Anda di halaman 1dari 7

NOTARIS DAN MONEY LAUNDRING DALAM BISNIS COMPANY

“ Adanya indikasi (Beneficiary Ownership) yang identik dengan permodalan dalam perusahaan
keterlibatan Perangkat PT PMA (Shareholder, Direktur maupun Dewan Komisaris) yang berkedudukan di
Indonesia baik itu dalam hal Tindakan (Money Laundring) yang termasuk atas Tindak Pidana Pencucian
Uang dan Tindak Pidana Terorisme, Maka perlu adanya pengenalan asas Prinsip Mengenali Pemilik
Manfaat dari Korporasi untuk Notaris maupun semua pihak yang terlibat agar dapat mengetahui
maksud tertentu dalam hal penanaman modal baik local maupun asing, dengan adanya PP 13 tahun
2018 dinilai sangat membantu dalam upaya pemerintah untuk membersihkan perusahaan yang tidak
jujur dalam etika berbisnis. “

Untuk memenuhi tuntutan tersebut pemerintah membutuhkan factor pendukung baik dalam negeri
maupun luar luar negeri, baik dalam kerjasama bilateral maupun multilateral antar negara. Dengan
dukungan seluruh komponen bangsa, ekskutif maupun legislatif, membuat kebijakan-kebijakan yang
dianggap tepat sasaran bagi terlaksana dan tersenggalaranya apa yang menjadi tujuan tersebut, dalam
sektor sumber dayanya berupa pangan, pendidikan, kestabilan logistic, daya tarik pariwisata dan lain-
lain yang dapat mendongkrak peruntungan bagi keberlangsungan sektor ekonomi Indonesia.

Pemerintah mengidentifikasi adanya keterlibatan tindakan pencucian uang maupun tindakan terorisme
terhadap oknum-oknum yang terindikasi kedalam beneficiary ownership (BO) yang mau tidak mau
melibatkan hubungannya dengan rekan-rekan pejabat umum yang berwenang bertindak membuat akta
otentik selaku Notaris dan PPAT dan tidak hanya sampai disitu saja, tanggungjawabnya tidak hanya
sebatas melegalkan dan memuluskan terbentuknya PT PMA yang berkedudukan di Indonesia juga
bertanggungjawab seluruhnya atas Pernyataan Keputusan Rapat (PKR) para pemegang saham setiap
diadakannya dan wajib dicatat sebagai perubahan atas anggaran dasar yang sebagaimana tercantum
dalam keputusan baik Rapat Umum Pemegang Saham itu sendiri maupun Luar Biasa prihal menekankan
mengenai adanya perubahan atas kedudukan pemegang saham.

Adanya hal-hal yang dimaksud mengenai pemilik manfaat, dan identifikasi sebagai pemilik modal yang
sesungguhnya. Pemilik manfaat adalah orang perseorangan yang dapat menunjuk atau memberhentikan
direksi, dewan komisaris, pembina maupun pengurus korporasi, memiliki kemampuan untuk
mengendalikan korporasi, berhak atas dan/ atau menerima manfaat dari korporasi, baik langsung
maupun tidak langsung, merupakan pemilik sebenarnya dari dana atau saham korporasi dan/ atau
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden ini pada pasal 1 Perpres 13 Tahun
2018 (Yetty Kumalasari, 2019) .
Melalui Perpres Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik dari Korporasi
dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana
Pendaanaan Terorisme; dan Permenkumham Nomor 15 Tahun 2019 tentang Tata cara Pelaksanaan
Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi. Jika dilihat kembali aneh rasanya apabila
pejabat umum pembuat akta notariil (Notaris) disandingkan pada perpres Nomor 13 Tahun 2018
tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik dari Korporasi dalam Rangka Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Adapun
beberapa dari pasal yang menyebutkan Keterkaitan Notaris akan tetapi tidak mengenal siapa
sebenarnya yang menerima manfaat dari korporasi tersebut. Ketentuan yang sudah semestinya di kenali
yakni ;

Pasal 18 ayat 3 bahwa pihak yang dapat menyampaikan informasi Pemilik Manfaat dari Korporasi
Meliputi : a. Pendiri atau pengurus korporat; b. Notaris; atau c. Pihak lain yang diberi kuasa oleh pendiri
atau pengurus Korporasi untuk menyampaikan informasi Pemilik Manfaat dari Korporasi. Dan;

Pasal 22 ayat 1 Korporasi, Notaris, atau Pihak lain yang menerima kuasa dari korporasi wajib
menatausahakan dokumen terkait Pemilik Manfaat dari korporasi dalam jangka waktu paling singkat 5
(lima) tahun sejak tanggal pendirian atau pengesahan Korporasi.

Baca Juga :

Membangun Kesadaran Kolektif Pengurangan Risiko Bencana

Apa yang terjadi apabila terdapat penyelundupan kepentingan yang terselubung di dalam perangkat
badan usaha maupun badan hukum, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA), katakan saja yang salah
satu direkturnya merupakan salah seorang yang bukan merupakan benar-benar yang berkompeten dan
hanya dimanfaatkan sebagai pihak pemutus bagi oknum yang berkepentingan. Jika dipikirkan kembali
secara bersama memang benar adanya korelasi tolok ukur hubungan antara Pengaturan yang satu ini.
Dengan adanya pemanfaatan pihak yang ada diluar perusahaan dengan mensabotase suatu perusahaan
berskala internasional yang berkedudukan di Indonesia yang terbentuk menjadi PMA, dengan adanya
kemajuan teknologi yang tidak kita sadari dapat membuat lintas batas-batas negara semakin sempit dan
memberi skala besar terhadap gambaran dimasa depan terhadap keadaan dari Kejahatan dunia luar
yang tentu saja dapat masuk kedalam suatu negara dengan sangat mudah beberapa telah ditekankan
yakni mengenai TPPU dan TPT.

Gambaran umum mengenai pencucian uang (Money Laundering) terdapat pada Pasal 1 angka (1) UU
No. 8 Tahun 2010 disebutkan bahwa pencucian uang ialah segala perbuatan yang memenuhi unsur-
unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang tersebut. Unsur suatu tindak
pidana dinyatakan sebagai tindak pidana pencucian itu sendiri ada 3 yakni : Pelaku, Perbuatan (transaksi
keuangan atau financial) dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan dari bentuknya yang tidak sah (illegal) seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah (legal).
Merupakan hasil tindak pidana.

Berikut merupakan 3 jenis tindak pidana pencucian uang dan contoh ilustrasi kasus, yakni :

Tindak Pidana Pencucian Uang yang diakomodir di dalam Pasal 3

Setiap Orang yang menempatkan mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,


menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata
uang atau surat berharga, atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling lam 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000.00 (sepuluh milyar rupiah)

Contoh kasusnya adalah Pembelian Saham PT X oleh Antok N, dimana pembelian saham yang
dilakukannya hanya perusahaan-perusahaan dilingkungan saja dengan tawaran lebih tinggi. Nazarudin
melakukan ini untuk menyimpan uangnya ke dalam system yang lebih aman dan berorientasi untuk
mendapatkan keuntungan.

Tindak Pidana Pencucian Uang yang diakomodir di dalam Pasal 4

Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana (sesuai pasal 2 ayat (1) UU ini ) dipidana karena Tindak
Pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
banyak Rp 5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah)

Misalnya penyamaran dana yang dilakukan oleh si X yang merupakan karyawan Bank. Dalam kasus
tersebut. Melakukan perbuatan Tindak Pidana penggelapan dana nasabahnya dengan mengalihkan dana
nasabah ke tabungannya dan seterusnya. Selanjutnya, dana tersebut ditransfer ke beberapa tabungan
adik, ibu serta suaminya. Tersebut, maka X telah menyamarkan asal-usul uang hasil penggelapan
tersebut.

Tindak Pidana Pencucian Uang yang diakomodir di dalam Pasal 5


Setiap orang yang menerima, atau menguasai, penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana (sesuai Pasal 2 ayat (1) UU ini) dipidana karena Tindak Pidana
Pencucian Uang dengan Pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1 Milyar.

Melanjutkan contoh kasus dari poin 2 di atas, maka adik, ibu beserta suaminya yang menerima
transferan dari X dan menikmatinya dengan dipakai untuk membeli beberapa barang seperti apartemen
dan mobil, maka juga dapat dikenakan Pasal 5 Undang-undang ini, karena mereka telah menerima uang
yang baik diketahui atau seharusnya patut diduga bahwa uang tersebut adalah hasil tindak pidana.
(Artikel Online, Bp Lawyer, 2019)

Tindak Pidana Terorisme

Sangat diperlukan adanya wawasan tambahan kita agar mengetahui lebih, siapa saja pihak-pihak pemilik
manfaat yang memiliki tujuan pemanfaatan kepentingan dari pihak PMA itu sendiri. Dalam hal ini
terdapat indikasi adanya penyelundupan berupa Benificiary Ownership, walaupun dalam konteks
pejabat itu sendiri tidak berwenang namun paling tidak kita dapat mengantisipasi adanya tindakan-
tindakan tersebut dengan harapan tidak menjadi dasar keterlibatan dan menjatuhkan peran selaku
pejabat umum atas dasar keterlibatan apabila dalam tindakannya terdapat unsur tindak pidana atau
termasuk kedalam unsur pencucian uang maupun terorisme.

Baca Juga :

Fahri Usulkan Undang-Undang Tentang Penyadapan Dibuat Melalui Perppu

Beberapa unsur dari prinsip yang dapat mengenali pemilik pemanfaatannya yakni :

Berasal dari Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Costumer/Client – KYC) yang sudah dikenal dalam
dunia perbankan dan kemudian anti pencucian uang.

Proses untuk identifikasi dan verifikasi identitas klien guna menilai kesesuaian klien.

Menekankan analisis pada potensi resiko dan niat buruk yang dilakukan dalam hubungan bisnis.

Prinsip mengenal pemilik Manfaat (Know Your Beneficiary Owner – KYBO) menerapkan prinsip
identifikasi, verifikasi dan pemantauan transaksi untuk mengetahui pemilik manfaat sebenarnya dari
korporasi
Hendaknya dalam hal ini jika terdapat hal-hal yang melibatkan akta Notaris dalam kapasitas Notaris
menjalankan wewenangnya selaku pejabat umum dan termasuk kedalam indikasi adanya pihak-pihak
oknum yang membuat Notaris terjebak kedalam suatu unsur keterlibatan suatu persoalan seperti
adanya tindakan pemanfaatan pemilik seperti halnya Nominee dalam PT PMA yang terkualifikasi adanya
tindakan pihak ketiga selaku penguasa dari pemanfaatan pemilik (shareholder) dari PT tersebut dan
adanya dugaan tindakan membahayakan yang terselubung seperti tindak pidana pencucian uang atau
tindak terorisme.

Pemerintah selaku badan yang merancang atau melegalkan suatu peraturan hendaknya wajib
melibatkan berbagai pihak khususnya Notaris yang erat hubungannya dengan prosedur; baik
merancang, membentuk atau mengubah sebuah perjanjian, bentuk Badan Hukum PT yang terkait
kedalam suatu kebijakan hukum yang urgensi membahayakan nyawa orang banyak dan menyangkut
kedalam tindakan membawa keuntungan bagi pribadinya sendiri sekelas PP 13 tahun 2018. Melalui
tindakan atas dasar pembelaan hal-hal yang berhubungan dengan hal yang berbau keselamatan orang
banyak dan merugikan kemaslahatan orang banyak, dasar dari adanya tindakan pembelaan tersebut
Pasal 27 ayat( 3) UUD yakni “ Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. pasal 30 ayat ( 1) yakni “ Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

Jika sistemisasi pada komunikasi antara pemerintah dengan berbagai stakeholder terkait adanya wacana
yang dapat membahayakan masyarakat menjadi faktor penting dalam sebuah visi dan misi melawan
adanya gangguan pihak yang dikatakan dapat merugikan HAM banyak sudah dipegang, maka sudah
pasti dapat melakukan tindakan secara tegas (eksplisit) dengan meminimalisir dampak dari isu maupun
persoalan tersebut. Dengan mengajak menindak pihak terkait dan melakukan penyuluhan kepada
Notaris dan pihak lain melalui pengenalan suatu tindakan yang memiliki unsur tindak pidana pencucian
uang maupun tindak pidana terorisme.

Konsep Beneficiary Ownership untuk pertama kali dinyatakan dalam Model Tax Convention on Income
and on Capital – Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) – (OECD Model)
tahun 1977 terkait dengan pasal 10 (dividen), pasal 11 (bunga), dan Pasal 12 (royalti). Konsep
Beneficiary Ownership itu sendiri bertujuan untuk menentukan keterkaitan antara penghasilan dividen,
bunga dan royalty yang timbul di negara sumber dan subjek pajak di negara lain yang berhak untuk
menikmati fasilitas penurunan tarif yang disediakan oleh P3B. Berperan penting untuk menentukan
pihak yang berhak menggunakan fasilitas penurunan tariff dalam P3B, agar tidak disalahgunakan
(memberikan batasan yang jelas tentang pihak yang dianggap sebagai penerima fasilitas tariff pajak yang
lebih rendah di negara sumber atas penghasilan dividen, bunga dan royalty). Dalam hal ini
dimanfaatklan oleh oknum sekelas penjahat Internasional itu sendiri mengamankan dana hasil
pencucian uangnya hasil dari tindakan menyinpangnya kedalam korporasi sekelas penanaman modal di
suatu negara khususnya Indonesia yang peluangnya sangat terbuka bagi investasi baik dalam dan luar
negeri.

Dalam ranah Hukum Internasional terdapat point yang mengatur mengenai bagaimana sebuah
perbuatan Beneficiary Ownership bisa dikualifikasikan kedalam tindakan on rectmatigeedaad
Compliance dengan standar FATF yakni mematuhi 1 dari 10 prinsip G-20 peningkatan upaya pencegahan
TPPU Penyalahgunaan perusahaan berbadan hukum (legal person) tindakan dalam criminal. Terdapat
dual ownership pada konsep Common Law yakni legal dan beneficial owner oleh pemegang hak yakni
beneficiary sebagai pelaku pemegang hak untuk menikmati kebendaan.

Trust – legal ownership oleh trustee yang memegang legal title dan mengelola kebendaan (atas nama
trustee), beneficial ownership oleh beneficiary yang memegang hak untuk menikmati kebendaan

Berdasarkan hukum kebendaan (property) bukan lah hal yang termasuk kedalam sebuah perjanjian.
(Yetty Kumalasari, 2019)

Baca Juga :

Bawaslu Karangasem Perpanjang Perekrutan PKD di Kecamatan Karangasem

Terdapat sebuah keadilan terhadap pemenuhan hak bagi beneficial yang diberikan kepada beneficiary
dan legal right diberikan kepada trustee (seseorang yang dipercayakan). Trustee-lah pemilik dari hak
atas kebendaan (title) dalam system kepercayaan tersebut (Trust). Dalam hal Konsep tindak pidana
dalam Beneficiary Ownership ini terdapat ketentuan baru yang dibebankan kepada Notaris akan tetapi
tanpa melibatkan organisasi Notaris saat pembuatan ketentuan tersebut, entah apa yang menjadi dasar
alasannya mengenai pembentukannya PP 13 tahun 2018 tentang Prinsip Mengenai pemilihan manfaat
dari koorporasi dalam pencegahan pencucian uang. Ketentuan yang sangat berat untuk dipahami oleh
Notaris apalagi oleh masyarakat awam. Ketentuan ini memang dijadikan dasar bagi pemerintah untuk
mencegah penggunaan korporasi dengan cara kamuflase menggunakan nama orang lain di sebagai
pemegang saham tetapi orang yang mendapat manfaatnya adalah orang lain dan bukan orang yang
sebenarnya pemilik modal dalam PT PMA tersebut. Selain untuk mendeteksi agar tidak masuknya dana
bagi terorisme yang memanfaatkan koorporasi, sebagaimana diatur dalam UU Terorisme.

Bagaimana semestinya benar-benar kejelasan keterangan ini agar beban yang diberikan kepada Notaris
tidak menjerat anggota Notaris tanpa mengetahui dana yang dipergunakan dalam modal korporasi
tersebut dari pencucian uang diperlukan perlindungan hukum atas pelaksanaan profesi Notaris, untuk
menanggulangi dan mencegah maraknya kasus dari pencucian uang maupun tindak pidana teroris
berupa beneficiary ownership maupun legal ownership. Tanggung jawab Notaris dan PPAT termasuk
pihak wajib yang menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa wajib melaporkan transaksi keuangan
mencurigakan. Pembelian dan penjualan property , pengelolaan terhadap uang, efek, dana tau produk
jasa keuangan lainnya . Pengelolaan rekening giro, rekening tabungan, rekening deposito, dan/atau
rekening efek, dan pengoperasian dan pengelolaan perusahaan.Pendirian, pembelian dan penjualan
badan hukum (Wenny Setiawati, 2019).

Notaris dan PPAT wajib memiliki kebijakan dan prosedur untuk mengelola dan memitigasi resiko
pencucian uang dana tau pendanaan terorisme yang diidentifikasi sesuai dengan penilaian resiko.
Notaris juga dapat melakukan penilaian resiko dan mengelompokan pengguna jasa berdasarkan tingkat
resiko terjadinya tindak pidana. Notaris dan PPAT dilarang membuka atau memelihara rekening anonym
atau rekening yang menggunakan nama fiktif. Jadi betapa penting dan sangat berat tanggung jawab
Notaris dan PPAT karena sesuai dengan dinamika dunia kenotarisan yang ikut membantu proses
jalannya investasi kebijakan ekonomi negara melalui pendirian korporasi dan atau PT PMA yang
berkedudukan di Indonesia nantinya jangan sampai digunakan sebagai alat kamuflase bagi penjahat
internasional yang ingin memanfaatkan dan menyembunyikan dengan mengkonversi harta mereka
yang tidak halal tersebut kedalam komposisi saham PT PMA tersebut.

Pada akhirnya jika tidak dipahami dengan benar hal ini akan sangat membebankan Notaris dan PPAT .
Disisi yang lain untuk tercapainya investasi yang baik maka diperlukan adanya system yang baik pula ,
tidak hanya sektor penyuluhan terkait dugaan Pemanfaatan pihak korporasi TPPU dan TPT dan
membahas mengenai prinsip kehati-hatian dan ketelitian didalamnya, tapi juga tindakan tegas bersama
tidak hanya pemerintah namun juga melibatkan para pihak saat berkoordinasi negara-negara
bersangkutan, dan lain-lain. Belajar dari negara yang pernah menangani kasus besar pada bidang TPPU
dan TPT dalam penanggulangan terhadap pengambilan keputusan mengenai langkah selanjutnya
terhadap adanya dugaan pemanfaatan perangkat korporasi PT PMA yang didalangi oleh penjahat
internasional demi terciptanya suasana yang kondusif dan aman yang tentunya melalui keuntungan-
keuntungan investasi bagi berbagai pihak khususnya bagi masyarakat itu sendiri yang menerima dampak
melalui surplus perdagangan negara yang memperkokoh ketahanan ekonomi mengenai Pemerataan
ekonomi yang mensejahterakan kian hari kian lebih baik. Semoga.

PDC,120919

Anda mungkin juga menyukai