Anda di halaman 1dari 9

BAB II

RUANG LINGKUP TES BAKAT

A. Tujuan Pembelajaran
Memahami apa dan bagaimana Pemeriksaan psikologis, Pengertian
Tes bakat, Keterkaitan bakat dan inteligensi.

B. Uraian Materi
1. Pemeriksaan Psikologis
Pada dasarnya pemeriksaan psikologis adalah upaya sistematis
untuk mengungkap aspek-aspek psikologis tertentu dari individu. Fungsi
pemerikasaan psikologis dapat digolongkan untuk tujuan : seleksi,
promosi, mengidentifikasikan kemampuan/ketidakmampuan belajar
khusus, pengukuran cirri kepribadian, nilai hidup, penentuan bakat dan
minat, pengukuran perilaku, dan untuk pertimbangan klinis. Semua
pengukuran yang dilakukan dalam rangka menjelaskan dan meramalkan
perilaku.

Secara metodologis, pemeriksaan psikologis dilakukan dengan


maksud dan tujuan tertentu. Pemeriksaan psikologis bertujuan untuk
mengungkap aspek-aspek psikologis tertentu dari individu yang hendak
diperikasa yang dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena
itu tidak perlu semua aspek psikologis kita periksa, namun hendaknya
setiap pemeriksaan psikologis dibatasi sesuai maksud dan tujuan
pemeriksaan yang hendak dicapai.
Diagnostik diartikan sebagai seperangkat alat ukur yang
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang pikiran , perasaan,
persepsi dan perilaku seseorang, yang digunakan untuk membuat keputusan
diagnostic tentang orang tersebut. Karenanya psikodiagnostika adalah salah
satu bentuk pemeriksaan psikologis yang dilakukan dengan teknik-teknik
dan alat ukur tertentu yang telah di standardisir guna memenuhi sifat-sifat

1
yang melandasi perilaku dan kepribadian tertentu, sehingga menjelaskan
dinamikanya. Sedangkan pemeriksaan psikologis adalah pemeriksaan
terhadap aspek-aspek psikologis diri subjek yang hendak diperiksa untuk
suatu maksud dan tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
psikodianostik lebih bersifat khusus sedangkan pemeriksaan psikologis
lebih bersifat umum.
Terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam melakukan
pemeriksaan psikologis, antara lain :
a) Adanya kesedian dari subjek untuk diperiksa
b) Sarana dan prasarana memadai
c) Biaya terjangkau
d) Memberikan perlakuan yang sama pada semua individu yang hendak
diperiksa. Perlakuan tersebut meliputi interaksi antara psikolog dengan
kliennya, penyampaian administrasi tes, serta penyediaan lingkungan
tes. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek yang
mengerjakan tes dengan menggunakan meja akan memperoleh hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan subjek yang mengerjakan tes
tanpa menggunakan meja. Perlakuan ini juga dikaitkan dengan skor
yang diperoleh subjek nantinya. Maksudnya adalah skor-skor yang
diperoleh subjek dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya.
Keseragaman dalam proses pemeriksaan psikologis harus dimulai dari
memapankan sikap subjek yang hendak diperiksa, terutama yang
menyangkut dengan rapport, ego involvement, dan motivasi. Rapport,
adalah interaksi yang enak, saling dapat menerima, tanpa prasangka, dan
tekanan antara pemeriksa dengan subjek. Rapport sangat besar
pengaruhnya terhadap hasil pemeriksaan. Agar hal ini bisa tercapai maka
pemeriksa harus memberikan kesan bahwa dirinya ramah, dapat
dipercaya, dan bersikap membantu. Ego involvemet adalah situasi yang
melibatkan kepentingan subjek. Ego involvement perlu dibangkitkan
sebelum pengetesan dilakukan agar dapat diperoleh suatu kerja sama yang
baik antara pemeriksa dengan subjek. Hal ini dapat dilakukan dengan

2
membantu perasaan bahwa kepentingan subjek turut terlibat didalamnya
dan pemeriksaan yang dilakukan bukan hanya semata-mata untuk
kepentingan pemeriksa saja.
Motivasi berkaitan dengan dorongan yang sebaik-baiknya pada
subjek. Yang dimaksud dengan sebaik-baiknya adalah tidak selalu identik
dengan skor yang tinggi. Pada pengukuran aspek kognitif memang
diarahkan pada subjek untuk berusaha semaksimal mungkin karena
pengukuran dilakukan berdasarkan pada the highest level of performance,
sedangkan pengukuran non kognitif, motivasi diarahkan pada kemauan
subjek untuk menjawab inventori itu sesuai dengan keadaan dirinya. Perlu
ditekankan bahwa pada inventory tidak ada jawaban yang salah dan yang
benar asalkan sesuai dengan kondisi atau keadan dirinya.
Pemeriksaan psikologis dapat diterapkan di berbagai bidang
misalnya industri, pendidikan, perkembangan, dan klinis. Seperti yang telah
disinggung diatas, bahwa alat ukur yang digunakan dalam pemeriksaan
psikologis bermacam-macam. Secara garis besar alat ukur dapat
diklarifikasikan kedalam tes inteligensi, tes bakat, tes kepribadian, dan tes
minat. Kedua tes pertama disebut dengan tes kognitif dan dua tes terakhir
disebut tes non kognitif.
Sebelum pemeriksaan menentukan alat ukur apa yang akan
digunakan maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a) Pemeriksa harus memahami terlebih dahulu permasalahn yang dihadapi
oleh subjek.
b) Tentukan aspek-aspek psikologi yang relevan dan perlu diketahui.
c) Tentukan alat ukur yang dapat mengungkap aspek-aspek tersebut. Jika
ada dua alat ukur yang mengukur aspek yang sama maka yang perlu
dipertimbangkan adalah validitas, reliabilitas, keluwesan dan segi
ekonominya.
Setelah ditentukan alatnya barulah pemeriksaan dilakukan. Adapun
tahap pemeriksaannya adalah. : (a) tahap persiapan yang meliputi
mempelajari masalah, merencanakan prosedur, dan merencanakan teknik

3
pengumpulan data, (b) mengumpulkan data, (c) mengolah data yang telah
dikumpulkan, dan (d) menyampaikan hasil.
Contoh Kasus :
Hari itu dua orang anak muda yang berteman sangat
berbahagia. Hari itu adalah hari wisuda kelulusan sarjana mereka.
Roni lulus dengan IPK terbaik hampir 4, sedangkan teman baiknya,
Eko lulus dengan nilai IPK baik yaitu hampir 3. Mereka berteman.
Eko memang memiliki kecakapan luwes dalam berteman, baik
berteman dengan Roni atau dengan lainnya. Tetapi Roni berbeda, ia
dapat berteman hanya dengan orang-orang tertentu saja meskipun ia
sangat pandai dalam bidang akademis.
Roni dan eko memiliki nasib yang beruntung. Mereka diteri
kerja di perusahaan yang sama, sesuai dengan keahlian mereka tidak
lama setelah lulus. Roni, karena nilai akademisnya begitu bagus
memperoleh gaji awal lebih baik dibanding Eko sekitar 1,5 kali
lebih besar.
Sampai tahun kedua bekerja, prestasi mereka berkembang
tanpa ada yang aneh. Tetapi setelah tahun keempat, terjadi
perubahan yang mencolok. Eko memiliki prestasi yang lebih bagus
melampaui prestasi Roni diukur dari berbagai aspek. Meskipun nilai
akademis dan gaji awal Roni lebih bagus, Eko memiliki
keterampilan lain.
Eko adalah orang yang mampu berkawan secara fleksibel,
berkomunikasi dengan jelas, dan kompetensi yang memadai. Eko
berhasil membangun kerja tim yang tangguh dan mampu
berkomunikasi efektif baik dalam tim maupun ke pihak luar.
Sebaliknya, Roni memiliki kompetensi teknis brilian tetapi sulit
dipahami dan dikomunikasikan dengan anggota tim apalagi kepada
pihak luar. Berbagi proyek besar diselesaikan Roni sendirian, tanpa
bantuan yang signifikan dari anggota tim lainnya.

4
Semakin hari tim yang dipimpin Eko dan yang dipimpin
Roni semakin berkembang dan menghadapi tanggung jawab yang
semakin besar. Tim Roni sangat mengandalkan kompetensi Roni.
Sedangkan tim Eko, telah terbiasa kerjasama dalam komando Eko.
Dalam beberapa proyek besar, tim Eko mendapat kepercayaan lebih
besar karena tim Eko mampu menjelaskan dengan baik segala
kebijakan yang diambil. Sedangkan tim Roni sering mengalami
kesulitan komunikasi meskipun secara teknis mungkin kompetensi
mereka tidak kalah bagus. Tetapi pihak luar cenderung mengambil
keputusan mempercayai tim Eko karena segala sesuatunya dapat
dipahami dan resikonya dapat diperhitungkan.
Sampai akhirnya Eko diangkat untuk menjadi pemimpin
yang lebih besar tanggung jawabnya termasuk membawahi tim Roni.
Eko memperoleh dukungan yang besar baik dari atasan, teman,
maupun bawahan. Roni sendiri sangat senang Eko menjadi
atasannya, karena Ekolah yang mampu memahami ide brilian dan
sulit dari Roni untuk dijelaskan kepada anggota tim dan pihak luar.
Mereka menjadi tim yang kompak di pimpin oleh Eko. Prestasi Eko
melejit jauh melampaui Roni dan Roni berkembang berkat bantuan
Eko.
Dari contoh kasus di atas, kenapa Prestasi Eko lebih melejit dari Roni,
bagaimana hal tersebut isa terjadi? Faktor apa yang berperan dalam kasus
tersebut?

2. Apakah Bakat itu ?

Pertanyaan mengenai “apakah bakat itu”, telah banyak sekali menimbulkan


persoalan. Usaha untuk menjawab pertanyaan tersebut telah melahirkan
bermacam-macam jawaban yang satu sama lain berbeda. Sebagai ilustrasi di
bawah ini diberikan beberapa definisi, sebagai hasil hasil dari usaha menjawab

5
pertanyaan di atas. William B. Michael memberi definisi mengenai bakat sebagai
berikut :
An aptitude may be defined as a person’s capacity, or hypothetical potential,
for acquisition of a certain more or less well defined pattern of behavior
involved in the performance of a task respect to wich the individual has had
little or no previous training (Michael, 1960, p.59)
Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu
untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan
mengenai hal tersebut.
Bingham memberikan definisi sebagai berikut :
Aptitude…as a condition or set of characteristics regarded as symptomatic
of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified)
knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a language,
to produce music, …etc. (Bingham, 1937, p.16)
Dalam definisi ini Bingham menitik-beratkan pada segi apa yang dapat dilakukan
oleh individu, jadi segi performance, setelah individu mendapatkan latihan.
Woodworth dan Marquis memberikan definisi demikian : “aptitude is
predictable achievement and can be measured by specially devised test”
(Woodworth dan Marquis, 1957, p.58).
Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis di masukkan dalam
kemampuan (ability). Menurut dia ability mempunyai tiga arti, yaitu :
1. achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung
dengan alat atau test tertentu.
2. capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan
individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan training yang
intensif dan pengalaman.
3. aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap / diukur dengan test
khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Selanjutnya Guilford memberikan definisi yang lain lagi coraknya, yaitu :
yang menyatakan bahwa “…..Aptitude pertains to abilities to perform. There are

6
actually as many abilities as there are actions to be performed, hence traits of this
kind are very numerous” (Gillford, 1959, p.8). Di dalam pembahasannya
Guildford mengemukakan , bahwa aptitude itu mencakup 3 dimensi psikologis,
yaitu :
1. Dimensi perceptual,
2. Dimensi psikomotor, dan
3. Dimensi intelektual
Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan itu terbukti bahwa tidak ada
keseragaman pendapat di antara para ahli, mengenai soal”apakah bakat itu”.
Namun perbedaan-perbedaan pendapat mereka sebenarnya tidak sebesar rumusan-
rumusan tersebut. Rumusan-rumusan yang berbeda-beda tersebut sebenarnya
merupakan penyorotan masalah bakat itu dari sudut yang berbeda-beda, jadi di
samping adanya perbedaan antara pendapat yang satu dan pendapat yang lain,
pendapat-pendapat tersebut juga saling melengkapi.
Orientasi yang lebih luas mengenai berbagai pendapat tentang bakat
menunjukkan, bahwa analisis tentang bakat selalu seperti setiap analisis
psikologis yang lain merupakan analisis tentang tingkah laku. Dan dari analisis
tentang tingkah laku itu kita ketemukan, bahwa dalam tingkah laku itu kita
dapatkan gejala sebagai berikut :
a Bahwa individu melakukan sesuatu,
b Bahwa apa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu
(atau mempunyai akibat atau hasil tertentu), dan
c Bahwa dia melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu.
Karena itu analisis tingkah laku ini memberi kesimpulan bahwa tingkah
laku mengandung tiga aspek, yaitu :
a Aspek tindakan (performance atau act)
b Aspek sebab atau akibatnya (a person cause a result)
c Aspek ekspresif
Atas dasar pandangan operasional, banyak ahli yang hanya membahas
aspek yang kedua, terlebih-lebih kalau pembahasan itu akan dipakai sebagai titik
tolak pengukuran bakat.

7
Beberapa definisi bakat menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a) Kamus psikologi pendidikan
Bakat adalah sesuatu yang menunujukkan secara pasti kecakapan atau
kemampuan dalam batas usaha memilih kemampuan-kemampuan seni,
belajar, sekolah untuk mendapatkan keahlian-keahlian dalam bidang tertentu.
b) Ditionary Of Psychology (HC Warren)
A condition or set of characteristic regarded as symptomatic of an individual
ability to acquse with training some (ussualy specified) knowledge skill, or set
of responses, such as the ability to speak a language to produce music, etc.
c) Woordworth
Bakat terdiri dari 3 komponen yaitu :
1. Prestasi (achievement) yaitu kemampuan yang actual dan dapat diukur
secara langsung melalui alat ukur tertentu.
2. Kemampuan dasar (capacity) yaitu kemampuan yang tidak dapat diukur
secara langsung, tetapi dapat diketahui secara tidak langsung dengan
membandingkan antara kemampuan yang ada dengan pengalaman.
3. Aptitude yaitu kemampuan yang dapat diukur dengan alat yang disebut tes
aptitude.
d) Flanagan
Bakat adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, yang merupakan kapasitas
belajar seseorang. Perkembangannya di pengaruhi oleh beberapa factor dalam
lingkungan seperti : minat, kebudayaan setempat, kondisi fisik, latihan,
lingkungan social ekonomi, dan inteligensi.
e) Bingham
Bakat merupakan potensi hasil belajar individu. Bingham mendasarkan
teorinya pada aliran behaviorisme dan menganggap tidak ada unsure bawaan
sama sekali. Jadi apa yang dipelajari seseorang akan mengendap dan itulah
yang disebut dengan potensi dasar.
Ada pula para ahli lainya yang mendefinisikan bakat mejadi definisi teoritis
dan operasional. Berdasarkan definisi teoritis, bakat adalah potensi yang brasal
dari kristalisasi pengalaman individu (bukan bawaan). Sedangkan berdasarkan

8
definisi operasional, bakat adalah sejumlah kemampuan khusus yang mendukung
suatu bidang kerja (okupasi) yang tergambar dalam suatu profile.
Dari beberapa definisi bakat di atas, maka terdapat salah satu definisi yang
kerapkali digunakan yaitu definisi yang mengatakan bahwa bakat adalah
kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana kesuksesan individu untuk
memperoleh keahlian/pengetahuan tertentu, bila individu itu diberi latihan-latihan
tertentu. Bakat itu sendiri mengandung pengertian-pengertian sebagai
berikut :
a) Merupakan kapasitas laten
b) Merupakan kemampuan (potensi) dasar
c) Merupakan kemampuan actual individu agar individu dapat menyesuaikan
diri dalam bidang tertentu menuju kesuksesan.
d) Merupakan caracteristict set yaitu kemampuan individu yang dicapai
melalui training khusus.
e) Merupakan kondisi simptomatik dari seseorang yang selalu dikembangkan
sesuai dengan interest dan kemampuannya.
f) Merupakan sekolompok factor fisik dan mental yang didapat, yang
membuat seseorang berbeda dan prestasi dan akan menjadi factor tetap
bila mendapatkan latihan tepat pada waktunya.

Latihan /Tugas
1. Apa fungsi pemeriksaan psikologis?
2. Sebutkan ahli ahli yang lebih menekankan peran bawaan daripada lingkungan
dalam menjelaskan bakat.
3. Jelaskan keterkaitan bakat dengan inteligensi.

Anda mungkin juga menyukai