Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN KIMIA

PRAKTIKUM I

PENENTUAN ENTALPI PELARUTAN ASAM OKSALAT

Disusun Oleh:

Nama : Maria Magdalena Shinta Widyastuti

NIM : 201444009

Grub :B

Dosen Pengampu :

Fransisca Ditawati Nur Pamenang, S.Pd, M.Sc

Student Staff :

1. Hanna Angelina
2. Gevin Yeri WinartaV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SEMESTER GASAL 2021/2022


A. Judul Praktikum
Penentuan Entalpi Pelarutan Asam Oksalat
B. Hari dan Tanggal Praktikum
Kamis, 06 Oktober 2021
C. Tujuan Praktikum
Menentukan kelarutan asam oksalat dalam air pada temperatur yang
berbeda dan menghitung entalpi pelarutnya
D. Landasan Teori
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia
H2C2O4. Asam oksalat ini jika dalam keadaan murni senyawanya berupa
kristal, dan juga larut dalam air dan juga larut dalam alkohol. Asam oksalat
ini akan terionisasi dalam media asam yang kuat (Anonim, 2011).
Ethanediocid acid atau yang sering kita dengan dengan nama asam oksalat
merupakan asam dikarboksilat yang sederhana dengan rumus molekulnya
C2H2O4 dan massa molar 90,04 gram/mol. Asam oksalat ini biasaya berada di
alam dengan bentuk padatan dihidrat yang bertindak sebagai asam kuat
dengan rumus kimianya yaitu C2H2O4.2H2O dan massa molar 126,07
gram/mol. Asam oksalat ini tidak berbau, bersifat higroskopis, berwarna putih
atau tidak berwarna (Kirk & Othmer, 2000). Dalam larutan asam oksalat
dapat digunakan untuk menstandarisasi NaOH.
Pengertian dari kelarutan adalah jumlah maksimum suatu zat terlarut
yang akan larut dalam jumlah dan suhu tertentu. Dan zat-zat tersebut akan
larut sempurna, sedikit larut atau tidak dapat larut. Lalu suatu zat dikatakan
dapat larut bila sebagian besar dari zat tersebut melarut jika ditambahkan
dengan air. Jika tidak, maka zat tersebut sedikit larut atau tidak dapat larut
(Chang, 2005). Kelarutan suatu zat dapat diketahui dari konsentrasi dalam
suatu larutan jenuhnya. Dapat dinyatakan dalam banyaknya mol zat terlarut
per liter larutan jenuh (Petrucci, 1992). Kemudiaan proses dalam menentuan
konsentrasi larutan standar sekunder dapat dilakukan dengan cara mentitrasi
dengan larutan primer merupakan pengertian dari standarisasi larutan
(Padmaningrum, 2006).
Beberapa factor yang dapat memperngaruhi kelarutan suatu zat, yaitu
jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, ukuran partikel, suhu, dan tekanan.
Kelarutan bertambah seiring dengan naiknya suhu (Khopkar, 1990). Suhu
akan mempengaruhi suatu zat tergantung pada panas pelarutan. Jika panas
pelarutan (∆ H ) bernilai negatif, maka daya larut akan turun dengan
naiknya suhu. Berbeda pula kerika panas pelarutan (∆ H ) bernilai positif,
maka daya larut akan naik dengan naiknya suhu. Untuk tekanan tidak
begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair, namun
berpengaruh pada daya larut zat gas (Sukardjo, 1997).
Pada dasarnya proses pelarutan yang terjadi akan melibatkan atau akan
kehilangan sejumlah entalpi. Lalu kelarutan bergantung pada suhu dan
S2 −∆ H
dijelaskan dengan rumus hasil integrasi yaitu: log =
S1 2,303 R

( T12 − T12 ) dimana S1 dan S2 merupakan kelautan zat pada s=suhu T1 dan
T2 yang satuannya mol/1000 g pelarut, sedangkan ∆ H adalah panas
pelarutan unutk 1 mol zat dalam larutan jenuh (Isana, 2002).

E. Alat dan Bahan


1. Alat

a. Buret f. Pipet tetes


b. Statif dan g. Batang
klem pengaduk
c. Gelas kimia h. Pipet volume
d. Labu ukur i. Pump pipet
e. Labu j. Thermometer
Erlenmeyer

2. Bahan
a. Larutan asam oksalat 0,1 M
b. Larutan asam oksalat jenuh
c. Larutan NaOH
d. Indikator PP
e. Akuades
F. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat

Hitung massa 100 ml larutan Neraca


Membuat Ditimbang
padatan asam asam oksalat digital
oksakat 0,1 M

Dimasukkan

Asam
Gelas kimia Ditambahkan Akuades
oksalat

Aduk hingga larut

Dipindahkan

Asam Beri label


Labu takar 100 ml
oksalat

2. Penentuan Molaritas NaOH Menggunakan Asam Oksalat 0,1


M

10 ml Larutan 3 Tetes
Dimasukkan Labu Tambahkan
standar asam indikator
erlenmeyer
oksalat 0,1 M fenolftalein

10 ml Larutan
NaOH yang tidak Titrasi sampai titik
standar asam
diketahui akhir titrasi
oksalat 0,1 M
kosentrasinya tercapai
Titrasi

Nilai-nilai ditabulasikan dan kosentrasi yang tidak diketahui dari larutan


NaOH ditentukan

3. Pentuan Entalpi Pelarutan Larutan Asam Oksalat Jenuh

Padatan asam Diaduk secara


100 ml
oksalat perlahan hingga
akuades
15,7587 gram Dicampur menjadi jenuh

Larutan 10 ml larutan
asam Labu ukur
asam oksalat
oksalat \ Masukkan 100 ml Diambil jenuh
jenuh

40 mlLarutan
Labu 100 ml
Diencerkan Dimasukkan asam oksalat yang
erlenmeyer akuades
telah diencerkan
Labu Erlenmeyer
Larutan
masing-masing Masukkan
Labu takar diencerkan dalam
sebanyak 10 ml
100 ml akuades

Masukkan Tambahkan
40 ml asam 10 ml larutan Indikator PP pada
oksalat yang telah masing-masing masing-masing
diecerkan labu erlenmeyer kabu erlenmeyer

Suhu larutan asam oksalat encer diturunkan hingga mencapai 16,9 ℃ , 11,9 ℃ , 6,9 ℃ ,
dan 1,9 ℃

Catat volume Catat dan amati


Larutan asam
titran yang fenomena yang
oksalat dititrasi
digunakan terjadi

G. Data Pengamatan
1. Standarisasi Larutan NaOH
Massa padatan asam oksalat yang dibutuhkan = 1,2607 gram
M H2C2O4 × V H2C2O4 × valensi = M NaOH × V NaOH × valensi
0,1 M × 10 mL × 2 = M NaOH × 19,7 mL × 1
2 mmol = M NaOH × 19,7 mL
2 mmol
M NaOH =
19,7 mL
M NaOH = 0,1015 M
Jadi, M NaOH adalah 0,1015 M
2. Pengenceran Larutan Asam Oksalat Jenuh
Massa padatan pada asam oksalat yang dibutuhkan adalah
15,7587 gram
a. Mencari M asam oksalat jenuh
m
n =
Mr
15,7587 gram
= mol
126,07
gram
= 0,125 mol
n
M =
V
0,125 mol
=
100 mL
= 0,00125 mol/mL
= 1,25 M

b. Mencari M H2C2O4 setelah pengenceran :


M1 × V1 = M2 × V2
1,25 M × 10 mL = M2 × 100 mL
1,25 M ×10 mL
M2 =
100 mL
= 0,125 M
3. Kelarutan sebagai Fungsi Suhu

Volume
No Suhu Larutan H2C2O4 Volume NaOH (ml)
H2C2O4 (ml)
(˚C)
1 16,9 10 19,7
2 11,9 10 19,4
3 6,9 10 19,7
4 1,9 10 19,5

4. Molaritas Larutan Asam Oksalat pada Tiap Suhu

Suhu Molaritas
No Log S Ln S 1/T (K-1)
Larutan H2C2O4 (M)
H2C2O4 (˚C)
1 16,9 0,0999775 -1,000097 -2,3028 0,00344
2 11,9 0,098455 -1,0067 -2,3181 0,00351
3 6,9 0,0999775 -1,000097 -2,3028 0,00357
4 1,9 0,0989625 -1,0045 -2,3130 0,00363

5. Entalpi Pelarutan Asam Oksalat pada Tiap Suhu


a. Suhu 16,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,000097 = (-) J
2,303× 8,314 ×289,9 K
mol . K
ΔH = 5551,29 J/mol
b. Suhu 11,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,0067 = (-) J
2,303× 8,314 ×284,9 K
mol . K
ΔH = 5491,56 J/mol
c. Suhu 6,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,000097 = (-) J
2,303× 8,314 ×279,9 K
mol . K
ΔH = 5359,80 J/mol
d. Suhu 1,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,0045 = (-) J
2,303× 8,314 ×274,9 K
mol . K
ΔH = 5287,23 J/mol
e. Rata-rata entalpi pelarutan asam oksalat
∆ H 1 +∆ H 2 +∆ H 3 + ∆ H 4
ΔH =
4
5551,29+ 5491,56+5359,80+5287,23
=
4
21689,88
=
4
= 5422,47 J/mol

H. Pembahasan
Pada percobaan termodinamika dan kesetimbangan kimia mengenai
penentuan entalpi pelarutan asam oksalat terdapat 3 perlakuan yang
dilakukan dengan tujuan agar praktikan mampu menentukan kelarutan
asam oksalat dalam air temperature yang berbeda. Kemudian menghitung
entalpi pada pelarutnya, Percobaan ini dibagi menjadi tiga percobaan yaitu
pembuatan larutan standar asam oksalat, penentuan molaritas NaOH
menggunakan asam oksalat 0,1 M, dan penentuan entalpi pelarutan larutan
asam oksalat jenuh. Pada pembuatan larutan standar asam oksalay, langkah
pertama yang dilakukan adalah menghitung massa padatan asam oksalat
untuk membuat 100 mL larutan asam oksalat 0,1 M. Asam oksalat
merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia H 2C2O4. Asam
oksalat ini jika dalam keadaan murni senyawanya berupa kristal, dan juga
larut dalam air dan juga larut dalam alkohol. Asam oksalat ini akan
terionisasi dalam media asam yang kuat (Anonim, 2011). Massa padatan
yang digunakan berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan adalah
1,2607 gram. Padatan asam oksalat dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
ditambahkan akuades lalu aduk hingga padatan larut dengan menggunakan
batang pengaduk agar homogen dan larut dengan sempurna. Setelah itu,
padatan yang telah larut dalam akuades dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL sampai tanda batas maksimum.
Pada percobaan selanjutnya penentuan molaritas larutan NaOH
menggunakan asam oksalat 0,1 M. Pertama-tama larutan standar asam
oksalat 0,1 M yang diambil sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer. Larutan asam oksalat berperan sebagai larutan baku
primer dan larutan NaOH sebagai larutan baku sekunder. Larutan asam
oksalat sebagai larutan standar primer karena memenuhi syarat dari larutan
standar primer yaitu murni, stabil, telah diketahui massa dan kosentrasinya
(Day & Underwood, 2002). Setelah itu, ditambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein. Sebanyak 10 mL larutan standar asam oksalat dititrasi dengan
NaOH yang tidak diketahui konsentrasinya. Penambahan indikator pp pada
percobaan ini adalah untuk meneunjukan bahwa suatu larutan tersebut akan
bersifat asam atau basa yaitu dengan menunjukan perubahan warna dari
indikator (Anonim, 2010). Larutan mencapai titik akhir pada volume 19,7
mL titran dan perubahan warna titratnya menjadi ungu muda. Dari proses
standarisasi yang telah dilakukan maka didapatkan kosentrasi NaOH
sebesar 0,1015 M.

(Gambar 1. Hasil Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan Asam Oksalat)


Sehingga terjadi persamaan reaksi yang terbentuk reaksi netralisasi
pada proses standarisasi antara larutan asam oksalat dengan NaOH. Berikut
ini merupakan persamaan reaksi yang terbentuk.
C2H2O4 (aq) + NaOH (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (g) (Syukri, 1999).
Lalu pada percobaan ketiga yaitu penentuan entalpi pelarutan asam
oksalat jenuh menggunakan padatan asam oksalat sebanyak 15, 7587 gram.
Kemudian padatan asam oksalat dilarutkan dengan 100 ml akuades hingga
menjadi larutan asam oksalat jenuh. Sebelumnya, akan dihitung konsentrasi
massa 1000
asam oksalat jenuh menggunakan rumus M = × berdasarkan
Mr V (mL)
perhitungang yang dilakukan konsentrasi asam oksalat jenuh adalah 1,249
M. Lalu larutan asam oksalat jenuh sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam
labu takar dan diencerkan ke dalam 100 ml akuades.

(Gambar 2. Hasil Larutan Asam Oksalat Jenuh)


Selanjutnya 40 ml larutan asam oksalat yang telah encer diambil dan
dimasukkan ke dalam masing-masing labu Erlenmeyer sebanyak 10 ml.
Setelah larutan asam oksalat encer dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
ditambahkan masing-masing beberapa tetes indikator fenolftalein. Kemudian
pada labu erlenmeyer dimasukkan ke dalam baskom yang berisi es untuk
mendinginkan larutan hingga mencapai suhu 16,9 ºC. Suhu larutan diukur
menggunakan termometer agar penurunan suhu sesuai dengan diinginkan.
Kemudian larutan asam oksalat di titrasi dengan larutan NaOH. Untuk
mencapai TAT dibutuhkan 19,7 ml larutan NaOH agar terjadi perubahan
warna larutan menjadi merah muda. Lalu penentuan entalpi pelarutan larutan
asam oksalat pada suhu 16,9˚C mengunakan persamaan berikut Log S = (-)
∆H
sehingga didapatkan nilai entalpi (ΔH) sebesar 5551,29 J/mol.
2,303 RT

(Gambar 3. Hasil Titrasi Larutan Asam Oksalat Suhu 16,9˚C)


Pada labu erlenmeyer kedua dimasukkan ke dalam baskom yang berisi
es untuk mendinginkan larutna hingga mencapai suhu 11,9˚C. Suhu larutan
diukur menggunakan termometer sesuai yang diinginkan lalu larutan dititrasi
dengan larutan NaOH. Hingga didapatkan TAT pada saat penambahan 19,4
mL larutan NaOH agar terjadi perubahan warna larutan menjadi berwarna
ungu terang. Kemudian, penentuan entalpi pelarutan larutan asam oksalat
∆H
dengan suhu 11,9˚C digunakan persamaan berikut Log S = (-)
2,303 RT
sehingga didapatkan nilai entalpi (ΔH) sebesar 5491,56 J/mol.

(Gambar 4. Hasil Titrasi Larutan Asam Oksalat Suhu 11,9˚C)


Pada labu erlenmeyer selanjutnya dimasukkan ke dalam baskom yang telah
berisi es untuk mendinginkan larutan hingga mencapai suhu 6,9˚C. Suhu
larutan diukur menggunakan termometer sesuai suhu yang diinginkan.
Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan NaOH. Kemudian, didapatkan
TAT pada saat penambahan 19,7 mL larutan NaOH dan terjadi perubahan
warna larutan menjadi berwarna merah muda. Kemudian penentuan entalpi
pelarutan larutan asam oksalat dengan suhu 6,9˚C menggunakan persamaan
∆H
berikut Log S = (-) sehingga didapatkan nilai entalpi (ΔH) sebesar
2,303 RT
5359,80 J/mol.

(Gambar 5. Hasil Titrasi Larutan Asam Oksalat Suhu 6,9˚C)

Pada labu erlenmeyer yang terakhir dimasukkan ke dalam baskom


yang berisi es untuk mendinginkan larutna hingga mencapai suhu 1,9˚C. Suhu
larutan diukur menggunakan thermometer sesuai dengan suhu yang
diinginkan dan larutan dititrasi dengan larutan NaOH. Kemudian akan
didapatkan TAT pada saat penambahan 19,5 mL larutan NaOH dengan
fenomena perubahan warna larutan menjadi berwarna merah muda. Lalu
penentuan entalpi pelarutan larutan asam oksalat dengan suhu 1,9˚C
∆H
menggunakan persamaan berikut Log S = (-) sehingga didapatkan
2,303 RT
nilai entalpi (ΔH) sebesar 5287,23 J/mol. Berdasarkan dari percobaan yang
dilakukan didapatkan nilai rata-rata entalpi pelarutan asam oksalat sebesar
5422,47 J/mol.

(Gambar 6. Hasil Titrasi Larutan Asam Oksalat Suhu 1,9˚C


Pada percobaan ini juga dibuat grafik antara log S terhadap 1/T dan
untuk grafiknya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

(Gambar 7. Grafik Penentuan Entalpi Pelarutan Larutan Asam Oksalat


Log S Vs 1/T )
Berdasarkan grafik diatas nilai log S pada suhu pertama ke suhu
kedua menjadi semakin turun seiring dengan bertambahnya 1/T. Namun,
dari shu kedua ke suhu ketiga nilai log S semakin naik seiring dengan 1/T
yang terus bertambah. Dan dari suhu ketiga ke suhu keempat nilai log S
kembali turun seiring bertambahnya 1/T.
I. Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum mengenai penentuan entalpi pelarutan
asam oksalat dapat disimpulkan bahwa kelarutan pada asam oksalat dan
entalpi dipengaruhi oleh suhu dimana semakin tinggi suhu akan semakin
banyak zat yang melarut. Berdasarkan hasil percobaan, kelarutan asam
oksalat pada setiap suhu mengalami kondisi turun naik yang tidak sesuai
dengan teori yang ada. Pada suhu 16,9 ºC kelarutan asam oksalat sebesar
0,0999775 M. Lalu pada suhu 11,9 ºC kelarutan asam oksalat sebesar
0,098455 M. Kemudian, pada suhu 6,9 ºC kelarutan asam okslaat sebesar
0,0999775 M. Dan pada suhu 1,9 ºC kelarutan asam oksalat sebesar
0,0989625 M. Kelarutan yang dihasilkan mempengaruhi nilai entalpi
pelarutan larutan asam oksalat jenuh (∆H) dan berdasarkan hasil
perhitungan rata-rata nilai entalpi pelarutan larutan asam oksalat jenuh nya
adalah sebesar 5422,47 J/mol.

J. Daftar Pustaka
Anonim. (2010). Modul Penuntun Praktikum Farmakologi Depatermen
Farmakologi Fakultas Farmasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anonim. (2011). Tuntutan Praktikum Kimia Klinik. Makassar: Universitas


Muslim Indonesia.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi III Jilid I. Jakarta:
Erlangga.

Day, R., & Underwood, A. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Isana. (2002). Kimia Fiiska 1. Yogyakarta: FIMIPA Universitas Negeri


Yogyakarta.

Khopkar, S. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Kirk, R., & Othmer, D. (2000). Encyclopedia of Chemical Technology 4th Edition
Vol.17. New York: The Interscience Encyclopedia Inc.

Padmaningrum, R. (2006). Titrasi Asidimetri. Makalah Kegiatan Pengabdian


Masyarakat.

Petrucci, R. H. (1992). Kimia Dasar " Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.

Sukardjo. (1997). Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar Jilid 3. Bandung: ITB Press.

Watson, D. G. (2005). Pharmaceuntical Analysis. Oxford: Elsevier Limited.


K. Pertanyaan Pascapraktek
1) Apa tujuan dilakukannya standarisasi larutan NaOH menggunakan
asam oksalat? Mengapa asam oksalat yang dipilih untuk
standarisasi larutan NaOH?
Jawab :
Tujuan dilakukannya standarisasi larutan NaOH
menggunakan asam oksalat karena NaOH merupakan larutan baku
skunder yang dapat digunakan sebagai larutan penitrasi dengan
konsentrasinya yang harus diketahui terlebuh dahulu dan untuk
memastikan keakuratan dalam memperoleh konsentrasi NaOH
yang akan digunakan sebagai larutan standar dari konsentrasi asam
oksalat yang telah diketahui. Selain itu, untuk menunjukkan
apakah larutan NaOH ini dapat bereaksi sempurna dengan asam
oksalat yang bersifat asam lemah (Watson, 2005). Asam oksalat
cenderung lebih stabil, sifatnya tidak mudah menguap, dan asam
oksalat mempunyai berat ekuivalen (BE) yang besar (126)
sehingga tidak mudah terpengaruh kemurniannya oleh NaOH oleh
karena itu asam oksalat dipilih untuk standarisasi dengan NaOH
(Underwood, 1981).
2) Dalam praktikum ini, penentuan kelarutan dilakukan dari suhu
tinggi ke suhu rendah. Bagaimana opini anda jika hal ini dilakukan
dari suhu rendah ke suhu tinggi?
Jawab :
Menurut saya, berdasarkan kurva kelarutan pada grafik dari suhu
rendah ke suhu tinggi maka kurva yang terbentuk adalah kurva parabol..
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh temperatur di mana semakin
tinggi temperatur akan semakin banyak zat yang melarut. Dan jika
dilakukan dari suhu rendah ke suhu tinggi maka nilai kelarutannya akan
semakin menurun dan nilainya menjadi negatif sehingga dalam
menentukan entalpi pelarutan tidak maksimal.
L. Lampiran
1. Mencari Standarisasi larutan NaOH
n m
M= n =
V Mr
=M×V = n × Mr
= 0,1 × 0,1 = 0,01 × 126,07
= 0,01 mol = 1,2607 gram
Jadi, massa padatan asam oksalat yang dibutuhkan adalah 1,2607 gram
2. Mencari Konsentrasi Asam Oksalat Jenuh
massa 1000
M = x
Mr V
15,7587 1000
= x
126,07 100
= 1,25 M
3. Mencara M Asam Oksalat setelah Pengeceran
M1 × V1 = M2 × V2
1,25 M x 10 ml = M2 x 100 ml
M2 = 0,124 m

4. Mencari Molaritas Larutan Asam Oksalat Pada Tiap Suhu


a. Suhu 16,9˚C
M H2C2O4 × V H2C2O4 × valensi = M NaOH × V NaOH × valensi
M H2C2O4 × 10 mL × 2 = 0,1015 M × 19,7 mL × 1
1,99955mmol
M H2C2O4 =
20 Ml
= 0,0999775 M
Log S = log (0,0999775) = -1,000097
ln S = ln (0,0999775) = -2,3028
1 1 1
= = = 0,00344
T 16,9+273 289,9 K
b. Suhu 11,9˚C
M H2C2O4 × V H2C2O4 × valensi = M NaOH × V NaOH × valensi
M H2C2O4 × 10 mL × 2 = 0,1015 M × 19,4 mL × 1
1,9691mmol
M H2C2O4 =
20 mL
= 0,098455 M
Log S = log (0,098455)
= -1,0067
ln S = ln (0,098455)
= -2,3181
1 1 1
= = = 0,00351
T 11,9+273 284,9 K
c. Suhu 6,9˚C
M H2C2O4 × V H2C2O4 × valensi = M NaOH × V NaOH × valensi
M H2C2O4 × 10 mL × 2 = 0,1015 M × 19,7 mL × 1
1,99955mmol
M H2C2O4 =
20 mL
= 0,0999775 M
Log S = log (0,0999775)
= -1,000097
ln S = ln (0,0999775)
= -2,3028
1 1 1
= = = 0,00357
T 6,9+273 279,9 K
d. Suhu 1,9˚C
M H2C2O4 × V H2C2O4 × valensi = M NaOH × V NaOH × valensi
M H2C2O4 × 10 mL × 2 = 0,1015 M × 19,5 mL × 1
1,97925mmol
M H2C2O4 =
20 mL
= 0,0989625 M
Log S = log (0,0989625)
= -1,0045
ln S = ln (0,0989625)
= -2,3130
1 1 1
= = = 0,00363
T 1,9+273 274,9 K
5. Mencari Nilai 1/T
a) Suhu 16,9 ºC
16,9 ºC + 273 = 289,9 K
1
=1/289,9 K
T
= 0,00344 K-1
b) Suhu 11,9 ºC
11,9 ºC + 273 = 284,9 K
1
= 1/284,9 K
T
= 0,00351 K-1
c) Suhu 6,9 ºC
6,9 ºC + 273 = 279,9 K
1
= 1/279,9 K
T
= 0,00357 K-1
d) Suhu 1,9 ºC
1,9 ºC + 273 = 274,9 K
1
= 1/274,9 K
T
= 0,00363 K-1

6. Mencari nilai ∆ H Asam Oksalat pada Setiap Suhu


a. Suhu 16,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,000097 = (-) J
2,303× 8,314 ×289,9 K
mol . K
ΔH = 5551,29 J/mol
b. Suhu 11,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,0067 = (-) J
2,303× 8,314 ×284,9 K
mol . K
ΔH = 5491,56 J/mol
c. Suhu 6,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,000097 = (-) J
2,303× 8,314 ×279,9 K
mol . K
ΔH = 5359,80 J/mol
d. Suhu 1,9˚C
∆H
Log S = (-)
2,303 RT
∆H
-1,0045 = (-) J
2,303× 8,314 ×274,9 K
mol . K
ΔH = 5287,23 J/mol
e. Rata-rata entalpi pelarutan asam oksalat
∆ H 1 +∆ H 2 +∆ H 3 + ∆ H 4
ΔH =
4
5551,29+ 5491,56+5359,80+5287,23
=
4
21689,88
=
4
= 5422,47 J/mol

Anda mungkin juga menyukai