Adoc - Pub Profil Lulusan Prodi Pengembangan Wilayah Dan Kota
Adoc - Pub Profil Lulusan Prodi Pengembangan Wilayah Dan Kota
Profil Lulusan:
dan kota yang Unggul dengan muatan Benua Maritim Indonesia (BMI).
Berdasarkan visi dan misi Prodi Pengembangan Wilayah dan Kota (PWK),
dalam konteks Benua Maritim Indonesia (BMI) merupakan daya tarik Prodi PWK
dari sebaran kepulauan, membuka peluang kerja yang lebih besar bagi ahli
Benua Maritim Indonesia”. Tantangan yang dihadapi Prodi PWK adalah tuntutan
semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas Prodi PWK di Perguruan Tinggi lain,
yang spesifik.
Lulusan Prodi PWK dapat bekerja pada biro perencana kota dan wilayah,
Lulusan Prodi PWK dapat bekerja sebagai peneliti dan laboran pada
Kompetensi Lulusan
1. Kompetensi Utama
lokal dan global pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
perencanaan wilayah dan kota atau terkait dengan bidang perencanaan, harus
lokal dan global pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
kebijakan.
2. Kompetensi Pendukung
dan kota, kompetensi pendukung yang harus dimiliki oleh lulusan adalah:
a. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama, etika dan tanggungjawab
profesional.
d. Mahir dan terlatih dalam mengaplikasikan teknologi seperti program GIS dan
a. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama, etika, dan tanggungjawab
professional.
3. Kompetensi Lainnya
multidisiplin.
Bagi lulusan yang berprofesi sebagai birokrasi dan pelaku industri bidang
multidisiplin.
besar lulusan Prodi PWK memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar dan
bekerja sesuai bidang ilmu Pengembangan Wilayah, dengan lama waktu tunggu
Prasyarat
yang akan menjadi prasyarat pada kuliah berikutnya yaitu: Ekonomi Wilayah dan
Kota (122 D52 03); Tata Guna Ruang Wilayah dan Kota (208 D52 03);
Infrastruktur Wilayah dan Kota (211 D52 02); Studio Perencanaan Kota (225 D52
Tipe
Mengingat dan Berpikir kritis Memberi peluang
mengungkap pada kemungkinan
pengalaman baru dan penjelasan
Karakteristik
What? Why? How? What if?
pertanyaan
How valid?
How
Strategi
Observasi, Observasi, tugas Observasi/survey,
tugas mandiri, mandiri, kuliah tugas kelompok,
kuliah tatap tatap muka, team-work,
muka, diskusi, team work, diskusi, dan
presentasi dan presentasi
presentasi
diskusi.
Kompetensi Sasaran
1. Kompetensi Utama : Mahasiswa mampu mengenal asal mula kota dan
perkembangannya, memahami hakikat teori dan metode
dalam perencanaan wilayah dan kota serta menganalisa
isu-isu/ permasalahan wilayah dan kota.
2. Kompetensi Pendukung : Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis garis
besar perencanaan fungsional meliputi: fisik, tata guna
lahan, prasarana, lingkungan, transportasi dan
perumahan.
3. Kompetensi Lainnya : Mahasiswa mampu menerapkan dasar hukum
perencanaan dan kompetensi PWK
O L E H:
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami tentang alasan mengapa Perencanaan Wilayah
dan Kota (PWK) diperlukan dalam penataan tata ruang.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.
1. Jelaskan mengapa PWK diperlukan?
2. Sebutkan isu-isu umum wilayah dan kota Indonesia?
3. Sebutkan solusi dalam perencanaan tata ruang?
PENDAHULUAN
Sebelum memberikan materi ajar, terlebih dahulu diberikan pengantar proses
Pada modul ajar ke-1 (satu) ini akan diberikan materi tentang alasan mengapa
Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) diperlukan dalam penataan tata ruang.
PENYAJIAN MATERI
Mungkin bagi calon mahasiswa atau mahasiswa yang baru saja masuk Prodi
PWK akan bertanya “Mengapa PWK diperlukan?” dalam buku ajar ini PWK
karena para perencana wilayah dan kota percaya bahwa menata ruang
merupakan salah satu cara mengatasi isu-isu yang dihadapi wilayah dan kota.
Lalu pertanyaan berikutnya: isu-isu yang biasanya dihadapi wilayah dan kota itu
menjawab pertanyaan tersebut maka akan dibahas tentang: (1) beberapa alasan
yang mendorong PWK diperlukan, (2) isu-isu yang umumnya dihadapi di wilayah
dan kota, dan (3) upaya memahami isu-isu dalam rangka memberi solusi terhadap
bertugas mengatasi isu-isu yang dihadapi untuk membuat masa depan yang lebih
baik lagi. Perencana menganalisis isu-isu yang berlangsung di masa lalu sampai
Terkait perencanaan wilayah dan kota, pasti ada yang setuju dan tidak setuju
(2014), ada dua kata kunci yang menunjukkan perlunya PWK, yaitu: kesaling-
dibangun perguruan tinggi, maka dari lahan tersebut akan muncul lalu lintas;
Levy (1997:3) dalam Djunaedi (2014), menyatakan bahwa dengan PWK kita
mampu menata guna lahan agar tidak terjadi konflik antarguna lahan yang
berbeda, bahkan dapat menyinergikan antarguna lahan. Dengan PWK kita juga
Dengan PWK kita dapat menghindarkan bahaya bagi masyarakat kota, antara
lain: kebakaran, wabah penyakit, dan sebagainya, serta dapat mengatur ruang
kota dan kebersihannya. Menata ruang kota dan wilayah dapat menimbulkan tiga
kemungkinan akibat dari lintas-kegiatan atau guna lahan yang berbeda tapi
menguatkan, (b) dapat saling melemahkan dan menimbulkan konflik, (c) tidak
saling berinteraksi (yang hal ini jarang terjadi). Terkait dengan tiga macam
berbagai macam kegiatan atau guna lahan yang bila berdekatan akan saling
menata lokasi kegiatan agar terjadi kehidupan wilayah/kota yang harmonis dan
mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan yang saling mendukung
dapat didekatkan atau diberi penghubung yang relative lancar, cepat, murah.
Alasan lain kita perlu hati-hati dalam menata ruang adalah karena ruang
Ketersediaan ruang bukan tidak terbatas, tapi ada batasnya. Perencana perlu
untuk mengatasi isu-isu yang dihadapi masyarakat, juga untuk mewujudkan kota
yang lebih baik untuk ditinggali. Isu-isu yang dihadapi kota-kota negara maju
masalah antara lain aging society, yaitu banyaknya jumlah warga masyarakat
yang berusia tua dan hal ini terjadi karena kemakmuran yang tinggi menyebabkan
kesehatan terjaga baik dan angka harapan hidup naik tinggi, maka jumlah
utama yang dihadapi oleh negara berkembang, yaitu: (1) jumlah penduduk terlalu
banyak, (2) pendapatan penduduk rata-rata rendah, dan (3) tingkat pendidikan
rata-rata rendah. Tiga isu utama ini umumnya diatasi dengan tiga program besar,
yaitu: (1) keluarga berencana, (2) pengentasan kemiskinan, (3) wajib belajar dan
alokasi anggaran besar untuk pendidikan. Selain tiga masalah besar tersebut,
kadang dijumpai juga isu-isu a.l: (4) pengangguran, (5) perubahan sosial yang
tersebut dibahas dalam buku lama berjudul “Not Much Time for Third World” oleh
Beberapa isu atau permasalahan yang umum dihadapi oleh wilayah dan kota
3. Bencana banjir
8. Polusi lingkungan
9. Kemiskinan perkotaan
Beberapa isu tersebut di atas merupakan sebagian saja di antara banyak isu
umum dan khusus yang dihadapi oleh wilayah dan kota di Indonesia. Tiap negara
secara umum di dunia menurut Yin (2012:179-266) terdapat isu-isu yang biasa
1. Greening the City --- making Sustainable Places: penghijauan kota agar
bangunan bersejarah.
3. Rushing the Suburbs --- Managing Sprawl: di banyak kota besar di dunia
terjadi perkembangan yang datar meluas ke arah pinggiran kota dan ini
dengan strategi yang lebih cerdas, baik di tingkat kota maupun regional.
4. Healing the City --- Planning and Disasters: suatu gerakan yang relative baru
5. Taking Care of Business --- Jobs and Economic Development: wilayah dan
kota yang menarik adalah yang menyediakan cukup lapangan kerja; untuk itu
negara juga menjadi lebih ketat; selain itu perkembangan populasi penduduk
dunia yang pesat sedang mencari tempat tinggal baru lintas negara,
dan solusi yang ditawarkan secara garis besar mencakup dua hal: (1)
prasarana yang diperlukan warga kota (a.l. jaringan jalan, jaringan pembuangan
air kotor, dsb) dan lokasi fasilitas-fasilitas umum (a.l. puskesmas, rumah sakit,
stadion olahraga, dsb). Penggambaran struktur ruang dalam peta berwujud “garis
dan titik”; garis menggambarkan jaringan dan titik (spot) menggambarkan lokasi
fasilitas umum.
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-1 (satu), dilakukan tanya-jawab dan
diskusi antara dosen dan mahasiswa serta antar mahasiswa untuk lebih
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami sejarah singkat perencanaan wilayah dan kota.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-2 (dua) ini akan diberikan materi tentang sejarah singkat
sejarah singkat perencanaan wilayah dan kota dari masa ke masa terkait isu-isu
PENYAJIAN MATERI
karena PWK adalah ilmu yang dikembangkan dari praktek di samping melalui
penelitian dan pemikiran ilmiah, (2) karena sejak awal PWK berkembang dari
praktek maka kita dapat belajar dari sejarah dari masa ke masa terkait isu-isu
yang dihadapi pada tiap masa dan cara-cara yang pernah dikerjakan di tiap masa
masalah yang dihadapinya. Dengan demikian berarti PWK telah dipakai sebagai
Apa hubungan antara peradaban manusia dengan PWK? Wilayah dan kota
gelombang ketiga, yang istilah ini dipopulerkan oleh Toffler (1980). Urutan
tapi peradaban sebelum Toffler mengurutkan menjadi tiga tahap peradaban). Tiap
membangun suatu kota atau wilayah yang tetap. Di Indonesia, tradisi ini disebut
sudah kurang mendukung (lahan pertanian tidak lagi subur) maka mereka
berpindah mencari lokasi lain. Masa itu masih memungkinkan untuk berpindah-
Era setelah masa pra-peradaban oleh Toffler (1980) dibagi menjadi tiga
masa peradaban manusia, yaitu: (1) Era Pertanian, (2) Era Industri, dan (3) era
Informasi. Perbedaan utama diantara tiga era tersebut terletak pada motor
penggerak dan sektor unggulannya. Pada Era Pertanian, yang menjadi motor
penggerak adalah otot manusia dan hewan dengan sektor unggulan adalah
pertanian. Pada Era Industri, hasil pertanian dan bahan-bahan mentah lainnya
industri tumbuh dimana-mana dan kota menarik pendatang dari perdesaan untuk
bekerja di industri pengolahan dan perdagangan. Pada masa Era Informasi, yang
mengerakkan semua sektor dan bersifat lintas negara, bersifat global. Pada masa
ini, muncul kota-kota yang mengglobal dengan jaringan bisnis lintas negara. Era
sebagai berikut:
physics)
dikotomi kota tradisional – kota modern, sampai dengan periodisasi yang rinci
Menurut Catenese (1988) dalam Pontoh, Nia K & Iwan Kustiawan (2009),
pengetahuan dasar dan praktik perencanaan kota di dunia barat telah mengalami
evolusi panjang, mulai dari kota-kota terencana paling tua di Mesir dan di lembah
Dimulai dari perkembangan kota di tepi Sungai Eufrat dan Tigris. Fungsinya
jalanya teratur; (b) Pusatnya terdiri dari kuil, istana, dan taman-taman
Peradaban Yunani dimulai pada abad 5 SM. Pada saat itu terjadi perubahan
kota yang geometris. Dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa, pusat kota terdiri
pembuatan kota seperti ini karena kota membutuhkan batasan daya dukung
tertentu, misalnya air bersih, jalan, dll. Pada abad ini sudah dimulai budaya
ekonomi.
secara gratis. Terdapat juga pola aksis, jaringan jalan dari atas ke bawah.
Pada abad pertengahan ini (abad 15) ditemukan bahan peledak untuk
perlindungan dari perang. Benteng ini memiliki pintu gerbang, terdapat dua
benteng, yaitu benteng dalam dan luar serta daerah yang berada
diantaranya.
Terjadi dukungan dari gereja dan keluarga elit untuk mengembangkan seni
dan seni, banyak rakyat miskin tersingkir hingga terjadi kecemburuan sosial
ciri kota yang megah. Ada tiga pola kota: (1) Kota-kota menjadi pusat
jalan raya yang lebar; (3) Terdapat rumah-rumah besar untuk kaum elit dan
5. Revolusi Industri
Pada abad 18 ini ditemukan teknologi mesin uap, berarti ada teknologi
kerja. Namun hal ini tidak bisa diimbangi dengan penyediaan fasilitas
kereta api, dll. Terjadi konsentrasi industri di pusat kota. Kepadatan di pusat
ideal untuk memerangi kepadatan kota industri dan manusia harus kembali
pada alam. Kota ini subsistem dengan pusat kota yang dikelilingi taman.
Dalam upaya memahami pola perkotaan (urban pattern), Gallion & Eisner
(1986) membagi perkembangan kota di masa lalu, mulai dari asal mula kota
2. Kota-kota di Mesir
3. Kota-kota di Aegea
5. Kota klasik
7. Kota neoklasik
historis dapat dibedakan antara kota tradisional dan kota modern. Perbedaan ini
kotanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak lagi dipengaruhi oleh batasan
tertentu seperti pada kota tradisional, karena kota modern mempunyai ciri
− Kota Klasik: kota dengan ciri-ciri dasar fisik, yaitu pola jaringan jalan yang
tengah kota.
industrialisasi pada abad 18. Kota ini mempunyai karakteristik yang khas dan
berbeda dari kota industri modern saat ini, yakni konteks dan
− Kota Abad Pertengahan: kota-kota pada abad pertengahan (abad 15) yang
pertama kali muncul di Inggris pasca revolusi industry yang ditandai dengan
− Kota Modern: kota-kota yang tidak lagi dipengaruhi oleh batasan tertentu
− Kota Taman: kota yang dirancang dengan tujuan untuk memperbaiki mutu
− Kota Baru: kota yang direncanakan, dibangun dan dikembangkan pada saat
Ada tiga manfaat mempelajari sejarah penataan ruang di Indonesia, yaitu: (1)
belajar dari pengalaman masa lalu yang mungkin dapat terjadi lagi di masa depan,
(2) sejarah mampu memberi inspirasi kepada kita, dan (3) kita mampu memahami
karakteristik khas yang terbentuk selama perjalanan sejarah sampai saat ini.
Belanda pasca perang Dunia II, sampai tahun 1949), Pemerintahan Orde
Lama dan Orde Baru (sampai tahun 1998), dan Pemerintahan pasca Orde
dan Latihan Jabatan Fungsional Perencana (Diklat JFP) yang dibina oleh
ruang kita dipengaruhi oleh aliran dari Negeri Belanda (“planologie” atau
negaranya karena krisis politik Irian Barat waktu itu, dan digantikan ahli-ahli
perencanaan dari negara lain, terutama dari Amerika Serikat; para ahli dari
selain itu banyak SDM kita yang disekolahkan ke AS yang sewaktu pulang
Ruang atau RUTR, yang kemudian berubah namanya menjadi Rencana Tata
ini, penataan ruang telah menjadi urusan teknis bidang Pekerjaan Umum
kemudian meningkat menjadi Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, dan kini
sejak tahun 1950, meski SVO dan SVV dirasa tidak cocok untuk Indonesia,
tapi secara hukum SVO dan SVV masih berlaku (karena belum ada
penggantinya yang setingkat UU). RUU Bina Kota yang disusun tahun 1970,
ruang dari Menteri PU tahun 1987. Akhirnya pada tahun 1992 Indonesia
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-2 (dua) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota (104 D52 02) 40
MODUL 3
i. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami proses urbanisasi dan pertumbuhan perkotaan.
I. Topik Kajian/Bahasan:
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-3 (tiga) ini akan diberikan materi tentang proses urbanisasi
PENYAJIAN MATERI
Ada banyak definisi dan konsep mengenai urbanisasi ditinjau dari berbagai
menjadi yang lain; juga menyangkut perubahan dalam pola perilaku manusia
menjadi kota. Pengkotaan juga dapat diterapkan pada suatu negara, sehingga
urbanisasi diasosiasikan engan arus migrasi penduduk desa yang masuk kota.
gedungnya dibangun rapat. Dari hal tersebut muncul definisi urbanisasi yang
dinyatakan oleh De Bruijne (1987) dalam Pontoh., Nia K & Iwan Kustiawan (2009):
sekelilingnya.
kawasan perkotaan, mulai dari kota kecil sampai megakota raksasa. Sistem
komunikasi, produksi, dan perdagangan yang saling tumpang tindih. Sistem ini
lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk perdesaan. Dengan kata lain
bila laju pertumbuhan keduanya sama, urbanisasi dapat dikatakan tidak terjadi.
Pertumbuhan kota berlangsung karena dua hal: (1) pertumbuhan alami, sebagai
akibat daya produksi yang meningkat dan tingkat hidup yang lebih tinggi. Proses
noninsani, makin cepatnya revolusi ilmiah dan teknologi, serta menurunnya biaya
layanan umum. Selain itu, jumlah dan kepadatan penduduk yang makin tinggi
suatu wilayah, makin tinggi derajat urbanisasinya (level of urbanization). Hal ini
sektor sekunder (industri) dan sektor industri mengarah menjadi sektor tersier
bersumber dari pertumbuhan industri yang pesat dan dominan. Di negara maju,
urbanisasi merupakan proses yang terus menerus dan tidak dapat ditahan.
jauh di luar yang dibayangkan beberapa dasawarsa sebelumnya dan pada laju
mendatang secepat 30-40 tahun terakhir, atau megakota (megacity) akan tumbuh
4. Proses Urbanisasi
kota; (3) migrasi internasional; dan (4) perluasan batas administrasi (boundary
expansion).
(1979) dalam Daldjoeni (1992) adalah: (1) kemajuan di bidang pertanian; (2)
kemajuan transportasi; (6) tarikan social dan kultural; (7) kemajuan pendidikan;
para pakar mengidentifikasi factor pendorong (push factors) dan factor penarik
a. Faktor Pendorong:
Tata cara dan adat istiadat yang kadang-kadang dianggap sebagai beban
b. Faktor Penarik:
6. Dampak Urbanisasi
negara maju mengakibatkan jenis masalah yang dihadapi kedua negara berbeda,
begitu pula dengan jenis kebijaksanaan dan program yang disusun untuk
fisik kota berkembang dengan permukiman elite di pinggiran kota yang ditunjang
daripada akibat kenaikan pendapatan per kapita. Secara umum yang mendorong
yang sangat pesat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk total. Pada
per tahun jauh lebih besar dari laju pertumbuhan total yang hanya sebesar 1,98%;
Artinya, tarikan metropolitan dan kota-kota besar terhadap migran jauh lebih besar
daripada kota-kota menengah maupun kecil. Ini terjadi karena pada tahap awal,
kota-kota utama relative lebih menjanjikan dari segi lapangan kerja maupun
kota-kota utama daripada kota-kota pada orde yang lebih rendah. Akibatnya kita
kota-kota utama.
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-3 (tiga) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami konsep dasar perencanaan.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-4 (empat) ini akan diberikan materi tentang konsep dasar
perencanaan.
PENYAJIAN MATERI
(planning) terdiri dari empat hal, yaitu: (1) pengumpulan data dari masa lalu
sampai masa kini, (2) analisis data untuk memahami isu-isu masa kini dan
Perencanaan terkait dengan pengalokasian sumber daya yang tersedia: hal ini
wilayah dan kota: keadaan di masa depan dapat berubah setiap saat dank e arah
yang tidak terduga, maka perlu kreativitas dalam merencanakan serta mengaitkan
erat antara perencanaan dan implementasi (pelaksanaan) rencana a.l. perlu ada
publik maka dalam alam demokrasi, hasil perencanaan tersebut perlu disahkan
bagi masyarakat: hal ini dinyatakan oleh American Planning Association atau APA
(Djunaedi, 2014) bahwa “Perencanaan adalah profesi dinamis yang bekerja untuk
wilayah/kota yang lebih nyaman, berkeadilan, sehat, efisien, dan menarik untuk
generasi sekarang dan masa depan”. APA menekankan peran serta aktif semua
wilayah dan kota, yaitu: (1) kewenangan yurisdiksi, (2) kompleksitas, (3) jangka
demikian, terhadap wilayah di luar batas kewenangan tersebut dapat kita lakuan
hal yang saling berinteraksi. Terdapat dua macam rencana yaitu rencana sektoral
dan rencana multisektoral atau lintas sektoral. Perencanaan lintas sektoral lebih
menjadi tiga, yaitu: jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
karena itulah jangka pendek biasanya lebih rinci (karena lebih pasti) dibanding
Sumber daya yang diperhitungkan adalah sumber daya yang tersedia dan
yang dapat disediakan dalam jangka perencanaan. Sumber daya umumnya terdiri
atas sumber daya alam dan buatan; selain itu, sumber daya dapat dibedakan
dalam empat bentuk asset, yaitu: sumber daya manusia, sumber daya keuangan,
Dalam bidang perencanaan, “waktu” juga perlu kita pandang sebagai sumber
biasanya implementasi dari rencana wilayah dan kota dilakukan oleh banyak pihak
a. Keadaan geografis
c. Perekonomian
g. Politik kekuasaan
mencapai tujuan yang sudah disepakati bersama, (2) berdasar rencana yang
sudah disusun maka dapat disiapkan sumber daya yang diperlukan untuk
analisisnya serta cara tertentu dalam pencarian solusi terhadap problema yang
terbaik dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Rasionalitas ini
planning.
kota, yaitu:
dipungkiri.
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-4 (empat) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami tentang pengenalan perencanaan spasial.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-5 (lima) ini akan diberikan materi tentang pengenalan
perencanaan spasial.
PENYAJIAN MATERI
Pengertian perencanaan spasial atau tata ruang banyak ditulis oleh beberapa
berbasis teritorial”.
tujuan dan strategi jangka panjang dan menengah tentang tata ruang,
menangani guna lahan dan pengembangan fisik sebagai salah satu sector
tata ruang sebagai metode-metode yang banyak dipakai oleh sector public
sebagai berikut:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
kelangsungan hidupnya.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
pemahaman bahwa: (a) perencanaan tata ruang adalah salah satu bagian dari
1. Manfaat Ekonomi, mencakup: (a) menciptakan kondisi yang lebih mapan dan
hubungannya dengan jaringan jalan dan tempat tinggal angkatan kerja, (d)
lingkungan hidup, historis dan kultural yang penting, (e) mengantisipasi resiko
bencana lingkungan yang potensial (a.l: banjir dan polusi udara), (f)
angkutan umum) dan tidak hanya diakses dengan mobil, dan (h) mendorong
kawasan.
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
buatan; (b) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan (c)
a. Keterpaduan,
c. Keberlanjutan,
e. Keterbukaan,
i. Akuntabilitas
a. Prinsip demokrasi,
c. Prinsip partisipasi,
d. Prinsip integrasi,
e. Prinsip proporsionalitas,
f. Prinsip kehati-hatian
spasial, yaitu:
1. Perangkat perencanaan,
2. Kerangka hukum,
5. Strategi keruangan,
8. Penegakan hukum,
komprehensif) menurut Djunaedi (2012) terdiri dari tiga tahap atau langkah, yaitu:
1. Pengumpulan data,
3. Penyusunan rencana
melalui tiga peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15, 16, dan
1. Persiapan,
3. Analisis,
5. Penyusunan Raperda,
Produk perencanaan tata ruang wilayah dan kota pada dasarnya terdiri dari dua
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya. Pola ruang terkait dengan guna lahan (landuse), sedangkan struktur ruang
terkait dengan penghubung antarguna lahan yang terdiri atas dua subkategori,
layanan dan fasilitas umum terdiri atas lokasi-lokasi stasiun kereta api, bandara,
pelabuhan, rumah sakit daerah, stadion olahraga, dsb. Produk perencanaan tata
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-5 (lima) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami ragam bidang kerja PWK.
1. Bahan Bacaan:
2. ACSP. 2011. Guide to Undergraduate and Graduate Education in Urban and
Regional Planning. 17th Edition. Association of Collegiate Schools of Planning
(www.acsp.org).
3. Bayer, Michael; Nancy Frank; and Jason Valerius. 2010. Becoming An Urban
Planner. American Planning Association and John Wiley & Sons, Hoboken, New
Jersey.
4. Djunaedi, Achmad. 2014. Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota. Cetakan
Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-6 (enam) ini akan diberikan materi tentang ragam bidang kerja
lulusan PWK.
tentang ragam bidang kerja lulusan PWK saat ini, terutama di Indonesia.
PENYAJIAN MATERI
Secara umum, bidang kerja PWK mempunyai karakteristik antara lain sebagai
berikut:
“apa yang belum terjadi” bukan pada “apa yang telah terjadi”, sehingga
yang beragam, antara lain: teknik sipil, teknik arsitektur, geografi, ekonomi,
social, budaya, hukum, dan sebagainya. Dalam situasi bekerja bersama orang
yang kita rencanakan bersifat kompleks, ruwet dan unik maka tidak ada satu
solusi pun yang tipikal dan sama. Tiap wilayah dan kota bersifat khusus dan
Dalam praktek perencanaan wilayah dan kota saat ini, situasi pengambilan
bagi masyarakat wilayah dan kota, semua ini disebut sebagai perencanaan
pola ruang. Selain itu, perencana juga menata tempat untuk jaringan jalan,
atau menjalani studi di sekolah perencanaan: Apa saja pilihan tempat kerja bidang
kerja PWK setelah mereka lulus nanti? Secara umum, pilihannya a.l. menjadi:
Pertanyaan yang sering diajukan mahasiswa: Apa saja spesialisasi yang ada
dalam bidang kerja PWK? Sebetulnya sampai saat ini di lapangan kerja PWK di
pendidikan lanjut (S2 dan S3) atau karena belajar dari pengalaman praktek.
spesialisasi berikut:
6. Urban Design
Setelah penyajian materi modul ajar ke-6 (enam) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami bidang-bidang yang terkait PWK.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-7 (tujuh) ini akan diberikan materi tentang bidang-bidang yang
PENYAJIAN MATERI
Terkait dengan bidang-bidang studi dan kerja yang terkait PWK, antara lain
1) Administrasi Publik
administrasi negara.
2) Ekonomi Pembangunan
spesialisasi antara lain: ekonomi tenaga kerja, ekonomi industry, atau analisis
atau konsultan publik. Para perencana wilayah dan kota juga bekerjasama
pembangunan daerah.
Bayer dkk (2010) menjelaskan bahwa salah satu profesi yang dekat dan
bekerjasama dengan perencana wilayah dan kota adalah ahli teknik sipil,
Para ahli teknik sipil berprofesi untuk mencari solusi bagi masalah-masalah
Bidang ini relative baru di Indonesia dan belum banyak perguruan tinggi yang
5) Ilmu Lingkungan
terutama yang ditawarkan di perguruan tinggi di luar negeri baik di tingkat S-1, S-2
dan S-3, antara lain: Urban Studies, Urban Design, and Landscape Architecture.
PENUTUP
Setelah penyajian materi modul ajar ke-7 (tujuh) yang disertai contoh penjelasan
tambahan, dilakukan tanya-jawab dan diskusi antara dosen dan mahasiswa serta
antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami materi yang
disampaikan.
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami materi yang telah diperoleh dari modul 01 s/d
modul 07, serta dapat memanfaatkannya pada kegiatan yang terkait dengan
materi yang diperoleh.
6. Brunn, Stanley & William, Jack F., 1983. Cities of the World: World
Regional Urban Development. Harper & Row. New York.
7. Catanese, A.J & Snyder, I.C,. 1988. Urban Planning. McGraw Hill, New
York.
11. Economic Commision for Europe (UNECE). 2008. Spatial Planning: Key
Instrument for Development and Effective Governance with Special
Reference to Countries in Transition. United Nations, New York and
Geneva.
12. Gallion, Arthur B. & Simon Eisner. 1992. Pengantar Perancangan Kota:
Desain dan Perencanaan Kota. Terjemahan Susongko. Erlangga, Jakarta.
13. Greed, Clara H. 1996. Introducing Town Planning. Second Edition. Addison
Wesley Longman, Harlow, Essex, England. Chapter 1: “The scope and
nature of town planning”, hal. 3-19.
14. Hauser, Philip, dkk (ed). 1985. Penduduk dan Masa Depan Perkotaan.
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
19. Toffler. A. 1980. The Third Wave. New York. Bantam Books (Edisi
terjemahan Bahasa Indonesia: Toffler, A. 1990. Gelombang Ketiga.
Penerbit Pantya Simpati, Jakarta).
22. Yin, Jordan. 2012. Urban Planning for Dummies. John Wiley & Sons,
Mississauga, Canada. Part III: “Hot Topics and Urban Planning
Challenges”, hal. 179-266.
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-8 (delapan) ini akan dilakukan evaluasi/ujian tengah semester
tentang penguasaan materi mulai dari modul ke-1 (satu) s/d modul ke-7 (tujuh).
Hal ini terkait dengan keberhasilan proses pembelajaran dalam mata kuliah
materi yang telah diperoleh serta dapat memanfaatkannya pada kegiatan yang
PENYAJIAN MATERI
Mahasiswa diberi materi evaluasi/ujian dari modul 01 s/d modul 07, untuk
Setelah penyajian materi evaluasi berupa ujian tulis dari materi yang terdapat
pada modul ke-1 s/d ke-7 mahasiswa dapat lebih mengenal, memahami,
I. Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir sesi ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal dan memahami bentuk dan struktur internal kota.
V. Pertanyaan Kunci/Tugas:
Pada saat Anda membaca materi berikut, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda.
PENDAHULUAN
Pada modul ajar ke-7 (tujuh) ini akan diberikan materi tentang bentuk dan struktur
internal kota.
PENYAJIAN MATERI
Dalam konteks spasial, kota pada dasarnya dapat ditinjau baik sebagai nodal
maupun area. Tinjauan kota sebagai nodal menempatkan kota dalam konstelasi
secara spasial maupun fungsional. Sementara itu tinjauan kota sebagai area
secara internal. Dalam hal ini yang menjadi focus adalah unsur-unsur pembentuk
Kota atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu
pembentuknya serta keterkaitan satu sama lain. Dalam hal ini terdapat beberapa
a. Alam (Nature)
Lansekap yang ada biasanya lebih luas; dan biasanya berlokasi di dataran,
dekat dengan danau, sungai atau laut, dan dekat dengan rute transportasi.
Semakin besar perubahan perumahan dari desa ke kota, dan semakin besar
dalam pembagian tenaga buruh dan struktur social. Hal ini memaksa manusia
anggota dari komunitas yang lebih besar, masyarakat luas, dan jangkauan
institusi social yang berbeda yang pada akhirnya mengambil alih fungsi
ditawarkan oleh komunitas dan masyarakat luas, dank arena gagasan akan
dipengaruhi oleh factor lokal. Hal ini terjadi karena sebagian besar perumahan
kecil masih dipengaruhi oleh budaya lokal di masa lalu, dan sebagian lagi
d. Jaringan (Network)
transportasi dan titik-titik pertemuan (nodal point). Tempat ini biasanya adalah
suatu pusat dengan ruang terbuka yang bias mempunyai beragam bentuk
mulai dari yang alami hingga geometric. Jika populasi telah tumbuh lebih dari
beberapa ribu jiwa, sebuah titik pertemuan bias tumbuh mengikuti sepanjang
jalan utama atau terpecah menjadi dua atau lebih titik pertemuan lainnya.
Pecahan titik pertemuan ini lebih kecil bila dibandingkan titik pertemuan
utama. Bila titik pertemuan semacam ini terbentuk, hal ini agak mengurangi
persepsional. Kevin Lynch dalam bukunya “The image of the city (1960) telah
Menurut Kevin Lynch ada lima unsur pembentuk citra kota, yaitu path
(tengeran).
1. Path: Jalur yang biasa, sering atau potensial dilalui oleh pengamat, misalnya:
jalan, lintasan angkutan umum, kanal, rel kereta api. Manusia mengamati kota
3. District: Bagian kota berukuran sedang sampai besar, tersusun sampai dua
dimensi yang dapat dimasuki pengamat (secara mental), dan dapat dikenali
pengamat, biasanya berupa struktut fisik yang menonjol. Apabila dilihat dari
jauh, dari berbagai sudut pandang dan jarak, di atas elemen lainnya, dijadikan
acuan.
ciri-ciri lingkungan fisik yang penting supaya kota cepat dikenal dan dapat
1. Sifat khusus
2. Bentuk
3. Kontinuitas
4. Dominasi
5. Daya menyatukan
6. Diferensiasi arah
7. Jangkauan pandangan
8. Kesadaran bergerak
9. Urutan waktu
Kota sebagai suatu system spasial dapat dipandang sebagai wujud structural
dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak, yang mencirikan
membentuk tata ruang kota. Dalam suatu kota terdapat hierarki pusat pelayanan
kegiatan perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat
lingkungan; yang ditunjang dengan system prasarana jalan seperti jalan arteri,
karakteristik kegiatan perkotaan. Ditinjau dari pola ruangnya, kota atau kawasan
perkotaan secara garis besar terdiri dari kawasan terbangun – kawasan tidak
terbangun (RTH). Dalamhal ini kawasan terbangun adalah ruang dalam kawasan
Keragaman jenis pemanfaatan ruang kota bergantung pada fungsi kota tersebut
perkotaan, unsur pembentuk struktur tata ruang kota adalah system prasarana
prasarana perkotaan yang paling berpengaruh terhadap struktur tata ruang kota
indicator utama morfologi kota sehingga dalam perencanaan tata ruang kota,
pengembangan jaringan jalan tidak dapat dilepaskan dari pola pemanfaatan ruang
yang ada atau ingin diwujudkan. Jaringan jalan dapat menjadi factor yang
Setelah penyajian materi modul ajar ke-9 (sembilan) yang disertai contoh
mahasiswa serta antar mahasiswa agar dapat lebih mengenal, dan memahami
Test afektif dapat dinilai dengan melihat hasil kerja dari beberapa test yang
diberikan pada wawasan kognitif dan psikomotorik di atas dengan melihat aspek :
6. Dapat mengerjakan tugas dengan sistem penyajian yang jelas dan rapih, serta
tepat waktu.
Status Tanah : status tanah milik, tanah sewa, hak guna, liar, dan
sebagainya