Anda di halaman 1dari 38

UPAYA MEMOTIVASI SISWA DALAM 

STANDAR KOMPETENSI  MENGELOLA


PERTEMUAN/RAPAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DI
KELAS X
ADMINISTRASI UMUM

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam kenaikan pangkat

Oleh :

Iyan Andriani, SE
NIP.

SMK NEGERI 7 PANDEGLANG


BANTEN
LEMBAR PENGESAHAN

Judul                         : Upaya Memotivasi Siswa Dalam


Pembelajaran Mengelola Pertemuan / Rapat 
Melalui Model Pembelajaran Artikulasi

Nama                           : 
NIP                              : 
Jabatan                       : Guru Administrasi Perkantoran
Tempat Penelitian      : SMK Negeri 7 Pandeglang

Banjar,  September 2010

Menyetujui,
Kepala Sekolah Peneliti

NIP. Dede Ruslianto, S.Pd.


NIP. 19691203 199512 1
002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena


berkat rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian tindakan kelas ini.
            Dengan rasa penuh tanggung jawab maka maka penulis
menyusun laporan ini berdasarkan observasi di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 7 Pandeglang tahun pelajaran 2011/2012. Penulisan
laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syara dalam pengajuan
kenaikan pangkat.
            Dalam penulisan laporan ini  tentunya tidak lepas dari
kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi
penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang
dimiliki penulis.
            Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang.
selanjutnya dalam penulisan laporan ini penulis banyak diberi bantuan
oleh berbagai pihak.
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai
amal shaleh senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada
akhirnya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan pendidikan
pada umumnya dan peningkatan mutu serta kemampuan professional
tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada khususnya.

Banjar, September 2010


           Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN                                                                                   i
KATA PENGANTAR ……………………………..…………………… Ii
DAFTAR ISI ……………………………………………….…………... Iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah  ………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah  ……………………………………………….. 5
C. Tujuan Penelitian  ………………………………………………... 5
D. Manfaat Penelitian  ………………………………………………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pelajaran Mengelola Pertemuan/Rapat......……………… 7
B. Konsep Belajar  ……………………………………………...…… 8
C. Strategi Belajar Mengajar  ……………………………………….. 9
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian  ………………………………………………... 14
B. Deskripsi Per Siklus  ……………………………………………... 14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian  ………………………………………………….. 21
B. Temuan dan Refleksi  …………………….……………………… 24
C. Pembahasan  …………………………………………….……….. 26
BAB V KESIMPULAN , SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 29
B. Saran ……………………………………………………………... 29
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………... 30

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran 15


Tabel 3.2 Lembar Observasi Siklus I 18
Tabel 3.3 Lembar Observasi Siklus II 19
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I 21
Tabel 4.2 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I 22
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran 23
Tabel 4.4 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I 24
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Perbaikan 27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


         Masalah  rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan
masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap
sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang
mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat
sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah
menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru
dianggap mutunya rendah.
Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika
Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk
pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang
mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan
pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk
sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya
Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru,
sementara bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak
sementereng AS.
   Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di
mana kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif
terpenuhi, nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan
kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui
penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak
sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum
terpenuhi.
   Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak
pada masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai
pada proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai
birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun hubungan antar instansi.
   Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih
terasa ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan,
dan distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah.
Namun demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan
pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.
   Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat
dari segi pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah
kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial.
Yang nonmaterial misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang
sejuk, dan perlindungan hukum.
   Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan,
dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus
secara jujur diakui masih minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya
mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil daya beli para guru
umumnya tidak banyak meningkat.
   Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru,
tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-
negara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti
tetangga kita di Malaysia, mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi
kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi
kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin kecil
tindakan indisipliner.
   Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu
pula, mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya
untuk sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk

kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula
status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas.
Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan
guru sampai saat ini.

   Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon


mahasiswa atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat
kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang
"kurang baik" karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak
menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik
bangsa.
   Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama
dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis.
Mereka memilih FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa
diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak
lulusan FKIP yang tidak dapat diangkat lantaran kemampuannya juga
rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga pendidikan
yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru
lantaran kemampuannya dianggap lebih.

   Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru,


menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru
juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan
merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot
pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan
dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan
guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki.
Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan

kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah


terutama dikelola pemerintah.
   Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi
pendidikan guru seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang
memiliki motivasi yang kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai
calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena
mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada
mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak,
kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat
ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena
bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa
diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung
pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang
memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak
memberi keuntungan materi.
   Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk
memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru
masih relatif rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu
pendidikan. Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu
sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-benar mau
meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya
diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka
harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan,
karana hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang
baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian
seorang guru agar bias diterima siswa yang nantinya akan menciptakan
suasana pembelajaran yang baik.
Apabila siswa sudah bias menerima pembelajaran yang guru sampaikan,
dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka
dari itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.
Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi
melaksanakan kegiatan,yaitu dengan cara menggunakan srategi
pengajaran konsep untuk membantu kelancaran pada setiap
tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses pada pembelajaran. Dari setiap
pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan analisis setiap
tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan.
Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam
kegiatan belajar ini dikemukakan salah satu alternatif dari segi
perencanaan, yaitu dengan upaya memotivasi siswa  dalam
pembelajaran mengelola pertemuan/rapat dengan melalui
penguatan verbal dan non verbal. Dengan menggunakan metode ini
diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
dengan baik dengan tujuan meningkatkan volume pembelajaran.
Dengan demikian proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan
apa yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
               Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas,
maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana cara memotivasi siswa dalam standar kompetensi
mengelola pertemuan/rapat agar pembelajaran bisa dipahami secara
merata ?
2.    Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran dalam standar
kompetensi mengelola pertemuan/rapat ?
3.    Apakah pemberian penguatan verbal dan non verbal dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam standar kompetensi
mengelola pertemuan/rapat ?

C. Tujuan Penelitian
      Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Meningkatkan motivasi siswa dalam standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat agar pembelajaran bisa dipahami secara merata.
2.  Meningkatkan proses belajar mengajar standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat.
3.  Meningkatkan pemahaman siswa dalam standar kompetensi
mengelola pertemuan/rapat dengan metode pemberian penguatan
verbal dan non verbal.

D. Manfaat Penelitian
             Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai
berikut :
a.     Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan
pengalaman baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan
pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran
khususnya mengelola pertemuan/rapat, sehingga pengalaman ini
dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan
pada standar kompetensi lain.
b.     Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi
untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di SMK
Negeri 7 Pandeglang, dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c.     Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar mengelola
pertemuan/rapat itu mudah dan menyenangkan serta dapat
memberikan wawasan materi pembelajaran.
d.     Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran
dalam upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran Mengelola Pertemuan/Rapat

 Guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang


sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran
khususnya pembelajaran mengelola pertemuan/rapat dijadikan suatu
mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain
guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa
menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan
bahwa pelajaran mengelola pertemuan/rapat adalah pelajaran yang
menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.
“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari
sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus
terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas
analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka
mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang
dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika
hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada
kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur
dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison,
1991:1).
Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat
memberikan penjelasan yaitu untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya
mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran yang
disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain
sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima
dengan cepat oleh siswa.
                        Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa
apabila guru mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga
dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi
dalam proses pembelajarannya.
               Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk
memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978)
memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk
mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic
melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik,
lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat
dipahami siswa.
B. Srtategi Belajar Mengajar

               Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis


besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.       
         Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang
berjudul Strategy Policy and Central Management(1971 : 8), strategi
dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sbb :
a.   Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil
seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang
sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat.
b.    Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah
yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c.    Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang
akan ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
d.  Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran
yang harus dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan usaha tersebut.
               Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar
dapat disimpulkan sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak lepas dari peran serta
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu
memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat
siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.

C. Penelitian Tindakan Kelas


   Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
1.      Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
2.      Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3.      Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
         Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
guru yang dilakukan oleh siswa.
      Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan
nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang
dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang
belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1.    Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah
2.    Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3.     Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
4.    Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah,
sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
         Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik
tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1.      Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi
rutin, karena jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya
tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau
dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh
karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu
khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
2.      Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka
dengan hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang
lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan
terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya
sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih
baik yang datang susul menyusul.  Penelitian tindakan sifatnya bukan
menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan.
Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu
sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang
bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk
memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
3.      SWOT sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih
sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada
sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya dapat
dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri
dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait
dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh
mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko.
4.      Upaya empiris dan sistemik
Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya
analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait
dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang
terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang
sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.
5.      Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu
umum), Managable (dapat dikelola,
dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan,
dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar
jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana).

Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang


paling terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena
itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan
diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan
oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela.
Dengan demikian, guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan
oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya
adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi.
Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :
1.      Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam
tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan.
Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang
mengamati proses yang dijalankan.
2.      Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi
atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3.      Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang


dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat
sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang
akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4.      Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan.  Dalam tahap ini, guru berusaha
untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati
karena sudah sesuai dengan rancangan dan secar cermat mengenali
hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka


dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan
kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada
diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.

Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :


1.      Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam
pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2.      Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus,
ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai
bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera
oleh peneliti
3.      Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang
berurutan.
4.      Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah
ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5.      Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya,
sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan
kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang
sudah dibuat sebelumnya.
6.      Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan
oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

      Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur
yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2)
guru, (3) materi pelajaran,  (4) peralatan atau sarana pendidikan,
meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan,
peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang
disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk
dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan
siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan
tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik
siswa, dan lain-lain.
            Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan
penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek
apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama
adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua,
adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas
guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara
baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum
melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar
tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK,
tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa
dikenai tindakan.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

               Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di


kelas XII AP 2 SMK Negeri 7 Pandeglang, mulai tanggal 6 Agustus  sampai
dengan tanggal 21 Agustus 2010. Jadwal pelaksanaan perbaikan untuk
setiap pelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Siklus I, Tanggal 8 Agustus  2010
2.      Siklus II, Tanggal 15 Agustus 2010

         Adapun karakteristik siswa kelas XII AP 2 SMK Negeri 7


Pandeglang diantaranya adalah jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari
16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan usia siswa rata-rata 17-
19 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong
ekonomi menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan
petani dan tempat tinggal tidak jauh dari sekolah.

B. Deskripsi Per Siklus


      1. Rencana Penelitian
            Berdassarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah
bekerjasama dengan teman sejawat dan supervisor, kemudian diadakan
rancangan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan melaksanakan perbaikan
pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar penggunaan
perkalian cara susun untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami perkalian dalam mata pelajaran matematika.
      Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara
umum yaitu :
a.  Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan
tujuan perbaikan pembelajaran.

b.  Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.


c.  Menyusun kegiatan yang terdiri dari :
a). Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan
b).  Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan akhir).
c). Memilih metode pembelajaran
d).  Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
e). Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.

      Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai


berikut :
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kompetensi dasar Mengelola Pertemuan/Rapat

No. Hari/ Tanggal Mata Pelajaran Siklus Materi


1. Sabtu, 6 Agustus  Mengelola I Menjelaskan definisi
2011 Pertemuan/Rapat mengelola
pertemuan/rapat
2. Senin, 15 Agustus Mengelola II Menjelaskan
2011 Pertemuan/Rapat Langkah-langkah
melakukan
pengelolaan dalam
pertemuan/rapat

      Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai


berikut :
1). Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
a. Siklus I
   - Mengkondisikan siswa
   - Melakukan apresiasi
   - Menjelaskan materi pembelajaran
   - Mengajukan pertanyaan
   - Melakukan evaluasi
   - Memeriksa hasil evaluasi
   - Mmemberikan tindak lanjut
b. Siklus II
   - Penyampaian tujuan pembelajaran
   - Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi
   - Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab
   - Memberi kesempatan untuk bertanya
   - Memberi penguatan
   - Melaksanakan evaluasi
   - Memberikan tindak lanjut 

2. Pelaksanaan Penelitian
        Dalam pelaksanaan Penelitian ini masing-masing dilaksanakan
sebanyak dua siklus, dimana sekenario pembelajaran antara siklus I dan
II terdapat kesinambungan yang baik. Adapun sekenario perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat


a. Siklus I
 Mengkondisikan siswa    
Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkondisikan
siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang aktif.
 Melaksanakan apresiasi  
Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan
materi pembelajaran yang dilaksanakan.
 Menjelaskan materi    
Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan memberi
penjelasan tentang definisi Mengelola pertemuan/rapat
 Melaksanakan evaluasi          
Guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa secara individu
sebanyak 5 soal berbentuk isian.

 Memeriksa hasil evaluasi      


Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan diberi nilai.
 Tindak lanjut                   
Sebelum pelajaran selesai guru menyimpulkan materi dan
memberikan soal untuk pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut.

b. Siklus II

 Pengkondisian siswa              
Standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat dilaksanakan
pada jam ke tiga, guru mengucapkan salam dan dijawab oleh
siswa. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengabsen siswa
selanjutnya guru langsung menarik perhatian siswa agar mengikuti
proses pembelajaran yang aktif.
 Melaksanakan apresiasi     
Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal dengan hal-hal yang
ada hubungannya dengan materi yang disampaikan.
 Menjelaskan materi           
Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang Mengelola
pertemuan/rapat
 Memberikan evaluasi        
Setelah penjelasan materi dan siswa dianggap sudah memahami
materi, guru guru memberikan lembar evaluasi secara individu
sebanyak 5 soal berbentuik isian.
 Hasil evaluasi                    
Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan ditemukan nilai
dan hasilnya dan selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah
terhadap siswa sebagai tindak lanjut..

3. Pengamatan dan Pengumpulan Data


     Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada Mata
Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat dilakukan pengamatan oleh teman
sejawat dengan menggunakan lembar observasi sebagai berikut :
Label 3.2
Lembar Observasi Siklus I SK Mengelola pertemuan/rapat

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
Guru menyampaikan
1. Kurang
tujuan pembelajaran
Guru melaksanakan
2. Baik
apresiasi
Guru menjelaskan materi
3. dengan memberi contoh Kurang
pengerjaan soal
Guru mengajukan
4. Baik
pertanyaan kepada siswa
Siswa diberi kesempatan
5. Baik
untuk bertanya
Siswa diberi kesempatan
6. Kurang
untuk berpikir
7. Guru memberi motivasi Baik
Guru melaksanakan
8. Baik
evaluasi
Guru memberikan tindak
9. Baik
lanjut

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi


serta memberikan penjelasan yang simple terhadap siswa siswa agar
supaya proses pembelajaran berjalan dengan kondusif.
Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat untuk
mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada mata
pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Lembar Observasi Siklus II Mata SK Mengelola pertemuan/rapat
Kemunculan
No. Aspek Yang Dinilai Keterangan
Ya Tidak
Guru menyampaikan
1. Baik
tujuan pembelajaran
Guru menjelaskan materi
2. Baik
dengan tanya jawab
Siswa diberi kesempatan
3. Baik
untuk bertanya
Siswa diberi kesempatan
4. Baik
untuk berpikir
5. Guru memberikan motivasi Baik
Guru memberikan
6. Baik
penguatan

Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu


memberikan berbagai media, hal ini dengan pemberian teknik berbagai
media yang didesain guru, maka siswa akan mudah meningat apa yang
sudah diberikan dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi
a. Standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat
setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Mengelola
pertemuan/rapat selesai.  Sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa 
ternyata masih ada sebagian siswa yang belum mampu mamahami materi
sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi
dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru
yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan
guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan
dilakukan pada siklus II.
            Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta
pemberian diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru yang dilengkapi
dengan metode penguatan verbal dan non verbal sehingga terjadi
komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Dengan demikian pada
siklus II terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi
tidak terdapat nilai yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan
berhasil membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan
tahapan siklus selanjutnya.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
      Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 7
Pandeglang, maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil
pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian.
Adapun hasil dari penelitian mata pelajaran Mengelola
pertemuan/rapat di SMK Negeri 7 Pandeglang dapat dilihat pada tebel
berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Siklus I
No. Nama Siswa Nilai
Sebelum Perbaikan
1. AAM MARYANI 7
2. AJAT DARMAWAN 5
3. APRILIA ARYATI 5
4. BAMBANG HERMAWAN 5
5. DETI KOMALASARI 5
6. DINI TRIANJANI 5
7. ENI HAYATI 5
8. ERIK HIDAYAT 5
9. ERNI RAHMAWATI 6
10. EULIS LISNAWATI 5
11. FEBRI GILANG 7
PERMATASARI
12. FEBRINA ROUFULIA 5
RAMDHANI
13. FERDERIKA WILA 5
14. HASNA LUTHFI AISYAH 5
15. IDA DAMAYANTI 5
16. INA DESTIANA 5
17. IRMA RISMAYANTI 7
18. IWAN SURYANTO 7
19. KOMALASARI 5
20. LISNA PRIHANDINI 5
21. LISTIA HAFIVAH 5
ADAWIYAH
22. MEGAWATI S. 5
23. MEINASARI 6
24. NENG ELA LAELASARI 5
Jumlah 130
Rata-rata 5,42

Tabel 4.2
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I
Pada Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


            1. Baik 4 orang 4/24   x 100   =   16,67
2. Sedang 2 orang 2/24   x 100   =   8,33
3. Kurang 18 orang 18/24 x 100   =   75

      Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang


berkategori baik baru mencapai 16,67 %. Itu artinya sebagian kecil pada
siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan
pembelajaran.
         Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam
poses terbanyak yaitu sebesar 75 % dan yang berkategori sedang
sebanyak 8,33 %. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang
berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan.
         Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan
dalam mata pelajaran Mengelola pertemuan/rapat, penulis mencoba
memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta bantuan
kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi faktor penyebab
rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang
disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman
sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai
berikut :
1.            Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran.
2.            Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat pera.ga.
3.            Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.
4.            Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5.            Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat

No. Nama Siswa Nilai Sesudah


Perbaikan
1. AAM MARYANI 9
2. AJAT DARMAWAN 8
3. APRILIA ARYATI 7
4. BAMBANG HERMAWAN 8
5. DETI KOMALASARI 8
6. DINI TRIANJANI 8
7. ENI HAYATI 8
8. ERIK HIDAYAT 7
9. ERNI RAHMAWATI 9
10. EULIS LISNAWATI 8
11. FEBRI GILANG 9
PERMATASARI
12. FEBRINA ROUFULIA 9
RAMDHANI
13. FERDERIKA WILA 9
14. HASNA LUTHFI AISYAH 8
15. IDA DAMAYANTI 9
16. INA DESTIANA 8
17. IRMA RISMAYANTI 9
18. IWAN SURYANTO 8
19. KOMALASARI 8
20. LISNA PRIHANDINI 9
21. LISTIA HAFIVAH 8
ADAWIYAH
22. MEGAWATI S. 8
23. MEINASARI 9
24. NENG ELA LAELASARI 8
Jumlah 199
Rata-rata 8,29

Tabel 4.4
Analisi Kategori Evaluasi Siklus II Pada
Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


            1. Baik 22 orang 22/24 x 100    =   91,67
2. Sedang 2 orang 2/24   x 100    =   8,33
3. Kurang - -

Tampak jelas pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang


berkategori baik jauh sangat lebih banyak dan mengalami kenaikan
prestasi yang sangat signifikan yaitu mencapai 91,67%. Itu artinya pada
siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran
yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan hal ini maka cukup
hanya sampai siklus II karena sampai tahap ini tingkat keberhasilan
belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori
sedang terdapat 8,33%, dengan tidak terdapatnya siswa yang termasuk
dalam klasifikasi nilai yang kurang. Hal ini jelas terliha bahwa prestasi
siswa mengalami kenaikan yang cukup pesat.
Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada
siklus I dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya
nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II
dilihat dari kategori sedang yang mengalami penurunan serta tidak
terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.

B. Temuan dan Refleksi


         Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, pembelajaran
yang sudah dilaksanakan sudah ada kemajuan. Adapun temuan dan
refleksi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
a.       Standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
1). Siklus I
      Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi
sebelumnya, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai
berikut :
-     Nilai 10                      :            Tidak ada
-      Nilai 9                                    :           Tidak ada
-     Nilai 8                                    :           Tidak ada
-      Nilai 7                                    :           4 orang siswa
-     Nilai 6                                    :           2 orang siswa
-     Nilai 5                                    :           18 orang siswa
Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan
bahwa kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan,
tetapi apabila dibandingkan pada sebelum ada perbaikan masih dapat
dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada siklus I tidak
terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian menunjukan bahwa
perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi sudah menunjukan
sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan kualifikasi baik 16,67
%,  sedang 8,33 % dan kurang 75 %. Dengan demikian penulis mencoba
pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap siklus II.

2). Siklus II
      Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan
hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :
-     Nilai 10                      :           Tidak ada
-     Nilai 9                         :           9 orang siswa
-     Nilai 8                                    :           13 orang siswa
-     Nilai 7                         :           2 orang siswa
-     Nilai 6 Ke bawah       :           Tidak ada
      Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara
hasil dari penelitian siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil evaluasi
yang dapat dikategorikan baik. Dengan demikian penelitian sudah dapat
dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan siklus
selanjutnya karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik dengan
hasil evaluasi 91,67 % siswa dengan hasil kategori baik dan 8,33 % siswa
dengan kategori hasil evaluasi sedang. Dengan demikian prestasi siswa
menjadi meningkat dengan baik, walaupun klasifikasi sedang mengalami
kesamaan dengan artian tidak mengalami penurunan, tapi penulis dapat
memberi kesimpulan bahwa prestasi siswa dengan kategoro baik sangat
meningkat dengan klasifikasi sangat baik. Dengan demikian penelitian ini
sudah dapat dikatakan berhasik pada siklus II dengan perolehan rata-rata
91,67 % terdapat siswa dengan kategori hasil belajar yang baik.

C. Pembahasan
      Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan
pembelajaran pada standar kompetensi Mengelola
pertemuan/rapat terhadap siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 7
Pandeglang yang sudah  dilaksanakan,  terbukti menunjukan ada
perubahan belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan
adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang diupayakan
pada setiap siklusnya.
      Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang
dialami oleh masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari
rekapitulasi nilai perbaikan pembelajaran.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Mengelola
pertemuan/rapat Siklus I dan II

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


Siklus I Siklus II
1. AAM MARYANI 7 9
2. AJAT DARMAWAN 5 8
3. APRILIA ARYATI 5 7
4. BAMBANG HERMAWAN 5 8
5. DETI KOMALASARI 5 8
6. DINI TRIANJANI 5 8
7. ENI HAYATI 5 8
8. ERIK HIDAYAT 5 7
9. ERNI RAHMAWATI 6 9
10. EULIS LISNAWATI 5 8
11. FEBRI GILANG 7 9
PERMATASARI
12. FEBRINA ROUFULIA 5 9
RAMDHANI
13. FERDERIKA WILA 5 9
14. HASNA LUTHFI AISYAH 5 8
15. IDA DAMAYANTI 5 9
16. INA DESTIANA 5 8
17. IRMA RISMAYANTI 7 9
18. IWAN SURYANTO 7 8
19. KOMALASARI 5 8
20. LISNA PRIHANDINI 5 9
21. LISTIA HAFIVAH ADAWIYAH 5 8
22. MEGAWATI S. 5 8
23. MEINASARI 6 9
24. NENG ELA LAELASARI 5 8
Jumlah 130 199
Rata-Rata 5,42 8,29

Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata


Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat tentang metode penguatan verbal
dan non verbal untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap
penguasaan materi.
Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil
pembelajaran, hal ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu
cepat dan kurang adanya system diskusi antara siswa dengan guru. Oleh
sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami
kenaikan serta belum begitui signifikan.
Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka
penulis mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu
disamping menerapkan pola penguatan sistem verbal dan non verbal,
penulis juga menyampaikan pembelajaran dengan sistem diskusi dan
tanya jawab antara guru dan siswa. Dengan demikian penulis
mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar
siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan pada siklus II
karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil
yang baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
         Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan
pembelajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu
sebagai pada proses belajar mengajar seorang guru harus bisa
menyampaikan pembelajaran dengan menarik. Hal ini didasarkan pada
siswa yang cenderung malas dan bosan terhadap mata
pelajaran mengelola pertemuan/rapat dengan demikian pola diskusi dan
penyampaian dengan pola penguatan verbal dan non verbal dapat
disampaikan dengan baik, sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh
akan menjadi lebih baik.

B. Saran
         Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat
memberikan saran yaitu sebagai berikut :
1.              Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak
terlalu cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya
harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan
demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima materi
yang disajikan.
2.             Untuk menjadikan pembelajaran Mengelola pertemuan/rapat bisa
lebih baik disarankan seorang guru bisa melakukan pola pembelajaran
yang didesain sedemikian rupa yang mengacu terhadap situasi siswa.
Dengan demikian upaya perbaikan pembelajaran akan dapat dilakukan
dengan perolehan hasil yang baik dan signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge :
Harvard University.
Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA
: Brown Communications, Inc.
Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston :
Houghton Mifflin Coy.

Anda mungkin juga menyukai