Anda di halaman 1dari 15

KONSELING SUFISTIK

“KONSELING SUFISTIK ; DEFINISI, URGENSI, DASAR-DASAR ,METODE,


MATERI, TEKNIK DAN PENDEKATAN”

Kelompok 1 :

RISKA PEBRIYANTI
2020305021

Dosen pengampu

Dr.ALFI JULIZUN AZWAR, M.Ag

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERIRADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGHANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kemudahan kepada saya untuk dapat mengerjakan tugas dengan mata kuliah
konseling sufistik yang berjudul “Konseling sufistik ; Definisi, urgensi, dasar-
dasar methode,materi, teknik dan pendekatan ”
Makalah yang saya buat ini tentu masih banyak kekurangan, oleh karena
itu saya mohon maaf dan mengharapkan saran dan masukan yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang , 27 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..

1.3 Tujuan………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..

2.1 Pengertian konseling sufistik……………………………………………….

2.2 Urgensi konseling sufistik………………………………………………….

2.3 Dasar-Dasar Konseling Sufistik…………………………………………….

2.4 Metode dan Materi Konseling Sufistik……………………………………..

2.5 Teknik dan Pendekatan Konseling sufistik………………………………...

BAB III PENUTUP……………………………………………………………...

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….

3.2 Saran dan Kritik……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Konseling merupakan suatu layanan profesional yang dilakukan oleh konselor terlatih
terhadap klien/konseli. Layanan konseling dilakukan secara tatap muka dan direncanakan
untuk membantu orang lain dalam memahami dirinya, membuat keputusan dan
memecahkan masalah. Oleh karena itu, keberhasilan konseling sebagian besar ditentukan
oleh kualitas hubungan konseling (konselor dan konseli). Bimbingan konseling yang
dilakukan di sekolah merupakan salah satu cara lembaga pendidikan untuk membantu
siswa memahami identitas diri yang dimiliki. Anjuran menangis mempunyai banyak
hikmah, diantaranya bahwa menangis dapat menyehatkan dan mampu mengembalikan
kesadaran remaja yang terjerumus pada kenakalan remaja. Dalam fase remaja, anak berada
pada fase mencari jati dirinya. Masa perkembangan ini cenderung remaja bergaul dengan
teman sebaya nya. Menurut mereka, teman orang terdekat yang mereka miliki untuk
membantu menemukan identitas dirinya. Disinilah sekolah untuk mengarahkan remaja
melalui bimbingan konseling.

Ajaran islam yang terdapa dalam Al-Quran, Hadis, dan praktik hidup NabiMuhammad
SAW, kemudian di fromulasikan oleh ulama kedalam ilmu tasawuf adalah nilai mulia
yang efektif untuk di kontribusikan bagi pengembangan konseling berwawasan islam
Pengembangan konsepsi tasawuf dalam kaitannya dengan konseling yang berwawasan
islam dapat di elaborasi dari beberapa konsep kunci dalam tasawuf, seperti takhalli, tahalli,
tajalli, zikir, tarekat, suluk, dan praktik kehidupan sufistik yang sudah membumi dalam
pengalaman umat islam sepanjang sejarahnya. Hubungan tasawuf dengan konseling dapat
terjadi begitu nyata dan konkret utamanya dalam bentuk penyesuian diri secara efekif
terhadap diri sendiri dan lingkungan, sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya
dengan menerapkan ajaran-ajaram agama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu konseling sufistik?
2. Apa itu urgensi konseling sufistik?
3. Apa saja metode dan materi konseling sufistik?
4. Bagaimana teknik dan pendekatan konseling sufistik

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu konseling
2. Untuk mengetahui urgensi konseling sufistik
3. Untuk mengetahui bagaimana metode dan teknik konseling sufistik
4. Untuk mengetahui seperti apa materi dan pendekatan konseling sufistik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pegertian Konseling Sufistik


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah “sufistik” diartikan sebagai bersifat
atau beraliran sufi, berkaitan dengan ilmu tasawuf, diartikan sebagai hal-hal yang
berkenaan dengan sufi, sedang istilah “sufi” diartikan sebagai ahli ilmu tasawuf. Sedang
istilah “tasawuf ” diartikan sebagai ajaran (cara dan sebagainya) untuk mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah hingga memperoleh hubungan langsung secara sadar
dengan-Nya.
Tasawuf disebut pula sufi didefinisikan sebagai orang yang suci hatinya
menghadap Allah SWT, orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan renungan,
dan putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah. Konseling adalah suatu
seni yang digunakan dalam usaha untuk merubah tingkah laku seseorang secara
konstruktif . Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan, bukan aspek
intelektualnya .
Konseling sufistik diartikan sebagai upaya keilmuan dan ikhtiar pemikiran untuk
mendasari pemahaman bahwa tasawuf memiliki titik singgung yang kuat dengan
konseling yang berasal dari ilmu psikologi. Dasar pemikiran yang digunakan adalah
ilmu, sikap, amal, dan sikap hidup sufistik yang dapat menangani emosi, situasi mental,
dan gangguan kejiwaan sehingga berdampak positif serta mendatangkan kebahagiaan-
kebahagiaan hidup. Hubungan konsep tasawuf dengan konseling, misalya konsep
takhalli, dapat dijadikan materi dan pendekatan dalam konseling, seperti sabar yang
berarti menahan maksudnya adalah menahan diri dari keluh kesah dalam kehidupan

5
sehari-hari dan sewaktu menghadapi musibah. Dalam kerangka berpikir menyesuaikan
terma-terma tasawuf dengan konseling yang dikembangkan konseling sufistik
Menurut M. Hasyim Syamhudi, tasawuf memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1) kepasrahan dan kepatuhan kepada agama
2) Menggunakan nalar spekulatif
3) Patuh pada Imam
4) Kadang menyalahi tradisi kemanusiaan .
Prinsip konseling sufistik adalah bicara dari hati ke hati dan konselor mampu
menemukan titik permasalah yang dihadapi konseli dan menetapkan solusinya. Pada
dialog di atas, diperoleh gambaran bahwa konseli mengalami kesulitan dalam membuat
karya ilmiah, sehingga karena waktu yang tidak memungkinkan, dan tugas harus segera
dikumpulkan, ia melakukan perbuatan negatif. Titik permasalahannya adalah belum
bisa menulis makalah, maka konselor harus bisa memberikan solusi atas permasalahan
tersebut secara fisik/konkrit. Selain itu, konselor juga harus menindaklanjutinya dengan
praktek spiritual, setelah hati (ranah emosional disentuh).
Dari beberapa pengertian tasawuf dan sufi di atas selanjutnya dirumuskan
pengertian “Bimbingan dan konseling sufistik sebagai upaya membantu individu
mengembangkan “potensi” yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya dan atau
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya mendasarkan pada ajaran Islam
dengan meneladani kehidupan kaum sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah, agar
bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang ‘alim dan saleh , dan pada akhirnya
bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Dari rumusan pengertian di atas bisa difahami, bahwa inti bimbingan dan konseling
sufistik adalah
1) Hakekat bimbingan adalah upaya pemberian bantuan kepada individu oleh konselor
kepada individu yang membutuhkan dengan ikhlas dan hanya mengharap ridlo Allah
SWT semata. Dikatakan bantuan karena pada dasarnya individu sendiri yang harus aktif
“memahami” dan “mentaati” aturan Allah SWT dalam kehidupan sehari-sehari.
2) Fokus pemberian bantuan itu adalah; Pertama; untuk mengembangkan potensi
(jasmani, rohani, nafs, dan iman) yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia
(developmental guidance). Kedua; penyelesaian masalah yang sedang dihadapi
individu agar bisa hidup tenang, dan terhindar dari penyelesaian masalah yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam.

6
3) Cara membimbing adalah dengan mendasarkan pada ajaran Islam, dengan
meneladani kehidupan kaum sufi yaitu dengan cara (a) mengokohkan iman yang
tercermin dalam ketaatan terhadap aturan Allah dan menjauhi syirik, (b) mengenalkan
syari’at Islam yang tercantun dalam al-Quran dan hadits, (c) memperbaiki amal yang
tercermin dalam perilaku berakhlaq mulia, (d) mensucikan niat yaitu mengikhlaskan
semua amal hanya untuk Allah SWT

2.2 Urgensi Konseling Sufistik


Sebagai upaya membantu individu mengembangkan “potensi” yang dikaruniakan
Allah SWT kepadanya dan atau menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya
mendasarkan pada ajaran agama Islam dengan meneladani kehidupan kaum sufi dalam
mendekatkan diri kepada Allah, agar bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang ‘alim dan saleh , dan pada akhirnya bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat. Sehat
mental secara umum dapat diartikan sebagai kondisi mental yang tumbuh dan didasari
motivasi yang kuat ingin meraih kualitas diri yang lebih baik, baik dalam kehidupan
keluarga, kehidupan kerja/profesi, maupun sisi kehidupan lainnya.

Atas dasar pandangan-pandangan tersebut dapat diajukan beberapa kesehatan


mental, tau kondisi jiwa sehat secara operasional, yaitu: 1) bebas dari gangguan dan
penyakit jiwaan, 2) mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan
antar pribadi yang bermanfaat dan menyenangkan, 3) mengembangkan potensi-potensi
pribadi (bakat, kemampuan, sikap), 4) beriman dan bertakwa kepada allah swt, dan
berupaya menerapkan ajaran agama dalam keseharian.

Istilah optimal dan wajar mengisyaratkan betapa sulitnya menemukan sosok


manusia yang mencapai tingkat kesehatan mental yang sempurna. Bisa juga digunakan,
manusia berusaha mencapai kesehatan mental menuju kesempurnaan, bahkan yang
lazim ditemukan, orang-orang yang mencapai tingkat kesehatan mental yang wajar.
Sedangkan pribadi sehat adalah pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya
dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial. Al-Quran di samping
menerangkan pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu mengatur diri dalam
hubungannya terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial juga menerangkan
pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah swt. Pribadi sehat
menurut Islam ialah kepribadian yang berimbang antara tubuh maupun roh.
Kepribadian sehat adalah yang memperhatikan tubuh, kesehatan tubuh, dan kekuatan

7
tubuh serta memuaskan kebutuhan-kebutuhannya dalam batas-batas yang telah
digariskan syariat.

2.3 Dasar-Dasar Konseling Sufistik

Dasar-dasar nilai kehidupan agar bisa bertindak secara efektif, baik dan tenang
dengan menjadikan agama islam untuk bimbingan dan nasehat. agama islam juga
mengajarkan agar manusia selalu dijalan ilahi dan semua pihak yang harus terlibat,
dibimbing dan menasehati untuk menemukan jalan kebenaran. Jika merujuk kepada
ayat-ayat yang ada didalam Alquran, sebenarnya sangat banyak sekali ayat yang
mengisyaratkan pelaksanaan konseling. Oleh karenanya, Alquran merupakan refrensi
wajib ketika hendak menggali lebih dalam lagi mengenai konseling Islami. Karena
itulah, pemahaman terhadap cabang-cabang ilmu lainnya merupakan hal cukup
penting. Al-qur’an mendidik umat manusia yang mengharuskan adanya bimbingan dan
konseling dalam mengarahkan dan menasehati yaitu:
• Maka jangan sekali-kali membiarkan kehidupan dunia ini memperdayakan kamu.
(Q.S Fatir: 5)

ِ ‫ّٰللا َح ٌّق فَ ََل تَغُ َّرنَّ ُك ُم ْال َح ٰيوة ُ الدُّ ْن َي ۗا َو ََل َيغُ َّرنَّ ُك ْم ِب ه‬
‫اّٰلل ْالغ َُر ْو ُر‬ ُ َّ‫ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الن‬
ِ ‫اس ا َِّن َو ْع َد ه‬
‘’Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan
kamu tentang Allah.’’ (Q.S Fatir: 5)

• Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.


(Al-Baqarah: 286)
ۚ ‫طأْنَا‬
َ ‫اخ ْذنَا ٰٓ ا ِْن نَّ ِس ْينَا ٰٓ اَ ْو اَ ْخ‬
ِ ‫ت ۗ َربَّنَا ََل ت ُ َؤ‬ َ َ‫علَ ْي َها َما ا ْكت‬
ْ َ‫سب‬ َ ‫سا ا ََِّل ُو ْسعَ َها ۗ لَ َها َما َك‬
ْ َ‫سب‬
َ ‫ت َو‬ ً ‫ّٰللاُ نَ ْف‬
‫ف ه‬ ُ ‫ََل يُك َِل‬
َ ‫علَى الَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِلنَا ۚ َربَّنَا َو ََل ت ُ َح ِم ْلنَا َما ََل‬
‫طاقَةَ لَنَا بِ ۚه‬ َ ٗ‫ص ًرا َك َما َح َم ْلتَه‬ ْ ِ‫علَ ْينَا ٰٓ ا‬
َ ‫َربَّنَا َو ََل تَحْ ِم ْل‬
ࣖ َ‫علَى ْالقَ ْو ِم ْال ٰك ِف ِريْن‬ َ ‫ص ْرنَا‬ُ ‫ار َح ْمنَا ۗ اَ ْنتَ َم ْو ٰلىنَا فَا ْن‬
ْ ‫عنَّ ۗا َوا ْغ ِف ْر لَن َۗا َو‬
َ ‫ْف‬
ُ ‫َواع‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia
mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan

8
rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-
orang kafir.” (Al-Baqarah: 286)

• Surat Yusuf ayat 87, Larangan Berputus Asa

ُ َٔ‫ّللا اِنه َل َي ۡايــ‬


‫س‬ ِ ‫س ۡوا ِم ۡن ر ۡو‬
ِؕ ٰ ‫ح‬ ُ َٔ‫ف َوا َ ِخ ۡي ِه َو َل ت َۡايــ‬
َ ‫س‬ ُ ‫ي َب ِنى ۡاذ َهب ُۡوا فَتَ َحس‬
ُ ‫س ۡوا ِم ۡن ي ُّۡو‬
َ‫ّللا اِل ۡالقَ ۡو ُم ۡالك ِف ُر ۡون‬
ِٰ ‫ح‬ ِ ‫" ِم ۡن ر ۡو‬
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa
dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." (QS. Yusuf: 87).

Makna:
Dalam ayat ini, manusia yang beriman harus optimistis dan tidak boleh berputus asa
dalam berusaha. Sebab, Rahmat Allah sangat luas.

2.4 Metode Dan Materi Konseling Sufistik


A. Metode Konseling sufistik
Pada dasarnya Bimbingan Konseling Sufistik atau yang sering kita sebut
Bimbingan Konseling Islam bukanlah merupakan suatu hal yang baru, tetapi
lahirnya bimbingan konseling sufistik bersamaan dengan diturunkannya ajaran
Islam kepada Nabi Muhammad SAW.
• Metode Individual
layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik atau
konseli mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan
guru pembimbing dalam rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang
di derita konseli. Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan
dan konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual berarti akan
mudah menjalankan proses konseling yang lain.
• Metode Kelompok
Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling dengan
memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberikan umpan balik, dan
pengalaman belajar. hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik diskusi
kelompok dimana konseli mendapatkan kesempatan untuk memecahkan
masalah bersama-sama.

9
• Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai teknik dalam memecahkan masalah dengan melalui
kegiatan bermain peran. dala kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung
situasi masalah yang dihadapinya.
• Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan teknik memecahkan masalah social, maka psikodrama
adalah untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. bagi
murid yang mengalami ketegangan , permainan dalam peranan itu dapat mengurangi
ketengangannya.

B. Materi Konseling Sufistik

• Penyucian Jiwa
Bimbingan, nasehat dan pembinaan yang dapat digunakan dalam konseling islami
sebagimana disebutkan ayat al-qur’an. Jiwa yang buruk tersebut perlu adanya
penyucian jiwa (tazkiyatun nafs), agar jiwa kita bisa tenang dan selalu menjalankan
perbuatan terpuji. Shalat merupakan salah satu cara untuk penyucian jiwa, karena shalat
yang dilakukan secara khusyuk, dan benar menurut syariat islam akan menimbulkan
jiwa yang tenang dan tidak dikuasai oleh hawa nafsu sehingga manusia berperilaku
dengan akhlak terpuji. Allah Ta’ala menjelaskan hal ini dalam banyak ayat Al Qur-an,
di antaranya firman Allah Ta’ala,

َ‫َاب َو ْال ِح ْك َمة‬


َ ‫علَ ْي ُك ْم آ َيا ِتنَا َويُزَ ِكي ُك ْم َويُ َع ِل ُم ُك ُم ْال ِكت‬ ُ ‫س ْلنَا فِي ُك ْم َر‬
َ ‫سولا ِم ْن ُك ْم َي ْتلُو‬ َ ‫َك َما أ َ ْر‬
َ‫َويُعَ ِل ُم ُك ْم َما لَ ْم تَ ُكونُوا تَ ْعلَ ُمون‬
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, dan menyucikan(diri)mu, dan mengajarkan
kepadamu Al kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan
kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs Al Baqarah: 151)

• Meluruskan Tujuan Hidup


Bimbingan dan koseling sufistik pada dasarnya bertujuan untuk membantu klien,
yaitu orang yang ingin dibimbing dan mencapai kebahagiaan hidup yang diinginkan
setiap umat muslim.

10
‫ار‬ َ ‫س َنةً َّوقِنَا‬
َ َ ‫عذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬ ٰ ْ ‫س َنةً َّوفِى‬
َ ‫اَل ِخ َرةِ َح‬ َ ‫َو ِم ْن ُه ْم َّم ْن َّيقُ ْو ُل َر َّب َنا ٰٓ ٰا ِتنَا فِى الدُّ ْن َيا َح‬
“ Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka” (QS. Al-Baqarah
Ayat 201)

• Memperkuat Nilai-Nilai Keikhlasan


Suasana kewajiban yang mencerminkan motivasi bathin kearah beribadah kepada
Allah dan kearah membersihkan hati dari kecenderungan untuk melakukan
perbuatan yang tidak menuju kepada Allah. Dengan satu pengertian, ikhlas berarti
ketulusan niat untuk berbuat hanya karena Allah.

‫صا لَهُ الدِينَ * َوأ ُ ِم ْرتُ ِِل َ ْن أ َ ُكونَ أَو َل ْال ُم ْس ِل ِمينَ *قُ ْل‬
‫قُ ْل إِ ِني أ ُ ِم ْرتُ أ َ ْن أ َ ْعبُدَ ّللاَ ُم ْخ ِل ا‬
‫ع ِظيم *قُ ِل ّللاَ أ َ ْعبُدُ ُم ْخ ِل ا‬
‫صا لَهُ دِي ِني‬ َ ‫اب َي ْوم‬ َ َ ‫عذ‬
َ ‫صيْتُ َر ِبي‬ َ ‫ع‬ َ ‫َاف إِ ْن‬ ُ ‫إِ ِني أَخ‬
Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan penuh
keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama. (11) Dan aku diperintahkan agar
menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” (12) Katakanlah, “Sesungguhnya
aku takut akan azab yang akan ditimpakan pada hari yang besar jika aku durhaka
kepada Tuhanku.” (13) Katakanlah, “Hanya kepada Allah aku menyembah dengan

penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku.” (Az-Zumar: 11-14)

• Memahami dan Mengisi Makna Hidup


Agama islam menginginkan keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian
dalam segala segi. dengan kata lain islam menginginkan manusia berlaku adil terhadap
haknya untuk dirinya sendiri, hak untuk orang lain, hak alam semesta dan juga hak
tuhan. salah satu hadis juga menyiratkan keharusan adanya keseimbangan dan
keharmonisan yaitu “sebaiknya-baik perkara itu yang tengah-tengah”. Pertama , kisah
alquran selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti
peristiwanya dan merenungkan maknanya. selanjutnya makna itu akan menimbulkan
kesan dalam pembaca atau pendengar tersebut. kedua, kisah al-quran dapat menyentuh
hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh
sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan kisah
itu,seolah-olah dia sendiri yang menjadi tokohnya. ketiga, kisah al-quran mendidik
perasaan keimanan dengan cara 1) membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf,

11
rida,dan cinta. 2) mengarahkan seluruh perasaaan sehingga bertumpu pada suatu
puncak yaitu kesimpulan kisah, dan 3) melibatkan pembaca atau mendengar ke dalam
kisah tersebut, sehinga ia terlibat secara emosional.

2.5 Teknik Dan Pendekatan Konseling Sufistik


A. Teknik Konseling Sufistik
• Pertama, takhalli, yaitu proses bersih-bersih diri dengan mengosongkan sifat-
sifat buruk atau tercela yang ada dalam jiwa kita. Takhalli merupakan proses
awal yang harus dilakukan agar jiwa kondusif untuk perubahan dan perbaikan.

• Kedua, tahalli, yang secara harfiah bermakna berhias atau bersolek


(mempercantik diri). Setelah jiwa kondusif untuk pertumbuhan, perawatan jiwa
selanjutnya dilakukan dengan tahalli, yaitu suatu proses menanamkan sifat-sifat
baik dan mulia ke dalam jiwa. Dengan tahalli, manusia berusaha menghiasi diri
dengan kualitas-kualitas moral atau keluhuran budi pekerti.
• Ketiga, tajalli yang tak lain adalah performa kesempurnaan (takwa). Tajalli
menunjuk pada orang yang mampu menyerap potensi-potensi kebaikan
(ilahiyah) dan mengaktualisasikannya secara sempurna, sehingga ia menjadi
manusia paripurna (insan kamil) seperti tampak pada diri nabi-nabi, terutama
Nabi Muhammad SAW.

B . Pendekatan Konseling Sufistik


Pendekatan bimbingan dan konseling di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat namun dalam perkembangannya belum sepenuhnya mengarah kepada
tujuan bimbingan dan konseling islami. Faktor utama yang menyebabkan kondisi ini
terjadi adalah karena pandangan tentang konseling sufistik yang terlalu sempit.
Beberapa ahli membatasi konseling sufistik sebagai pendekatan yang menggunakan
alQuran dan hadits secara langsung, pendekatan melalui ritual ibadah secara
langsung seperti melalui shalat, dzikir, puasa dll. Pandangan ini memang memiliki
andil yang besar dalam upaya membantu konseli menghadapi berbagai masalah
hidupnya. Namun tidak sedikit pula masalah psikologis konseli yang belum terjawab
melalui pendekatan tersebut. Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas
muslim menjadi ironis ketika pendekatan konseling yang sejalan dengan tujuan

12
pendidikan Islam masih langka. Dibutuhkan upaya bersama yang sistematis dan
berkesinambungan dari berbagai pihak dalam melakukan evaluasi dan
pengembangan bimbingan dan konseling baik pada aspek program layanan
bimbingan dan konseling pada berbagai lingkungan pendidikan (rumah, sekolah, dan
masyarakat), media layanan bimbingan dan konseling yang efektif pada berbagai
fase perkembangan, dan pendekatan-pendekatan konseling (konsep dan praktik yang
belum islam)

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai upaya membantu individu mengembangkan “potensi” yang dikaruniakan


Allah SWT kepadanya dan atau menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya
mendasarkan pada ajaran Islam dengan meneladani kehidupan kaum sufi dalam
mendekatkan diri kepada Allah, agar bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang ‘alim dan saleh , dan pada akhirnya bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Urgensi Konseling Sufistik Sebagai upaya membantu individu mengembangkan
“potensi” yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya dan atau menyelesaikan berbagai
masalah yang dihadapinya mendasarkan pada ajaran agama Islam dengan meneladani
kehidupan kaum sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah, agar bisa tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang ‘alim dan saleh , dan pada akhirnya bisa hidup
bahagia di dunia dan akhirat. Dibutuhkan upaya bersama yang sistematis dan
berkesinambungan dari berbagai pihak dalam melakukan evaluasi dan pengembangan
bimbingan dan konseling baik pada aspek program layanan bimbingan dan konseling
pada berbagai lingkungan pendidikan (rumah, sekolah, dan masyarakat), media
layanan bimbingan dan konseling yang efektif pada berbagai fase perkembangan, dan
pendekatan-pendekatan konseling (konsep dan praktik yang belum islam

3.2 Kritik dan Saran

Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah menyadari masih banyak


terdapat kelemahan atau kekurangan. untuk itu, pemakalah sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca makalah ini guna untuk
menyempurnakan makalah ini dikemudian hari. saya selaku penulis
makalah mengucapkan terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Luddin, Abu Bakkar M. Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktek


(Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2010).

Syamhudi, M. Hasyim. Akhlak Tasawuf dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam


(Malang: Madani Media, 2015).

Abu Bakkar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktek


(Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2010)

Namora Lumongga, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik


(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011)

Duski, Samad, Konseling Sufistik, (Depok:PT Raja Grafindo Persada, 2017),


h.,2
2 Hellen, Bimbingan Dan Konseling (Jakarta, Quantum Teaching, 2005)

15

Anda mungkin juga menyukai