MAKALAH
Dosen Pengampu:
Oleh :
KELOMPOK 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Yan Hery, M.Pd. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Edupreneurship yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Kelompok 4
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang............................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan masalah...........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Konsep edupreneurship secara umum.......................................................................................5
2.2 Fungsi Makro Wirausaha..........................................................................................................10
2.3 Fungsi Mikro Wirausaha...........................................................................................................11
2.4 Tantangan Edupreneurship dalam konteks global....................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................16
LANDASAN TEORI................................................................................................................................16
BAB VI..................................................................................................................................................19
KESIMPULAN.......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam fakta yang terjadi seorang wirausahawan ternyata dapat terbagi kedalam
beberapa golongan sesuai dengan cara atau model usaha dan fungsinya. Ada yang
memiliki ide usaha dibidang pemanfaatan suatu ilmu, bahkan ada juga yang berwirausaha
dengan ide memecahkan masalah, dan itu dapat dijadikan ide untuk berwirausaha oleh
seorang pengusaha yang kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun secara etimologis, merujuk pada kedua makna di atas, edupreneurship dapat
diartikan sebagai pendidikan kewirausahaan, yakni proses pembelajaran yang
berfokus pada kegiatan berwirausaha baik secara teori maupun praktik. Penegasan
mengenai teori maupun praktik di sini tidak lain karena kewirausahaan bukanlah
sebuah mitos, melainkan realistik atau construct (bangunan) yang dapat dipelajari
melalui proses pembelajaran, pelatihan, simulasi, dan magang secara intens. Jadi,
pada makna kata entrepreneurship di sini terdapat tiga hal penting yang dapat kita
ketahui, yaitu creativity innovation (pembaharuan daya cipta), opportunity creation
(kesempatan berkreasi), dan calculated risk talking (perhitungan resiko yang diambil).
Jika entrepreneur itu dimengerti dalam tiga hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
setiap manusia terlahir sebagai entrepreneur dengan potensi pembaharu yang kreatif,
pencipta peluang yang handal, dan pengambil resiko yang berani.3
1
John M. Echols (dkk.), English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Pustaka Utama Shadili,
2000), 207
2
Ibid, 216
3
Fadlullah, Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Islam dan Kearifan Lokal (Jakarta: Diadit
Media Press, 2011), 75.
6
Entrepreneurship ini merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif serta kreatif,
berdaya, bercipta, berkarya, bersahaja, dan berusaha dalam rangka meningkatkan
perndapatan atas kegiatan usahanya. Sementara wirausaha dimaknai sebagai orang
yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan
tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.4
Ketiga, seseorang telah menentukan visi menjadi sukses dan kaya dengan jalan
membangun bisnis serta jaringan usaha karena enggan menjadi karyawan. Seseorang
berusaha mewujudkan impian berupa kekayaan, kemakmuran, dan kebebasan
finansial tanpa terikat waktu kerja dengan penghasilan maksimal. Mereka umumnya
megikuti pendidikan formal dalam bidang manajemen, bisnis, dan keuangan atau
mengikuti berbagai pelatihan motivasi, kursus dan pelatihan manajemen bisnis.
4
Kementerian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan
Kewirausahaan (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, 2010), 15-17.
5
Fadlullah, Pendidikan Entrepreneurship, 76.
6
Ibid., 76.
7
Ibid., 76.
7
Kemudian membahas mengenai kegiatan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai
kegiatan entrepreneurship, terlebih dahulu Potter mengungkapkan sesuatu yang
dikutip oleh Anita dan Endang bahwa pendidikan kewirausahaan dimanfaatkan
sebagai momentum awal menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha melalui
pembentukan pola pikir (mindset) dan jiwa (spirit) menjadi pengusaha.9
8
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang, 15
9
Anita Volintia Dewi (dkk.), ‚Pengaruh Pengalaman Pendidikan Kewirausahaan dan Keterampilan Kejuruan
Terhadap Motivasi Berwirausaha Siswa‛, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, Nomor 2 (Juni, 2013), 164.
8
Menurut jenis yang pertama ini, seorang inovator dituntut untuk bisa merangkum
segala sesuatu yang sudah ada sebelumnya guna menemukan sesuatu yang baru.
10
Dewi, Pengaruh Pengalaman, 164.
11
Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 17.
12
Kabar Pendidikan, Konferensi Internasional UNESCO-APEID ke-15, Menumbuhkan Inspirasi dalam
Pendidikan: Kreativitas dan Kewirausahaan., Edisi 5 Februari 2012, 2.
9
Kedua, sumber inovasi dari perbedaan segala sesuatu yang sudah ada. Klasifikasi
kedua ini lebih membutuhkan pemikiran kritis guna bisa menarik sebuah kesimpulan
(hal baru) dari perbedaan-perbedaan yang ada.
Ketika dikaitkan dengan inovasi dalam wirausaha, maka sorang wirausawan yang
baru akan memulai sebuah kegiatan berwirausaha harus bisa membaca secara kritis
lingkungan sekitar serta mampu untuk menarik benang merah dari segala sesuatu
yang memiliki keterkaitan yang sudah ada sebelumnya.
Menurut Thomas dan Scarborough, yang dikutip oleh Siti Fatimah, bahwa
entrepreneur sebagai seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan
mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang
diperlukan untuk mendirikannya. 13
Beberapa pendapat berkenaan dengan definisi wirausaha tersebut, maka dapat ditarik
sebuah benang merah bahwa wirausaha merupakan sebuah kegiatan yang
membutuhkan keahlian dan keberanian yang tinggi. Keberanian di sini mencakup
keberanian dalam berinovasi dan keberanian dalam menghadapi semua resiko dan
konsekuensi yang bersumber dari ketidakpastian. Meski ketidakpastian selalu
menghadang wirausahawan yang baru memulai untuk berwirausaha, meskipun juga
tidak sedikit wirausahawan yang mengalami hal sama sebagaimana wirausahawan
yang baru mulai merintis, akan tetapi hal tersebut akan membuahkan hasil yang
memuaskan apabila ketidakpastian tersebut mampu dirubah menjadi kepastian yang
menguntungkan.
Secara kualitatif fungsi makro ini diperankan oleh usaha kecil. Berikut adalah
peranannya dalam perekonomian nasional:
a. Innovator
11
b. Planner
c. Wirausaha berperan dalam merancang ;
1) Perencanaan usaha (corporate plan)
2) Strategi perusahaan (corporate strategy)
3) Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
4) Organisasi perusahaan (corporate organi-zation)
Lain halnya dengan werner Shombart (1902), yang membagi fungsi entrepreneur
menjadi tiga, yaitu:
1. Captain of industry, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam suatu
bidang keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru, bukan
12
Selain entreprenuer, istilah lain yang juga dikenal adalah konsep intraprenuer dan
benchmarking:
Intraprenuer, ialah wirausaha yang menggunakan temuan orang lain pada unit
usahanya. Fungsinya adalah imitating technology dan duplicating product.
Benchmarking adalah meniru dan mengembangkan produk baru melalui
perkembangan teknologi.
Proses kewirausahaan diawali dengan suatu aksioma yaitu adanya tantangan, dari
tantangan tersebut muncul gagasan, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif yaitu,
berfikir dan bertindak inovatif sehingga tantangan awala tadi teratasi dan terpecahkan.
Terdapat sebagian pemicu seorang memilah jadi entrepreneur, salah satunya sebab bosan
dengan pekerjaan kantoran yang kurang leluasa serta sangat banyak ketentuan. Tidak
hanya itu, jadi seseorang entrepreneur merupakan panggilan jiwa, banyak pula yang telah
memperoleh pekerjaan mapan di industri besar, tetapi lebih memilah keluar cuma buat
jadi seseorang entrepreneur.
Sayangnya tidak seluruh entrepreneur menyadari kalau pada masa globalisasi ini
tantangan yang dialami terus menjadi berat, persaingan telah bukan lagi antar orang
dagang dalam cakupan lokal, melainkan telah antar negeri. Walhasil sebab minimnya
persiapan yang matang membuat bisnisnya jadi gulung tikar.
Pastinya, gulung tikar tidaklah hasil yang di idamkan oleh seseorang entrepreneur. Buat
dapat berhasil jadi di masa globalisasi ini, seseorang entrepreneur wajib dapat mengalami
tantangan- tantangan yang terdapat.
Banyak yang bilang bahwa menjadi entrepreneur waktunya bebas, bisa sesuka hati
kerjanya, memang itu tidak salah. Tetapi jika seorang entrepreneur yang baru merintis
bisnisnya pasti akan membutuhkan banyak waktu untuk memikirkan bagaimana bisnisnya
bisa berkembang dan sukses.
Berbeda cerita kalau bisnisnya sudah sukses, Anda tidak perlu kehilangan waktu banyak
untuk mengurusinya, cukup menyerahkan kepada salah satu orang kepercayaan saja.
Untuk bisnis yang baru dirintis memerlukan perhatian lebih dari pemiliknya, sehingga
Anda harus rela kehilangan waktu lebih banyak daripada karyawan Anda.
Rasa takut pasti pernah ada, apalagi bagi yang baru terjun di dunia entrepreneur dan
minim pengalaman. Seiring berjalannya waktu, rasa takut akan hilang dengan sendirinya.
Bisa dibayangkan jika Steve Jobs dulu lebih memilih menyerah untuk menghadapi rasa
takutnya, maka sampai sekarang ini tidak ada yang namanya perusahaan Microsoft.
Intinya, jika ingin sukses buanglah rasa takut yang Anda miliki sejauh-jauhnya.
Risiko menjadi entrepreneur pasti ada, risiko terbesarnya adalah gagal dan bangkrut. Bisa
dibilang risiko ini menjadi makanan sehari-hari bagi entrepreneur, karena dalam dunia
entrepreneur tidak bisa ditebak seperti dibohongi klien, uang diambil partner bisnis,
barang hilang, dan lain sebagainya.
Semakin bertambahnya waktu, Anda sebagai entrepreneur akan lebih mahir dalam
menghadapi setiap risiko. Resiko dalam bisnis memang sulit untuk dihilangkan, tetapi
masih bisa diminimalisir agar tidak berdampak besar pada bisnis Anda.
Berani menjadi entrepreneur berarti berani kehilangan penghasilan tetap Anda. Jika
bekerja sebagai karyawan pasti gaji bulanan yang diterima akan tetap setiap bulannya.
Tetapi jika menjadi seorang entrepreneur terutama saat masih masa perintisan, kehilangan
gaji bulanan adalah hal yang biasa, tetapi nanti setelah bisnisnya sudah sukses
mendapatkan gaji yang lebih besar adalah hal yang mudah dilakukan.
Jangan kira jika menjadi entrepreneur akan bisa bersenang-senang dan bahagia setiap
harinya. Memang kenyataannya tidak seperti itu, apalagi jika Anda masih merintis bisnis
dan belum mendapatkan keuntungan, Anda akan mudah merasa jenuh karena melakukan
aktivitas yang sama setiap harinya.
6. Rasa Malas
Rasa malas dalam bisnis hanya akan menghasilkan dua hal antara bisnis tidak
berkembang atau mengalami kebangkrutan. Menjadi seorang entrepreneur yang sukses
harus bisa mengalahkan rasa malas yang dimiliki. Kesuksesan yang didapatkan akan
bergantung pada seberapa semangat Anda dalam menjalankan bisnis.
15
Seringkali orang sekitar tidak mendukung keputusan Anda menjadi seorang entrepreneur.
Mereka lebih senang melihat Anda bekerja di perusahaan atau instansi yang sudah jelas
setiap bulannya mendapatkan penghasilan yang tetap. Perlu diketahui bahwa modal
utama seorang entrepreneur adalah keyakinan, keyakinan terhadap kemampuan diri
sendiri.
BAB III
LANDASAN TEORI
kepunyaan seseorang wirausahawan sebab dia dituntut buat berani serta siap bila usaha
yang dicoba tersebut belum mempunyai nilai atensi di pasar, serta ini wajib dilihat selaku
wujud proses mengarah kewirausahaan sejati.
Lebih jauh tiap kesalahan ataupun kegagalan wajib dipelajari apa pemicu itu terjalin.
Sebab dengan menekuni tiap kesalahan ataupun kegagalan tersebut hingga ilmu bar
uterus diperoleh. Sehingga sangat salah bila seorang terus melangkah kedepan dengan
melupakan kesalahan yang terdapat, tanpa memperdulikan apa pemicu itu terjalin.
Kesempurnaan suatu produk pada dikala produk itu diciptakan lebih baik dari produk
lebih dahulu. Perkata semacam ini jadi kunci seseorang wirausahawan. Lebih jauh kita
butuh menguasai penafsiran dari wiraswasta yang mempunyai ikatan dekat dengan
sebutan wirausahawan. Sebutan wiraswasta terdapat yang menghubungkannya dengan
sebutan saudagar. Meski sama maksudnya dalam bahasa sansekerta, namun maknanya
berlainan. Wiraswasta terdiri atas 3 kata: wira, swa, serta sta, tiap- tiap berarti wira
merupakan manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/
pendekar kemajuan, serta mempunyai keagungan sifat; swa maksudnya sendiri; serta sta
maksudnya berdiri.
14
Thomas W. zimmerer dan Norman. Scarbrough, Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Erlangga,
Jakarta, (terjemahan) 2005, h. 4.
15
Buchari Alma, Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Alfabeta, Bandung, 2008, h. 24.
17
a. Tujuan Kewirausahaan
b. Manfaat Berkewirausahaan
Dari beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pemilik bisnis mikro, kecil, dan atau
menengah percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak
uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar. Sebelum
mendirikan usaha, setiap calon wirausahawan sebaiknya mempertimbangkan manfaat
kepemilikan bisnis mikro, kecil, dan atau menengah.16
1. Berusaha memberikan bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai
dengan kemampuannya.
2. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
3. Memberikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun, tetapi tidak melupakan
perintah agama.
4. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat sebagai pribadi unggul yang patut
diteladani.
5. Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi, pemeliharaan
lingkungan, dan kesejahteraan.
6. Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang mandiri, disiplin, tekun
dan jujur dalam menjalani pekerjaan.
16
Basrowi, Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, h. 7
18
BAB VI
KESIMPULAN
seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk
mendirikannya. Wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu
perekonomian suatu bangsa. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan
jasa-jasa yang berskala global, hal ini merupakan proses dinamis wirausaha yang
kreatif. Bahkan wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. perekonomian suatu bangsa. Kreatifitas adalah
kemampuan mengembangakan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah
dan menemukan peluang sedangkan Inovasi adalah kemampuan menerapkan
kreatifitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang. Perlu
diketahui bahwa modal utama seorang entrepreneur adalah keyakinan, keyakinan
terhadap kemampuan diri sendiri. Yakinlah bahwa Anda sanggup untuk menghadapi
semua risiko dan tantangan sebagai seorang entrepreneur.
DAFTAR PUSTAKA
John M. Echols (dkk.), English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Pustaka Utama Shadili, 2000),
207
Ibid, 216
Fadlullah, Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Islam dan Kearifan Lokal (Jakarta: Diadit
Media Press, 2011), 75.
20