Proposal
Oleh
NIM : 70200116016
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL
Naskah Proposal yang disusun oleh Ainun Nur Inayah Darwis NIM
70200116016 ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Proposal
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PEMGESAHAN..............................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
C. Rumusan Masalah........................................................................7
D. Tinjauan Pustaka..........................................................................8
E. Tujuan Penelitian.......................................................................16
F. Manfaat Penelitian.....................................................................16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2. Pengobatan ..........................................................................44
Pencegahan Penyakit...............................................................46
G. Kerangka Teori..........................................................................53
H. Kerangka Konseptual.................................................................54
BAB III METODE PENELITIAN
B. Waktu Penelitian........................................................................55
C. Pendekatan Penelitian................................................................55
D. Informan Penelitian....................................................................56
E. Sumber Data..............................................................................56
G. Instrumen Penelitian..................................................................57
I. Penarik Kesimpulan...................................................................59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................61
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lautan yang terhampar luas, bahkan lebih luas dari
perhatian terhadap laut sebagai wujud syukur atas nikmat Allah SWT.
sumber daya laut merupakan salah satu sumber rezeki yang melimpah
bagi manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al- Jasiyah
ayat 12 :
هّٰللَا
ْ َي ا ْلفُ ْل ُك فِ ْي ِه بِا َ ْم ِر ٖه َولِتَ ْبتَ ُغ ْوا ِمنْ ف
ضلِ ٖه َولَ َعلَّ ُك ْم َ س َّخ َر لَ ُك ُم ا ْلبَ ْح َر لِت َْج ِر
َ ي ْ ُ الَّ ِذ
ۚ َش ُك ُر ْون ْ َت
Terjemahannya:
merupakan hal yang sangat penting. Tanpa kesehatan yang baik, maka
koordinat 6°LU - 11°LS dan dari 97° - 141° . Luas perairan laut
sampai dengan beberapa puluh meter di bawah laut, karena biota laut
oleh masyarakat pesisir karena ikan jenis tertentu, lobster, teripang dan
hari, begitu pula dengan perilaku seorang penyelam yang tidak tepat.
dengan meniru cara menyelam peselam yang lebih tua atau yang lebih
2019).
untuk dikembangkan pada masa yang akan datang. Hal itu dapat dilihat
Harapan merupakan salah satu daerah pesisir dengan etnis bugis yang
1. Pengetahuan
2. Sikap
yang dilakukan oleh penyelam Suku Bugis baik sebelum dan saat
4. Kepercayaan
selamat
Suku Bugis.
7. Dukungan Keluarga
C. Rumusan Masalah
1. Risno bara pratama, Penelitian kuantitatif dengan Dari enam variabel yang diteliti, Untuk mencegah
ridwan amiruddin, pendekatan studi cross sectional / 5 variabel memiliki a korelasi kecelakaan kerja pada
syafruddin gaus / Variabel dependen risiko signifikan terhadap risiko penyelam tradisional, perlu
Determinants of work kecelakaan kerja sedangkan kecelakaan kerja di penyelam untuk memberikan
accidents in trade- variabel idependen pengetahuan, tradisional, yaitu pengetahuan, coaching clinic atau
tional divers in the riwayat medis, ketersediaan riwayat medis, ketersediaan penyebaran informasi
of southeast Sulawesi / menyelam,kedalaman menyelam dan kedalaman menyelam. penentu kecelakaan kerja,
International Journal of dan durasi menyelam Hanya yang variabel durasi serta pelatihan penyelaman
Science and Healthcare menyelam yang tidak yang tepat dan aman bagi
meningkatkan kesehatan
para nelayan.
2. Sri Rahayu Widyastuti, Jenis penelitian mix methode Berbagai faktor yang terbukti Perlunya di adakan
Soeharyo Hadisaputro, desain studi kasus kontrol dengan berpengaruh terhadap kualitas penyuluhan mengenai
Munasik / Faktor- pendekatan teknik purposive hidup penyelam tradisional bahaya dari menyelam serta
faktor yang sampling / Variabel dependen penderita penyakit dekompresi melakukan pemeriksaan
berpengaruh terhadap kualitas hidup penyelam adalah riwayat penyakit kesehatan kepada para
kualitas hidup tradisional penderita penyakit komorbid hipertensi, kedalaman penyelam tradisional.
3. Muhaimin Saranani Jenis penelitian kuanttatif dengan Hasil penelitian menunjukkan Pemerintah setempat untuk
Rudi Hartono pendekatan ada hubungan signifikan teknik memperhatikan penyelam
Aluddin / Faktor yang cross sectional study / Variabel kedalaman menyelam dengan agar menggunakan alat
berhubungan dengan dependen kejadian penyakit decompression sickness dengan standar dalam melakukan
sickness pada aktivitas menyelam dan lama menyelam dengan decompression sickness
2093, (2019)
4. MeylanW. Penelitian deskriptif dengan Kesimpulan dalam penelitian Kepada Pemerintah Daerah
meistvin walembuntu, dependen keluhan penderita mengalami gangguan akibat pelatihan standar
iswanto gobel / dekompresi pada penyelam penyelaman, hal tersebut penyelaman kepada para
Gambaran keluhan tradisional variabel independen diakibatkan karena penyelam Nelayan agar sehat dan
penyakit dekompresi kebiasaan menyelam, keluhan tidak mengikuti aturan serta selamat saat bekerja
pada penyelam akibat penyelaman, penyakit yang standar penyelaman yang baik
menyelenggarakan pelatihan
5. Dian rezki wijaya, andi Jenis penelitian observasional Masa kerja merupakan variabel Saran bagi nelayan perlu
zulkifli abdullah, sukri analitik dengan menggunakan yang paling berisiko terhadap untuk mengurangi durasi
palutturi / Faktor risiko rancangan case control study / kejadian penyakit dekompresi dan kedalaman menyelam.
masa kerja dan waktu Variabel dependen kejadian pada nelayan penyelam di pulau Selain itu, perlu bagi
istirahat terhadap penyakit dekompresi, sedangkan barrang lompo kota makassar nelayan penyelam untuk
kejadian penyakit variabel independen masa kerja, sehingga nelayan perlu untuk menyusun rencana
dekompresi pada cara naik ke permukaan dan mengurangi durasi dan penyelaman sebelumnya
nelayan penyelam di waktu istirahat kedalaman menyelam. Selain terkait faktor risiko penyakit
mengalami penyakit
dekompresi
6. Halena isrumanti duke, Penelitian ini merupakan Faktor yang terbukti Perlunya di adakan
suharyo hadisaputro, penelitian mix method yaitu berpengaruh terhadap kejadian penyuluhan atau
sofa chasani, anies, penggabungan penelitian secara dekompresi adalah kedalaman penyebarluasan informasi
munasik / Beberapa observasional analitik dengan menyelam, lama menyelam, dan tentang faktor risiko dan
faktor yang metode penelitian kasus kontrol anemia. Hasil indepth interview pelatihan penyelaman yang
berpengaruh terhadap (case control) ditunjang dengan responden memberikan benar dan aman bagi
kejadian penyakit penelitian kualitatif / Variabel keterangan bahwa, responden penyelam serta melakukan
dekompresi pada dependen kejadian dekompresi menyelam dalam untuk pemeriksaan kesehatan
penyelam tradisional dan variabel independen mendapatkan ikan. Responden berkala pada penyelam
7. Jusmawati, A. Arsunan Jenis penelitian observasional Hasil penelitian menunjukkan Pemerintah setempat agar
Arsin, Furqaan Naiem / analitik dengan rancangan kasus kejadian DCS lebih banyak memberikan penyuluhan
Faktor risiko kejadian kontrol yang bersifat holistik- pada usia <16 tahun atau >35 kesehatan terkait
sickness pada kejadian dekompresi sedangkan menyelam >2 kali (62,1%), masyarakat nelayan
masyarakat nelayan variabel independen usia, kedalaman menyelam >10 m peselam tradisional pulau
peselam tradisional frekuensi menyelam, lama (88,5%), lama menyelam >60 saponda.
pulau saponda / Jurnal menyelam, kedalaman menyelam, menit (69,0%), dan mempunyai
kedalaman menyelam.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa telah ada penelitian sebelumnya yang
dalam penelitian ini akan mengkaji lebih dalam tentang perilaku menyelam pada
Disamping itu, penelitian ini juga terdiri atas variabel dependen yaitu kejadian
penelitian Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
intensif, terinci dan mendalam tentang suatu peristiwa dan aktivitas yang dilakukan
nelayan mengetahui bahwa ada beberapa hal yang tidak dapat dilakukan dan
sebaiknya dikurangi karena dapat merugikan dirinya sendiri, yang dimana ini
bertujuan supaya nelayan tidak mengulangi kembali hal yang sama seperti yang
dilakukannya sebelum terkena penyakit dekompresi. Dan juga pada masyarakat yang
berprofesi sama yaitu penyelam yang belum terkena penyakit dekompresi agar
kiranya tahu dan paham sehingga penderita penyakit dekompresi suku Bugis di Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan dapat berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dekompresi
Bugis
penyakit tersebut.
terkait penyakit dekompresi pada penyelam suku Bugis. Selain itu, penelitian
mahasiswa.
Dapat menjadi sebagai salah satu bahan informasi atau referensi dalam
penyelam.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Penyelam
di dalam air dan sebutan penyelaman kering bagi kegiatan penyelaman yang
2. Jenis-jenis Penyelaman
berikut:
10 m
2) Penyelaman sedang, yaitu penyelaman dengan kedalaman < 10 m s/d
30 m
1) Penyelaman militer
2) Penyelaman komersial
3) Penyelaman Ilmiah
5) Penyelaman tradisional
masker kaca (face mask) yang menutupi mata dan hidung, serta
bernapas.
yang erat pada tubuh penyelam, aliran udara akan terhambat sehingga
3. Prosedur Penyelaman
yang lama akan meningkatkan gas nitrogen dalam jaringan tubuh, sehingga
naik yang disarankan adalah tidak melebihi 1 feet per detik, atau kira-kira 20
meter dalam 1 menit. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada
gas-gas lembam (inert) seperti nitrogen untuk keluar dari pembuluh darah
kapiler. Para penyelam biasanya naik lebih cepat, misalnya dari kedalaman
20 meter, dia bisa naik dalam 3 –5 detik saja. Cara naik yang terlalu cepat ini
udara,sehingga darah tidak dapat mengaliri bagian tubuh tertentu. Ini dapat
terjadi pada pembuluh darah ke kepala atau otak maka akan menyebabkan
oksigen.
kesemutan/kebal, dan rasa lemas. Jika gejala-gejala ini masih diabaikan juga
(Wabula, 2019 ).
air dengan alasan untuk menghindari air masuk ke hidung dan membantu
standar.
baju biasa, terkadang lengan panjang, celana panjang yang cukup ketat
c. Fin, nelayan peselam menggunakan fin atau istilah kaki katak, dengan
jenis full foot, yaitu jenis yang menutupi seluruh kaki nelayan
dalam air dapat memberikan dampak negatif jika digunakan dalam jangka
waktu yang lama. Dampak paling nyata dari penggunaan kompresor yang
tidak memiliki filter adalah adanya kerusakan paru-paru dan otak oleh
pernapasan.
berikut:
a. Gunakan sepatu karet ketika bekerja di dek kapal dan ketika menyelam
kecepatan atau diusahakan area tersebut steril dari lalu lintas kapal
meter per menitnya dan menghembuskan nafas saat naik atau tidak lebih
tidak teratasi lantaran kurangnya pengetahuan dan tenaga ahli medis dibidang
manusia.
berbagai macam gangguan. Beberapa macam gas bersifat lebih mudah larut
dalam lemak. Nitrogen misalnya, 5 kali lebih larut dalam lemak daripada
susunan saraf pusat. Mungkin wanita mempunyai resiko yang lebih besar
karena memiliki lebih banyak lemak dalam tubuhnya. Selain itu, DCS juga
penerbangan.
kedalaman tertentu air laut dan sejumlah besar nitrogen telah larut dalam
tubuh melebihi batas normal, kemudian naik ke permukaan air laut secara
baik dalam sel maupun diluar sel. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan di
setiap tempat di dalam tubuh, dari derajat ringan sampai berat tergantung
jaringan cepat, seperti darah dan otak. Sedangkan jaringan yang lambat
nitrogen dan gejala dari penyakit dekompresi. Penyelaman yang singkat dan
Fase pertama dari penyakit dekompresi disebabkan oleh kerja mekanik dari
gelembung, tetapi gejala dalam fase kedua disebabkan oleh pengaruh yang
kurangnya asupan suplai darah ke sutau organ atau jaringan) dan hipoksia
(kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan). Ini dapat menjelaskan
a. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai dengan
rasa nyeri pada persendian dan otot-otot. Gejala yang paling umum dari
marmer atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus tertentu yang
gangguan susunan saraf pusat. Emboli gas pada arteri (kondisi gumpalan
darah/gelembung gas tersangkut dalam pembuluh darah) adalah
manifestasi DCS tipe II yang paling berbahaya yang terjadi bila ada
yaitu temperatur air laut, kedalaman penyelaman, faktor penjamu yaitu usia,
a. Umur
sel-sel tubuh yang rusak atau adanya faktor risiko lainnya seperti
b. Kedalaman penyelaman
jumlah nitrogen yang masih sedikit jumlahnya dan dapat terfilter oleh
c. Lama menyelam
dalam jaringan cepat dan lambat. Penyelaman yang dalam dan cepat akan
beban nitrogen yang besar pada jaringan lambat. Penelitian lain oleh
d. Frekuensi penyelaman
dekompresi. Hal ini berkaitan dengan formulasi gas dalam jaringan darah
sehari.
e. Waktu istirahat
tergantung kedalaman.
f. Masa kerja
tahun memiliki risiko 5,4 kali lebih besar untuk menderita penyakit
tahun.
g. Alat bantu penyelaman
kesalahan-kesalahanmu)”
Dalam An-Nafahat Al-Makkiyah/Syaikh Muhammad bin
mereka, harta mereka, dan anak-anak mereka dan apa saja yang mereka
hamba-hamba-Nya.”
ulah manusia itu sendiri. Tetapi di sisi lain penyakit atau musibah itu
dapat menghapus dosa mereka. Hal itu tergantung kepada cara manusia
menyimpulkan bahwa lebih cepat diobati hasilnya akan lebih baik. Untuk
mask dan bernafas dengan oksigen 100% selama 30 menit untuk kasus
ringan dan 60 menit untuk kasus berat. Jika dalam perjalanan kepermukaan
penderita harus menghirup oksigen l00% dan udara selama 90 menit, jika
tinggi (RUBT/chamber).
1. Pengetahuan
terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dimana sebagian besar
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
orang itu harus dapat menginprestasikan secara benar tentang objek yang
c. Aplikasi (application)
diketahui tersebut pada situasi yang lain atau kondisi yang sebenarnya.
penelitian.
d. Analisis (analysis)
yang terdapat dalam sebuah masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
1. Pengertian Sikap
2. Komponen Sikap
kontroversial.
sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Dan berisi tendensi atau
cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis
3. Tingkatan sikap
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti
Menurut Wawan & Dewi dalam Pitra (2017) bahwa faktor-faktor yang
a. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pemebentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
c. Pengaruh kebudayaan
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
Penyakit
1. Perilaku pencegahan
a. Tingkat pencegahan
Pathogenesis Phase.
1) Prepathogenesis Phase
Pada tahap ini dapat dilakukan melalui kegiatan primary
berada dalam stage of optimum health tidak jatuh kedalam stage yang
2) Pathogenesis phase
Pada tahap pathogenesis dapat dilakukan dua kegiatan
pencegahan yaitu :
kelompok kegiatan :
lain.
secara dini dan pengobatan tepat atau “early diagnosis and prompt
penyakit.
sendiri).
terhadap berbagai perwujudan yang berada di luar jangkauan akal dan pikiran
dengan pengobatan yang dimana hal tersebut telah dilakukan dari nenek
manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
heterogen, karena corak masyarakat yang multi etnis, agama, kepercayaan, dan
lain sebagainya. Tradisi yang dilahirkan oleh manusia merupakan adat istiadat,
aturan yang berkaitan. Dan juga tradisi yang ada dalam suatu komunitas
merupakan hasil turun temurun dari leluhur atau dari nenek moyang (Darwis,
2018).
hal-hal yang berhubungan dengan mistik dan ghaib, sehingga masyarakat desa
masih mempercayai adanya kekuatan mistik yang berasal dari alam (Hakim et
al., 2016).
oleh masyarakat baik dalam persiapan penangkapan ikan, acara syukuran atas
pengetahuan yang telah dimiliki untuk diwariskan dari satu generasi ke generasi
hutan atau dilaut, sampai kepada bentuk persembahan yang lebih kompleks di
1. Suku Bugis
Selatan yang kini telah menyebar luas keseluruh nusantara. Pola hidup orang
dan peradaban suku Bugis, merantau dipandang sebagai bagian dari falsafah
hidup. Mengarungi laut untuk sekedar berlayar adalah hal lumrah bagi
mereka. Orang Bugis yang merantau tidak bisa jauh dari laut dan bahkan
setiap perkampungan orang Bugis tidak pernah jauh dari laut atau pesisir.
“Manusia Bugis sejak dulu dikenal dengan suku bangsa yang suka merantau
Bugis tidak sekadar pola hidup yang dilakoni tetapi telah menjadi semacam
masyarakat Bugis. Perahu Pinisi telah memberikan efek luar biasa bagi
luar biasa. Perahu ini dicipta berdasarkan nilai - nilai seni tinggi dan budaya
merupakan salah satu bagian dari tradisi kecil (little tradition) yang hidup
aktivitas melaut (mencari ikan di laut), dan sistem religi tersebut dijadikan
membawa hasil ikan yang melimpah dari laut. Upacara Mappanretasi ini
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena selamat setelah dari melaut
(Kumalasari, 2017).
1. Pengobatan
penyakit. Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi
non medis (tradisional) yang berasal dari aneka warna kebudayaan manusia.
medis/kedokter.
penyakit secara tradisional dipanggil sandro, yang juga berarti dukun. Bruce
Kapferer dalam (Syuhudi et al., 2013) mengatakan, kepercayaan kepada
dukun dan praktik perdukunan merupakan local beliefs yang tertanam dalam
penggunaan doa-doa atau bacaan-bacaan, air putih yang diisi rapalan doa-
yang dilakukan secara tradisional karena berasal dari nenek moyang atau
merupakan salah satu bentuk pemasalahan yang harus ditangani baik oleh
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
hak yang sama untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan yang aman,
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
dan upaya kesehatan perorangan secara terpadu dan saling mendukung guna
Daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta
memanfaatkan teknologi.
Menurut Winardi dalam Lumban dkk (2019) mutu pelayanan kesehatan
sifatnya lebih luas daripada bidang klinik, bersifat preventif, promitif, dan
satu perhatian utama dibidang kesehatan yang bertujuan agar semua lapisan
1. Pengertian
diperlukan.
a. Dukungan Instrumental
b. Dukungan Informasional
dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan
c. Dukungan Emosional
bersabda:
Mustadroknya).
diri melakukan amal saleh sedari muda sebab kebiasaan saat muda
kesempatan lain bahwa sehat dan waktu adalah dua nikmat yang
waktu malam sebab di siang hari ia akan sibuk mencari rejeki yang
dijanjikan Allah. Hal ini mengacu pada sabda Nabi bahwa “Malam
dengan tidurmu dan siang itu terang jangan kau gelapkan dengan
dosa-dosamu”
4. Keempat kaya sebelum miskin. Jika Allah memberikan karunia
Berbagilah karena dalam harta yang kau miliki terdapat hak orang
5. Kelima hidup sebelum mati. Setiap yang hidup pasti akan mati,
hanyalah sia-sia.
J. Kerangka Teori
Predisnpossing Factors
Pengetahuan
Keyakinan
Nilai
Sikap
Kepercayaan
Enabling Factors
Ketersediaan SDM kesehatan
Keterjangkauan sarana
kesehatan
Perilaku Menyelam
Komitmen masyarakat
terhadap kesehatan
Keterampilan yang berkaitan
dengan pencegahan penyakit
Reinforcing Factors
Keluarga
Teman kerja
Atasan
Petugas kesehatan
Sumber: Teori Lawrence Green (2002)
K. Kerangka Konseptual
Sikap
Sebelum menyelam
saat menyelam
setelah menyelam
Keterampilan yang
berkaitan dengan
penecagahan penyakit Kejadian
Dekompresi
Penyelam Suku
Kepercayaan Bugis
Ketersediaan SDM
Keterjangkauan sarana
kesehatan
Dukungan Keluarga
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan
mendatail dan dalam dari sebuah perilaku penyelam tardisional, selain itu
2. Lokasi Penelitian
B. Waktu Penelitian
C. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu studi kasus atau Case Study. Studi
kasus sendiri merupakan salah satu tipe dalam penelitian ini yang bertujuan
untuk mencari atau mendalami suatu cerita atau pengalaman dari subjek terkait
suatu hal yang ingin diketahui dan ditentukan sebelumnya melalui metode
wawancara dan/observasi.
Peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang
aktual (real life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah
lewat. Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari
kasus yang diteliti, tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang
mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data
dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam
D. Informan Peneliti
informan kunci, yaitu penyelam penderita dekompresi dan penyelam yang tidak
E. Sumber Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data-data yang di peroleh dari internet dengan
pelengkap atau referensi seperti, jurnal, website, skripsi, karya tulis ilmiah.
1. Wawancara Mendalam
2. Dokumentasi
melalui catatan peristiwa yang sudah terjadi, dapat berupa tulisan, gambar,
guide tersebut harus dikenal oleh masyarakat setempat dan memiliki sikap
sopan santun.
G. Instrument Penelitian
dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat perekam yang
buku kecil, alat tulis, dan kamera sebagai pelengkap penelitian dalam
mendapatkan data yang penting menjadi sebuah informasi. Teknik analisis data
mempunyai tahap yang harus dilakukan setelah proses pengumpulan data untuk
data pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data
lebih fokus.
2. Penyajian data yaitu berupa teks naratif dalam bentuk uraian, bagan,
hubungan antar variabel dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan menyajikan
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data yaitu tahap ketiga dalam proses
antara informan yang satu dengan yang lain, untuk melihat kolerasi
pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, dan
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel (dapat
dipercaya).
Afandi, I.N., 2016. (Self Culture) Pemaknaan Self Pada Orang Bugis-Makassar 8.
Arsin, A.A., Naiem, F., 2016. Faktor Risiko Kejadian Decompression Sickness Pada
Aziz, A., 2010. Studi Kasus Sindroma Caisson Pada Penyelam Kompressor Di Pulau
Badan Pusat Statistik, 2019. Kecamatan Pulau Sembilan Dalam Angka 2019 62.
Darwis, R., 2018. Tradisi Ngaruwat Bumi Dalam Kehidupan Masyarakat (Studi
75. https://doi.org/10.15575/rjsalb.v2i1.2361
Ekasari, Dewi. 2008. Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di
Embuai, Y., Denny, H., Setyaningsih, Y., 2020. Analisis Faktor Individu, Pekerjaan
Hadisaputro, S., Adi, M.S., 2017. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kabupaten Banyuwangi 9.
Hakim, L., Suhartini, E., Mulyono, J., 2013. Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi
Hidayah, A., 2017. Gangguan Faal Paru Pada Nelayan Penyelam Yang
Kabupaten Jember.
Pitra, I.A., 2017. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Lansia Terhadap
Bulukumba
Kawuriansari, R., Fajarsari, D., Mulidah, S., 2010. Studi Efektivitas Leaflet Terhadap
Kumalasari, S.T., 2017. Fishing (Study Cultural Values And Etnoteknology Bugis
Linggayani, N., Ramadhian, M., 2017. Penyakit Caisson Pada Penyelam pdf, n.d.
https://doi.org/10.21776/ub.jiat.2015.001.02.11
Minarni, L., Sudagijono, J., Surabaya., U., 2015. Dukungan Keluarga Terhadap
Perilaku Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Yang Sedang Rawat Jalan 3.
Nura, F.L., 2017. Identifikasi Tanda Dan Gejala Penyakit Dekompresi Pada
Konawe 94.
Prasetyo, A.T., Soemantri, J.B., Lukmantya, L., 2012. Pengaruh Kedalaman Dan
https://doi.org/10.32637/orli.v42i2.21
Putri, A., 2017. Kesiapan Sumber Daya Manusia Kesehatan Dalam Menghadapi
Rahmat, A., 2019. Studi Implementasi Kawasan Tanpa Rokok Di UIN Alauddin
Makassar.
Ryan Suryadi Putra, dkk. 2017. Pengelolaan Keselamatan Kerja Nelayan di PPI
Saranani, M., Hartono, R., 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Sugiarto, E., 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis.
Sulistiyono, 2015. Studi Kualitatif Deskriptif Perilaku Konsumen Rilisan Fisik Vynil
Di Yogyakarta 145.
Syuhudi, M.I., Sani, M.Y., Said, M.B., 2013. Etnografi Dukun: Studi Antropologi
Tang, B., Asmidar., 2019. Kajian Mina Wisata Sebagai Alternatif Wisata Bahari Di
Tunny, I., Sely, M., Sabha, F., 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
2017 14.
Wijaya, D.R., Abdullah, A.Z., Palutturi, S., 2018. Faktor Risiko Masa Kerja Dan