Hematuria adalah kondisi ketika seseorang mengalami kencing berdarah.
Meski umumnya tidak berbahaya, kondisi ini dapat menjadi tanda penyakit
yang serius, seperti infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, hingga kanker
prostat.
Darah di dalam urine akan mengubah warna urine menjadi kemerahan atau sedikit
kecokelatan. Urine yang normal seharusnya tidak mengandung darah sedikit pun,
kecuali pada wanita yang sedang menstruasi.
Penyebab Hematuria
Normalnya, ginjal menyaring cairan dalam tubuh untuk mencegah kebocoran darah
atau protein ke dalam urine. Akan tetapi, pada hematuria terjadi kebocoran di salah
satu saluran kemih, bisa ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra, sehingga darah
bocor ke dalam urine.
Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, yaitu:
Perlu diingat bahwa urine yang berubah warna menjadi kemerahan atau kecokelatan
tidak selalu berarti kencing berdarah. Perubahan warna urine dapat terjadi karena
konsumsi buah-buahan dan obat-obatan tertentu, atau akibat menstruasi pada wanita.
Faktor risiko hematuria
Seseorang lebih berisiko terserang hematuria, jika ia menderita penyakit yang dapat
menyebabkan hematuria. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
hematuria adalah:
Merokok
Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri
Terpapar bahan kimia tertentu
Terpapar radiasi
Berusia di atas 50 tahun, terutama pada pria
Berolahraga terlalu berat, seperti berlari maraton
Memiliki keluarga yang menderita hematuria
Gejala Hematuria
Hematuria ditandai dengan perubahan warna urine menjadi merah muda, kemerahan,
atau kecokelatan. Namun, jika jumlah darah yang masuk ke urine tidak banyak, warna
urine mungkin tidak berubah.
Tergantung pada penyebabnya, hematuria dapat disertai gejala lain, yaitu:
Diagnosis Hematuria
Untuk mendiagnosis hematuria, dokter akan melakukan tanya jawab seputar penyakit
yang pernah diderita pasien dan keluarga, serta obat-obatan yang dikonsumsi. Dokter
juga akan menanyakan warna urine, frekuensi buang air kecil, serta ada tidaknya rasa
nyeri dan gumpalan darah.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Selanjutnya,
dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, yaitu:
Tes urine
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel urine pasien untuk dianalisis di
laboratorium. Tes urine bertujuan untuk melihat ada tidaknya darah dalam urine,
dan mendeteksi kemungkinan infeksi atau kristal pembentuk batu saluran kemih.
Pemindaian
Pemindaian pada pasien hematuria bertujuan untuk memeriksa kondisi saluran
kemih. Pemindaian dapat dilakukan dengan metode MRI, CT scan, atau USG.
Sistokopi
Sistoskopi dilakukan dengan memasukkan selang berkamera melalui lubang
kencing. Tujuannya adalah untuk melihat kondisi saluran kencing dan kandung
kemih dengan lebih detail.
Pengobatan Hematuria
Penanganan hematuria adalah dengan mengobati penyebabnya. Jenis pengobatan
yang dapat dilakukan antara lain:
Tergantung pada kondisi pasien dan penyebab kencing berdarah, dokter juga dapat
melakukan terapi lain, seperti operasi.
Pasien juga akan disarankan untuk kontrol rutin ke dokter untuk memantau apakah
masih terdapat darah dalam urine setelah pengobatan dilakukan.
Komplikasi Hematuria
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hematuria tergantung pada penyebabnya. Jika
hematuria terjadi akibat infeksi ginjal, penderita dapat mengalami gagal ginjal.
Sedangkan pada hematuria yang disebabkan oleh kanker dan tidak ditangani sejak
awal, maka kanker akan makin berkembang dan sulit diatasi.
Pencegahan Hematuria
Sulit untuk mencegah hematuria karena penyebabnya beragam. Namun secara umum,
beberapa tindakan pencegahan berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari penyakit
penyebab hematuria: