Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dian Octaviani

NIM : 20/463158/SA/20725
Prodi : Sejarah
Mata kuliah : Sejarah Asia Tenggara

Gerakan Nasionalisme Perempuan Di Asia Tenggara: GERWANI dan


GABRIELA Women’s Party
Di seluruh Asia Tenggara, awal abad kedua puluh menghasilkan aktivitas reformis yang
diarahkan untuk mengubah praktik-praktik mapan, baik yang berasal dari pribumi maupun
kolonial. Salah satu aktivitas modernis mengarah pada pembentukan pemerintahan untuk negara-
negara yang menggantikan rezim kolonial setelah 1945, dan bagian dari tugas bab ini adalah
menjelaskan peran gerakan politik modernis dalam peristiwa-peristiwa yang mengarah pada
pembentukan negara-negara penerus ini. Gerakan-gerakan seperti itu secara konvensional
disebut nasionalis, tetapi kebanyakan dari mereka mewakili nasionalisme dari jenis tertentu,
berdasarkan wilayah yang berisi populasi heterogen daripada kelompok orang dengan
karakteristik budaya yang sama. Gerakan modernis besar pertama yang diarahkan melawan
pemerintahan kolonial di Asia Tenggara berkembang di Filipina. Gerakan nasionalisme di Asia
Tenggara terutama di Indonesia dan Filipina, muncul dari tekad mereka untuk lepas dari
kekangan orang-orang Barat yang menjajah negaranya. Gerakan nasionalisme tidak hanya
dilakukan oleh kaum laki-laki saja, melainkan para perempuan juga ikut turun andil dalam
gerakan nasionalisme. Hal itu juga berlaku di Indonesia, jika di Indonesia mempunyai Gerwani,
begitu pula di Filipina juga memiliki GABRIELA. Apa itu GERWANI dan GABRIELA
Women’s Party? Akan kita bahas pada paragraf selanjutnya.

GERWANI atau gerakan Wanita Indonesia merupakan organisasi perempuan terbesar di


Indonesia pada tahun 1965. Organisasi berhaluan sosialis feminis yang pada awal-awal
berdirinya dicap sebagai kelompok perempuan asusila dan kejam. Organisasi bergerak untuk
memberantas buta huruf dan ikut mendirikan sekolah. Banyak perempuan yang tidak bisa
membaca dan menulis, orang-orang Gerwani yang membantu. Tidak hanya fokus pada isu-isu
perempuan tetapi juga turut andil dalam isu-isu politik nasional. Gerwani sangat memperhatikan
masalah sosialisme dan feminisme termasuk reformasi hukum perkawinan, hak-hak buruh, dan
nasionalisme Indonesia. Namun organisasi ini kemudian hilang bak ditelan bumi setelah kejadian
Gerakan 30 September 1965. Gerwani memang bergabung dengan Partai Komunis Indonesia,
sehingga ketika terjadi tragedi besar itu Gerwani ikut dieret dalam kasus tersebut. Setelah
bergabung dengan Partai Komunis Indonesia, kegiatan Gerwani yang fokus pada isu-isu
perempuan mulai berkurang. Sehingga sejak kejadian tersebut anggota Gerwani banyak yang
dipenjara dan organisasi tersebut menjadi organisasi yang dilarang oleh pemerintah. Sama
halnya dengan Gerwani yang fokus pada isu-isu perempuan, Gabriela Women’s Party juga
sangat memperhatikan mengenai feminisme yang ada di Filipina. Organisasi ini menjadi salah
satu organisasi atau gerakan perempuan yang menentang pemerintahan yang diktaktor. Nama
dari organisasi ini di ambil dari pemimpin pemberontakan abad ke 19 Gabriela Silang. Dasar dari
perlawanan mereka adalah ketertindasan mereka sebagai rakyat Filipina dan perempuan yang
mengalami penindasan dan eksploitasi karena jenis kelamin.

Tuntutan mereka dalam bidang politik adalah mendapatkan hak dan kesempatan yang
sama dalam berpartisipasi dalam dunia politik. Dalam bidang kebudayaan mereka menuntut
adanya kesetaraan dalam mengenyam pendidikan. Yang paling mendasar dalam tuntutan mereka
adalah permasalahan di dalam rumah tangga, kesetaraan dalam pengambilan keputusan, dan hak
milik serta membesarkan anak. Isu yang diangkat oleh organisasi ini sangat beragam tidak hanya
masalah perempuan tetapi juga mengenai militerisasi, krisis ekonomi, dan globalisasi serta
pangkalan militer Amerika. Ketika Benigno Aquino tewas pada Agustus 1983, Gabriela
melakukan protes terhadap pemerintah. Aksi mereka lakukan secara marathon di Filipina.
Tercatat sebanyak 200 aksi digerakkan oleh Gabriela dalam waktu 8 bulan. Pada tahun 1985
mereka melakukan aksi massa yang mengangkat permasalahan buruh perempuan.

Kemenangan Corazon Aquino tidak terlepas dari peran Gabriela yang secara tidak
langsung organisasi ini sangat berjasa dalam proses menggulingkan kediktatoran Presiden
Marcos. Tidak hanya berhenti sampai di situ, organisasi Gabriela juga menyatukan seluruh kelas
masyarakat mulai dari bawah hingga ke tingkat elite. Bahkan kelompok Gabriela inilah yang
menjadi pelopor revolusi damai di Filipina. Kedua organisasi tersebut sama-sama
memperhatikan mengenai permasalahan perempuan, tetapi kedua memiliki perbedaan dalam
perkembangannya. Gerwani sudah dilarang sejak terjadi Gerakan 30 September, tetapi Gabriela
Women’s Party sampai saat ini masih aktif melakukan kegiatan yang memperjuangkan hak-hak
perempuan di Filipina.

Anda mungkin juga menyukai