Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEJUJURAN DALAM PRESPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Dalam Membangun

Karakter Islam

Oleh Dosen Pengampuh : Dr. H. Mashar Idris, M.Ag.

Oleh

Kelompok III

SITTI HARMINAWATI R : 2020203886108007

AYU PARAWANTI : 2020203886108008

ROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

PASCASARJANA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan atas

llmpahan Rahmat dan Hidayah-Nyalah, sehingga kamiidapat menyelesaikan

Makalah dengan judul: ”Media Dalam Membangun Karakter Islam”. Shalawat

berangkaiakan salam semoga tetap tercurakan kepada Nabi Muhammad SAW,

para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari

penghabisan.

Dengan tersusunnya Makalah ini semoga dapat berguna bagi kami semua

dalam memenuhi tugas dari mata kuliah tinjauan ontologis, epistimologis dan

aksiologis hadits dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah  ini bisa

memberi manfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka

membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan dengan tujuan untuk

memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang

lebih bermakna.

Kami menyadari bahwaa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Adanya kritik serta saran

yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk segala

langkah-langkah perbaikan makalah kami selanjutnya.

Pada akhirnya hanyalah kepada Allah SWT dikembalikan

segalanya, sebab sesungguhnya hanya milik-Nyalah semata segala kesempurnaan.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Parepare, 26 April 2021

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan Penelitian..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kejujuran Perspektif Al-Qur’an dah Hadits.........................................3

B. Cara menanamkan nilai-nilai kejujuran................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................18

B. Saran.....................................................................................................18

Daftar Pustaka...................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Banyak sifat-sifat

terpuji yang harus dimiliki manusia, hal tersebut telah secara tersurat dan tersirat

telah diberitakan didalam al-Qur’an dan Hadits. Salah satu sifat terpuji yang harus

dimiliki oleh umat Muslimim adalah sifat jujur.

Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia. Jujur itu mahal

harganya, orang merusak kejujuran mendapat sanksi akan berat dan berlangsung

lama. Kejujuran diikat dengan hati nurani manusia dan keduanya itu merupakan

anugerah dari Allah SWT. Dua eleman ini saling terkait, ketika ucapan tak sesuai

dengan kenyataan, hati menjadi risau karena ucapan dirasa tidak jujur.

Kejujuranpun sekarang ini sangat diutamakan karna sebuah kejujuran sangat

berharga. Jujur memang indah, sikap jujur membuat hidup kita lebih tentram

tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin sendiri.

Kejujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman

sekarang menjadi sesuatu yang langka dan sangat tinggi harganya. Kejujuran

berarti apa yang dikatakan sesuai dengan hati nurani atau sesuai dengan kenyataan

yang ada. Kenyataan yang ada adalah kenyataan yang sesungguhnya yang terjadi.

Jujur juga dapat diartikan seseorang yang bersih hati dari perbuatan-perbuatan

yang dilarang oleh agama dan hukum. Jujur berarti juga menepati janji atau

kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata atau perbuatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa arti kejujuran dalam perspektif al-Qur’an dan Hadits?

2. Bagaimana cara menanamkan nilai-nilai kejujuran?

1
2

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa kejujuran dalam perspektif al-Qur’an dan Hadits.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menanamkan nilai-nilai kejujuran.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kejujuran Perspektif Al-Qur’an

1. Pengertian Kejujuran (Shiddiq)

Kejujuran berasal dari kata “jujur”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata jujur berarti tidak bohong, tidak curang/khianat, sedangkan

kejujuran bermakna sifat atau keadaan jujur, ketulusan dan kelurusan hati. Ada

ungkapan lain yang sepadan dengan kata kejujuran yakni kebenaran, integritas,

kelurusan (hati), kepolosan, keterbukaan, keterusterangan, ketulusan, kredibilitas,

moral, validitas.

Jujur dalam bahasa Inggris dipahami dengan kata honestly. Kata honest

berasal dari bahasa Latin Honestus (Honorable) atau Honos (honour) yang artinya

kehormatan, kemurnian, reputasi. Sedangkan jujur dalam bahasa Arab berasal dari

kata shadaqa, yashduqu, shidiq/shidqan yang berarti benar.

Ada dua kata yang sering dikaitkan dengan kata shidiq yaitu al-Shãdiq dan

al-Shiddîq. Al-Shãdiq artinya orang yang jujur, orang kepercayaan atau teman

dekat, sedangkan al-Shiddîq berarti orang yang benar-benar jujur, juga berarti

orang yang selalu percaya. Lawan kata al-Shãdiq adalah al-Kãzib artinya dusta,

yaitu mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan.1

Jujur dan benar merupakan pembeda antara orang yang beriman dengan

orang yang munafik, sebagaimana pada ayat di atas. Memiliki sifat jujur dan

benar merupakan salah satu kriteria orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah

ungkapkan pada Q.S. Al-Baqarah/2 ayat 177 berikut:

1
Raihanah, Konsep Kejujuran Dalam Al-Qur’an (Studi Pada Pedagang Pasar Sentral
Antasari Banjarmasin), Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, Dosen Universitas
Islam Negeri Antasari Banjarmasih. H. 163

3
4

‫و ِم‬3ۡ 3َ‫ َّر َم ۡن َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو ۡٱلي‬3 ِ‫ب َو ٰلَ ِكنَّ ۡٱلب‬ ِ ‫ ِر‬3‫ق َو ۡٱل َم ۡغ‬ ۡ
ِ ‫ ِر‬3 ‫ َل ٱل َم ۡش‬3 َ‫ و َه ُكمۡ قِب‬3‫ َّر َأن تُ َولُّو ْا ُو ُج‬3 ِ‫س ٱلب‬
ۡ َ ‫۞لَّ ۡي‬
ٓ
َ‫س ِكينَ َو ۡٱبن‬ َ ٰ ‫ب َوٱلنَّبِ‍يِّۧنَ َو َءاتَى ۡٱل َما َل َعلَ ٰى ُحبِّ ِهۦ َذ ِوي ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم‬ ِ َ‫ٱأۡل ٓ ِخ ِر َو ۡٱل َم ٰلَِئ َك ِة َو ۡٱل ِك ٰت‬
‫دُو ۖ ْا‬3‫ ِد ِهمۡ ِإ َذا ٰ َع َه‬3‫ونَ بِ َع ۡه‬33ُ‫وةَ َو ۡٱل ُموف‬3ٰ 3‫لَ ٰوةَ َو َءاتَى ٱل َّز َك‬3‫ٱلص‬ َّ ‫ب َوَأقَا َم‬ ِ ‫سٓاِئلِينَ َوفِي ٱل ِّرقَا‬ َّ ‫سبِي ِل َوٱل‬ َّ ‫ٱل‬
ٓ ٓ ۗ ‫صبر في ۡٱلب ۡأسٓاء وٱلضرٓاء وح ۡٱلب ۡأ‬
َ‫ص َدقُو ۖ ْا َوُأ ْو ٰلَِئ َك ُه ُم ۡٱل ُمتَّقُون‬َ َ‫س ُأ ْو ٰلَِئ َك ٱلَّ ِذين‬
ِ َ َ‫َ َ ِ َ َّ َّ ِ َ ِ ين‬ ِ َ‫َوٱل ٰ َّ ِ ِين‬
Terjemahannya :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat di atas menyatakan sifat orang yang bertaqwa adalah orang yang

jujur dan benar, benar dalam arti sesuai dalam sikap, ucapan, dan perbuatannya. Ia

senantiasa melakukan kebajikan yaitu beriman kepada Allah, hari Kiamat, para

Malaikat, Kitab Suci, para Nabi, bersedekah, menyantuni anak yatim, orang

miskin, musafir dan para peminta-minta, memerdekakan hamba sahaya,

mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji apabila ia berjanji, bersabar

dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.2

Allah menyatakan akan memberikan anugerah bagi yang mukmin yang

benar dan menjatuhkan sanksi bagi yang munafik, sebagaimana termasuk pada

Q.S. Al-Ahzãb/33 ayat 24 berikut:

ٗ 3ُ‫انَ َغف‬33‫وب َعلَ ۡي ِهمۡۚ ِإنَّ ٱهَّلل َ َك‬3


‫ورا‬3 َ ‫ص ۡدقِ ِهمۡ َويُ َع ِّذ َب ۡٱل ُم ٰنَفِقِينَ ِإن‬
َ 3ُ‫ٓا َء َأ ۡو يَت‬3 ‫ش‬ َّ ٰ ‫ي ٱهَّلل ُ ٱل‬
ِ ِ‫ص ِدقِينَ ب‬ َ ‫لِّيَ ۡج ِز‬
‫َّر ِح ٗيما‬
Terjemahannya:
Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu
karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya,
atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan Kesan, dan Keserasian Alquran, Vol. 13
(Jakarta, Lintera Hati, 2002) h. 390.
5

Pada ayat tersebut dapat dipahami bahwa orang yang menjalani hidupnya

dengan berbohong, pada akhirnya menjadi orang yang munafik. Sebab, landasan

iman adalah jujur, sedangkan landasan kemunafikan adalah dusta, karena itu,

iman dan dusta tidak mungkin menyatu.3

Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bersikap jujur,

sebaliknya Allah sangat murka kepada hamba-Nya yang berdusta, lebih-lebih

yang mendustakan Dia dan segala nikmat-Nya. sebagaimana dalam Q.S. al-

Rahmãn/55 ayat 13 :

ِ َ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذب‬


‫ان‬ ِّ ‫فَبَِأ‬
Terjemahannya :
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ibnu Asyur menyatakan, sebagaimana dikutip Quraish Shihab, bahwa ayat

tersebut ditujukan kepada manusia, karena ada manusia yang taat dan ada manusia

yang durhaka kepada segala nikmat Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat

ini ditujukan kepada manusia dan jin, karena baik manusia maupun jin, ada yang

taat dan ada yang durhaka. Ayat ini juga merupakan sindiran kepada kaum

musyrikin.

Ayat tersebut terulang dalam surah Al-Rahmân sebanyak 31 kali.

Pengulangan tersebut menurut sebagian mufasir menyatakan penegasan akan

keagungan nikmat Allah dan menggugah kesadaran bersyukur bagi yang

mengambil manfaat dari menerima nikmat Allah serta mengecam bagi yang tidak

bersyukur sambil mengisyaratkan bahwa sikapnya tersebut telah melampaui

batas.4

3
Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak, Memandu Anda Berkepribadian Muslim dengan Lebih
Asyik, Lebih Otentik, diterjemahkan oleh Fauzi Faisal Bahreisyi, (Jakarta: Zaman, 2012), h. 89.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan Kesan, dan Keserasian Alquran, Vol. 13
(Jakarta, Lintera Hati, 2002) h. 502-503
6

2. Pemaknaan Kata Shiddiq

Beberapa hal yang harus diketahui juga bahwa ada beberapa makna dari as-shidiq

yakni kesesuaian antara yang dipersepsi dengan kenyataan, kesesuaian antara

informasi disampaikan dengan kenyataan, kesesuaian antara lisan, pikiran, dan

perbuatan. As-shidiq juga dimaknai kejelasan informasi dan kemantapan

hati/sesuatu yang baik yang tidak dikotori oleh kebohongan dan pengurangan,

dalam tasawuf as-shidiq dimaknai sebagai:

a. Kesesuaian antara yang nampak dan tidak nampak.

b. Pernyataan yang benar dalam situasi yang bahaya sekalipun.

c. Loyalitas kepada Allah melalui amal.

d. Tidak adanya kotoran dalam rohani.

e. Tidak adanya keraguan dalam keyakinan dan tidak adanya cacat dalam amalan.

Perspektif tasawuf as-shidiq meliputi aspek mental dan moral, merupakan

pilar segala kebaikan dan merupakan perkembangan dari al-ma’rifah (pencerahan

ruhani). Berdasarkan keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa as-

shidiq (benar/kejujuran) adalah sikap mental dan moral (budaya/kebiasaan) yang

mengedepankan kebenaran, keterusterangan, dan ketulusan. Seseorang dikatakan

jujur apabila dalam menginformasikan sesuatu atau menyatakan sesuatu ia

senantiasa objektif dan apa adanya sesuai dengan fakta.

Seseorang dikatakan jujur dalam berbuat apabila ia melakukan perbuatan

tersebut secara sungguh-sungguh dan tulus sesuai dengan kebenaran yang

diyakininya. Seseorang dikatakan jujur dalam keyakinan apabila loyalitasnya

kepada kebenaran yang diyakininya benar-benar murni, sungguh-sungguh dan

tulus.5

5
Almunadi, Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab, Jia/Juni 2016/Th.17/Nomor 1.
Hal 131.
7

3. Ciri-ciri Orang yang Shiddiq

Orang yang shiddiq memiliki beberapa ciri, diantara ciri-ciri mereka yang

Allah gambarkan dalam al-Qur’an adalah:

1) Mengikuti jejak keutamaan para nabi yang mencakup perbuatan Allah swt.

mencontohkan dalam al-Qur’an, orang-orang yang shiddiq terhadap apa yang

mereka janjikan (bai’atkan) kepada Allah. Firman Allah swt. dalam al-Qur’an

surat al-Ahzab: 23: yang menjelaskan bahwasanya orang berbuat jujur,

memang karena timbul dari dasar jiwanya yang memang jujur, pastilah akan

mendapat ganjaran yang mulia di sisi Allah.

2) Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa. Allah berfirman dalam al-

Qur’an surat Al- Hujurat: 15

3) Memiliki keimanan kepada Allah, Rasulullah SAW, berinfaq, mendirikan

shalat, menunaikan zakat, menepati janji dan sabar. QS. Al-Baqarah: 177,

Ayat ini menjelaskan tentang seruan kepada kaum mukmin untuk memakan

yang halal dan menjauhi yang haram, kemudian mengecam orang yang

menyembunyikan hukum Allah. Dengan demikian tegaslah bahwa orang

mukmin tidak boleh menyembunyikan kebenaran. Orang yang

menyembunyikan kebenaran, sama dengan meniru orang yang tidak beriman.

Ayat berikutnya mengungkap sifat mu`min yang senantiasa menjalankan

kebaikan

4) Memiliki komitmen yang kuat terhadap Islam. Allah berfirman dalam al-

Qur’an surat AliImran: 101, ayat ini menyatakan bahwa Barang siapa yang

berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi

petunjuk kepada jalan yang lurus”.6

6
Almunadi, Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab, Jia/Juni 2016/Th.17/Nomor 1.
Hal 132.
8

4. Balasan bagi Orang-orang yang memiliki sifat Shiddiq

Seorang muslim adalah seorang yang jujur dan mencintai kejujuran, dalam

ayat-ayat suci sebelumnya disebutkan hak-hak istimewa orang yang taat kepada

perintah Allah swt. Berikut adalah buah kejujuran yang dirasakan oleh orang-

orang yang melakukannya:

1) Gembira perasaan dan tenang jiwa.

2) Membawa berkah dalam mencari rezeki dan menambah kebaikan.

3) Akan mencapai derajat para syuhadaa’, mendapat derajat kebenaran disisi

Allah swt.

4) Selamat dari kebencian.

Sikap jujur merupakan sikap terpuji yang tentunya banyak sekali

manfaatnya. Berikut ini beberapa manfaat, apabila kita bisa bersikap jujur:

1) Menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa dibebani.

2) Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri.

3) Kejujuran membawa pelakunya bersikap berani

4) Kejujuran akan membawa kepada kebaikan (QS. Muhammad ayat 21)

5) Kejujuran akan menyelamatkan dari hari kiamat (QS. Al-Maidah: 119)

6) Kejujuran akan mengangkat derajat (QS. Yunus ayat 2)

7) Kejujuran akan mendatangkan ketentraman jiwa

8) Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa

dampak positif.

9) Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga

tersebut menjadi nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa

beban dan saling membantu apabila ada masalah dalam satu pihak keluarga.

Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan

sebuah pekerjaan yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Pada
9

diri pribadi akan timbul sikap yang tidak selalu bergantung pada orang lain.

Akan hidup mandiri.7

B. Kejujuran Perspektif Hadis

Hadis Shahih Bukhari no. 5629.

ُ ‫ض َي هَّللا‬ِ ‫صو ٍر عَنْ َأبِي َواِئ ٍل عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬ ُ ‫ش ْيبَةَ َح َّدثَنَا َج ِري ٌر عَنْ َم ْن‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُع ْث َمانُ بْنُ َأبِي‬
‫ق يَ ْه ِدي ِإلَى ا ْلبِ ِّر وَِإنَّ ا ْلبِ َّر يَ ْه ِدي ِإلَى‬
َ ‫الص ْد‬
ِّ َّ‫سلَّ َم قَا َل ِإن‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫َع ْنهُ عَنْ النَّبِ ِّي‬
َ ‫صدِّيقًا وَِإنَّ ا ْل َك ِذ َب يَ ْه ِدي ِإلَى ا ْلفُ ُجو ِر وَِإنَّ ا ْلفُ ُج‬
‫ور‬ ِ َ‫ق َحتَّى يَ ُكون‬ ُ ‫ص ُد‬ْ َ‫ا ْل َجنَّ ِة وَِإنَّ ال َّر ُج َل لَي‬
‫ب َحتَّى يُ ْكت ََب ِع ْن َد هَّللا ِ َك َّذابًا‬
ُ ‫يَ ْه ِدي ِإلَى النَّا ِر وَِإنَّ ال َّر ُج َل لَيَ ْك ِذ‬
Terjemahannya:
Telah menceritakan kepada kami [Utsman bin Abu Syaibah] telah
menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Abu Wa`il] dari
[Abdullah] radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan
kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang
senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur.
Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan
sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya
jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai
seorang pendusta."8

Hadis Shahih Muslim No. 4720.

‫صو ٍر عَنْ َأبِي‬ ُ ‫ص عَنْ َم ْن‬ ِ ‫ي قَااَل َح َّدثَنَا َأبُو اَأْل ْح َو‬ َّ ‫ش ْيبَةَ َو َهنَّا ُد بْنُ ال‬
ِّ ‫س ِر‬ َ ‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ِر بْنُ َأبِي‬
‫ق بِ ٌّر‬
َ ‫الص ْد‬
ِّ َّ‫سلَّ َم ِإن‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫س ُعو ٍد قَا َل قَا َل َر‬ ْ ‫َواِئ ٍل عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم‬
َّ‫صدِّيقًا وَِإن‬ ِ ِ ‫ق َحتَّى يُ ْكت ََب ِع ْن َد هَّللا‬ َ ‫ص ْد‬ ِّ ‫وَِإنَّ ا ْلبِ َّر يَ ْه ِدي ِإلَى ا ْل َجنَّ ِة وَِإنَّ ا ْل َع ْب َد لَيَت ََح َّرى ال‬
‫ا ْل َك ِذ َب فُ ُجو ٌر وَِإنَّ ا ْلفُ ُجو َر يَ ْه ِدي ِإلَى النَّا ِر وَِإنَّ ا ْل َع ْب َد لَيَت ََح َّرى ا ْل َك ِذ َب َحتَّى يُ ْكت ََب َك َّذابًا قَا َل‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ابْنُ َأبِي‬
َ ‫ش ْيبَةَ فِي ِر َوايَتِ ِه عَنْ النَّبِ ِّي‬
Terjemahannya:
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Hannad
Bin As Sari] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Abu Al
Ahwash] dari [Manshur] dari [Abu Wail] dari ['Abdullah bin Mas'ud] dia
7
Almunadi, Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab, Jia/Juni 2016/Th.17/Nomor 1.
Hal 137.
8
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/=kejujuran (diakses pada 26 April 2021)
10

berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya


kejujuran itu adalah kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke
surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran,
maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan
sesungguhnya dusta itu adalah kejahatan. Dan sesungguhnya kedustaan itu
akan menggiring ke neraka. Seseorang yang memelihara kedustaan, maka ia
akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah." Ibnu Abu Syaibah berkata
dalam meriwayatkan Hadis tersebut; dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.9

Hadis Shahih Bukhari no. 1937.

‫ح َأبِي ا ْل َخلِي ِل عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن‬


ٍ ِ‫صال‬َ ْ‫ش ْعبَةُ عَنْ قَتَا َدةَ عَن‬ ُ ‫ب َح َّدثَنَا‬
ٍ ‫سلَ ْي َمانُ بْنُ َح ْر‬ُ ‫َح َّدثَنَا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ِ ‫زَام َر‬
ٍ ‫يم ْب ِن ِح‬ ِ ‫ث َرفَ َعهُ ِإلَى َح ِك‬ِ ‫ا ْل َحا ِر‬
َ ْ‫سلَّ َم ا ْلبَيِّ َعا ِن بِا ْل ِخيَا ِر َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا َأ ْو قَا َل َحتَّى يَتَفَ َّرقَا فَِإن‬
‫ص َدقَا َوبَيَّنَا بُو ِركَ لَ ُه َما فِي‬ َ ‫َو‬
‫بَ ْي ِع ِه َما وَِإنْ َكتَ َما َو َك َذبَا ُم ِحقَتْ بَ َر َكةُ بَ ْي ِع ِه َما‬
Terjemahannya:
Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah menceritakan
kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Shalih Abu AL Khalil] dari
['Abdullah bin Al Harits] yang dinisbatkannya kepada [Hakim bin Hizam
radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan
untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum
berpisah", Atau sabda Beliau: "hingga keduanya berpisah. Jika keduanya
jujur dan menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual
belinya dan bila menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan
keberkahan jual belinya".10

1 Faktor Yang Memperngaruhi Perilaku Tidak Jujur

Pendidikan merupakan proses yang berlangsung dalam suatu budaya

tertentu. Di masyarakat, banyak nilai budaya dan orientasinya yang bisa

menghambat dan bisa mendorong proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga

pendidikan memiliki fungsi untuk mendorong melestarikan nilai-nilai dominan

yang masih banyak dipertahankan dalam masyarakat, seperti nilai budaya,


9
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/=kejujuran diakses pada 26 April 2021
10
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/=jujur diakses pada 26 April 2021
11

kesenian, daerah, dan budi pekerti bagi kepentingan sekolah. Sekolah diharapkan

mampu memberikan pengaruh positif bagi terjadi perubahan sosial dan nilai-nilai

yang ada di masyarakat tersebut. Namun demikian, banyak faktor bisa

mepengaruhi nilai-nilai ini tidak bisa dilestarikan secara baik di sekolah.

Dalam konteks kejujuran, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi

seorang anak berperilaku tidak jujur, sehingga tidak bisa mendorong proses

pendidikan di sekolah berjalan dengan baik. Diantara faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi ketidakjujuran pada anak didik di sekolah, yaitu : (1) takut

dimarahi atau dihukum karena berbuat salah; (2) melihat kebohongan yang ada

disekitarnya (orang tua, guru, keluarga); dan (3) ancaman hukuman bagi

kesalahan”11

C. Cara Menanamlan Nilai-Nilai Kejujuran

1. Peran Keluarga dalam Menanamkan Nilai Kejujuran

Sifat jujur harus dibina dan dibangun oleh orang tua dalam keluarga sedini

mungkin, ada beberapa cara membesarkan anak-anak berkarakter:

a. Jadikanlah pengembangan karakter sebagai prioritas utama

Sikap dan tingkah laku orang tua harus menjadi teladan yang dapat

memperngaruhi karakter anak dimasa depan. Kebiasaan yang dilakukan orang tua

baik dalam hal kejujuran, kerja keras, tanggung jawab merupakn kebiasaan yang

akan mempengaruhi sikap anak bahkan menjadikan mereka terbiasa dengan sikap-

sikap tersebut samapai dewasa nanti. Oleh karena itu orang tua harus

memprioritaskan diri mereka untuk berusaha dan membiasakan diri dengan

karakter mulia.

b. Jadilah orang tua yang otoriter


11
Muhammad Amin, “Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran Pada Lembaga
Pendidikan,” vol. 01 no. 01 (2017), h. 114-115.
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JSMPI/article/view/222 (diakses pada 27 April 2021)
12

Orang tua harus memiliki pendirian yang kuat pada otoritas moral yang

memiliki hak untuk dihormati dan dipatuhi, menurut Lichona orang tua yang

bijaksana adalah kombinasi orang tua yang otoriter dengan alasan, keadilan dan

cinta. Kenalkan kedisiplinan sejak dini, seperti ketika meminjam barang orang

lain haruslah segera dikembalikan, bila menemukan barang yang bukan miliknya

segeralah samapaikan pada orang tua atau guru agar barang tersebut bisa segera

dikembalikan. Pembiasaan seperti ini akan membantu anak untuk bertanggung

jawab, berdisiplin dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.

c. Cintai anak-anak

Cinta dan kasih sayang sangat dibutuhkan anak-anak terutama pada usia

dini. cinta dan kasih sayang membuat anak merasa aman, nyaman, dan terlindungi

serta berharga. Keterikatan itu membuat mereka lebih responsif terhadap otoritas

dan menerima nilai-nilai kita. Cinta berarti banyak menghabiskan waktu untuk

bermain, dan bercengkrama dengan anak-anak. waktu yang sudah kita habiskan

dengan mereka akan menjadi kenangan yang terindah dan sellau diidngat oleh

anak-anak.

d. Mengajar dengan contoh dan memberikan kesempatan anak untuk berbuat baik.

Berperilaku dalam kehidupan dan keseharian kita sebagai orang dewasa

haruslah selalu memberikan pesan moral yang baik bagi anak. Ciptakanlah

suasana rumah yang sarat dengan kehidupan yang sehat dan bermoral, ceritakan

dan jadiakalah anak-anak sebagai pelantara kita dalam mengerjakan kebaikan,

sebagai contoh memberikan beras kepada orang-orang miskin disekitar rumah

biarlah anak-anak yang membagikannya. Begitu pula dalam hal kejujuran

biasakan anak mendengar kita selalu berbicara dan berbuat apa adanya, kenalkan

pula damapak dari sifat bohong, sehingga anak sedikit demi sedikit akan

memahami mengapa tidak boleh bohong dalam berkata dan berbuat.


13

e. Mengelola lingkungan moral

Orang tua memiliki andil yang cukup besar dalam mengelola lingkungan

tempat anak-anak hidup dan tinggal. Orang tua dapat mengkondisikan anak

dengan siapa mereka bermain dan belajar, walaupun demikian pengawasan orang

tua tetap memiliki peranan yang penting agar kehidupan anak-anak tetap dapat

terawasi dan terkendalikan, sehingga walaupun mereka dapat bermain dengan

bebas dan mengenal banyak orang tapi tetap kitalah yang menjadi filter anak dari

pergaulan yang tidak baik.

f. Mendorong pengembangan spiritual

Agama merupakan benteng pertahanan anak-anak dari semua perbuatan

buruk. Anak-anak yang sudah terbiasa dekat dengan dunia agama, seperti

melaksanakan sholat, mengaji, shodaqoh ahal-ahal ini akan membantu mereka

untuk kuat menghadapi kehidupan yang sulit dan godaan dari berbagai hal yang

indah tapi merupakan kejahatan. Dengan modal pengetahuan agama dan

pembiasaan melaksanakan ibadah dalam diri anak maka mereka pun akan tetap

berpegang pada agamanya walaupun disekitar mereka berbagai kebohongan,

kejahatan terjadi.12

Perilaku jujur adalah salah satu dasar penting dalam akhlak islam yang

membutuhkan kerja keras dalam menanamkannya dan mengokohkannya.

2. Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran

Guru memiliki peran yang penting dalam membangun budaya kejujuran

dilingkungan sekolahnya. Di anggap sangat penting karena gurulah yang sering

bersentuhan langsung dengan anak didiknya dalam proses pembelajaran, dan saat

proses itulah peran-peran guru menanamkan tradisi kejujuran kepada siswa-

siswinya. Sebagai contoh sederhana peran guru dalam membangun tradisi

kejujuran kepada siswa-siswanya adalah ketika ulangan, seorang guru harus


12
Lichona. T, Educating For Character (Jakarta : Bumi Aksara, 2015), h. 50-77.
14

menyampaikan secara jujur agar tidak menyontek, baik kepada temannya maupun

pada buku catatan. Pesan itu disampaikan dengan bahasa yang sederhana yang

bisa ditangkap anak didiknya dan itu harus dilakukan secara istiqomah dan tidak

pernah berhenti menyampaikan pesan-pesan moral tersebut.

Dalam rangka penanaman nilai-nilai kejujuran di sekolah, ada beberapa

peran yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu :

a Memberikan pengajaran secara terus menerus dan terintegrasi

Guru tentu akan mengalami kesulitan untuk mengarahkan peserta didik

berlaku jujur, jika peserta didik tidak tahu dan tidak paham apa itu kejujuran. Oleh

karena itu, peran guru dalam menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didik

adalah memberikan pengetahuan melalui pengajaran secara terus menerus dan

memadai tentang kejujuran. Misal, pengetahuan tentang apa yang dimaksud

dengan jujur, mengapa seseorang harus berbuat jujur, dan apa konsekuensi jika

seseorang tidak jujur.

Namun demikian, pengajaran yang diberikan oleh guru tersebut haruslah

terintegrasi. Artinya bukan hanya dilakukan satu orang guru atau guru agama saja,

tetapi harus seluruh guru yang ada di sekolah tersebut, dan dilakukan pada setiap

pembelajaran.

b. Memberikan keteladanan

Dalam kehidupan di masyarakat, terkadang banyak kita temukan orang

yang suka menyampaikan kebaikan-kebaikan dan contoh-contoh perbuatan yang

baik. Namun terkadang pula, sulit untuk menemukan orang- orang yang menjadi

contoh perilaku kebaikan. Dalam hal penanaman nilai kejujuran, seorang guru

bukan sekedar menyampaikan pengetahuan tentang kejujuran itu, tetapi guru

hendaklah berperan sebagai orang yang berperilaku jujur. Artinya bahwa seorang

guru hendaklah berbuat kejujuran itu dimulai dari diri sendiri dan menjadi teladan
15

kejujuran bagi anak didiknya, dan terlihat nyata dalam setiap sikap dan

tindakannya, sehingga pada gilirannya akan ditiru oleh anak didiknya.

c. Membiasakan berperilaku

Suatu ungkapan yang patut untuk direnungkan adalah “sesuatu itu bisa

karena biasa”. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap perilaku individu dalam

kehidupan sehari-hari karena kebiasaan. Begitupun tentang kejujuran. Seseorang

tentu tidak akan mampu berperilaku jujur jika tidak membiasakan diri untuk

berbuat jujur. Untuk itu, selain memberikan pengetahuan tentang kejujuran, maka

guru hendaknya berupaya pula membiasakan peserta didik untuk berperilaku

jujur.

d. Mengadakan refleksi

Refleksi merupakan bentuk evaluasi suatu sikap yang harus dilakukan oleh

gutu dalam upaya untuk melihat kembali sejauh mana penanaman perilaku

kejujuran telah dilaksanakan oleh peserta didik. Refleksi dimaksudkan untuk

mengetahui keberhasilan dan kegagalan yang dilakukan selama ini, selanjutnya

dijadikan dasar untuk melakukan peningkatan terhadap penanaman kejujuran pada

peserta didik.

e. Memberikan punishment

Pemberian punishment atau hukuman terhadap pelanggaran merupakan

salah satu metode yang dapat dilakukan dalam membiasakan peserta didik

berperilaku jujur. Hukuman ini harus dicantumkan dengan jelas dalam peraturan

yang dibuat sekolah. Namun demikian, hukuman yang diberikan tidak boleh

berlebihan, yang justeru berdampak tidak baik bagi sekolah.13

13
Muhammad Amin, “Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran Pada Lembaga
Pendidikan,” vol. 01 no. 01 (2017), h. 115-122.
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JSMPI/article/view/222 (diakses pada 27 April 2021)
16

3. Pepatah Dalam Lontara Bugis Tentang Kejujuran

a. Lontara Attoriolang adalah sebuah kriteria yang harus dimiliki oleh para

pemimpin, hal ini menjadi keharusan bagi Suku Bugis. Adapun diantaranya

sebagai berikut:

1. Maccai na malempu: cakap, jujur dan pintar

2. Paulle watakkalepi: sehat jasmani dan rohani

3. Waranipi namagetteng: berani, teguh pendirian dan tegas

4. Ke’nawa nawapi: memiliki visi dan misi, pandangan serta pikiran yang

cemerlang

5. Nasiri’l alena, nasiri toi adanna rupatu: menjaga harkat dan martabat, saling

menghormati martabat orang lain.

6. Naetau masiripi dewata sewwae: bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa.

b. Kebenaran Ibarat Tiang Rumah

“Naiya accae ripatoppoki jekko, aggati aliri, narekko teyai maredduk,

mapoloi.”

Arti dari pepatah ini adalah kepandaian yang disertai dengan kecurangan

diibaratkan seperti tiang rumah. Dimana kau cabut maka rumah tersebut akan

hancur.

Perlu Anda tahu bahwa di Bugis, semua tiang rumah digabungkan antara

satu tiang dengan lainnya dengan menggunakan pasak. Jika pasak ini sampai

bengkok, maka tiang tersebut akan sulit untuk masuk ke lubang tiang. Apabila

tiang tersebut dipaksakan, maka ia akan patah.

Pepatah Bugis ini mengajarkan manusia untuk jujur. Sebab, dengan

kejujuran akan mendatangkan ilmu yang lebih berkah.


17

c. Petuah Toriolo sebagai berikut:

“Tellui somperenna lino: “Lempuu, Getteng, Ada Tongeng na Appasikua.

Narimakkuannanaro aaja’ laalo musaala panguju, aja’to mutettangngi

sempajangmu, aja’laalo mucapa-capai pappasekku, nasaba’ anu maddupa tu

matti”.

Terjemahan bebas: Ada tiga hal yang menjadi kiat utama merantau yakni;

Kejujuran, Keteguhan hati, tutur kata yang berlandaskan kebenaran, dan

keikhlasan menerima apa adanya. Oleh sebab itu, janganlah kamu salah rencana

dan salah melangkah, dan juga janganlah kamu pernah meninggalkan sembahyang

lima waktu, serta janganlah kamu memandang remeh petuah ini, karena itu

mengandung kebenaran yang akan menjadi kenyataan kelak.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejujuran berasal dari kata “jujur”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata jujur berarti tidak bohong, tidak curang/khianat, sedangkan

kejujuran bermakna sifat atau keadaan jujur, ketulusan dan kelurusan hati. Ada

ungkapan lain yang sepadan dengan kata kejujuran yakni kebenaran, integritas,

kelurusan (hati), kepolosan, keterbukaan, keterusterangan, ketulusan, kredibilitas,

moral, validitas.

B. Saran

Setelah mengetahui sekilas mengenai arti kejujuran, hendaknya bagi

pemakalah dan pembaca dapat memahami pentingnya untuk memiliki sifat jujur

agar dapat menjadi manusia yang berguna untuk sesama, tidak ada dusta diantara

satu sama lain sehingga menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan

menghormati.

18
DAFTAR PUSTAKA

Almunadi, Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab, Jia/Juni


2016/Th.17/Nomor 1. Hal 131.
Amin, Muhammad. 2017. “Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran
Pada Lembaga Pendidikan,” vol. 01 no. 01.
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JSMPI/article/view/222 (27 April)
Khaled, Amr. 2012. Buku Pintar Akhlak, Memandu Anda Berkepribadian Muslim
dengan Lebih Asyik, Lebih Otentik, diterjemahkan oleh Fauzi Faisal
Bahreisyi. Jakarta: Zaman.
Lichona. T. 2015. Educating For Character. Jakarta : Bumi Aksara.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan Kesan, dan Keserasian
Alquran, Vol. 13. Jakarta, Lintera Hati.
Raihanah. Konsep Kejujuran Dalam Al-Qur’an (Studi Pada Pedagang Pasar
Sentral Antasari Banjarmasin), Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum
Ekonomi Syariah, Dosen Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasih.
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/=kejujuran (26 April)
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/=kejujuran (26 April)
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/=jujur (26 April)

19

Anda mungkin juga menyukai