STATUTA KEPERAWATAN
BAB I
Pasal 1
NAMA
Nama dokumen ini adalah STATUTA KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ANDI MAKKASAU PAREPARE yang selanjutnya disingkat sebagai STATUTA
KEPERAWATAN.
Pasal 2
KETENTUAN UMUM
(1) RUMAH SAKIT adalah RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANDI MAKKASAU Yang
terletak di Jalan Nurussamawati no.11 Kelurahan Bumi Harapan Kec.Bacukiki Barat Kota
Parepare, yang dalam hal ini diwakili oleh Direksi .
(2) DIREKSI terdiri dari Direktur, Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur administrasi dan
keuangan Rumah S akit Umum Daerah Andi Makkasau , yang selanjutnya disebut DIREKSI.
(3) TIM PENGARAH (Governing Body)/BADAN PENGAWAS Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau adalah badan yang mewakili Pemerintah Daerah Kota Parepare untuk melakukan
pengawasan terhadap kebijakan yang diambil direksi Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau
dalam penyelengaraan rumah sakit yang selanjutnya disebut BADAN PENGAWAS.
(4) STATUTA KEPERAWATAN adalah aturan dasar yang mengatur tata cara penyelenggaraan
Asuhan Keperawatan/Kebidanan yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan Rumah Sakit Umum
Daerah Andi Makkasau Parepare
(5) KOMITE KEPERAWATAN adalah Komite Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau Parepare , yang merupakan perwakilan kelompok profesi Perawat dan Bidan, yang
anggotanya adalah perwakilan dari seluruh Perawat dan Bidan Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau, yang bertugas membantu Direksi dalam melakukan kredensial, menentukan Standar
Keperawatan/Kebidanan, membina Asuhan Keperawatan/Kebidanan dan melaksanakan
pembinaan disiplin profesi keperawatan.
(6) PERAWAT dan BIDAN adalah setiap orang yang mempunyai kewenangan profesi (clinical
privilege) untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau, berdasarkan jenis keahlian yang sesuai dengan disiplin ilmu keperawatan.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
(1) Statuta Keperawatan ini berlaku bagi seluruh Perawat dan Bidan yang melakukan Asuhan
Keperawatan/Kebidanan di dalam maupun di luar Rumah Sakit dalam rangka menjalankan tugas
Direksi.
(2) Perawat dan Bidan yang bekerja di Rumah Sakit, tergabung dalam suatu Komunitas Profesi
Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau, yang disebut dengan Komite
Keperawatan, yang disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daearah Andi Makkasau
Parepare
Pasal 4
TUJUAN
BAB II
KOMITE KEPERAWATAN
Pasal 5
(1) Di lingkungan Rumah Sakit, dibentuk suatu wadah non struktural, yang disebut sebagai Komite
Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau parepare, sebagai wahana bagi
Perawat dan Bidan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan perihal masalah profesi dan
teknis keperawatan.
(2) Komite Keperawatan adalah satu-satunya wadah formal yang menghimpun, memformulasikan
dan mengkomunikasikan pendapat, kehendak Perawat dan Bidan, dalam upaya mempertahankan
dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit .
(3) Komite Keperawatan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit.
(4) Ketua Komite Keperawatan diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit.
(5) Hubungan kerja Komite Keperawatan dengan kepala bidang keperawatan adalah hubungan
kerjasama dan bukan komando.
Pasal 6
(1) Komite Keperawatan merupakan kelompok Perawat dan Bidan, yang terpilih dari seluruh
Perawat dan Bidan di Rumah Sakit untuk menjadi anggota Komite Keperawatan.
(2) Keanggotaan dalam Komite Keperawatan adalah Perawat dan Bidan, tidak harus kepala ruangan
atau Perawat dan Bidan dalam struktural manajemen Rumah Sakit, dengan susunan keanggotaan
sebagai berikut :
i. Ketua merangkap anggota.
ii. Sekretaris merangkap anggota.
iii. Anggota : tergantung banyaknya seksi, masing-masing seksi terdiri dari 6 (enam) sampai
dengan 8 (delapan) anggota.
(3) Ketua Komite Keperawatan dipilih melalui surat suara dari Perawat dan Bidan Rumah Sakit.
(4) Anggota pengurus komite keperawatan selanjutnya dipilih oleh ketua terpilih.
Pasal 8
(1) Ketua dipilih dari 3 (tiga) calon pada pemilihan secara periodik, yang diselenggarakan setiap tiga
tahun sesuai dengan ketentuan dalam Statuta ini, yang selanjutnya diajukan dan disetujui oleh
Direktur.
(2) Ketua Komite Keperawatan adalah seorang Perawat atau Bidan Rumah Sakit.
(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua Komite Keperawatan, sebelum masa jabatannya
berakhir, maka kekosongan jabatan tersebut diisi oleh Wakil Ketua.
(4) Tugas Ketua Komite Keperawatan adalah:
i. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat, kebijakan, laporan,
kebutuhan dan keluhan Perawat dan Bidan serta bertanggungjawab kepada Direktur.
ii. Menyelenggarakan dan memimpin rapat serta bertanggungjawab atas semua risalah rapat
yang diselenggarakan Komite Keperawatan.
iii. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Direksi serta kepanitiaan profesi lainnya.
iv. Menunjuk dan menetapkan Pengurus Komite Keperawatan, untuk kemudian diajukan dan
disetujui oleh Direktur.
v. Menentukan agenda rapat Komite Keperawatan.
vi. Menunjuk Wakil Ketua Komite Keperawatan dalam setiap kepanitiaan di Rumah Sakit, yang
memerlukan perwakilan dari Perawat dan atau Bidan.
Pasal 9
Pasal 10
(1) Rapat Komite Keperawatan terdiri atas Rapat Rutin, Rapat Khusus dan Rapat Pleno.
(2) Setiap rapat Komite Keperawatan dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara
pantas, kecuali seluruh anggota Komite Keperawatan yang berhak memberikan suara menolak
undangan tersebut.
Pasal 11
(1) Komite Keperawatan menyelenggarakan rapat rutin 1 (satu) bulan sekali pada waktu dan
tempat yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
(2) Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda rapat
kepada para anggota yang berhak hadir, paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sebelum rapat
tersebut dilaksanakan.
(3) Rapat rutin dihadiri oleh Pengurus Komite Keperawatan.
(4) Ketua dapat mengundang pihak lain jika dianggap perlu.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
KUORUM
(1) Kuorum tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit ½ (setengah) dari jumlah Pengurus
Komite Keperawatan ditambah satu, dari yang berhak hadir dan memberikan suara.
(2) Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.
Pasal 15
Pasal 16
(1) Setiap rapat Komite Keperawatan berhak dihadiri oleh seluruh Pengurus Komite Keperawatan.
(2) Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau yang ditunjuk oleh Ketua Komite
Keperawatan.
(3) Sebelum rapat dimulai, agenda rapat dan notulen dibacakan oleh Sekretaris Komite Keperawatan.
(4) Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin Pimpinan Rapat.
(5) Hal-hal yang menyangkut teknis tata-tertib rapat akan ditetapkan oleh Ketua Komite Keperawatan
sebelum rapat dimulai.
Pasal 17
NOTULEN RAPAT
Pasal 18
(1) Di bawah Komite Keperawatan, dibentuk beberapa Sub Komite yang terdiri dari:
BAB III
Pasal 19
KATEGORI PERAWAT DAN BIDAN
(1) Perawat dan Bidan yang dapat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit adalah Perawat
dan Bidan Rumah Sakit, yang telah dinyatakan memenuhi syarat kredensial oleh Komite
Keperawatan dan telah memperoleh kewenangan profesi (clinical privilege) untuk melakukan
Asuhan Keperawatan/Kebidanan di Rumah Sakit.
(2) Perawat dan Bidan Tamu atau Perawat dan Bidan Konsultan yang diundang (invited nursing
consultant), yang diijinkan untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan dalam batas-batas
clinical privilege tertentu, dengan persetujuan Direksi Rumah Sakit.
(3) Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan, yang dalam batas-batas kewenangan (clinical
privilege) tertentu, diijinkan melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan, dengan persetujuan
Direksi/manajemen Rumah Sakit.
Pasal 20
(1) Setiap Perawat dan Bidan yang akan melakukan Asuhan Keperawatan /Kebidanan di
Rumah Sakit, harus telah memenuhi kualifikasi tertentu sebagaimana dipersyaratkan oleh Komite
Keperawatan melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu sistem atau tata cara yang ditetapkan
oleh Komite Keperawatan.
(2) Hanya Perawat dan Bidan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana di maksud dalam ayat
(1) pasal ini, yang dapat diusulkan/direkomendasikan untuk diberi kewenangan (clinical
privilege) menangani pasien di Rumah Sakit sesuai dengan kompetensi dan persyaratan lain, yang
ditentukan oleh Komite Keperawatan.
(3) Perawat dan Bidan yang telah memperoleh kewenangan (clinical privilege) sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) pasal ini, setuju untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan/Kebidanan dalam
batas-batas standar profesi yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
(4) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini, akan dinilai kembali oleh Komite
Keperawatan melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan oleh Komite
Keperawatan.
Pasal 21
(1) Setiap Perawat dan Bidan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, harus:
i. Lolos uji kompetensi, integritas dan perilaku oleh Komite Keperawatan melalui Sub-Komite
Kredensial.
ii. Menunjukkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan Keperawatan yang berkualitas dan
profesional kepada pasien.
iii. Mematuhi prinsip umum Etika Rumah Sakit.
iv. Bebas dari keadaan yang dapat mendiskualifikasi kemampuannya dalam melakukan pelayanan,
akibat adanya kendala fisik, mental, maupun perilaku yang dapat berpengaruh pada ketrampilan,
sikap atau kemampuannya dalam pengambilan keputusan.
v. Menunjukkan kemampuan untuk bekerjasama dengan sesama Perawat dan Bidan, tenaga
kesehatan lainnya serta keluarga besar Rumah Sakit umumnya.
(2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, didasarkan pada pendidikan yang
pernah dijalani dan pendidikan berkelanjutan, pelatihan, pengalaman, kompetensi klinis mutakhir,
pengambilan keputusan klinis serta pengamatan kinerja, yang ditunjukkan dalam dokumen yang
dimiliki oleh masing-masing tenaga keperawatan.
Pasal 22
(1) Perawat dan Bidan hanya dapat melakukan Asuhan Keperawatan sesuai dengan kemampuannya,
kecuali dalam keadaan darurat, setelah mendapatkan penugasan klinis (clinical privilege) dari
Direksi, yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan.
(2) Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam (ayat 1) pasal ini terdiri dari :
a.penugasan klinis tetap sebagai Perawat dan Bidan Rumah Sakit.
b. penugasan klinis sementara sebagai konsultan atau tamu.
c.Penugasan klinis sementara sebagai mahasiswa yang praktek lapangan atau magang.
(3) Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) pasal ini hanya diberikan pada Perawat
dan Bidan yang telah memenuhi kualifikasi dan persyaratan untuk mendapatkan kewenangan
profesi (clinical privilege).
(4) Penilaian persyaratan dan jenis Asuhan Keperawatan untuk setiap Perawat dan Bidan,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini, ditetapkan oleh Komite Keperawatan melalui
Sub-Komite Kredensial.
(5) Hasil Penilaian oleh Sub-Komite Kredensial sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini
diserahkan kepada Komite Keperawatan untuk memperoleh pengesahannya.
(6) Komite Keperawatan menyerahkan hasil pengesahan penilaian kredensial sebagai rekomendasi
kepada Direksi.
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
(1) Untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan, dilakukan audit keperawatan secara berkala dan
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan dengan tata cara yang lazim, yang ditentukan oleh
Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan.
(2) Topik, jangka waktu dan tata cara audit keperawatan ditetapkan oleh Sub– Komite Peningkatan
Mutu Pelayanan.
(3) Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan melaporkan hasil audit keperawatan dan analisisnya
secara berkala kepada Komite Keperawatan untuk ditindak-lanjuti.
(4) Komite Keperawatan wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk menindak-
lanjuti hasil audit keperawatan sebagaimana diatur dalam ayat (3) pasal ini.
(5) Setiap Perawat dan Bidan wajib menjalani pendidikan keperawatan berkelanjutan yang substansi
dan tata caranya diatur oleh Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan.
(6) Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan memberikan laporan kepada Komite Keperawatan
mengenai efektivitas dan kewajaran pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seluruh Perawat
dan Bidan yang bekerja di Rumah Sakit.
BAB V
Pasal 26
(1) Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran disiplin profesi
keperawatan oleh Perawat dan Bidan adalah hal-hal yang menyangkut:
a. Kompetensi Klinis
b. Asuhan Keperawatan/Kebidanan atas seorang pasien di Rumah Sakit
c. Dugaan penyimpangan etika profesi
d. Pelanggaran Prosedur Tetap
e. Penggunaan obat dan alat kesehatan tidak atas delegasi Dokter sesuai dengan
standar profesi, berdasarkan ketetapan Komite Keperawatan
f. Hal-hal lain yang oleh Komite Keperawatan sepatutnya dianggap menyangkut
disiplin profesi keperawatan
(2) Setiap Perawat dan Bidan wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini kepada Ketua Komite Keperawatan secara tertulis dalam suatu
formulir yang disediakan untuk itu, dan menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada
atasan yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada Ketua Komite Keperawatan
melalui Direksi.
(3) Ketua Komite Keperawatan wajib meneliti, menindak-lanjuti dan memberikan kesimpulan serta
keputusan atas setiap laporan yang disampaikan oleh Perawat dan Bidan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) pasal ini.
(4) Ketua Komite Keperawatan dapat menugaskan Sub-Komite terkait di bawah Komite Keperawatan
untuk meneliti dan menindak-lanjuti setiap laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal
ini.
(5) Ketua Komite Keperawatan memberikan kesimpulan dan keputusan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3), berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi Sub Komite terkait yang dapat berbentuk:
a. Saran kepada Perawat dan Bidan terkait serta manajemen Rumah Sakit.
b. Keputusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya pelanggaran disiplin
profesi dan kode etik.
(6) Semua keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini didokumentasikan
secara lengkap oleh Staf Sekretariat Komite Keperawatan dan diperlakukan secara konfidensial.
(7) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini kepada pihak manapun,
hanya dapat ditentukan oleh Direksi setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Komite
Keperawatan.
Pasal 27
(1) Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi keperawatan dan etika keperawatan dimulai
berdasarkan keputusan Ketua Komite Keperawatan untuk melakukan penelitian lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (5.b) Statuta ini dan dilaksanakan oleh Sub-Komite
terkait.
(2) Sub Komite Disiplin melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan dalam
Statuta ini.
(3) Ketua Sub-Komite Disiplin menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasinya kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk ditetapkan sebagai keputusan Komite Keperawatan yang memuat:
a. Ringkasan kasus atau kejadian
b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif
(4) Ketua Komite Keperawatan wajib menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
dengan memperhatikan masukan dari Sub-Komite lain dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterimanya keputusan Sub-Komite Disiplin.
(5) Keputusan Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini disampaikan
kepada Direksi dengan tembusan kepada yang bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja setelah ditetapkannya keputusan tersebut untuk segera ditindak-lanjuti oleh Direksi.
Pasal 28
(1) Dalam hal Ketua Komite Keperawatan menyampaikan putusan untuk melakukan penelitian
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (5.b) Statuta ini, maka Ketua Sub-Komite
Disiplin atau yang mewakilinya mengusulkan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
menetapkan Tim Ad-Hoc dengan suatu Surat Keputusan.
(2) Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah dilakukan
penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Komite Keperawatan
Sub-Komite Disiplin.
(3) Tim Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterbitkannya Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.
(4) Ketua Komite Keperawatan atau Staf lain yang ditunjuk, didampingi Ketua Sub-Komite Disiplin
atau Staf lain yang ditunjuk, memimpin sidang pertama Tim Ad-Hoc untuk menentukan Ketua
dan Wakil Ketua Tim Ad-Hoc dan menjelaskan tata cara persidangan kepada anggota Tim Ad-
Hoc.
(5) Kepada Tim Ad-Hoc diperbantukan Sekretaris yang ditunjuk oleh Komite Keperawatan untuk
melancarkan persidangan.
(6) Tim Ad-Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus yang diterimanya dan
melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam Satuta ini.
(7) Dalam rangka melakukan pengkajian, Tim Ad-Hoc berwenang meminta informasi kepada “yang
teradu” dan semua pihak di Rumah sakit, termasuk meneliti rekam keperawatan dan bila
diperlukan, meminta bantuan pihak lain di luar Rumah Sakit dengan peretujuan Komite
Keperawatan.
(8) Tim Ad-Hoc wajib melaksanakan rapat-rapat/persidangan untuk menyimpulkan/memutuskan
suatu kasus yang diserahkan kepadanya dalam suatu Surat Kesimpulan yang ditandatangani oleh
Ketua bersama segenap anggota Tim Ad-Hoc untuk diserahkan kepada Ketua Sub-Komite
Disiplin melalui suatu keputusan yang memuat:
a. Ringkasan kasus atau kejadian
b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif
(9) Ketua Sub-Komite Disiplin menerbitkan Surat Keputusan pembubaran Tim Ad-Hoc sebagaimana
dimaksud setelah menerima surat kesimpulan keputusan dan semua berkas persidangan secara
lengkap dalam ayat (8) pasal ini.
(10) Ketua Sub-Komite Disiplin menyerahkan hasil rapat Tim Ad-Hoc kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk ditindaklanjuti.
(11) Komite Keperawatan menyelenggarakan rapat khusus untuk menentukan tindak lanjut
sebagaimaan dimaksud dalam ayat (10) pasal ini.
(12) Keputusan Komite Keperawatan disampaikan kepada Direksi sebagai usulan.
Pasal 29
(1) Ketua Tim Ad-Hoc membuka persidangan dan menyatakan sidang tersebut sah setelah kuorum
tercapai dan setiap yang hadir menandatangani daftar hadir.
(2) Kuorum sebagaimaan dimaksud dalam ayat (1) tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit
setengah ditambah satu dari jumlah Tim Ad-Hoc dan seluruh anggota yang berasal dari luar
Rumah Sakit yang hadir.
(3) Tim Ad-Hoc melaksanakan persidangan dengan melakukan pemeriksaan atas kasus tersebut,
meminta keterangan dari berbagai pihak yang dianggap perlu.
(4) Persidangan dilakukan secara tertutup.
(5) Perekaman semua informasi dalam persidangan hanya dilakukan oleh tenaga yang ditunjuk oleh
Komite Keperawatan.
(6) Tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini adalah seorang Staf Keperawatan.
(7) Pada setiap akhir persidangan, tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini,
membacakan hasil rekaman sidang kepada seluruh anggota yang hadir, untuk selanjutnya
dibuatkan risalah rapatnya.
(8) Semua informasi, catatan dan dokumen dalam bentuk apapun, diperlakukan secara konfidensial,
dan catatan pemusnahan dokumen tersebut akan ditentukan oleh Komite Keperawatan dari waktu
ke waktu.
(9) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) pasal ini kepada pihak manapun
hanya dapat dilakukan oleh Direksi.
BAB VI
Pasal 30
PEMAPARAN STATUTA
Pengurus Komite Keperawatan dapat memperlihatkan Statuta ini kepada pihak tertentu yang
dinilai berkepentingan.
Pasal 31
PERUBAHAN STATUTA
(1) Komite Keperawatan berhak mengubah Statuta ini dengan persetujuan Direksi, melalui rapat
khusus yang diselenggarakan untuk itu.
(2) Usulan untuk mengubah Statuta ini hanya dapat dilaksanakan melalui Rapat Pleno Khusus, yang
diselenggarakan untuk keperrluan tersebut.
(3) Untuk setiap perubahan yang dibuat, seperti yang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini, harus
mendapat persetujuan Direksi.
Pasal 32
KETENTUAN PENUTUP
KOMITE KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANDI MAKKASAU PAREPARE
DIREKTUR
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 132
Bagian Kedua
Kelompok Keperawatan
Pasal 133
Pasal 135
Pasal 136
Bagian Ketiga
Pasal 137
(1) Seluruh staf keperawatan baik yang berstatus PNS atau Non PNS
(3) dalam hal staf keperawatan dengan spesialisasi yang sama kurang
dari 5 (lima) orang atau belum ditetapkan sebagai Kelompok
Keperawatan tertentu, maka staf keperawatan yang besangkutan
masuk dalam Kelompok Keperawatan yang ada di Rumah Sakit.
Pasal 138
Bagian Keempat
Pasal 139
Pasal 140
Direktur.
Bagian Keenam
Pasal 141
Pasal 142
Kelompok Keperawatan.
(3) Pemberhentian sementara dilakukan dalam hal:
(PNS).
Pasal 143
Indonesia (MTKI);
BAB XXIX
STAF KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Pasal 144
(1) Staf keperawatan dalam menjalankan tugas profesi/praktik
keperawatan di Rumah Sakit bertanggungjawab profesi dan hukum
secara mandiri.
(3) Hak dan kewajiban staf keperawatan sebagai pegawai dan sebagai
tenaga profesi di Rumah Sakit sesuai ketentuan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pasal 145
Bagian Ketiga
Pasal 146
Pasal 147
(1) Pembinaan dan pengawasan terkait kewenangan klinis dilakukan
dengan investigasi.
(1), berupa:
Pasal 148
Bagian Keempat
Mitra Bestari
Pasal 149
(2) Mitra Bestari berasal dari staf keperawatan yang ada di Rumah
Sakit.
(3) Selain berasal dari staf keperawatan yang ada di Rumah Sakit
Pasal 150
c. standar pendidikan;
Pasal 151
Pasal 152
(5) Setiap tenaga keperawatan dapat memiliki lebih dari 1 (satu) jenis
kewenangan klinis sesuai kompetensi dan kebutuhan pelayanan
Rumah Sakit.
Pasal 153
Pasal 155
BAB XXXII
PENUGASAN KLINIS
Pasal 156
Pasal 157
Bagian Kesatu
Pasal 158
(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural yang
dibentuk oleh Direktur.
Pasal 159
Pasal 160
a. sikap profesional;
b. reputasi;
c. perilaku; dan
(3) Ketua Komite Keperawatan dipilih oleh anggota dan ditunjuk oleh
Direktur.
Pasal 162
Direktur.
Pasal 163
Pasal 164
Pasal 165
BAB XXXIV
RAPAT-RAPAT
Pasal 166
a. rapat rutin;
Pasal 167
(1) Rapat rutin Komite Keperawatan dilaksanakan dengan ketentuan:
c. dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu satu jam dari
waktu yang telah ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk
dilaksanakan pada tempat, hari dan jam yang disepakati paling
lambat dalam waktu 2x24 jam;
d. dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu satu jam
Bagian Kesatu
Pasal 168
Bagian Kedua
Pasal 169
ditetapkan;
Bagian Ketiga
dan
a. Kompetensi:
2) kognitif;
3) afektif;
4) psikomotor.
b. Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental/perilaku;
Pasal 171
atau
Bagian Kesatu
Pasal 173
Bagian Ketiga
Audit Keperawatan
Pasal 174
(3) Hasil dari Audit keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi sebagai:
Bagian Keempat
Bagian Kedua
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 175
Bagian Kelima
Pendampingan (proctoring)
Pasal 176
BAB XXXVII
Bagian Kesatu
Pasal 177
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Ketua Komite Keperawatan.
Pasal 178
Pasal 179
Bagian Ketiga
Pendisiplinan Profesi
Pasal 180
(1) Tolok ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku
profesional staf keperawatan, antara lain:
Indonesia;
a. peringatan tertulis;
Pasal 181
(2) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) orang
staf keperawatan atau lebih dengan jumlah ganjil dengan susunan
sebagai berikut:
(3) Panel dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar
Rumah Sakit.
(4) Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengikuti ketentuan yang
ditetapkan oleh Rumah Sakit berdasarkan rekomendasi Komite
Keperawatan.
Bagian Keempat
Pembinaan Profesi
Pasal 182
Pasal 183
Pasal
184