Ketiga dengan membentuk kelembagaan berupa Badan Stabilitas Harga
Kedelai Daerah melalui peningkatan peran KOPTI Daerah sebagai lembaga penyalur
kedelai dan penjaga stabilitas harga kedelai lokal. Keempat dengan peningkatkan stabilitas
sosial, ekonomi, politi dan keamanan nasional.

3. Strategi meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang (W-O)


Pertama dengan meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas dengan cara
menggunakan benih unggul bermutu dan pemupukan berimbang, yaitu dengan : Perluasan
lahan pada balai benih untuk memperbanyak benih kedelai lokal serta pupuk.dan
pembentukan kerjasama dengan para penangkar benih. Kedua dengan meningkatkan
kinerja pemerintah dalam membantu petani untuk melaksanakan usaha taninya secara
efisien. Memberikan kemudahan kepada petani untuk memperoleh modal kerja dengan
bunga yang rendah

8
Konsep Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan bentuk fasilitasi
bantuan modal usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani
maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gapoktan. Gapoktan merupakan
kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Oleh
karena itu, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disingkat PUAP
adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha
Gabungan Kelompoktani dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan
potensi pertanian desa sasaran (Deptan RI, 2014).

Adapun tujuan Program PUAP adalah meliputi: 1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran
melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan
potensi wilayah; 2) meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pelaku usaha agribisnis,
pengurus Gapoktan, Penyuluh dan PMT; 3) memberdayakan kelembagaan petani dan
ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; dan 4) meningkatkan
fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam
rangka akses ke permodalan. Sementara itu, sasaran program PUAP meliputi : 1)
berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama desa miskin sesuai dengan potensi pertanian
desa; 2) berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk menjadi
kelembagaan ekonomi; 3) meningkatnya kesejahteraan rumahtangga tani miskin,
petani/peternak skala kecil, buruh tani; dan 4) berkembangnya usaha agribisnis petani yang
mempunyai siklus usaha.

4. Strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman (W-T)


1) Mengupayakan penyediaan sarana produksi yang memenuhi prinsip ketepatan dalam
waktu, jenis, harga, mutu, jumlah dan tempat
2) Meningkatkan efisiensi usaha tani kedelai dnegan menggunakan bimbingan,
penyuluhan dan percontohan kepada petani atau kelompok tani
3) Melaksanakan penelitian dan pengembangan varietas kedelai.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan utama strategis bagi Indonesia sebagai
sumber protein yang murah. Kebutuhan terhadap kedelai yang berupa hasil olahan dan bahan baku
pakan ternak terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh pertambahan
penduduk dan meningkatnya konsumsi perkapita dan perkembangan industri berbahan baku
kedelai.
Kedelai mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi karena tidak hanya sebagai sumber
protein, tetapi juga sebagai bahan minyak goreng, biodiesel, farmasi, pakan ternak dan lain-lain,
sehingga perlu ditingkatkan produktivitasnya.
Ketidakmampuan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri
menyebabkan pasokan kedelai di dalam negeri bergantung pada impor kedelai. Ketergantungan
yang makin besar pada impor tentu saja merugikan industri pengolahan kedelai terutama jika harga
pangan dunia menjadi sangat mahal akibat stok menurun. Hal ini terjadi karena harga yang berlaku
pada kedelai impor mengikuti harga yang berlaku pada harga kedelai internasional (dunia).
Dari pembahasan beberapa penelitian yang kita dapatkan kedelai sebagai sumber protein
nabati yang baik untuk kesehatan harus dibenahi dari hulu hingga hilir baik dari daur produksi dan
pemasarannya. Dari aspek tata kelola benih hingga tata kelola pemasaran dan penentuan harga
akhir bagi konsumen oleh pemerintah sebagi regulator harus dibenahi secara menyeluruh. Seluruh
benih unggul yang dipunyai oleh litbang harus diberikan kepada petani untuk meningkatkan
produksi dan daya saing produk import yang produktivitasnya harus di atas 3 ton per hektar agar
tercapai skala ekonomi yang menguntungkan bagi para petani dan pelaku pasar di komoditas
kedelai.
Strategi SWOT yang ditawarkan diatas bila diimplementasikan secara menyeluruh dari
hulu hingga hilir oleh para petani ataupun pelaku bisnis yang memanfaatkan kedelai sebagai
sumber protein yang murah. Hal ini dikarenakan dari hasil penelitian yang dilakukan (Dewi
Nurpitasari,dkk 2018) dimana opportunity atau peluang memiliki total bobot yang lebih besar
daripada Threat atau ancaman pada aspek eksternal. Selain itu harga panen pun menjadi kunci
sukses budidaya kedelai, bila harga kedelai tinggi di pasaran maka jerih payah petani terbalas

10
dengan keuntungan tinggi dan petani pun sangat senang bila tata kelola perniagaan kedelai
bernilai ekonomi tinggi, layak usaha dan berkelanjutan.
Menjadikan komoditas kedelai sebagai alternatif sumber protein yang murah dan mudah
bagi masyarakat tentunya harus didukung oleh kebijakan pemerintah yang memprioritaskan
kedelai sebagai produk pertanian unggulan. Hal ini harus diimbangi dengan memberikan subsidi
pupuk dan pendampingan penyuluh bagi para petani untuk lebih agresif menanam kedelai.
Bila kedelai ditanam secara masif dan mempunyai harga keekonomian yang tinggi maka petani
pun akan berdaya dan mempunyai keuntungan tinggi jika menanam kedelai tersebut. Tentunya
hal ini harus berjalan dan mendapat dukungan dari berbagai pihak baik itu sektor swasta, peneliti
maupun pemerintah dan masyarakat.
Strategi agronomi diperlukan untuk mengembangkan sistem produksi kedelai yang
membatasi cekaman kondisi air selama tahap pertumbuhan reproduksi ketika komponen hasil
sangat sensitif. Alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia ditentukan
berdasarkan hasil analisis terhadap penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai
Indonesia serta kebijakan perkedelaian nasional.
Peningkatan efisiensi praktik manajemen diperlukan untuk mengurangi dampak
lingkungan dari pertanian dan untuk meningkatkan produksi pangan. Rotasi tanaman telah
diusulkan sebagai pendekatan ramah lingkungan untuk pengelolaan patogen tular tanah. Lahan
pasang surut mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan
produksi pertanian berbasis tanaman pangan dalam menunjang ketahanan pangan nasional.

3.2 Saran
1. Usaha tata kelola kedelai lokal harus terus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya
dan dijaga kulitas dan kuantitasnya oleh para petani agar dapat memberikan keuntungan
secara finansial tinggi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan strategi
peningkatan produksi kedelai lokal selain dengan startegi SWOT.
2. Diperlukannya beberapa kebijakan dari pemerintah pusat maupun daerah, untuk
mendukung tata niaga kedelai yang sehat dan iklim usaha yang kondusif seperti kemudahan
prosedur melakukan usaha budidaya kedelai, para petani bisa mengakses modal usaha
kerja melalui perbankan di daerah dengan mudah.

11
3. Adanya percepatan tekhnologi tepat guna bagi seluruh aspek budi daya kedelai hingga
petani dapat menanam kedelai unggul secara kuantitas dan kualitas serta laku di pasaran
domestik dan internasional.
4. Pemerintah sebagai regulator khususnya kementerian pertanian seharusnya memberikan
kembali pelatihan serta pendampingan bagi para petani kedelai di setiap desa di daerah
sentra kedelai. Memfungsikan kembali penyuluh pertanian khusus kedelai mutlak
diperlukan kembali.
5. Pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana
serta infrastruktur secara menyeluruh untuk mendukung tata kelola kedelai yang handal.
6. Tata niaga usaha tani kedelai yang cenderung merugikan petani kedelai lokal harus
dipangkas. Oleh karena itu perlu membentuk Badan Stabilitas Harga Kedelai Daerah yang
berfungsi sebagai lembaga penyalur kedelai dan penjaga stabilitas harga kedelai lokal.
7. Terdapat ancaman mudahnya kedelai impor yang lebih murah masuk ke pasar-pasar di
daerah dan harga pupuk yang fluktuatif dan cenderung naik, oleh karena itu
perlu pemberlakuan kuota impor dan mengatur ketersediaan benih serta pupuk pada
sentra produksi kedelai.
8. Pengembangan transmigran yang diberikan lahan oleh pemerintah difokuskan
untuk menanam kedelai, sehingga pengembangan kedelai terjadi di lahan baru.
9. Pemerintah perlu melakukan kebijakan proteksi harga yang bertujuan untuk
mengendalikan harga kedelai dalam negeri agar tetap lebih tinggi dan terisolasi dari
fluktuasi harga kedelai di pasaran dunia.
10. Pemerintah perlu melakukan pembatasan volume impor dengan penetapan tarif impor
kedelai yang tepat atau minimal 10 persen. Sehingga harga kedelai impor naik dan harga
kedelai lokal dapat bersaing.
11. Membentuk sentra produksi kedelai untuk mempermudah konsumen dalam mendapatkan
kedelai secara langsung.
12. Dukungan dan peran industri berbasis kedelai secara bertahap dan kontinyu dalam
mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor dan mulai menggunakan kedelai lokal
dengan melakukan kerjasama dengan petani setempat sebagai pemasok. Secara tidak
langsung dapat meningkatkan motivasi petani untuk menanam kedelai.

12
13. Kesenjangan hasil kedelai dalam sistem produksi saat ini harus diatasi dengan penerapan
praktik pengolahan tanah yang kurang ketat seperti tanpa pengolahan tanah, yang pada
gilirannya dapat menawarkan alat tambahan untuk mengurangi dampak dampak terkait
lingkungan seperti kekeringan dan suhu tinggi. Tingkat residu tanaman yang lebih besar
yang membatasi penguapan air tanah dan kehilangan limpasan diperlukan sehingga dapat
memfasilitasi hasil kedelai yang lebih stabil dan meningkatkan biomassa dan benih secara
keseluruhan.
14. Pemerintah perlu mengatur dan memfasilitasi ketersediaan benih dan pupuk hayati pada sentra
produksi kedelai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Danarti, 1992. Palawija, Budidaya dan Analisis Usahatani. Jakarta, Penebar Swadaya.

Nainggolan, K., 1999. Prospek Pemasaran Komoditas kedele, AgroEkonomika No. l


Tahun XXIX. Hal 61-72.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-kalbar/baca-artikel/13347/Strategi-Membangun-
Indonesia-Maju.html

https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/01/17/1929/persentase-penduduk-miskin-
september-2021-turun-menjadi-9-71-persen.html

https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/07/15/1930/persentase-penduduk-miskin-maret-
2022-turun-menjadi-9-54-
persen.html#:~:text=Jumlah%20penduduk%20miskin%20pada%20Maret,50%20persen%20pada
%20Maret%202022.

14

Anda mungkin juga menyukai