Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman Judul (Cover)
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
Bab II Pelaksanaan Kegiatan
A. Panitia dan Peserta
B. Narasumber dan Moderator
C. Materi/Tema Kegiatan
D. Waktu Pelaksanaan
E. Output Hasil Kegiatan
Bab III Evaluasi Hasil Kegiatan
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

Lampiran- lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah masyarakat Maluku, budaya sasi merupakan kearifan lokal masyarakat
yang telah ada sejak dahulu kala dan merupakan komitmen bersama baik oleh masyarakat,
tokoh adat dan tokoh agama. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa tanpa lingkungan
masyarakat tidak dapat hidup dengan layak, sehingga sasi harus dipertahankankan oleh
generasi ke generasi. Praktek sasi merupakan sebuah upaya perlindungan dalam mengelola
sumber daya alam yang ada di Kepulauan Maluku.
Sasi adalah suatu bentuk larangan pengambilan sumber daya alam baik di darat maupun
di laut dalam kurun waktu tertentu sehingga memungkinkan sumberdaya alam dapat tumbuh,
berkembang dan dilestarikan. Ini artinya, masyarakat memang telah menyadari bahwa alam
adalah bagian yang tidak dapat dilepaspisahkan dengan kehidupan mereka. Keberadaan sasi
tentunya sangat bermanfaat bagi masyarakat dan membantu masyarakat agar dapat
memanfaatkan semua potensi yang ada pada alam ini dengan sebijaksana mungkin, agar hasil-
hasil alam yang melimpah tidak saja di manfaatkan oleh masyarakat yang hidup pada saat ini,
tetapi juga bagi generasi di masa yang akan datang.
Pelaksanaan sasi di Maluku juga tidak terlepas dari aturan-aturan yang berlaku, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, yang dikenal dengan hukum sasi. Hukum sasi adalah
suatu sistem hukum lokal yang berisikan larangan dan keharusan untuk mengambil
potensi sumber daya alam untuk jangka waktu tertentu. Tujuan utama dilakukannya sasi
adalah untuk menjaga keseimbangan antara alam, manusia, dan dunia spiritual, dan
pelanggaran atas pelaksanaan sasi akan memperoleh sanksi berdasarkan dunia spiritual dan
sanksi masyarakat.
Sasi dikenal dan berlaku hampir di seluruh Maluku, khususnya di Kota Tual. Sasi
berasal dari hawear balwirin, yang termuat pada pasal 7 hukum adat Larwul Ngabal yang
merupakan hukum adat tertinggi di Kei. Hawear balwirin mengatur tentang hak kepemilikan
seseorang (hira I ni ntub fo I ni, it did ntub fo it did) yang berarti yang menjadi hak milik
orang lain adalah kepunyaannya dan yang menjadi milik kita adalah kepunyaan kita (Rahail,
1993). Pasal 7 ini mengajarkan kepada kita agar saling menghargai hak milik orang lain
sehingga tidak terjadi tindakan mengambil secara paksa sesuatu yang menjadi miliknya atau
melakukan tindakan pencurian.
Pemasangan sasi yang dilaksanakan di laut dan di darat (hutan) untuk melindungi
sumber daya alam di laut mapun di darat (Hutan) Kota Tual terutama di Ohoi Taar seperti
ikan, lola, teripang, telur ikan, rumput laut dan penangkaran mutiara serta hutan yang
merupakan hal penting dan dilaksanakan oleh pihak adat yang berwenang disebabkan karena
dianggap hasil kekayaan alam tersebut telah menjadi berkurang sehubungan dengan pola
konsumsi masyarakat setempat yang berlebihan dan dianggap ketika mengambil sumber daya
alam tersebut dengan cara yang tidak tertanggung jawab, oleh karena itu perlu dilaksanakan
sasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya guna mengembalikan kestabilan kondisi alam
laut dan darat (hutan) tersebut untuk kelangsungan hidup masyarakat Kei yang sebagian besar
hidup bergantung pada sumber daya alam laut dan darat (hutan).

B. Maksud dan Tujuan


1) Maksud
Laporan ini dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang
direncanakan, dilaksanakan dan tahapan-tahapan pencapaian serta hasil akhir dari proses
kinerja selama turun Observasi dan Wawancara.
2) Tujuan
Berdasarkan Kegiatan Projek dengan Tema Karifan Lokal dan Topik yang diambil adalah
Budaya Hawear Sebagai Upaya Pelestarian Alam yang dilaksanakan bertujuan untuk
mengetahui :
a) Nilai Kearifan Lokal Budaya Hawear (Sasi) di Ohoi Taar
b) Makna Simbol-simbol Hawear (Sasi)
c) Dampak Pelaksanaan Hukum Adat Hawear (Sasi) Dalam Pelestarian Alam Laut Di Ohoi
Taar-Kota Tual
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Peserta Kegiatan

NO NAMA JABATAN
1 Grace E. Lepertery, S.Pd.K` Pendamping
2 Sarina Baulu Ketua
3 Fransina S. Songjanan Sekretaris
4 Alex Teftutul Anggota
5 Andreas Toker Anggota
6 Ambram Marawuy Anggota
7 Axl P. Renwarin Anggota
8 Dendy Rahanjaan Anggota
9 Elia Junior Songjanan Anggota
10 Fiktor Waer Anggota
11 Melkisedek Radit Laritmas Anggota
12 Mihel Tutubun Anggota
13 Welmince Eleuyaan Anggota

B. Narasumber
Adapun yang menjadi Narasumber (Informan) bagi Kelompok Hawear (Sasi) adalah Bapak
Efraim Songjanan. Narasumber merupakan Ketua dari BSO (Badan Saniri Ohoi) di Taar.

C. Materi/Tema
Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional pada
suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu pandangan maupun
aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti
prilaku masyarakat sehari-hari. Pada umumnya etika dan nilai moral yang terkandung
dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi
melalui sastra lisan. Kearifan lokal yang diajarkan secara turun-temurun tersebut
merupakan kebudayaan yang patut dijaga, masing-masing wilayah memiliki kebudayaan
sebagai ciri khasnya dan terdapat kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.
Masyarakat memiliki peranan penting dalam pembentukan budaya agar terus
bertahan diperkembangan jaman, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
memanfaatkan kemampuannya, sehingga manusia mampu menguasai alam.
Sebagai bagian dari tradisi budaya terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya alam secara komunal maka Hawear (Sasi) diberlakukan dengan ritual adat secara
khusus diberlakukan turun temurun sejak leluhur.
Sesuai pengamatan di lapangan bahwa setiap wilayah adat memiliki cara-cara ritual
tutup/pasang sasi dan buka sasi dengan kearifan lokal masing-masing Ohoi (desa), namun
pada intinya proses ritual mulai dari tutup sampai pada buka sasi secara umum adalah sama.
Pada semua Ohoi (desa), rencana persiapan upacara pasang atau tutup sasi dirapatkan dalam
dewan adat, biasanya untuk kepentingan pembangunan gereja atau masjid, sarana-sarana
umum untuk kepentingan negeri dan kemungkinan hasil hutan dan laut tertentu sudah
dianggap berkurang sehingga perlu adanya penanganan dini untuk menyelamatkan kawasan
hutan dan perkembangbiakan biota laut tersebut.
Biasanya ritual dilaksanakan di woma (sejarah asal mula kampung) kemudian tanda
sasi dibuat di woma dan selanjutnya melalui beberapa proses ritual tutup sasi dipasang di
area laut tempat sasi hasil laut selama waktu yang telah ditentukan. Upacara tutup sasi ini
dilaksanakan melalui pesan verbal yaitu doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan dan
leluhur serta pesan non verbal. Arti dari setiap simbol yang berhubungan dengan Sasi itu
antara lain :
1) Sirih, pinang, tembakau rokok dan uang koin sebagai simbol persembahan pada saat
mengadakan ritual. Komunikasi yang terjadi pada saat ritual yaitu menyampaikan doa
kepada Tuhan dan memberitahukan pada leluhur akan segera dipasang sasi tentunya
dengan menggunakan media simbol bahan-bahan persembahan sehingga Komunikasi
yang terjadi menggunakan Komunikasi verbal dan nonverbal.
2) Anyaman daun kelapa putih (janur) sebagai simbol larangan. Jadi jika terdapat simbol
sasi di suatu tempat baik di darat maupun di laut itu artinya memberikan arti bagi kita
untuk tidak boleh melintas area dekat sasi apalagi menyentuh dan bahkan mencabut,
akan dikenakan sanksi. Maknanya : sebagai tanda larangan terhadap sesuatu yang
sudah menjadi milik orang lain baik itu berupa barang, orang dalam hal ini saudara
atau anak perempuan dan jangan mencuri.
3) Jumlah cabang daun kelapa sebagai simbol penentuan membayar sanksi adat berupa
masyarakat adat Kei (mas tahil tel) sebanyak jumlah cabang daun kelapa. Maknanya :
sanksi adat berupa mas tiga tail, mas adat Kei harus dibayar berdasarkan jumlah
cabang daun kelapa tersebut.
4) Kayu yang digunakan sebagai sandaran sasi sebagai simbol penopang atau penahan
sasi. Kayu ay num yang digunakan sebagai sandaran daun janur artinya
mengkomunikasikan kepada kita bahwa kayu ini berbahaya jika kita mendekat ataupun
melekat ke tubuh kita. Maknanya : jika orang yang melanggar sasi tersebut akan
terkena musibah, malapetaka atau bencana seperti ibarat kulit kita yang dilekatkan
pada kayu ay num tersebut.
5) Tali war ean. Tali War ean yang digunakan untuk mengikat daun janur sebagai simbol
pengikat antara kayu dan sasi. Simbol ini memberikan arti bagi kita bahwa kita tidak
diperkenankan untuk melepas ikatan larangan tersebut. Hanya orang tertentu yang bisa
melepas ikatan tersebut.
6) Satu buah mas ditanam dengan daun kelapa. Mas yang ditanam di dalam tanah tepat di
bawah pangkal daun janur sebagai simbol jika meminta ijin kepada penunggu tempat
tersebut dipercaya tempat itu ada penjaganya, sehingga terjalinlah komunikasi non
verbal dan verbal antara yang menanam mas dan penjaga di dunia gaib. Mas ini
ditanam kemudian panjatkan doa kepada Tuhan dan meminta ijin kepada hukum
Larwul Ngabal bahwa sasi ditanam di tempat ini. Maknanya : mas ini sebagai pertanda
meminta ijin kepada leluhur dan hukum adat. Mengajarkan kepada kita agar tidak
mencuri atau mengambil barang milik orang tanpa meminta ijin.
7) Batu sebagai penyangga tiang kayu ay num sebagai simbol kekuatan. Batu yang
ditaruh di atas tanah tepat di bawah pangkal daun kelapa berjumlah tiga buah
sedangkan di bawah tiang kiri jumlah dua buah dan begitu pula di tiang kanan
berjumlah dua buah. Maknanya : a. Keras seperti kayu, berat seperti batu (vusin ay
aleman vat) b. Batu ini pertanda bahwa sasi ini disepakati Ur Siw dan Lor Lim (Siw it
vak, Lim it Tel).
Dampak Pelaksanaan Hukum Adat Sasi Dalam Pelestarian Alam Laut Di Ohoi Taar-
Kota Tual
Seperti telah dijelaskan bahwa Sasi sudah menjadi tradisi dari leluhur dan sebelum
orang mengenal hukum formal maka orang telah mengenal hukum adat yang mengatur
tentang norma dan aturan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil dari pelaksanaan sasi menurut
Narasumber yakni Bapak Ketua Badan Saniri Ohoi Taar adalah :
"Di Ohoi Taar ini sudah diatur yang membawa Sasi ini dari mana, jadi di Taar ini ada
empat Mata Rumah besar yang tadi-tadinya sebelum Belanda masuk, mereka masih
tersebuar-sebar tinggalnya. Karena tagih pajak sehingga Pemerintah Belanda menuntut
supaya mereka berkumpul di Taar yang sekarang ini supaya lebih mudah tarik pajak.".
Lebih lanjut Narasumber menjelaskan manfaat dari Sasi di Ohoi Taar bahwa "Sampai saat
ini pelestarian Sasi masih dilakukan di Ohoi Taar, nanti kedepan kita dari Pemerintah
Ohoi Taar akan buat Peraturan Ohoi karena selain kita lestarikan alam negeri terutama
alam laut dan hutan ini maka hasilnya juga akan dipanen oleh masyarakat itu juga pada
lokasi laut dan darat. Salah satu contoh Sasi Laut, ini manfaatnya untuk semua orang
khusus anak Negeri yang ada di Ohoi Taar ini. Kegiatan tutup Sasi katakanlah Sasi Meti
ini pasti untuk kegiatan masyarakat kampung yang ada di Taar ini dan juga supaya orang
tidak lagi menebang pohon di hutan secara sembarangan. Kita juga mendukung Program
Pemerintah untuk melestarikan hutan dan alam. (Wawancara Tanggal 05 Oktober 2022).
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa sudah jelas hasil dari pelaksanaan sasi
dalam melestarikan ekosistem laut terutama pada situasi masa sekarang yang
membutuhkan upaya-upaya nyata dari berbagai pihak yang saling berkoordinasi dalam
rangka pelestarian alam laut yang berkelanjutan.
Sasi mengajarkan kepada kita agar saling menghargai dan menghormati, mengakui hak
kepemilikkan orang lain dan tidak mengingini barang milik orang lain dengan cara
mencuri. Sejak dahulu kehidupan masyarakat Kei dalam mengolah dan memanfaatkan
sumber daya alam baik di darat maupun di laut dilakukan secara bersama-sama. Ini
dibuktikan dengan adanya budaya maren (gotong royong). Pola kehidupan masyarakat Kei
yang bersifat komunal inilah maka pengolahan hasil alam baik di darat dan laut
dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak mengalami over eksploitasi sehingga merusak
lingkungan ekosistem terutama laut. Hal ini sesuai dengan falsafah dasar orang Kei yaitu It
dok fo ohoi it mian fo nuhu (kita mendiami atau menempati kampung/desa/Ohoi di mana
kita hidup dan makan dari alam dan tanahnya). Falsafah tersebut yang kemudian menjadi
dasar bagi masyarakat berkewajiban untuk menjaga, mengolah dan menggunakannya
dengan baik dan tidak merusaknya.
Hawear sendiri secara umum bermakna untuk memelihara kestabilan kehidupan sosial
dan kehidupan rumah tangga. Aktifitas Sasi laut ini sendiri bila ditelusuri sesungguhnya
memiliki beberapa dasar pelaksanaan yaitu :
a. Untuk memenuhi kesejahteraan hidup masyarakat
b. Eksploitasi sumber alam laut yang tidak tertanggungjawab

Adapun manfaat atau kegunaan yang dapat diambil dari penerapan Sasi secara umum
yakni:
a. Agar perilaku pencurian menjadi berkurang
b. Agar semua hasil laut yang akan diambil dan dikonsumsi pada waktu yang tepat
yaitu ketika ikan atau lola, teripang dan kerang sudah berukuran besar atau wajar
untuk diambil.
c. Supaya kondisi laut dapat terpelihara dengan baik guna digunakan selanjutnya oleh
masyarakat desa
d. Agar ada ketertiban sosial dalam masyarakat.

D. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa 04 Oktober 2022 s.d Rabu 05 Oktober 2022
Tempat :
1. Un Pantai - Ohoi Taar
2. Hoat - Ohoi Taar
3. Kediaman Narasumber : Bapak Efraim Songjanan (Ketua Badan Saniri Ohoi Taar)

E. Biaya
Biaya yang dapat adalah melalui sumbangan sukarela dari peserta didik terkhusus pada Kelompok
Sasi yakni Rp. 120.000,-

F. Output Hasil Kegiatan


Tersusunnya laporan kegiatan Observasi dan Wawancara di Ohoi Taar.
BAB III
EVALUASI HASIL KEGIATAN

A. Harapan Yang Ingin Dicapai


Kegiatan Observasi dan Wawancara yang dilaksanakan bertujuan agar peserta didik
terkhususnya kelompok Budaya Hawear (Sasi) dapat:
1. Memiliki bekal pengetahuan, ketrampilan dan wawasan sehingga diharapkan dapat
menyusun suatu aksi nyata sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila;
2. Menghasilkan aksi nyata berupa pembuatan Poster, Komik, Video Animaker, Tari Seni
Kontemporer dan sebagainya;
3. Memiliki motivasi untuk meningkatkan bakat dan minat pada diri peserta didik
terkhususnya pada kelompok Budaya Hawear (Sasi);
4. Memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan Budaya Hawear (Sasi)
yang ada di Ohoi Taar.

B. Hasil Evaluasi Kegiatan


Keberhasilan dalam pelaksanaan Observasi dan Wawancara di SMA Negeri 7 Tual
Tahun 2022 ini dapat diketahui melalui hasil evaluasi kegiatan di lapangan. Salah satu
keberhasilan yaitu kehadiran peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan oleh
Narasumber. Indikator lainnya yaitu seluruh peserta didik didalam kelompok telah
memperoleh materi sesuai dengan jadwal yang ditentukan sehingga pengetahuan peserta
didik tentang Budaya Hawear Sebagai Upaya Pelestarian Alam menjadi meningkat. Dalam
mengikuti materi, peserta didik secara aktif berkomunikasi dengan Narasumber seperti
menanyakan hal yang belum jelas menyangkut dengan materi yang disampaikan Narasumber
dan berdiskusi dengan Narasumber untuk rnenyelesaikan suatu permasalahan.
Hasil evaluasi peserta didik terhadap materi kegiatan yaitu materi yang diberikan
memiliki nilai manfaat dan peserta didik memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan
Observasi dan Wawancara karena mereka merasa mendapat tambahan wawasan dan
pengetahuan. Peserta didik juga memberikan penilaian yang baik terhadap guru pendamping
dan menilai kegiatan ini sangat sukses yang disampaikan secara langsung kepada guru
pendamping.
Dalam kegiatan Observasi dan Wawancara ditemukan ada faktor pendukung dan
penghambat kegiatan. Faktor pendukung kegiatan Observasi dan Wawancara diantaranya
berasal dari Guru Pendamping yang telah mengeluarkan seluruh kemampuan dan
mengorbankan waktu serta tenaga untuk bekerjasama demi kelancaran dan kesuksesan
kegiatan Observasi dan Wawancara. Motivasi, kekompakan dan rasa tanggung jawab sebagai
satu tim membuat kegiatan Observasi dan Wawancara dapat terlaksana dan selesai sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan. Para guru Pendamping dan Wakasek Kurikulum
juga membantu memberikan arahan dan masukan yang sangat baik sehingga mernudahkan
peserta didik dalarn melaksanakan kegiatan. Sedangkan faktor penghambat kegiatan
Observasi dan Wawancara diantaranya masalah biaya transportasi, dimana sebelum
melakukan wawancara peserta didik terlebih dahulu melakukan observasi pada tempat-
tempat yang menjadi lokasi Sasi dari Lokasi Un Pantai - Ohoi Taar dan Hoat - Ohoi Taar,
untuk menuju ke Un Pantai - Ohoi Taar harus menggunakan angkutan umum, sedangkan
Lokasi Hoat - Ohoi Taar harus menggunakan jalur laut dengan alat transportasi yakni
Ketinting. Sehingga peserta didik dengan kerelaannya masing-masing memberikan
sumbangan guna untuk membiayai perjalanan dalam rangka Observasi dan Wawancara
tersebut.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih dua bulan terkait dengan makna
simbolik hukum adat sasi dalam pelestarian alam laut di Ohoi Taar memperoleh beberapa
hasil penting sebagai berikut :
1. Makna yang terkandung dalam Hawear (Sasi) adalah Pengelolaan sumber daya alam
hayati, nabati yang yang berkelanjutan serta mengurangi kemungkinan timbulnya
kejahatan berupa pencurian. Khusus untuk Sasi Darat (Hutan) dan Laut, kesakralan
Sasi masih terjaga dengan baik, karena tujuan Sasi Laut dan Darat (Hutan) adalah
untuk kepentingan komunal sehingga masyarakat lebih mengutamakan kepentingan
umum, hanya penggunaan beberapa simbol yang mengalami sedikit pergeseran seperti
penggunaan daun janur, kayu khusus, dan cara pemasangan sasi.
2. Dampak dari pelaksanaan sasi dalam pelestarian sumber daya alam Laut dan Darat di
Ohoi Taar yaitu adanya dampak positif dari hukum sasi adalah menjaga hak milik
bersama dan hak orang lain, masyarakat lebih membiasakan diri untuk hidup teratur
atau hidup hemat, sasi dapat menjaga kelestarian alam laut yang berkelanjutan, sasi
membuat hubungan antara manusia dan alam sekitar menjadi harmonis dan yang paling
penting adalah mengurangi perilaku pencurian.

B. Saran
Bagi peserta didik yang akan mengikuti kegiatan kunjungan serupa, sebaiknya sebelum
kunjungan dilakukan sudah menyiapkan beberapa pertanyaan agar ilmu yang bisa
didapatkan lebih optimal. Jika terdapat kegiatan kunjungan serupa, semoga dapat di biayai
dalam hal transportasi agar mempermudah dalam proses kegiatan obseravasi dan
wawancara.
LAMPIRAN

 OBSERVASI LOKASI TEMPAT SASI (HAWEAR) DI OHOI TAAR - UN PANTAI


 OBSERVASI LOKASI TEMPAT SASI (HAWEAR) DI OHOI TAAR - HOAT
 WAWANCARA BERSAMA NARASUMBER : BAPAK EFRAIM SONGJANAN
(KETUA BADAN SANIRI OHOI TAAR)

Anda mungkin juga menyukai