MKes
Dwi Sulistyowati.,SKp.Ns.MKes
Ros Endah Happy Patriyani, S.Kp.,Ns.,M.Kep.
Koko Wahyu Tarnoto, S.Kep.,Ns.M.Kep.Sp.Kep.K.
Susan Susyanti, S.Kp., M.Kep
Suryanti, S.Kep.,Ners.,M.Sc
Rachmawaty M. Noer, Ners, M.
Kes
BUKU AJAR KEPERAWATAN GERONTIK
Indramayu © 2021, Penerbit Adab
Penulis:
Dr. Rita Benya Adriani., SKp.MKes
Dwi Sulistyowati.,SKp.Ns.MKes
Ros Endah Happy Patriyani, S.Kp.,Ns.,M.Kep.
Koko Wahyu Tarnoto,
S.Kep.,Ns.M.Kep.Sp.Kep.K. Susan Susyanti,
S.Kp., M.Kep
Suryanti, S.Kep.,Ners.,M.Sc
Rachmawaty M. Noer, Ners, M. Kes
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan selalu kepada Allah SWT, dan Hidayah yang
sudah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan buku panduan yang berjudul “Buku
Ajar Keperawatan Gerontik ” dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan buku ini tidak
lain adalah untuk membantu para mahasiswa dalam memahami Konsep Lansia, Konsep
Keperawatan gerontic, Trend, issue, dan evidence based practice keperawatan gerontik,
Konsep model keperawatan gerontic, Proses keperawatan pada individu dan kelompok
khusus lansia, Prosedur Tindakan keperawatan pada lansia (gerontik)
Buku ini juga akan memberikan informasi secara lengkap mengenai Keperawatan
Gerontik dari berbagai penulis atau peneliti yang namanya sudah terkenal dimana-
mana.
Kami sadar bahwa penulisan buku ini bukan merupakan buah hasil kerja keras kami
sendiri. Ada banyak pihak yang sudah berjasa dalam membantu kami di dalam
menyelesaikan buku ini, seperti pembuatan cover, editing dan lain-lain. Maka dari itu,
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan wawasan dan bimbingan kepada kami sebelum maupun ketika menulis
buku ajar keperawatangerontik. Kami juga sadar bahwa buku yang kami buat masih
tidak belum bisa dikatakan sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan
masukan dari para pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi di dalam menulis
sebuah buku.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................viii
BAB III TREN, ISU, DAN EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP) KEPERAWATAN GERONTIK
(Ros Endah Happy Patriyani, S.Kp.,Ns.,M.Kep)........................................................... 25
A. Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... 26
B. Materi .................................................................................................................... 26
C. Rangkuman ........................................................................................................... 35
D. Tugas...................................................................................................................... 36
E. Referensi ................................................................................................................ 36
vi
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
PROFIL PENULIS...................................................................................................107
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 KATZ Indeks (Indeks Kemandirian pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) ..... 52
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
KONSEP LANSIA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran konsep pengertian lansia, mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep pengertian lansia, batasan usia lansia, teori
menua lansia, masalah yang terjadi pada lansia, pendekatan pada lansia, dan tempat
pelayanan lansia
B. Penjelasan Materi
1. Difinisi Lansia
Lanjut usia atau lansia sering dipahami oleh praktisi Kesehatan dan sosial
sebagai kelompok yang rentan. Sebagai perawat, kita perlu memahami proses
penuaan tersebut. Lanjut usia atau Lansia merupakan bagian proses tumbuh
kembang dari manusia, mulai bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua.
Proses lansia merupakan keadaan alami yang akan dialami pada manusia yang
merupakan akhir dari kehidupan (Azizah, 2011).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi (Ratnawati, 2017).
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu
mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat
ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Nugroho, 2012).
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Friedman, 2014).
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan. Menua adalah suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2006 dalam Kholifah, 2016).
2
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) (dalam Linda,
2011) menjadi tiga kelompok yakni:
a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok baru memasuki lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) dibagi menjadi
3 kriteria, yaitu:
1) young old dari umur 75-75 tahun,
2) old dari umur 75-80 tahun
3) very old 80 tahun keatas.
3. Teori Menua
Menurut Potter & Perry (2015) proses menua mengakibatkan terjadinya banyak
perubahan pada lansia yang meliputi:
3
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2) System persyarafan
- Rata–rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 detik
- Hubungan persyarafan cepat menurun.
- Lambat dalam merespon, baik dari gerakan maupun jarak waktu,
khususnya stress.
- Mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap
sentuhan.
3) System pendengaran
- Gangguan pada pendengaran (presbiakusis)
- Membrane timpani antropi.
- Terjadi pengumpalan dan pengerasan serumen Karena peningkatan keratin.
- Pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan
jiwa atau stress.
4) System penglihatan
- Timbul sklerisis pada sfinter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar.
- Kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis)
- Lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak.
- Meningkatnya ambang.
- Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.
- Hilangnya daya akomodasi.
- Menurunya lapang pandang dan menurunya daya untuk membedakan
antara warna biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.
5) System kardiovaskuler.
- Elastisitas dinding aorta menurun.
- Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap jantung
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini memyebabkan menurunya kontraksi
dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.
4
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
7) Sistem pernapasan
- Otot–otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
- Menurunya aktivitas dari silia.
- Paru–paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat.
- Menarik napas lebih berat, kapasitas maksimum menurun, dan
kedalaman bernapas menurun.
- Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen
pada arteri menurun menjadi 75mmhg. Kemampuan untuk batuk
berkurang dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
8) System gastrointestinal
- Kehilangan gigi, indera pengecapan mengalami penurunan.
- Esophagus melebar.
- Sensitivitas akan rasa lapar menurun.
- Produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun.
- Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
- Fungsi absorsi menurun.
- Hati semakin mengecil dan menurunya tempat menyimpan.
- Berkurangnya suplai aliran darah.
9) System genetalia
- Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah keginjal menurun
hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada penurunan
kemmapuan ginjal untuk mengonsentrasi urine, berat jenis urine
menurun, protein urine menurun, BUN meningkat, nilai ambang
ginjalterhadap glukosa meningkat.
- Otot-otot kandung kemih (vesika urinaria) melemah kapasitasnya
menurun hingga hingga 200ml dan menyebabkan frekuansi BAK
meningkat, kandung kemih dikosongkan sehingga meningkatkan retensi
urine.
- Pria dengan usia 65th keatas sebagian besar mengalami pembesaran
prostat hingga 75% dari besar normalnya.
5
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi
pada lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami
gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan
keterampilan berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan
merupakan proses penuaan yang normal. Perubahan kognitif sebagai berikut:
1) Memory (daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving).
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi.
6
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses
transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan
semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup,
yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun
dan perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial. Perubahan
psikososial erat kaitannya dengan keterbatasan produktivitas kerjanya, oleh
karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun akan mengalami
kehilangan- kehilangan sebagai berikut: Kehilangan finansial (pedapatan
berkurang, Kehilangan status jabatan/posisi, fasilitas, Kehilangan teman/kenalan
atau relasi, Kehilangan pekerjaan/kegiatan, Faktor-faktor yang menpengaruhi
perubahan psikososial:
1) Pertama-tama perubahan fisik
2) Kesehatan umum
3) Keturunan (hereditas)
4) Lingkungan
5) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
6) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
family.
7) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan kensep diri
d. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.
b. Masalah Psikologis
Masalah psikososial, masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah
kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak.
c. Masalah Sosial
Masalah sosial ekonomi usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas
7
kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain,
8
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
d. Masalah Spiritual
Permasalahan terbesar yang dialami lansia pada dasarnya sama yaitu
menyiapkan kematian yang notabene akan dialami oleh semua orang, namun
hal ini menjadi berbeda pada lansia karena sebagian besar lansia berpikir bahwa
“yang tua akan cepat mati” hal inilah yang menjadikan lansia memiliki dua sudut
pandang berbeda. Pada lansia dengan tingkat spiritual yang tinggi maka akan
dapat menerima kenyataan yang akan diterimanya nanti dan siap dalam
menghadapi kematian, sedangkan pada lansia dengan tingkat spiritual yang
rendah maka mereka akan sulit dalam menerima keadaan yang menimbulkan
kemungkinan terburuk yaitu menyalahkan takdir Tuhan. Sehubungan dengan
pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony
styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa
semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidak pastian akan
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan
keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien
9
lanjut usia akan memberikan
10
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi
hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga
perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di
tinggalkan, masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa
bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya pada waktu kematian
akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting
sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk
melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat pada
klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih
dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.
2) Pendekatan Psikis
3) Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia
yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki
kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik,
dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan bahagia.
Pendekatan Sosial
11
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
4) Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien
lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Sehubungan dengan
pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony
Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa
takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian
akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering
menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan
sekitarnya.
12
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
C. Rangkuman
1. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
2. World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu:
a. usia pertengahan (middle ege) umur 45-59 tahun,
b. lanjut usia (elderly) umur 60-74 tahun,
c. lanjut usia (old) umur 75-90 tahun
d. usia sangat tua (very old) umur diatas 90 tahun.
3. Teori Menua, Menurut Potter & Perry (2015) proses menua mengakibatkan
terjadinya banyak perubahan pada lansia yang meliputi: Perubahan Biologis System
Tubuh, Perubahan Kognitif, Perubahan Psikososial
13
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
4. Masalah kesehatan pada lansia adalah masalah biologis, masalah, psikologis, social,
dan spiriyual
5. Pendekatan pada lansia adalah pendekatan fisik, psikis, social dan spiritual
6. Tempat pelayanan Lansia adalah: Pelayanan Posyandu lansia, Pelayanan Geriatri Di
Rumah Sakit, Poli lansia di puskesmas, Perawatan Dirumah (Home-Based Care),
Home Care Bagi Lansia yang Berkebutuhan Khusus
D. Tugas:
1. Sebutkan difinisi lansia menurut (Azizah, 2011, Ratnawati, 2017, Nugroho, 2012)?
2. Sebutkan batasan usia lansia menurut (Burnside, Depkes, sunaryo, dan WHO)?
3. Jelaskan teori menua dari teori (Biologis, kognitif, psikososial, dan spiritual)?
4. Sebutkan masalah kesehatan lansia dari masalah (biologis, psikologis, psikososial, dan
spiritual)?
5. Sebutkan pendekatan lansia dari pendekatan (fisik, psikis, social, dan spiritual)?
6. Sebutkan tempat pelayanan lansia dimana saja?
E. Referensi
Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Friedman. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Oraktik. Edisi 5. Jakarta:
ECG.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Buku Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/
BUKU%20LANJUT%20USIA%20-%20Indonesia.pdf
Kementrian Kesehatan RI. (2019). Analisis lansia di Indonesia 2019. Diakses pada tanggal
05 November 2021 www.depkes.go.id.
Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.
Potter, A & Perry, A. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, Dan
Praktik, Vol.2, Edisi Keempat,. Jakarta: EGC.
Puskesmas Kramat Jati. (2018). Pelayanan Kesehatan Lansia. Jakarta. http://
puskesmaskramatjati.com/pelayanan/poli-lansia/
Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
RSUP Dr. Sardjoto. (2019). Pelayanan Kesehatan di Rumah (Home Care). Yogyakarta.
https:// sardjito.co.id/2019/08/28/pelayanan-kesehatan-di-rumah-home-care/
Safitri, M. (2016). Hubungan Kondisi Kesehatan Psikososial Lansia Dengan Tingkat
Kemandirian Lansia Dalam Aktivitas Sehari-Hari. Skripsi. Universitas Riau. Diakses
pada tanggal 05 November 2021 https://jom.unri.ac.id.
Suardiman, S. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
14
BAB II
KONSEP
KEPERAWATAN
GERONTIK
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran konsep keperawatan gerontik,
mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep keperawatan gerontik dalam
memberikan asuhan keperawatan professional pada klien lansia, pengertian
keperawatan gerontik, tujuan keperawatan gerontik, fungsi keperawatan gerontik, Sifat
pelayanan keperawatan gerontik, legal etik dalam keperawatan gerontik
B. Materi
1. Pengertian Keperawatan Gerontik
Gerontik berasal dari gerontology dan geriatric, Gerontologi adalah cabang ilmu
yang membahas tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang
berusia lanjut. Sedangkan pengertian Ilmu Keperawatan Gerontik adalah Ilmu
pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari. Gerontologi adalah cabang ilmu yang
membahas tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia
lanjut. Sedangkan Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi
pada orang yang berusia lanjut.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri
dari bio-psiko- sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut
usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Pengertian lain dari keperawatan gerontik
adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua
(Kozier, 1987). Sedangkan menurut (Lueckerotte, 2000) keperawatan gerontik adalah
ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada
pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta
evaluasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang ditujukan pada
lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial
dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. .
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia
(Lansia) sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk
Lansia ini antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi
masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3)
tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Perkembangan IPTEK memberikan
dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH)
14
atau usia harapan hidup.
15
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut: kelompok menjelang usia lanjut (45–
54 th) sebagai masa VIRILITAS, kelompok usia lanjut (55–64 th) sebagai masa
PRESENIUM, kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai masa SENIUM. Sedangkan WHO
membagi katagori lansia, yaitu: usia pertengahan: 49–59 tahun, lanjut usia: 60–74
tahun, lanjut usia tua: 75-90 tahun, usia sangat tua: > 90 tahun. Menurut Prof. Dr.
Ny. Sumiati A.M.: Masa bay: 0-1 thn, Masa pra sekolah: 1-6 thn, Masa sekola: 6-10
thn, Masa pubertas: 10-20 thn, Masa setengah umur: 40-65 thn, Masa lanjut usia: 65
tahun. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani: Pertama: fase iuventus (25-40 tahun), kedua:
fase verilitas (40-50 tahun), Ketiga: fase prasenium (55-65 tahun) Keempat: fase
senium (65 tahun hingga tutup usia). Menurut Dr. Koesoemato Setyonegoro: Usia
dewasa muda/elderly adulthood: 18 atau 20–25 thn, Usia dewasa penuh/middle
years: 25-60 thn atau 65 thn, Lanjut usia/ getriatric age: >65 tahun atau 70 tahun,
Young Old: 70-75 tahun, Old: 75-80 tahun, Very old: > 80 tahun. Menurut Birren dan
Jenner tahu 1977: Usia biologis: Menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak
lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati, Usia psikologis: Kemampuan
seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang
dihadapinya, Usia social: Peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat
kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
16
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
terutama lansia yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya pada
saat kegiatan Posyandu Lansia.
b. Tujuan Khusus:
1) Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan produktif.
2) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
3) Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life
Support).
4) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis
atau akut).
5) Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin.
17
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
1) Azas: Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been
Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi
(participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan
kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI
adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia.
b. Azas pendekatan. Azas Menurut WHO (1991) adalah to add life to the years that
have been added to life, dengan prinsip kemerdekaan, partisipasi, perawatan,
pemenuhan diri dan kehormatan. Azas yang dianut oleh departemen kesehatan
RI adalah meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
18
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
a) Upaya promotif
Merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesiaonal, dan masyarkat terhadap praktik
kesehatan
19
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
20
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
21
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b) Upaya pemberdayaan
c) Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
d) Pelayanan terhadap lansia
e) Perlindungan
sosial f) Bantuan
sosial
g) Koordinasi
h) Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
i) Ketentuan peralihan
C. Rangkuman
1. Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan
kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-psiko-sosio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI
No.38 tahun 2014).
22
i. Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia
23
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
24
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
25
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
D. Tugas
1. Sebutkan pengertian perawatan gerontik menurut (UU RI No.38 tahun 2014)?
2. Sebutkan pengertian perawatan gerontik menurut (Kozier, 1987)?
3. Sebutkan pengertian perawatan gerontik menurut (Lueckerotte, 2000)?
4. Sebutkan tujuan khusus keperawtan gerontik?
5. Sebutkan fungsi keperawatan gerontik?
6. Sebutkan sifat pelayanan gerontik (azas menurut WHO,1991)?
7. Sebutkan sifat pelayanan gerontik (azas menurut Departemen Kesehatan RI)?
8. Sebutkan legal etik keperawatan gerontik UU No. 13 tahun 1998?
E. Referensi
Depkes RI (2015). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta
Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
26
BAB III
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan materi tentang tren, isu, dan evidence based practice keperawatan
gerontik, mahasiswa mampu memahami tentang:
1. Tren dan isu keperawatan gerontik
2. Evidence based practice (EBP) keperawatan gerontik
B. Materi
1. Tren dan isu keperawatan gerontik
a. Pengertian trend dan isu
Menurut KBBI, pengertian tren adalah gaya mutakhir. Tren adalah segala
sesuatu yang saat ini sedang dibicarakan, diperhatikan, dikenakan atau
dimanfaatkan oleh banyak masyarakat pada saat tertentu. Dalam hal ini, tanda-
tanda suatu objek sedang menjadi tren adalah jika di saat tersebut menjadi pusat
pembicaraan, pusat perhatian dan sering sekali digunakan.
Tren adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang popular di kalangan masyarakat. Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
26
secara
27
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
4) Perubahan demografi
a) Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model,
yang memandang manusia secara menyeluruh.
b) Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri keperawatan.
c) Perawat harus kompeten dalam praktik “home care”
d) Perawat memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis
budaya) sehingga efektif dalam memberikan pelayanan type self care
e) Perawat melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan
ketidakmampuan pada penduduk yang sudah lansia
f) Perawat mampu menangani kasus kronis dan ketidakmampuan pada lansia
28
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c. Tujuan EBP
Tujuan utama dilakukan EBP di dalam praktik keperawatan adalah untuk
meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang terbaik dari
asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu juga, dengan dioptimalkan
kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama
perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan dapat ditekan
29
(Madarshahian et al., 2012).
30
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
32
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
tersebut sikap perawat dalam menerapkan EBP merupakan faktor yang sangat
menunjang penerapan EBP.
f. Model EBP
Beberapa model yang sering digunakan dalam mengimplementasikan EBP
adalah Iowa model (2001), Stetler Model (2001), ACE STAR model (2004), John
Hopkinsevidence-Based Practice Model (2007), Rosswurm Dan Larrabee’s Model,
serta Evidence Based Practice Model For Stuff Nurse (2008). Beberapa karakteristik
tiap-tiap model yang dapat dijadikan landasan dalam menerapkan EBP yang
sering digunakan yaitu IOWA model dalam EBP digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, digunakan dalam berbagai akademik dan
setting klinis. Ciri khas dari model ini adalah adanya konsep “triggers” dalam
pelaksanaan EBP. Trigers adalah masalah klinis ataupun informasi yang berasal
dari luar organisasi. Ada 3 kunci dalam membuat keputusan yaitu adanya
penyebab mendasar timbulnya masalah atau pengetahuan terkait dengan
kebijakan institusi atau organisasi, penelitian yang cukup kuat, dan pertimbangan
mengenai kemungkinan diterapkannya perubahan kedalam praktek sehingga
dalam model tidak semua jenis masalah dapat diangkat dan menjadi topik
prioritas organisasi(Melnyk & Fineout, 2011). Sedangkan john hopkin’s model
mempunyai 3 domain prioritas masalah yaitu praktik keperawatan, penelitian,
dan pendidikan. Dalam pelaksanaannya model ini terdapat beberapa tahapan
yaitu menyusun practice question yang menggunakan pico approach,
menentukan evidence dengan penjelasan mengenai tiap level yang jelas dan
translation yang lebih sistematis dengan model lainnya serta memiliki lingkup
yang lebih luas. Sedangkan ACE star model merupakan model transformasi
pengetahuan berdasarkan riset/penelitian. Evidence non research tidak
digunakan dalam model ini. Untuk stetler’s model merupakan model yang tidak
berorientasi pada perubahan formal tetapi pada perubahan oleh individu
perawat. Model ini menyusun masalah berdasarkan data internal (quality
improvement dan operational) dan data eksternal yang berasal dari penelitian.
Model ini menjadi panduan preseptor dalam mendidik perawat baru. Dalam
pelaksanaanya, untuk mahasiswa sarjana dan master sangat disarankan
menggunakan model jhon hopkin, sedangkan untuk mahasiswa undergraduate
disarankan menggunkan ACE star model dengan proses yang lebih sederhana
dan sama dengan proses keperawatan (Schneider& Whitehead, 2013).
33
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Contoh
P: How do new mothers who have
I: breast-related complications
C: perceive their ability to breast-feed
O: NON INTERVENTION QUESTION
T: past the first 3 months after their infants’ birth?
34
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
35
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
36
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c) Pasien
Jika kualitas evidence bagus dan intervensi sangat memberikan
manfaat, akan tetapi jika hasil diskusi dengan pasien menghasilkan suatu
alasan yang membuat pasien menolak treatment, maka intervensi
tersebut tidak bisa diaplikasikan.
C. Rangkuman
1. Tren adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, salah
satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang
popular di kalangan masyarakat.
2. Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan
3. Tren dan isu keperawatan menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
4. EBP merupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan
terbaru berdasarkan evidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis guna
meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
5. Langkah-langkah dalam proses EBP adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
b. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
c. Mencari bukti-bukti terbaik
d. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
e. Evaluasi hasil dari perubahan praktik setelah penerapan EBP
f. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk
membuat keputusan klinis terbaik
g. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
38
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
D. Tugas
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
Mahasiswa mencari kasus riil atau kasus nyata pada lansia di Panti Wreda atau di Rumah
Sakit yang akan ditindaklanjuti dengan rumus PICOT, langkah-langkahnya adalah:
1. Temukan masalah kasus lansia di panti wreda/di Rumah sakit yang akan diselesaikan
2. Buatlah pertanyaan klinik PICOT
3. Merumuskan kalimat menjadi masalah
4. Mencari sumber pustaka
5. Menganalisa untuk mancapai tujuan yang sudah ditetapkan
E. Referensi
1. Facchiano, L., & Snyder, C. H. 2012. Evidence-based practice for the busy nurse
practitioner:part one: relevance to clinical practice and clinical inquiry process.
Journal of the American Academy of Nurse Practitioners 24 (10), 579–86.
doi:10.1111/j.1745 7599.2012.00748
2. Hapsari, E. D. (2016). Pengantar Evidence-Based Nursing (No. 08 Agustus 2017).
Yogyakarta.
3. Jensen, L. S. (2012). Perception Of Barriers To Evidence Based Practice Among Critical
Care Nurses. Washington State University. Jude, N., Constance, C., Christian, C., &
Maureen, U. (2015). Assessing the Level of Utilization of Evidence-Based Nursing
Practice Guidelines among Nurse Practitioners, 10–15.
4. Kolifah, SN. 2016. Keperawatan Gerontik. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/
wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf
5. Puspitasari, N., Hartati, E., & Supriyono, M. (2016). Efektifitas Terapi Humor Terhadap
Penurunan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia di Panti Wredha Pucang Gading
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 1–11.
http://ejournal.stikestelogorejo.
ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/496/495
6. Shafiei, E., Baratimarnani, A., Goharinezhad, S., & Kalhor, R. (2014). Nurses ’
perceptions of evidence-based practice : a quantitative study at a teaching hospital
in Iran. Medical Journal of the Islamic Republic of Iran, 28(135).
7. Subramaniam, S., Krishinan, S., Revathy, T., Rostenberghe, H. Van, & Berahim, A.
(2015). Clinical Decision Making In Nursing Care : Evidence Based Practice And
Seniority. International Journal for Quality Research, 9(1), 77–88.
8. Murni AW. Konsep Evidence Based Practice in Nursing
http://repo.unand.ac.id/15473/26/ Konsep%20Evidence%20Based%20Practice.pdf
39
BAB IV
40
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
A. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa Mampu Memahami Model konseptual adaptasi Roy
2. Mahasiswa Mampu Memahami Model konseptual Human Being Roger
3. Mahasiswa Mampu Memahami Model konseptual keperawatan Neuman
4. Mahasiswa Mampu Memahami Model konseptual keperawatan Henderson
5. Mahasiswa Mampu Memahami Model konseptual Budaya Leininger Model
konseptual perilaku Johnson
6. Mahasiswa Mampu Memahami Model konseptual self care Orem
B. Materi
Proses menua akan dialami oleh setiap orang. Kondisi penuaan bukan merupakan
suatu hal yang dianggap sederhana. Penuaan dapat dilihat dalam 3 perspektif yaitu
biologis yang berhubungan dengan kemampuan dalam fungsi sistem organ, psikologis
berhubungan dengan perilaku adaptasi serta sosial yang berhubungan dengan
perubahan peran dan perilaku individu. Dalam hal ini, peran teori dalam memahami
proses penuaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien, menjawab sudut pandang pertanyaan filosofi dan melihat fakta yang terjadi.
Beberapa model konseptual keperawatan gerontic yang dikembangkan oleh para ahli
antara lain:
1. Sister Calista Roy (1976) dengan model Adaptasi Keperawatan
2. Dorothea Orem (1971) dengan model Keperawatan Mandiri
3. Virginia Henderson (1966) dengan Need Based Model
4. Medeiline Leininger (1978) dengan model Keperawatan Peka Budaya
5. Betty Neuman (1972) dengan Systems Model Of Nursing
a. Manusia
38
Manusia merupakan penerima asuhan keperawatan, baik itu individu dalam
hal ini lansia, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai
39
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan kondisi, dan keadaan di sekitar yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok (Smith &
Liehr, 2018). Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat di design
untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko
yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan
c. Sehat
Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
d. Keperawatan
Upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan
kesehatan dengan cara memepertahankan perilaku adaptif. Seperti yang telah
dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon
adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit
maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan,
proses kepera- watan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal
dengan damai. Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy
berpendapat bahwa klien harus di pandang sebagai manusia yang utuh baik dari
aspek biologis, psiko- logis dan spiritual (Teo et al., 2021). Di samping itu klien
pun harus di pandang sebagai suatu sistem yang dapat hidup melalui interaksi
yang konstan dengan lingkungannya. Model adaptasi Roy menawarkan standar
untuk mengembangkan atau melaksanakan proses keperawatan melalui
berbagai elemen–elemen sebagai berikut:
40
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
a) Stimulus Fokal
Perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Perawat dapat
melakukan pengkajian perilaku seperti ketrampilan melakukan observasi,
pengukuran dan interview.
b) Stimulus Kontekstual
Berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi
oleh stimulus fokal. Contoh lansia yang dirawat di panti werdha
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak bisa bertemu
dengan anak atau anggota keluarga. Menurut Smith & Liehr, (2018),
faktor kontekstual yang mempengaruhi model adaptif adalah genetik,
sex, tahap perkembangan, alcohol, obat dan tembakau, konsep diri, peran
fungsi, interdependensi, pola interaksi social, koping mekanisme, stress
emosi, spiritual dan lingkungan fisik
c) Stimulus Residual
Tahap ini yang mempengaruhi pengalaman masa lalu lansia. Helson
dalam Roy (1989) menjelaskan pengalaman masa lalu, sikap, budaya dan
karakter pada lansia merupakan faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.
d) Diagnosis Keperawatan
Menurut Roy (1993) dalam Smith & Liehr, (2018) terdapat 3 metode
dalam menggunakan diagnosis dengan pendekatan 4 model adaptif
yaitu fisiologis (oksigenasi; nutrsi; eliminasi; aktifitas dan istirahat; proteksi;
sense; cairan dan elektrolit; fungsi neurologi dan endokrin), konsep diri
(konsep fisik dan individu), fungsi peran (transisi peran; konflik peran; dan
gangguan atau kehilangan peran) dan interdependen (tingkat
ketergantungan).
41
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2. Dorothea Orem
a. Pengertian
Self care (keperawatan mandiri) merupakan kegiatan yang ditujukan pada
usia lanjut dan dilakukan untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan baik sehat maupun sakit (Orem’s, 1980). Klien sakit dan
mengalami ketidakmampuan memerlukan bantuan keperawatan secara penuh
atau sebagian dalam melakukan aktivitas self care.
Empat konsep utama dalam model keperawatan orem yaitu
1) Klien merupakan individu (lansia) dan kelompok yang tidak mampu
memper- tahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit
atau trauma.
2) Sehat diartikan sebagai kemampuan individu atau kelompok memenuhi
tuntutan self care yang berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan
integritas structural fungsi dan perkembangan
3) Lingkungan merupakan tatanan saat klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
self care
4) Keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan untuk membantu
individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self
care dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan pada keperawatan
gerontik yaitu
1) Aspek Interpersonal: Hubungan lansia di dalam keluarga
2) Aspek sosial: Hubungan lansia dengan masyarakat di sekitarnya
3) Aspek prosedural: melatih kemampuan dasar lansia sehingga mampu
memper- tahankan tingkat kemandirian dan mengantisipasi perubahan yang
terjadi
4) Aspek teknis: Mengajarkan pada lansia dan keluarga tentang Teknik dasar
yang dapat dilakukan secara mandiri seperti activity daily living
a. Kategori Bantuan
Wholly Compensatory: diperlukan oleh usia lanjut yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, misal diberikan kepada usia
lanjut dengan tingkat ketergantungan yang tinggi, yaitu pada lansia yang
tidak mampu mela- kukan berbagai aktivitas akibat adanya komplikasi dari
42
penyakit hipertensi, misalnya stroke;
43
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b. Metode Bantuan
Metode yang dignakan perawat untuk membantu klien meliputi:
Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
Mengajarkan klien
Mengarahkan klien
Mensupport klien
Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang
a. Pengkajian
Pengkajian bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidak adanya
defisit perawatan diri usia lanjut. Pengkajian yang harus dilakukan menurut
Orem (2001) diawali dengan pengkajian identitas usia lanjut, selanjutnya
pengkajian juga didasarkan pada 3 (tiga) kategori perawatan diri usia lanjut
yang meliputi universal self care, developmental self care, dan health
deviation.
b. Diagnosis Keperawatan
Menurut Orem (2001) diagnosis keperawatan berfokus pada fungsi
keluarga yang telah diidentifikasi dan dampak dalam memenuhi therapeutic
self care demand pada individu anggota keluarga dan pada struktur dan
fungsi keluarga. Misalnya, komunikasi antara suami istri, komunikasi pada
anak, dan perilaku interpersonal anggota keluarga
44
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c. Intervensi
Perencanaan yang dibuat oleh perawat harus didasarkan pada tujuan,
sehingga disesuaikan dengan diagnosis keperawatan yang dirumuskan, self
care demand dan diupayakan untuk meningkatkan self care. Selain itu dalam
membuat perencanaan juga harus memperhatikan tingkat ketergantungan
atau kebutuhan dan kemampuan usia lanjut yang meliputi the Wholly
compensatory nursing system, the partly compensatory nursing system, dan
the supportive educative nursing system
d. Implementasi
Ada 6 (enam) cara yang dapat dilakukan perawat dalam
mengimplementasikan rencana keperawatan, yaitu: melakukan tindakan
langsung, memberikan pe- doman atau petunjuk, memberikan dukungan
psikologis, memberikan dukungan secara fisik, mengembangkan lingkungan
yang suportif, dan meng- ajarkan/memberikan pendidikan kesehatan (Orem,
2001).
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan melalui identifikasi tingkat kemandirian lansia dalam
perawatan dirinya yang dapat dilihat dari keterlibatan keluarga dalam
memberikan asuhan kepada lansia. Hasil yang yaitu dapat memperbaiki dan
memelihara fungsi serta dapat menggunakan berbagai sumber yang dimiliki
baik dalam keluarga maupun kelompok lanjut usia (Martiningsih, 2012).
3. Virginia Henderson
a. Pengertian
Model konsep keperawatan Virginia Handerson adalah model konsep
aktivitas sehari hari dengan memberikan gambaran tentang fungsi utama
perawat yaitu menolong seseorang yang sehat atau sakit dalam usaha menjaga
kesehatan atau penyembuhan atau untuk menghadapi kematiannya dengan
tenang. Empat Elemen utama dari teori Virginia Henderson yaitu Manusia (klien
lansia) sebagai penerima asuhan keperawatan, lingkungan, Kesehatan dan
Keperawatan. Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi
satu sama lain.
1) Manusia
Teori Handerson berfokus pada individu yg berdasarkan pandangannya,
yaitu bahwa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak dapat dipisahkan. Menu-
rut Handerson, manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama.
Kebutuhan dasar individu tercermin dalam 14 komponen dari asuhan
kepera- watan dasar.
45
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2) Keperawatan
Keperawatan menurut Handerson dapat didefinikan membantu individu
yang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi
terhadap kesehatan dan penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan
mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila pasien memiliki
kekuatan,kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini
dilaksanakan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya
secepat mungkin.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan kualitas kehidupan. Seseorang dapat memperoleh
kesehatan jika mempunyai kekuatan, kemauan dan pengetahuan.
4) Lingkungan
Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungannya, sehingga
kemampuan penyakit untuk mempengaruhi lingkungan sekitar menurun.
b. Tujuan
Perawat membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya.
Upaya tersebut dapat dilakukan sendiri oleh klien bila ia sadar,berkemauan dan
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
d. Intervensi Keperawatan
Perencanaan melibatkan pembuatan rencana agar sesuai dengan kebutuhan
individu, memperbaharui jika diperlukan, dan menjamin bahwa ini sesuai dengan
yang ditentukan perawat. Sebuah perencanaan yang baik mampu
mengintregasikan pekerjaan dari semua yang ada dalam tim kesehatan.
e. Implementasi
Perawat membantu klien melaksanakan aktifitas untuk memelihara
kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau untuk membantu dalam
kematian yang tenang. Bersifat individu, tergantung pada prinsip fisiologis,
umum, latar belakang budaya, keseimbangan fisik dan intelektual.
f. Evaluasi
Menurut Henderson, perawat akan melakukan evaluasi berdasarkan pada
tingkatan dimana klien dapat mandiri.
46
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
4. Medeline Leininger
a. Pendahuluan Teori Leininger adalah tentang culture care diversity and
universality, atau yang dikenal dengan transcultural nursing. Leininger
memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Untuk
membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka Leininger
menjelaskan teorinya dengan model sunrise (Brunn, 2017). Sunrise model
dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentang pemahaman perawat
mengenai budaya yang berbeda. Perawat dapat menggunakan model ini saat
melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada klien dengan
berbagai latar belakang budaya (Iskandar, 2015). Selain itu, sunrise model ini juga
dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk menilai faktor cultural care klien
(individu, kelompok, khususnya keluarga) untuk mendapatkan pemahaman
budaya klien secara menyeluruh.
b. Tujuan
Mengembangkan sains dan disiplin keilmuan yang humanis, sehingga tercipta
praktik keperawatan berbasis kebudayaan yang spesifik dan universal
47
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
terapeutik. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.
5. Betty Neuman
Betty Neuman merupakan salah satu tokoh keperawatan yang dikenal dengan
konsep model teori yang berfokus pada klien sebagai suatu sistem dan respon klien
terhadap stressor. Neuman menggambarkan penyesuaian adaptasi sebagai suatu
proses ketika kebutuhan organisme tersebut dapat terpenuhi secara memuaskan.
Semua kehidupan ditandai dengan adanya kesinambungan antara keseimbangan
dan ketidakseimbangan dalam suatu organisme. Ketika proses stabilisasi gagal pada
tingkatan tertentu, atau ketika organisme tersebut tidak dapat mengatasi
keadaannya, karena penyakit yang dideritanya, maka kematian mungkin akan terjadi.
Mengenai stress, Neuman mendefinisikan bahwa stres merupakan suatu respon yang
tidak spesifik dari tubuh terhadap suatu kebutuhan yang muncul pada saat tertentu.
Stress dapat meningkatkan kebutuhan untuk melakukan penyesuaian kembali
(Alligood, 2014).
Model konseptual model dari Betty Neuman secara utuh memandang konsep
dari paradigma keperawatan itu sendiri. Dalam model sistem ini terdapat model
sistem klien, dimana neuman memandangnya dalam empat dimensi, yaitu individu,
keluarga, komunitas, dan masalah sosial. Dalam hal lain Neuman juga mamandang
manusia dalam hal fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
(Fawcet, 2006).
Penggunaan konsep model sistem Neuman dalam praktik pemberian asuhan
keperawatan membantu perawat untuk memberikan pelayanan yang bersifat utuh
dan holistik. Konsep model ini selain dapat diaplikasikan di tatanan praktik/klinik,
dapat pula diterapkan di pendidikan dan penelitian karena bersifat komprehensif
dan mudah untuk diaplikasikan (Alligood, 2014). Penerapan neuman system model
pada lansia dengan hipertensi didapatkan hasil bahwa teori betty neuman dapat
diterapkan dalam pengkajian keperawatan komunitas dengan agregat lansia karena
aspek pengkajiannya secara holistik meliputi pengkajian psikologis, fisiologis, sosial
kultural, perkembangan dan spiritual. Penerapan intervensi Neuman meliputi primer,
sekunder, dan tersier dengan melihat garis pertahanan fleksibel, normal, dan
resisten (Amalia & Citra, 2018; Luthfa & Citra, 2015).
C. Rangkuman
Proses menua akan dialami oleh setiap orang. Kondisi penuaan bukan merupakan
suatu hal yang dianggap sederhana. Penuaan dapat dilihat dalam 3 perspektif yaitu
biologis yang berhubungan dengan kemampuan dalam fungsi sistem organ, psikologis
berhubungan dengan perilaku adaptasi serta sosial yang berhubungan dengan
perubahan peran dan perilaku individu. Dalam hal ini, peran teori dalam memahami
48
proses penuaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien, menjawab
49
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
sudut pandang pertanyaan filosofi dan melihat fakta yang terjadi. Beberapa model
konseptual keperawatan gerontic yang dikembangkan oleh para ahli antara lain:
1. Sister Calista Roy (1976) dengan model Adaptasi Keperawatan
2. Dorothea Orem (1971) dengan model Keperawatan Mandiri
3. Virginia Henderson (1966) dengan Need Based Model
4. Medeiline Leininger (1978) dengan model Keperawatan Peka Budaya
5. Betty Neuman (1972) dengan Systems Model Of Nursing
D. Tugas
1. Soal model medeline leininger
Contoh kasus: Bpk Y berusia 51 tahun bersama keluarganya datang ke
puskesmas dengan keluhan pusing, kepala terasa berat dan seluruh badan capek.
Setelah dilakukan pemeriksaan didiagnosis terkena Hipertensi. Keluarga
menganggap sakit yang diderita Bapak Y diakibatkan karena di santet. Sebelum
periksa ke puskesmas keluarga mendatangi dukun untuk berobat agar sembuh dan
diberikan sesajen berupa bunga dan perlengkapannya yang mengeluarkan asap dan
meletakkannya dibawah tempat tidur klien. Kondisi tersebut menbuat penyakit
Bapak Y tidak semakin membaik.
Bagaimana penerapan model leininger pada kasus di atas?
2. Soal model orem
Seorang klien wanita berusia 53 thn mengalami pasca stroke karena hipertensi
yg tdk terkontrol sedang dirawat di rumah. Klien mengalami hemiparese. Keluarga
terlihat bingung dan takut. Kebetulan ada perawat sedang melakukan home visit
kegiatan perkesmas. Pada saat pengkajian di rumah terlihat klien memerlukan partial
care utk memenuhi kebutuhan sehari2. Menurut anda sebagai perawat bagaimana
cara mengaplikasikan model konsep orem tersebut?
3. Soal model betty neuman
Perawat A sedang melakukan pengkajian pada klien lansia G berusia 65 thn.
Pada saat pengkajian didaptkan klien mengalami risiko hipertensi dgn TD 180/100
mmHg, klien suka minum kopi dan makan asin. Keluarga tidak mengetahui bahwa
hal tersebut akan memicu pada hipertensi. Selama ini klien tidak mengalami keluhan
apapun. Perawat akan melakukan tindakan intervensi untuk pencegahan primer,
sekunder dan tersier. Bagaimana perawat mengidentifikasi rencana preventif
stersebut sesuai dengan model beety neuman?
4. Soal model virginia henderson
Seorang klien wanita berusia 62 thn sedang menjalani perawatan di RS yang
mengakibatkan sebagian kebutuhan dasar tdk terpenuhi. Klien mual muntah dan
diare terlihat lemas karena kekurangan cairan elektrolit. Kebetulan ada perawat
sedang melakukan pengkajian dan visit pasien. Berdasarkan data tersebut, anda
50
sebagai
51
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
E. Referensi
Brunn, M. (2017). Strategies That Prepare Nurse Educators for Teaching Cultural
Competence: A Review of the Literature.
Fawcet. (2006). Contenporary nursing Knoledege.
Hermalia, I., Yetti, K., Masfuri, & Riyanto, W. (2020). Aplikasi Teori Model Keperawatan
Self- Care Orem Pada Pasien Nefropati Diabetik : STUDI KASUS Application of
Orem Self- Care Nursing Model Theory in Diabetic Nephropathy Patients : A Case
Study. Jurnal Riset Kesehatan, 12(2), 378–387.
https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v12i2.1790
Iskandar, R. (2015). Aplikasi TeoriI Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan. 22.
https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger
Martiningsih. (2012). Hubungan Self-Care dengan Derajat Hipertensi pada Pasien
Hipertensi Primer di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Bima Ditinjau Perspektif
Keperawatan Self- Care Orem. Jurnal Kesehatan Prima, Vol. 6 No., 903–910.
http://poltekkes-mataram. ac.id/wp-content/uploads/2015/08/6.903-910-
Martiningsih.pdf
Mira Triharini. (2019). Penerapan teori keperawatan madeleine m. Leininger dalam
proses keperawatan Fasilitator: Dr. Mira Triharini S.Kp., M.Kep. Pdfcoffe.Com.
Roy C. (2011). Research based on the Roy adaptation model: last 25 years. Nursing Sci Q,
24(4), 312–320. https://doi.org/10.1177/0894318411419218.
Smith, M. J., & Liehr, P. R. (2018). Understanding middle range theory by moving up and
down the ladder of abstraction. In Middle Range Theory for Nursing, Fourth
Edition. https://doi.org/10.1891/9780826159922.0002
Stacey H Barone, Debra Hanna, P. M. S. (2011). Roy’s adaptation model. Interview
by Pamela Clarke. National Library of Medicine, 24(4), 337–444. https://doi.
org/10.1177/0894318411419223
Teo, K., Churchill, R., Riadi, I., Kervin, L., & Cosco, T. (2021). Help-seeking behaviours
52
among older adults: A scoping review protocol. BMJ Open, 11(2), 1–5. https://doi.
org/10.1136/bmjopen-2020-043554
53
BAB V
PROSES KEPERAWATAN
PADA INDIVIDU DAN
KELOMPOK KHUSUS
LANSIA
Susan Susyanti, S.Kp., M.Kep
54
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca pokok bahasan ini diharapkan:
1. Mahasiswa mampu menguasai konsep asuhan keperawatan lansia dalam rentang
sehat-sakit
2. Mahasiswa mampu menguasai langkah-langkah asuhan keperawatan pada individu
lansia
3. Mahasiswa mampu menguasai langkah-langkah asuhan keperawatan pada
kelompok khusus lansia
4. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok
baik lansia sehat, sakit dan kegawatdaruratan dengan memperhatikan aspek bio,
psiko, sosial kultural dan spiritual yang menjamin keselamatan lansia, sesuai standar
asuhan keperawatan pada lansia
B. Materi
1. Konsep Proses Keperawatan pada Lansia
Proses keperawatan merupakan pedoman standar asuhan dalam melakukan
praktek klinik dan suatu metode yang terorganisir dalam memberikan asuhan
keperawatan secara tepat dan benar. Proses asuhan keperawatan pada lansia.
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memberikan bantuan, bimbingan,
pengawasan dan perlindungan baik dalam bentuk asuhan individu maupun
kelompok.
Lingkup kegiatan asuhan keperawatan dapat dilakukan pada berbagai setting,
baik pada komunitas seperti di lingkungan keluarga ataupun masyarakat maupun
pada instansi seperti panti werdha, puskesmas, dan rumah sakit (Sunaryo, dkk,
2016). Adapun tujuan dari asuhan keperawatan pada lansia, diantaranya:
a. Memandirikan aktifitas lansia melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pemeliharaan kesehatan sehingga menjadi produktif selama hidupnya
b. Mempertahankan kesehatan dan kemampuan lansia melalui perawatan diri dan
pencegahan resiko penyakit
c. Mempertahankan dan memotivasi semangat hidup pada lansia (life support)
d. Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit atau gangguan lain baik
akut maupun kronis
e. Memotivasi petugas kesehatan baik dokter maupun perawat agar secara dini
dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat pada saat ditemukan
masalah kesehatan tertentu pada lansia
f. Mengoptimalkan kesehatan lansia yang memiliki penyakit atau gangguan
tertentu agar dapat mempertahankan aktivitas kehidupannya secara mandiri
50
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Secara umum tahapan proses asuhan keperawatan pada lansia sama dengan proses
asuhan keperawatan yang lainnya, tetapi ada yang membedakannya yaitu pada tahap
pengkajian ada data khusus yang harus dikumpulkan dalam menentukan permasalahan
yang mungkin terjadi pada lansia. Adapun untuk tahapan proses asuhan keperawatan
meliputi 5 tahapan, yaitu dimulai dengan tahap pengkajian (assesment), perumusan
diagnosa keperawatan (nursing diagnosis), perencanaan (planning), pelaksanaan
(implementation) dan evaluasi (evaluation).
Selain pengkajian umum, pada lansia juga perlu dilakukan pengkajian khusus
dengan menggunakan instrumen pengkajian yang khusus pula. Adapun pengkajian
khusus yang dimaksud, untuk pemeriksaan yang dilakukan setidaknya meliputi 4 hal
yaitu sebagai berikut:
51
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
a. Pengkajian fungsional
1) KATZ Indeks (indeks kemandirian pada kemampuan ADL)
2) Modifikasi dari Barthel Indeks
b. Pengkajian emosional
Pemeriksaannya dilakukan melalui 2 tahapan kegiatan wawancara
d. Pengkajian Depresi
Menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale (GDS)
Kategori Kriteria
KATZ Indeks A Kemandirian dalam makan, kontinensia (BAB,BAK), berpindah, pergi ke
toilet, berpakaian dan mandi
KATZ Indeks B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali salah satu dari
fungsi tersebut di atas
KATZ Indeks C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan salah
satu fungsi yang lain seperti tersebut di atas
KATZ Indeks D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
dan salah satu fungsi yang lain seperti tersebut di atas
KATZ Indeks E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke toilet dan salah satu fungsi lain seperti tersebut di atas
KATZ Indeks F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke toilet, berpindah dan salah satu fungsi yang lain seperti tersebut di atas
52
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Kategori Kriteria
KATZ Indeks G Ketergantungan untuk semua (enam) fungsi yang tersebut di atas
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain. Lansia yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun lansia tersebut dianggap mampu
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi: ......................
Jumlah: ..........................
Jenis: .............................
2. Minum 5 10 Frekuensi: ......................
Jumlah: ..........................
Jenis: .............................
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 5 atau 10 15
atau sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 0 5 Frekuensi: ......................
gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 5 10
menyeka tubuh, menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi: ......................
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol BAB 5 10 Frekuensi: ......................
Konsistensi: ...................
11. Kontrol BAK 5 10 Frekuensi: ......................
Warna: ...........................
12. Olahraga/Latihan 5 10 Frekuensi: ......................
Jenis: .............................
13. Rekreasi/Pemanfaatan waktu luang 5 10 Frekuensi: ......................
Jenis: .............................
53
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Interpretasi:
Skor 130 = Mandiri
Skor 65-125 = Ketergantungan Sebagian
Skor <65 = Ketergantungan Total
c. Pengkajian Emosional
Mengidentifikasi masalah emosional lansia yang meliputi 2 tahapan, yaitu:
1) Pertanyaan tahap 1, berupa:
a) Apakah klien mengalami sukar tidur?
b) Apakah klien sering merasa gelisah?
c) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Catatan: Lanjutkan ke pertanyaan yang ada pada tahap 2, jika lansia mem-
berikan jawaban “ya” > 1 pada pertanyaan yang ada pada tahap 1 di atas
Skor Jawaban No
Pertanyaan Jawaban
Benar Salah Soal
54
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Skor Jawaban No
Pertanyaan Jawaban
Benar Salah Soal
Keterangan:
1. Jumlah jawaban salah sebanyak 0-2 : Fungsi intelektual utuh
2. Jumlah jawaban salah sebanyak 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
3. Jumlah jawaban salah sebanyak 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
4. Jumlah jawaban salah sebanyak 8-10 : Kerusakan intelektual Berat
Catatan: Skor maks 30, harus dikurangi 1 angka pada tiap kenaikan 1 dekade di
atas umur 50 tahun.
55
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b. Pengulangan
Minta klien untuk mengulang kalimat setelah kita
sebutkan lebih dahulu, misalnya:
“namun”, “tanpa”, “bila”
atau kata yang lebih sulit lagi:
“Tak ada jika, dan, atau, tetapi”
Hanya 1 kali mencoba. Point 1 jika diulang sempurna
dan 0 jika tidak benar secara keseluruhan.
d. Membaca (reading)
Dalam selembar kertas kosong tulis kalimat
“Pejamkan mata Anda”
Ditulis besar dan dapat dibaca jelas oleh lansia. Minta
lansia membacanya dan melakukan apa yang tertulis
(point 1 hanya diberikan jika klien menutup mata
setelah membaca kalimat)
56
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
f. Menyalin (copying)
Berikan selembar kertas kosong, minta lansia untuk
menyalin gambar seperti di bawah ini, 10 sisi harus ada
dan keduanya bersinggungan, jika benar beri nilai 1
point)
Nilai
30
Maksimum
Keterangan
Nilai 24-30: Tidak ada gangguan kognitif/Normal
Nilai 18-23: Gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17: Gangguan kognitif berat
57
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
58
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Skor
2. Diagnosa Keperawatan
Rumusan Diagnosa Keperawatan menggunakan proses pemecahan masalah dengan
pendekatan:
a. Pola P + E + S (P E S) Problem-Etiologi-Sign &Symptom
b. POLA P + E (P E) Problem-Etiologi
59
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan sebaiknya dirancang bersama dengan lansia dan atau
keluarga sebagai pendampingnya. Adapun rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan pada lansia hendaknya berpegang pada prinsip berikut ini, yaitu:
a. Continuum of Care, yang dapat dibangun dengan menjalin kerjasama diantara
tim perawat, dokter dan ahli gizi
b. Rehabilitasi, tindakan ini dapat disisipkan pada kegiatan Discharge planning
sebagai bentuk follow up terhadap perkembangan kemajuan lansia sampai
dinyatakan sembuh
c. Kemandirian, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan fasiltas pada lansia
untuk mampu menolong dirinya sendiri, dan diberi motivasi pada setiap
tindakan yang dilakukan oleh lansia
d. Long-Term Care, sebagai perawatan yang diberikan dalam jangka waktu yang
lama bahkan sampai lansia meninggal akibat dari kondisi fisik lansia yang
mengalami penurunan sebagai akibat proses penuaan dan adanya komplikasi
dari berbagai penyakit yang sedang dialami lansia
e. Home Based Care, merupakan bentuk perawatan di rumah yang menuntut
kerjasama semua pihak terutama kesiapan keluarga, di samping itu perawat
perlu juga untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang dialami lansia
60
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan atau implementasi merupakan kegiatan tindak lanjut
secara operasional dari rencana tindakan yang telah dibuat sebelumnya. Adapun tin-
dakan yang dapat dilakukan untuk membantu memecahkan masalah yang dialami
lansia meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pemberian oksigen,
perawatan kebersihan diri, membantu melakukan mobilisasi, mengorientasikan
terhadap tempat, waktu, orang, dan sebagainya.
Untuk tindakan keperawatan yang terhadap lansia bisa dilakukan oleh siapa saja
dengan melihat kondisi lansia, sehingga pihak yang bisa melakukan tindakan pada
lansia, meliputi:
a. Perawat
b. Perawat dan klien
c. Perawat dan keluarga
d. Perawat, klien, dan keluarga
e. Tenaga non keperawatan lain
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur ting-
kat keberhasilan dari pelaksanaan tindakan dalam mengatasi permasalah yang
muncul pada lansia. Evaluasi keperawatan diartikan juga sebagai suatu kegiatan
yang mem- bandingkan antara standar yang dibuat pada kriteria tujuan dengan hasil
yang didapat lansia selama menjalankan proses asuhan keparawatan. Tipe evaluasi
keperawatan dapat berupa:
a. Evaluasi Formatif
Mengukur “RESPON” lansia setelah diberikan tindakan
b. Evaluasi Sumatif
Bisa dalam bentuk “SOAP–SOAPIE–SOAPIER”
(Subjektif, Objektif, Analisis/Asessment, Planning, Implementasi, Evaluasi)
c. Proses
1) Tujuan tercapai
2) Tujuan tercapai sebagian
3) Tujuan tidak tercapai
61
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
• Community Setting
Pengkajian
Pengumpulan Data
1) Identitas Kelompok
a) Besar dan kecilnya kelompok
b) Latar belakang pendidikan
c) Tingkat sosial ekonomi
d) Kebiasaan
e) Adat istiadat
f) Pekerjaan
g) Agama dan kepercayaan yang dianut
h) Lokasi tempat tinggal
• Institutional Setting
1) Dimensi Biologis
a) Komposisi usia populasi lansia
b) Proporsi siswa laki-laki dan perempuan
c) Ras/suku/etnik populasi
d) Predisposisi faktor genetik
e) Prevalensi jenis penyakit
f) Insiden penyakt
menular
g) Adakah masalah kesehatan ( jenis penyakit)?
h) Apakah terdapat lansia yang mengalaminya?
62
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2) Dimensi Psikologis
a) Adakah promosi kesehatan yang dilakukan?
b) Bagaimana kualitas hubungan antar sesama lansia?
c) Kepatuhan lansia dalam mengelola penyakitnya
d) Adakah tekanan pada lansia karena penyakit?
e) Bagaimana kualitas hubungan antara lansia dengan keluarga?
3) Dimensi Fisik
a) Letak lokasi panti? Apakah terdapat hazard dekat panti (polusi, kimia,
alat)
b) Adakah area nongkrong yang aman?
c) Apakah terdapat binatang di lingkungan panti?
d) Apakah terdapat tanaman beracun/alergik di lingkungan panti?
e) Keadaan di lingkungan panti: panas, penerangan,
ventilasi f) Tingkat kebisingan lingkungan panti
g) Apakah kebersihan makanan adekuat untuk mencegah penyakit
menular?
h) Apakah fasilitas toilet baik dan adekuat?
i) Adakah bahaya listrik?
5) Dimensi Perilaku
a) Pola Konsumsi
(1) Apa kebutuhan nutrisi dan status nutrisi lansia & staf?
(2) Apa program peningkatan kwalitas nutrisi lansia?
(3) Pengetahuan tentang nutrisi lansia, pengurus & keluarga?
(4) Kebiasaan merokok lansia dan staf?
b) Latihan dan Aktifitas
(1) Apa pola istirahat dan aktivitas di panti?
(2) Kesempatan dan jenis rekreasi?
(3) Keamanan alat saat olahraga?
63
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c) Penggunaan pengobatan
(1) Adakah populasi panti yang melakukan pengobatan rutin?
(2) Apa jenis pengobatannya?
6. Analisa Data
a. Data dikumpulkan, diolah, dianalisa untuk melihat kesenjangan yang terjadi
dalam kelompok dikaitkan dengan konsep, prinsip, teori yang relevan.
b. Ditarik kesimpulan tentang masalah yang dialami kelompok, kebutuhan
kelompok akan pelayanan kesehatan dan keperawatan
9. Perencanaan Keperawatan
a. Tujuan keperawatan yang ingin dicapai
b. Kriteria keberhasilan
c. Rencana tindakan keperawatan
64
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
65
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
66
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
C. Rangkuman
Mahasiswa mampu menguasai konsep proses asuhan keperawatan pada lansia yang
menjadi kelolaannya baik asuhan secar individu maupun kelompok. Mahasiswa juga
harus mampu menerapkan proses asuhan keperawatan pada individu lansia dan
kelompok khusus lansia dengan permasalahannya masing-masing yang mencakup
gangguan terhadap pemenuhan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural dan
spriritual.
D. Tugas
1. Mahasiswa mengerjakan proses asuhan keperawatan pada kasus individu lansia
2. Mahasiswa mengerjakan proses asuhan keperawatan pada kasus kelompok khusus
lansia
67
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
E. Referensi
1. (2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komisi Nasional
Lanjut Usia
2. Kozier, B., Erb, G., Blais, K., & Wilkinson, J.M. (1995). Fundamentals of Nursing:
Concepts, process, and practice Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and
practice (5th ed.). California: Addison-Wesley
3. Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing (2 nd). St. Louise: Mosby Year Book
4. Miller, C. A. (1995). Nursing care of older adults: Theory and practice. Philadelphia: J.
B. Lippincott Company
5. Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika
6. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2005). Standar Praktik Keperawatan
Indonesia. Bidang Organisasi PP-PPNI. url (https://docplayer.info/267465-Standar-
praktik-keperawatan-indonesia-persatuan-perawat-nasional-indonesia-ppni.html),
diakses pada 10 Desember 2021
7. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
8. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesi: Jakarta Selatan
9. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesi: Jakarta Selatan
10. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesi: Jakarta Selatan.
11. Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Proses Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
12. Sunaryo, Wijayanti, Rahayu. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET
F. Biografi
Nama Susan Susyanti, lahir di Garut, 30 September 1975. S1 Keperawatan dari PSIK
Unpad Bandung lulus tahun 2001. S2 Keperawatan di Fakultas Keperawatan Unpad
dengan kekhususan Keperawatan Komunitas. Menjadi dosen sejak tahun 2001-2002
menjadi dosen tetap yayasan di Akademi Keperawatan Muhammadiyah Tasikmalaya,
2005-2010 menjadi dosen PNS Dpk. pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut, dan
2010 sampai sekarang sebagai dosen PNS Dpk. pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Karsa Husada Garut. Karya buku yang dihasilkan Sistem Integumen, Modul Komunikasi
dalam Keperawatan, Modul Keperawatan Anak, Panduan Praktek Keperawatan
Komunitas, Panduan Praktek Keperawatan Keluarga, Panduan Praktek keperawatan
Gerontik. Berbagai artikel jurnal nasional ber-ISSN dan terindeks SINTA.
68
BAB VI
PELAYANAN
KESEHATAN PADA
LANJUT USIA
Suryanti, S.Kep.,Ners.,M.Sc
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
A. Tujuan Pembelajaran
Mampu memahami tentang pelayanan kesehatan pada lanjut usia meliputi:
1. Pengertian Posyandu Lansia
2. Sasaran Posyandu Lansia
3. Tujuan Posyandu Lansia
4. Jenis pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia
5. Mekanisme pelaksanaan kegiatan
6. Pengertian Puskesmas Santun Usia Lanjut
7. Ciri-ciri Puskesmas Santun Usia Lanjut
8. Manajemen Puskesmas Santun Usia Lanjut
9. Konsep Panti Werda
10. Jenis pelayanan di Panti Werda
11. Fase-fase pelayanan keperawatan di Panti werda
B. Penjelasan Materi
1. Posyandu Lansia
a. Pengertian
Posyandu lansia adalah wadah pelayanan untuk warga lanjut usia. Posyandu
Lansia adalah pos pelayanan terpadu di suatu wilayah tertentu dan digerakkan
oleh masyarakat agar lansia yang tinggal disekitarnya mendapatkan pelayanan
kesehatan. Pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan berdasarkan inisiatif
masyarakat. Program dan layanan yang tersedia bisa disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut. Posyandu Lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah untuk memberikan pelayanan
kesehatan bagi lansia yang diselenggarakan melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial.
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia
di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, dan di gerakkan oleh
masyarakat agar lanjut usia mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai
dan merupakan kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas
dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi social (kemenkes, 2011).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat di mana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dan kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Sunaryo, 2015)
70
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b. Sasaran
Sasaran posyandu lansia menurut Depkes RI (2006), dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu:
1) Sasaran langsung meliputi kelompok pra usia lanjut usia 45 s.d 59 tahun,
kelompok lansia 60 tahun keatas, dan kelompok lansia risiko tinggi yaitu usia
lebih dari 70 tahun.
2) Sasaran tidak langsung adalah keluarga yang mempunyai lansia, masyarakat
di lingkungan lansia tinggal, organisasi sosial yang bergerak dalam
pembinaan lansia, masyarakat luas.
c. Tujuan
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar menurut Sunaryo
(2015).adalah:
1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
1) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut
71
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
6) Pemeriksaan kadar gula darah dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit diabetes.
7) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah atau konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok lansia.
72
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
1) Umur
Usia mempengaruhi lansia karena organ tubuh sudah mulai menurun
fungsinya seperti: ingatan, penglihatan, pendengaran, daya konsentrasi dan
kemampuan fisik secara umum mulai menurun sehingga memerlukan orang
lain untuk memenuhi keperluanya dalam mempertahankan kunjungan ke
posyandu lansia.
73
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2) Tingkat Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional dan motivasi kerjanya akan lebih berpotensi.
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami tentang posyandu lansia.
3) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, pengetahuan tersebut bisa didapat dari
pengalaman sendiri ataupun dari pengalaman orang lain
4) Jarak rumah
Konsep jarak tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.
Semakin jauh jarak antara tempat tinggal dengan tempat kegiatan semakin
menurunkan motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas. Sebaliknya
semakin dekat jarak tempat tinggal dengan tempat kegiatan dapat
meningkatkan usaha. Pengaruh jarak tempat tinggal dengan tempat
kegiatan tidak terlepas dari adanya besarnya biaya yang digunakan dan
waktu yang lama. Kaitannya dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan masih rendah, sehingga jarak antara rumah tinggal dan tempat
pelayanan kesehatan mempengaruhi perilaku mereka (Azwar, 2010).
5) Dukungan keluarga
Sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis
dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan.
Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
74
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
75
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2) Pelaksanaan
Prosedur yang diberikan adalah kemudahan dan kenyamanan lansia:
a) Loket khusus
b) Ruang pelayanan khusus dan semua fasilitas untuk memudahkan
pelayanan Usia Lanjut (Usila)
c) (kursi khusus, koridor dengan pegangan dan jalan yang tidak terlalu licin/
terjal, toilet dengan pegangan, dll)
3) Monitoring
Monitoring melalui pengamatan langsung di Puskesmas, pengamatan
meliputi: pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana, Adanya
hambatan/ masalah, kinerja petugas.
4) Evaluasi
Evaluasi melalui:
a) Melakukan Wawancara
b) Pengamatan Langsung
c) Penelitian Khusus
76
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
77
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b) Tujuan Khusus
(1) Memenuhi kebutuhan dasar pada lansia
(2) Memenuhi kebutuhan rohani pada lansia
(3) Memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan lansia
(4) Memenuhi kebutuhan ketrampilan pada lansia
(5) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya
pemeliharaan kesehatan lansia dipanti werdha
78
(3) Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat
mendasar untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah
79
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b) Aspek psikologis
(1) Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang/tempat
mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan orang lain
sehingga bebas dari gangguan yang tak dikenal.
(2) Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan
bertukar pikiran dengan lingkungan sekitar (sekelilingnya). Interaksi
sosial mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan
memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman
dan kehidupan sehari-hari
(3) Kemandirian, yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan
aktivitasnya sendiri tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti
werdha. Kemandirian dapat menimbulkan rasa kepuasan tersendiri
karena lansia dapat melakukan kegiatannya sehari-hari tanpa
bantuan orang lain.
(4) Dorongan/tantangan, yaitu memberikan lingkungan yang
merangsang rasa aman tetapi menantang. Lingkungannya yang
mendorong lansia untuk beraktifitas di dapat dari warna,
keanekaragaman ruang, pola- pola visual dan kontras.
(5) Aspek panca indera, kemunduran fisik dalam hal penglihatan, pende-
ngaran, pemciuman yang harus diperhitungkan di dalam lingkungan.
Indera penciuman, peraba, penglihatan, pendengaran, dan perasaan
mengalami kemunduran sejalan dengan bertambah tuanya
seseorang. Rancangan dengan memperhatikan stimulus panca indera
dapat digunakan unutk membuat rancangan yang lebih merangsang
atau menarik.
(6) Ketidak asingan/keakraban, lingkungan yang aman dan nyaman
secara tidak langsung dapat memberikan perasaan akrab pada lansia
terhadap lingungannya. Tinggal dalam lingkungan rumah yang baru
adalah pengalaman yang membingungkan untuk sebagian lansia.
Mencip- takan keakraban dengan para lansia melalui lingkungan
baru dapat mengurangi kebingungan karena perubahan yang ada.
(7) Estetika/penampilan, yaitu suatu rancangan lingkungan yang tampak
menarik. Keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan
80
suatu
81
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2) Upaya preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya
adalah sebagai berikut:
a) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas
dengan meng- gunakan KMS lansia.
b) Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan
kesehatan lansia.
c) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
d) Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masing-masing.
e) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
f) Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
82
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
3) Upaya kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas
panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
a) Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas
panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas
kesehatan/puskesmas.
b) Perawatan kesehatan jiwa.
c) Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
d) Perawatan kesehatan mata.
e) Perawatan kesehatan melalui kegiatan di Puskesmas.
f) Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
4) Upaya rehabilitatif
Upaya pemulihan untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal
mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan vokasional
(keterampilan). Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas
panti yang telah dilatih.
2) Fase identifikasi
Setelah data terkumpul pada fase orientasi, maka dapat disimpulkan
masalah kesehatan yang terjadi pada lansia di Panti. Kemudian
merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada lansia.
83
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
3) Fase intervensi
Melakukan tindakan sesuai dengan rencana, misalnya memberikan
penyuluhan kesehatan, konseling, advokasi, kolaborasi dan rujukan
4) Fase resolusi
Pada fase resolusi yang dilakukan adalah menilai keberhasilan tindakan pada
fase intervensi dan menentikan perkembangan kondisi pada lansia.
C. Rangkuman
1. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat di mana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
2. Tujuan umum Posyandu Lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk
mencapai masa tua yang bahagia & berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat
3. Sasaran posyandu lansia secara Sasaran langsung meliputi kelompok pra usia lanjut
usia 45 s.d 59 tahun, kelompok lansia 60 tahun keatas, dan kelompok lansia risiko
tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sasaran tidak langsung adalah keluarga yang
mempunyai lansia, masyarakat di lingkungan lansia tinggal, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan lansia, masyarakat luas.
4. Jenis pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi: promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, pengukuran tekanan darah, pengukuran gula darah dan pendidikan
kesehatan.
5. Mekanisme pelayanan posyandu lansia terdiri atas 5 meja: meja 1 pendaftaran. Meja
2 pengukuran TB, BB, dan Tekanan Darah. Meja 3 pencatatan di KMS. Meja 4
penyuluhan Kesehatan dan pemberian makanan tambahan. Meja 5 pelayanan medis.
6. Puskesmas Santun Lansia adalah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada pra Lansia danlansia yang meliputi pelayanan promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif yang lebih menekankan unsur proaktif, kemudahan proses
pelayanan, santun, sesuai standart pelayanan dan kerjasama dengan unsur lintas
sektor. Program Lansia tidak terbatas pada pelayanan kesehatan klinik, tetapi juga
pelayanan kesehatan di luar gedung dan pemberdayaan masyarakat
7. Manajemen Puskesmas Santun Lansia meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi.
8. Panti Werdha adalahunit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial
lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa
pemberian penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan,
pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta agama
sehingga mereka dapat menkmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin.
84
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
9. Tujuan Panti Werdha secara umum mencapai kualitas hidup & kesejahteraan para
lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan
nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya
dengan tenteram lahir batin.
10. Fase-fase pelaksanaan kegiatan di Panti Werdha:Fase orientasi, Fase identifikasi, Fase
intervensi, dan Fase resolusi.
Soal-soal
1. Sasaran Posyandu Lansia adalah
a. Semua masyarakat di suatu wilayah tertentu
b. Masyarakat yang berusia maksimal 60 tahun
c. Keluarga yang memiliki lansia
d. Tokoh masyarakat dan tokoh agama
e. Lansia setelah dirawat di rumah sakit
85
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
9. Lansia di Panti perlu dilakukan upaya kuratif, kegiatan yang perlu dilakukan adalah
a. Rekreasi
b. Pelatihan keterampilan fisik pada lansia
c. Perawatan pada kesehatan mulut
d. Bimbingan rohani
e. Olah raga secara teratur
10. Upaya pemulihan kondisi lansia di Panti perlu dilakukan, kegiatannya adalah
a. Rekreasi
b. Pelatihan keterampilan fisik pada lansia
c. Perawatan pada kesehatan mulut
d. Bimbingan rohani
e. Olah raga secara teratur
86
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
11. Perawat melakukan pengumpulan data di Panti Werdha untuk mengidentifikasi masalah
yang terjadi, kegiatan perawat tersebut pada fase:
a. Fase identifikasi d. Fase implementasi
b. Fase resolusi e. Fase orientasi
c. Fase intervensi
E. Referensi
1. Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu
2. Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
3. Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta di-dunia
4. Infodatin. 2014. Situasi dan Analisis lanjut usia. Kemenkes RI. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
5. Jumlah Lansia Indonesia, Lima Besar Terbanyak di Dunia.(2013). Dalam http://2010.
kemenkopmk.go.id/content/jumlah-lansiaindonesia-lima-besarterbanyak-
6. Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta
7. Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
8. Rochana, Ruliyandari. 2018. Implementasi Program “Santun Lansia” Puskesmas
Kabupaten Sleman. UAD. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 12,
Issue 1, March 2018, pp. 8 ~ 14 ISSN: 1978–0575
9. Seftiyani, Sari. 2018. Menelaah program lansia di Indonesia.
http://kependudukan.lipi. go.id/en/population-study/publich-health/532-menelaah
program-lansia-di-i ndonesia. (diakses 23 Desember 2021)
10. Stanley, M &Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik d.2.Jakarta: EGC
11. Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas Jember.
F. Glosarium
Adaptasi: penyesuaian diri lansia terhadap lingkungan sekitar/tempat tinggal
Aspek fisiologis: hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan panti werdha
berhubungan dengan fisiologi organ tubuh manusi, seperti: keselamatan,
adaptasi, orientasi
Aspek psikologis: hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan panti werdha
berhubungan dengan aspek psikologis atau perasaan manusi, seperti: privasi,
interaksi sosial,kemandirian
Diabetus melitus: suatu penyakit yang ditandai dengan adanya kadar gula dalam tubuh
diatas normal
Gula dalah urin: kadar gula didalam urin
Hempglobin: komponen dalam sel darah merah yang berperan penting untuk
mengikat oksigen dalam darah.
87
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Indeks Masa Tubuh (IMT): ukuran yang digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang
yang didapatkan dari perbandingan berat dan tinggi badan
Kader posyandu: anggota masyarakat yang bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela
Lansia: seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun
Lintas program: kerjasama di dalam lingkup Puskesmas atau lingkup Dinas Kesehatan
itu sendiri
Lintas sektoral: kerjasama dengan organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM,
dan pemerintah desa
Panti Werdha: suatu tempat untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan
memberikan pelayanan sehingga mereka merasa aman, tentram sengan tiada
perasaan gelisah maupun khawatir dalam menghadapi usia tua
Pemberian makanan tambahan (PMT): kegiatan pemberian makanan kepada balita
dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung
lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta
mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.
Posyandu lansia: merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat atau/UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut.
Privasi: hak asasi manusia yang mendasari kebebasan berserikat, berpikir dan
berekspresi, serta kebebasan dari diskriminasi.
Protein dalam urin: kondisi urine atau air kencing mengandung jumlah
albumin/protein yang tidak normal
Puskesmas santun lansia: puskesmas yang menyediakan ruang khusus untuk
melakukan pelayanan bagi kelompok usia lanjut yang meliputi pelayanan
kesehatan promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative
G. Indeks
Adaptasi, 38, 47, 58, 85, 86, 92, 104
Aspek fisiologis, 78, 85, 86
Aspek psikologis, 79, 85, 86
Diabetus melitus, 85, 86
Gula dalah urin, 85, 86
Hemoglobin, 73, 86
Hempglobin, 85, 86
Indeks Masa Tubuh (IMT), 72, 73, 86
Kader posyandu, 86
Lansia, iii, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 42, 50, 51, 53, 54, 62, 65, 66, 70, 71, 72, 73, 74, 75,
76, 78, 82, 83, 84, 85, 86, 88, 91, 92, 97, 100, 102, 104, 105
88
BAB VII
PROSEDUR TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA
LANSIA (GERONTIK)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan Terapi Kognitif pada Lansia
2. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan Terapi aktifitas pada Lansia
3. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan Bantuan aktifitas sehari-hari (activity
daily living-ADL) pada kelompok lansia
4. Mampu mendemonstrasikan senam lansia
5. Mampu memahami tentang posyandu lansia
88
ribu sehari,
89
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
tetapi pengurangan ini tidak dapat bermakna bila dibandingkan jumlah sel yang
masih ada sebagai cadangan. Ditambah lagi bukti–bukti penelitian yang
menunjukkan bahwa pada stimulasi lingkungan yang kaya (enriched environment),
jaringan antar sel dalam permukaan otak (cortex serebri) bertambah terus jumlahnya
sehingga dampaknya sumber daya otak dan kemampuan kognitif lanjut usia dapat
terus berkembang.
Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologis juga terjadi kemunduran
beberapa aspek kognitif seperti kemunduran daya ingat (memori) terutama memori
kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktifitas hidup sehari–hari, hal ini
menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain itu fungsi
belahan otak sisi kanan (right brain) sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami
kemunduran lebih cepat daripada belaham otak sisi kiri (left brain) sebagai pusat
intelegensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran belahan
otak sisi kanan pada lanjut usia anatar lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan
dan perhatian. (Kellogg, 2003).
1) Jenis kela14min
Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan fungsi kognitif
dari pada laki–laki. Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon seks
esterogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor esterogen telah
ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori,
seperti hipokampus. Penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal
dikaitkan dengan rendahnya level estradiol dalam tubuh. Estradiol
diperkirakan bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi kerusakan akibat
stres oksidatif serta sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada
pasien Alzheimer.
2) Faktor Makanan
Kekurangan vitamin D sekitar 25%-54% pada orang berusia 60 tahun
keatas dan 74% ditemukan pada wanita pada penderita Alzheimer. Hal
tersebut disebabkan oleh metabolisme vitamin D yang kurang efisien pada
orang tua. Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari, untuk
mempertahankan tingkat serum normal diet saja mungkin tidak cukup tanpa
suplementasi. Hasil dari penelitian tentang vitamin D dalam fungsi otak
adalah adanya reseptor vitamin D pada hipocampus dan merupakan
pelindung dari saraf vitro.
90
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
3) Status Kesehatan
Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan
fungsi kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis
dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi penurunan
substansi putih dan abu–abu di lobus prefrontal, penurunan hipocampus,
meningkatkan hiperintensitas substansi putih di lobus frontalis. Angina
pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit vaskular
lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif.
4) Pendidikan
Pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lanjut usia dapat
mempengaruhi secara tidak langsung terhadap fungsi kognitif seseorang,
termasuk pelatihan (indirect training). Berdasarkan teori reorganisasi
anatomis menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berkesinambungan
akan mempermudah reorganisasi internal dari otak. Tingkat pendidikan
seseorang mempunyai pengaruh terhadap penurunan fungsi kognitifnya.
Pendidikan mempengaruhi kapasitas otak, dan berdampak pada tes
kognitifnya. Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik
dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi.
5) Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja
keras/over working, seperti pada buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat
mempengaruhi fungsi kognitifnya, dimana pekerjaan yang terus menerus
melatih kapasitas otak dapat membantu mencegah terjadinya penurunan
fungsi kognitif.
Ada beberapa jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsi kognitif pada
lansia. Berikut 6 terapi yang dapat diaplikasikan bagi lansia, keluarga dan
pendamping lansia di era adaptasi kebiasaan baru ini.
91
harapan selama pandemi COVID-19, serta menuliskan refleksi atau hikmah
dari pengalaman dan harapan tersebut.
92
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Dengan melatih lansia membiasakan diri untuk menulis buku harian, dapat
melatih daya ingat serta mengisi waktu luang lansia selama adaptasi
kebiasaan baru ini.
kartu yang berpasangan saja. Kartu ini dapat dibuat sendiri dengan
mengambil gambar-gambar dari internet. Cara memainkan permainan ini
sangat mudah, yaitu saat pendamping lansia sudah ada dalam posisi
berhadap dengan lansia, pendamping mulai untuk menata kartu yang
bergambar dalam posisi tertutup. Selanjutnya, minta lansia untuk membuka
dua kartu sekaligus. Jika kartu yang dibuka tersebut terlihat 2 gambar yang
sama langsung dibuka, namun jika kartu tidak sepasang maka langsung
ditutup kembali. Lansia harus membuka kartu sampai semua kartu terlihat
berpasangan. Terapi mencocokan kartu ini bermanfaat untuk memberikan
stimulus indra penglihatan pada lanjut usia serta melatih daya ingat dan
memori pada lansia.
94
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku yang lama yang maladaptif. Upaya-upaya yang dilakukan
dalam mengatasi kecemasan pada lansia bisa dari faktor keluarga, karena keluarga
berperan penting dalam meningkatkan rasa pecaya diri lansia, kemudian faktor
lingkungan dan bisa juga dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan
untuk mendiskusikan dalam kelompok yang kemudian hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan atau persepsi atau alternative penyelesaian masalah. Yang
dilakukan dalam terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi yaitu seperti
menonton televisi, membaca majalah/ Koran, melihat gambar, dan menyanyi. Tujuan
umum dari terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi agar para lansia
mampu untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya. Sedangkan tujuan khusus dari terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi agar lansia mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya
dengan tepat dan mampu menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami (Budi Anna Keliat dkk, 2013).
a. Tujuan Terapi
Ada beberapa tujuan yang didapatkan dari terapi aktivitas kelompok, antara
lain adalah:
§ Mengembangkan stimulasi persepsi
§ Mengembangkan orientasi realitas
§ Mengembangkan stimulasi sensoris
§ Mengembangkan sosialisasi.
Terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan dalam segala usia, termasuk
kelompok usia lansia. yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah kelompok
penduduk yang memiliki rentang usia 60 tahun keatas. Pada masa lanjut usia,
akan mulai terjadi proses menghilangkan kemampuan jaringan yang digunakan
untuk memperbaiki diri serta mempertahankan fungsi normalnya dengan
perlahan sehingga nantinya tidak bisa bertahan lagi pada infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang terjadi.
b. Jenis Terapi
Berikut ini terdapat beberapa jenis terpi yang bisa diterapkan sebagai
aktivitas kelompok para lansia, diantaranya:
95
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2) Stimulasi Persepsi
Di dalam proses stimulasi ini klien akan dilatih mengenai cara
mempersepsikan stimulus yang telah disediakan ataupun yang sudah pernah
dialami. Kemmapuan untuk mempersepsikan inilah yang akan dievaluasi dan
ditingkatkan di dalam setiap sesinya.
Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih adaptif
dalam berbagai stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan
persepsi. Ada beberapa stimulus yang diberikan mulai dari membaca majalah,
menonton televisi, pengalaman dari masa lalu, dan masih banyak lainnya.
3) Orientasi Realitas
Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada di
sekitarnya, mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien, hingga
lingkungan yang memiliki hubungan dan kaitanya dengan klien. Hal ini juga
berlaku pada orientasi waktu di saat ini, waktu yang lalu, hingga rencana di
masa depan. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa orientasi orang, tempat,
waktu, benda, serta kondisi yang nyata.
4) Sosialisasi
Klien akan dibantu untuk bisa melakukan sosialisasi dengan individu-
individu di sekitar klien. Sosialiasi akan dilakukan secara bertahap secara
interpersonal, kelompok, maupun massa. Aktivitas yang dapat dilakukan
berupa latihan sosialisasi yang ada di dalam kelompok.
5) Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran,
kebersamaan, serta bagaimana memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa
kegiatan yang dilakukan semisal penanaman kangkung, lombok, bayam, dan
lainnya.
96
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
7) Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang
sudah disediakan. Misalnya saja membuat kipas, membuat sulak, membuat
bunga, menjahit, merajut, dan masih banyak lainnya.
8) Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya ingat
seseorang tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dengan
mengadakan cerdas cermat, mengerjakan tebak-tebakan, puzzle, mengisii
TTS, dan lainnya.
10) Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialiasi, gairah hidup, meng-
hilangkan rasa bosan, bahkan dapat melihat pandangan yang mana
digunakan sebagai cara mengatasi stres dan depresi. Ada beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan mulai dari mengikuti senam lansia, bersepesa,
posyandu lansia, rekreasi ke kebun raya, mengunjungi saudara, dan masih
banyak lainnya.
97
mengalami disfungsi, tidak dapat melaksanakan fungsi yang mana dituntut
oleh anggotanya.
98
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Dalam terapi keluarga, semua masalah yang terjadi di dalam keluarga akan
diidentifikasikan dan dikontribusikan dari masing-masing anggota di dalam
keluarga pada penyebab munculnya masalah tersebut. Misalnya saja penyebab
keluarga tidak harmonis. Sehingga nantinya masing-masing anggota keluarga
dapat lebih mawas diri pada masalah yang terjadi dalam keluarga dan mencari
solusi yang tepat untuk mengembalikan fungsi keluarga sebagaimana
sebelumnya.
Proses terapi ini memiliki 3 tahapan di dalamnya, fase pertama adalah
perjanjian, fase kedua adalah kerja, dan fase ketiga adalah terminasi. Pada fase
pertama, perawat dan klien akan mengembangkan hubungan untuk saling
percaya satu sama lainnya. Isu di dalam keluarga kan diidentifikasi dan tujuan
dari terapi akan ditetapkan bersama. Fase kedua atau fase kerja merupakan fase
dimana keluarga akan dibantu dengan perawat yang dijadikan sebagai terapis
yang nantinya berusaha untuk mengubah pola interaksi yang terjadi di dalam
anggota keluarga, peraturan di dalam keluarga, dan eksplorasi batasan di dalam
keluarga.
Kemudian di dalam fase terakhir keluarga akan melihat kembali bagiaman
proses yang telah dijalani selama ini untuk bisa mencapai tujuan terapi. Keluarga
juga memiliki peran yang penting dalam mempertahankan perawatan secara
berkesinambungan.
2) Kategori Sama
Disini mengartikan jika pasien yang memiliki skor hampir sama dari
kategorisasi. Pasien yang dapat diikutkan ke dalam terapi aktivitas kelompok
merupakan pasien yang akut dengan skor rendah hingga pasien pada tahap
pro motion. Bila dalam sebuah terapi pasien-pasien di dalamnya memiliki
skor yang hampir sama tentu saja tujuan dalam terapi akan tercapai dengan
mudah.
99
Pengalaman dalam terapi aktivitas kelompok yang dijalani pasien dengan
memiliki gejala yang sama, biasanya laki-laki akan mendominasi
dibandingkan dengan kaum perempuan. Sehingga akan lebih baik jika
dibedakan.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
101
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
jangan diposisikan sebagai obyek dalam segala hal. Mereka semestinya ditempatkan
sebagai subyek dengan melibatkan dan memberi mereka keleluasaan berekspresi.
Hal itu akan membuat mereka tetap berdaya dan tidak mengalami depresi (BKKBN,
2014).Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan
para lansia pada taraf setinggi–tingginya sehingga terhindar dari
penyakit/gangguan, sehingga lansia tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan
dengan mandiri (Malida, 2011). Dilakukannya pengkajian dengan menggunakan
Barthel Index sangatlah penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan
lansia dalam melaksanakan fungsi kehidupan sehari–harinya. Kemampuan fungsional
ini harus dipertahankan semandiri mungkin. Dari hasil penelitan tentang gangguan
status fungsional merupakan indikator penting tentang adanya penyakit pada lansia.
Pengkajian status fungsional dinilai penting untuk mengetahui tingkat
ketergantungan. Dengan kata lain, besarnya bantuan yang diperlukan dalam aktivitas
kehidupan sehari–hari (Ediawati, 2013).
Klasifikasi ADL (Activity of Daily Living)
a. ADL (Activity of Daily Living) dasar yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian, makan dan minum,
toileting, mandi dan berhias. Ada juga yang memasukan kontinensi buang air
besar dan buang air kecil dalam katagori ADL (Activity of Daily Living) ini.
b. ADL (Activity of Daily Living) instrumental yaitu ADL (Activity of Daily Living)
yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan
sehari- hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telepon, mengelola
uang kertas serta hal-hal yang ada pada ADL (Activity of Daily Living) dasar.
c. ADL (Activity of Daily Living) vokasional yaitu ADL (Activity of Daily Living) yang
berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
d. ADL (Activity of Daily Living) non vokasional yaitu ADL (Activity of Daily Living)
yang bersifat rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang.
103
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
105
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
5. Senam lansia
Senam bugar lansia adalah senam yang dilakukan oleh seorang lansia yang
melibatkan semua otot dan persendian (Suarti, 2009). Senam bugar lansia
merupakan senam aerobik intensitas rendah yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani jantung, paru dan mendorong jantung bekerja secara optimal
(Pudjiastuti
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
& Utomo, 2003). Senam bugar lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan
dan tidak memberatkan yang dapat diterapkan pada lansia. Melakukan senam bugar
lansia sangat bermafaat untuk menghambat proses degenerative atau proses
penuaan (Widianti & Proverawati, 2010) Tujuan senam bugar lansia diantaranya
yaitu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, meningkatkan stamina
tubuh, menjaga tubuh agar selalu dalam keadaan sehat dan aktif, melemaskan otot
dan persendian, memberikan lansia peluang untuk bersosialisasi dengan rekan
sebaya sehingga mengurangi kejenuhan dan kesepian, meningkatkan kebugaran
jasmani dan rohani (Suarti, 2009). Frekuensi senam bugar lansia Senam bugar lansia
merupakan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/ penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk
mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas).
Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang
baik yang terdiri dari kebugaran jantung dan paru, meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi, unsur kekuatan otot, kelentukan persendian (Widianti & Proverawati,
2010). Apabila orang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Senam bugar lansia dilakukan selama 30 menit
dengan tahapan lima menit latihan pemanasan, 20 menit gerakan inti, dan lima
menit gerakan pendinginan dengan frekuensi tiga sampai lima kali seminggu. Jika
melakukan senam secara rutin dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah
akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme
penurunan tekanan darah setelah senam adalah karena senam atau olahraga dapat
merilekskan pembuluh-pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh
darah tekanan darah akan turun (Thristyaningsih, 2011).
107
optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman,
maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar. Masa tua bahagia dan
berdayaguna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial, vokasional dan
spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness. Wellness merupakan suatu
pendekatan yang utuh untuk mencapai menua secara aktif. Lebih jelasnya, konsep
keenam dimensi wellness secara utuh mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Fisik mampu menjaga kesehatan fisik, melalui kebiasaan makan yang baik, olah
raga teratur, perawatan kesehatan serta menggunakan pelayanan kesehatan
yang sesuai.
b. Emosional mampu mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima perasaan
orang lain, serta memandang hidup secara positif; kemampuan untuk
membentuk hubungan dengan orang lain didasarkan pada komitmen bersama,
kepercayaan, dan rasa hormat adalah bagian penting dari kesehatan emosional.
c. Intelektual mampu mempertahankan kemampuan intelektualnya melalui
pendidikan formal maupun informal, serta kegiatan kognitif lainnya, misalnya
membaca, menulis, dan melukis; berbagi pengetahuan dan skill dengan orang
lain.
d. Sosial berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat; saling
ketergantungan dengan orang lain dan alam; mampu hidup berdampingan
secara harmonis dengan sesama dalam kehidupan sosial.
e. Vokasional mampu memberdayakan diri dalam berbagai aktivitas, baik sebagai
relawan maupun pekerjaan yang membuahkan penghasilan sehingga
memperoleh kepuasan.
f. spiritual mampu menghargai dan mensyukuri hidup dan kehidupan.
a. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan yang diberikan tidak hanya mencakup sesuatu yang
berhubungan dengan penyakit. Pada Posyandu lansia, kader juga akan
melakukan pemeriksaan aktivitas sehari-hari seperti:
• Mencatat pola makan
• Cara mandi
• Rutinitas buang air
• Kemampuan untuk berjalan dan berpakaian
109
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
C. Rangkuman
1. Pada lanjut usia selain mengalami kemuduran fisik juga sering mengalami kemunduran
fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif.
2. Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif adalah
sebagai berikut : terapi Buku Harian (Diary), terapi Pohon Keluarga, Terapi Teka Teki
Silang, Terapi Membuat Kartu Ucapan (Greeting Card), Terapi Mencocokan Kartu
(Matching Card), Terapi Senam Otak (Brain Gym).
3. Terapi aktifitas kelompok berupaya memfasilitasi beberapa klien yang bertujuan
untuk membina hubungan sosial sehingga nantinya dapat menolong klien untuk
berhubungan sosial dengan orang lainnya semisal mengajukan pertanyaan,
menceritakan dirinya sendiri, berdiskusi, menyapa teman kelompok, dan masih
banyak lainnya.
4. Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
bertujuan memberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi agar para
lansia mampu untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya.
5. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk para lansia.meliputi
pemeriksaan kesehatan fisikdan mental emosional yang dicatat dan dipantau
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). Posyandu lansia merupakan tempat pelayanan
kesehatan untuk masyarakat usia lanjut (usila) di suatu wilayah tertentu.
D. Tugas
1. Yang bukan merupakan faktor resiko terjadinya perubahan fungsi kognitif adalah
sebagai berikut :
a. Jenis kelamin
b. Faktor makanan
c. Status kesehatan
d. Pendidikan
e. Status mental
2. Beberapa jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia, antara
lain kecuali :
a. Terapi Buku Harian (Diary)
b. Terapi Pohon Keluarga
c. Terapi Teka Teki Silang
d. Terapi Membuat Kartu Ucapan (Greeting Card)
e. Hipno Therapy
3. Tujuan terapi aktivitas kelompok adalah, kecuali :
a. Mengembangkan stimulasi persepsi
111
b. Mengembangkan orientasi realitas
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
E. Referensi
Syamsuddin. 2018. Peningkatan Keberfungsian Sosial Lanjut Usia Melalui Program
Pelatihan Kembali. Sosio Informa Vol. 4 No. 02. Diakses tanggal 24 Juli 2020
melalui https://
ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/1518/866
Tim LRSLU Minaula Kendari. 2019. Modul Perawatan Sosial dan Terapi Bagi Lanjut Usia:
Modul Aplikatif bagi Pendamping Lanjut Usia dan Keluarga Lanjut Usia di Rumah.
Kendari: Loka Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia “Minaula” Kendari.
Pipit Supriyanto, 6 Jenis Terapi Bagi Lansia untuk Melatih Stimulasi Kognitif di Era
Adaptasi Kebiasaan Baru, https://puspensos.kemensos.go.id/6-jenis-terapi-bagi-
lansia- untuk-melatih-stimulasi-kognitif-di-era-adaptasi-kebiasaan-baru, di akses
tanggal 24 Desember 2021, Puspensos
Azizah, M (2011). Keperawatan lanjut Usia. Yogyakarta:GrahaIlmu.
Desy Wulandari, (2014), Pengaruh TAK Khusus Pada Penderita Harga Diri Rendah Yaitu
Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Khanza Savitra, 5 Terapi Aktivitas Kelompok Pada Lansia, di akses tanggal 24 Desember
2021, https://dosenpsikologi.com/terapi-aktivitas-kelompok-pada-lansia
Noorkasiani, S. T (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatn.
Jakarta: Salemba medika.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Getriatrik. Jakarta: EGC. Nugroho, wahjudi.
(2008). Keperawatan Gerontik&Geriatrik (edisi 3). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A (1999). Komunikasi Efektif dalam Keperawatan.Jakarta: EGC.
113
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Malida, Dyan. 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam
Melakukan Aktifitas Kehidupan Sehari–hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Kota Jambi.Diunduh dari: http://dyanmalida.
blogspot.co.id/2011/05/faktor- yangmempengaruhi-tingkat.html.
Ediawati, Eka. 2013. Gambaran Tingkat Kemandirian Dalam Actuvity Of Daily Living
(ADL) Dan Resiko Jatuh Pada Lansia DI Panti Sosial Trsna Wredha Budi Mulia 01
dan 03 Jakarta Timur.(Skripsi, Universitas Indonesia). Diunduh dari:
digital_20314351- S43833-Gambaran tingkat.pdf
Hardywinoto, Setiabudhi. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama.
Maryam, R. Siti, dk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Wahono, hesthi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu Lansia Di Gantungan Mahkamah
Komisi Nasional Lanjut Usia Jakarta, 2010, Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia
Oktalina V Purba, (2020) PERAN PELAYANAN POSYANDU LANSIA, https://www.sehatq.com/
PROFIL PENULIS
Dwi Sulistyowati.,SKp.Ns.MKes
Dwi Sulistyowati.,SKp Ns.MKes, Lahir di Medan 22Oktober 1963, pernah sekolah jurusan
kesehatan D3 Jurusan di Akper Depkes Bandung, S1 Jurusan Keperawatan di Undip
Semarang, dan S2 di UNS 11 Maret Surakarta
115
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Suryanti, S.Kep.,Ners.,M.Sc
Penulis bernama Suryanti, S,Kep.,Ners.,M.Sc. dilahirkan di Sragen, 10
Januari 1973 sebagai Anak ke 1 dari 2 bersaudara. Saat ini penulis
bertempat tinggal di Mojosongo, Solo, Jawa Tengah. Penulis lulus dari
AKPER Muhammadiyah Semarang tahun 1995, 2001 lulus dari PSIK-
UNPAD, dan 2010 lulus dari pasca sarjana IKD-biomedik FK-UGM. Penulis
bekerja di RSUD Sragen 1996-1998, tahun 1998-2015 di Poltekkes
Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Blora, dan 2015 sampai
sekarang di Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Keperawatan.
117
Catatan:
Catatan:
111