Anda di halaman 1dari 14

ISSN XX-XX

SINTESIS SENYAWA N-BENZOYL GLUTAMIDA DARI MONOSODIUM


GLUTAMAT MELALUI REAKSI AMIDASI
Eka Dian Safitri
Prodi S1 Farmasi, STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email: eka.dian.safitri8@gmail.com

Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah sintesis senyawa N-benzoyl glutamida dari
monosodium glutamat (MSG). Sintesis dilakukan dengan mengisolasi MSG dan produk
hasil isolasi direaksikan dengan senyawa benzoil klorida. Setelah itu, produk hasil
sintesis dilakukan ekstraksi dan sublimasi. Identifikasi senyawa hasil sintesis dilakukan
melalui analisis terhadap organoleptis dan kelarutan, dilengkapi dengan uji
kromatografi lapis tipis dan uji jarak lebur, serta konfirmasi struktur melalui analisis
spektrofotometri UV-Vis, spektroskopi FT-IR, dan analisis HPLC. Hasil diperoleh
kristal jarum berwarna putih dan bau yang khas dengan titik lebur pada suhu 117,5-
118,80 C . Hasil rendemen yang diperoleh sebesar 22,4%. Hasil sintesis diindikasikan
berupa senyawa N-benzoyl glutamida yang didukung oleh data spektra IR dan HPLC.

Kata kunci : N-benzoyl glutamida, Monosodium glutamat. Benzoil klorida

Abstract
The purpose of this research is the synthesis of N-benzoyl glutamide compounds from
monosodium glutamate (MSG). Synthesis can be done by isolating MSG and product of
isolation was reacted with benzoyl chloride compound. After that, product of synthesis
were extracted and sublimated. Identification of the synthesized compounds was
carried out through organoleptic analysis and solubility, supplemented by thin layer
chromatography test and melting distance test, and structural confirmation through UV-
Vis spectrophotometry analysis, FT-IR spectroscopy, and HPLC analysis. The results
obtained a white needle crystal and a distinctive odor with a melting point at a
temperature of 117.5-118.8 0C. The yield of rendemen obtained is 22,4%. The results
of Synthesis are indicated as N-benzoyl glutamide compounds supported by IR spectra
and HPLC result.

Keywords: N-benzoyl glutamide, Monosodium glutamate. Benzoyl chloride

1
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2016 ISSN XX-XX

1. PENDAHULUAN dengan mereaksikan senyawa asam


Pengembangan senyawa baru dapat glutamat dengan benzoil klorida. Asam
dilakukan melalui reaksi sintesis, dan glutamat yang digunakan sumbernya
saat ini masih banyak dikembangkan diperoleh dari protein kedelai melalui
(Clayden , Warren, & Wothers, 2008). hidrolisis enzimatik yang selanjutnya
Menurut (Siswandono & Soekardjo, difermentasikan (Fox, Allan, &
2008) pengembangan senyawa baru Cameron, 1983). Begitu pula dengan
dapat dilakukan dengan cara penelitian yang telah dilakukan oleh
penggunaan senyawa lain, modifikasi (Silvasamy, Krishanavei, & Rao, 2001)
struktur, dan merancang kembali dengan yaitu pembentukan senyawa steroyl
bentuk dan sediaan yang lebih baik. glutamida dengan bantuan steroyl klorida
Banyak kemungkinan dari bahan tertentu melalui reaksi amidasi.
dapat dijadikan sebagai bahan awal Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dalam pembuatan senyawa baru. diambil penelitian mengenai sintesis
Penelitian ini akan mengembangkan senyawa N-benzoyl glutamida dari bahan
sintesis senyawa N-benzoyl glutamida awal monosodium glutamat melaui

dengan menggunakan bahan baku reaksi amidasi. Rancangan sintesis


senyawa lain. Bahan baku senyawa yang tersebut dilakukan dengan mereaksikan
digunakan adalah monosodium glutamat. senyawa monosodium glutamat dengan
Senyawa monosodium glutamat bantuan senyawa benzoyl klorida melalui
digunakan dalam alternatif pembuatan reaksi amidasi.
senyawa baru karena mudah didapat di 2. METODE PENELITIAN
pasaran, serta dalam bentuk asamnya A. Bahan
tidak hanya sebagai penyusun protein Bahan-bahan kimia yang
dan memberikan rasa sedap dalam digunakan dalam penelitian ini antara
makanan, tetapi juga dapat dijadikan lain: monosodium glutamat, asam
sebagai bahan baku dalam pembuatan klorida 2 N, aquades, karbon aktif, air
senyawa baru. Menurut Harold King es, benzoyl klorida, aseton, natrium
(1941) asam glutamat dapat di peroleh hidroksida, dietileter, etil asetat, kalsium
dari isolasi menggunakan gluten flour oksida anhidrat, Kertas saring, dan silika
ataupun dari monosodium glutamat gel GF254.
(ANM). B. Alat
Pada penelitian Darwis dan Abdi (2006) Peralatan yang digunakan dalam
senyawa N-benzoyl glutamida disintesis penelitian ini antara lain: seperangkat

2
ISSN XX-XX

alat gelas untuk sintesis (labu alas bulat, Kemudian ditambahkan karbon aktif
beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, lalu diamkan selama 2 menit dan
corong pisah, batang pengaduk kaca, campuran disaring pada keadaan
cawan porselen, tabung reaksi), neraca panas. Larutan encer kemudian di
analitik, hot plate stirer, chamber masukkan dalam lemari es selama 24
kromatografi lapis tipis, lampu uv, jam, lalu akan terbentuk kristal asam
spektrofotometer UV-Vis Shimadzu, glutamat. Setelah itu kristal asam
alat titik lebur Melting point Stuart glutamat di saring dan dicuci dengan
spektroskopi FT-IR Shimadzu , air es. Sehingga didapatkan kristal
seperangkat alat kromatografi cair asam glutamat murni. Lalu kristal
kinerja tinggi Agilent Technologis. asam glutamat di timbang dan hitung
3. Jalannya Penelitian presentase hasilnya (King1, 1925)
a. Prosedur isolasi senyawa asam (King2, 1941).
glutamat dari monosodium glutamat b. Identifikasi asam glutamat
(ANM). (i) Pemeriksaan Organoleptis Senyawa
Senyawa asam glutamat Asam Glutamat
diperoleh dari monosodium glutamat. Pemeriksaan organoleptis
Produk ini merupakan salah satu yang dilakukan meliputi, warna, bau
produk dari jepang yang berupa serbuk dan bentuk kristal senyawa hasil
dan sebagian besar terdiri dari garam sintesis. Kemudian hasil pengamatan
monosodium dan asam gluatamat dibandingkan dengan marker
(King Harold, 1941). Pada penelitian pembanding monosodium glutamat
yang akan dilakukan senyawa asam (Elena, 2016). Pada uji kelarutan dari
glutamat diisolasi dengan mereaksikan senyawa asam glutamat dilakukan
monosodium glutamat dengan asam dengan Aquades sebanyak 2 mL
klorida dan air dengan prosedur dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
sebagai berikut: Kristal hasil sintesis dalam wadah
Sebanyak 20 gram (misalnya cawan arloji), ditimbang di
monosodium glutamat dilarutkan atas neraca analitik dan dicatat
dalam 20 mL air, aduk hingga bobotnya. Kristal tersebut sedikit
homogen, lalu ditambahkan asam demi sedikit dimasukkan dalam
klorida encer 80 mL aduk hingga tabung reaksi, diamati kelarutannya
homogen. Campuran kemudian hingga tepat jenuh, lalu dicatat
dididihkan (refluks) selama 15 menit. kembali bobot sisanya. Prosedur

3
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2016 ISSN XX-XX

yang serupa dilakukan dengan kapiler, kemudian dimasukkan ke


larutan NaOH 10%, etanol 96%, dalam alat pengukur titik lebur
kloroform, dan etil asetat. Kemudian (Melting Point System). Amati
hasil pengamatan dibandingkan peleburan kristalnya dan catat suhu
dengan marker pembanding waktu pertama kali melebur hingga
monosodium glutamat dalam pelarut- semua kristal melebur dengan
0
pelarut yang sama (Suminar, 2016). kenaikan suhu 1 C per-menit
(ii) Pemeriksaan Senyawa Asam (Elena, 2016).
Glutamat dengan metode (iv) Analisis Spektrofotometer UV-Vis
Kromatografi Lapis Tipis Sampel hasil isolasi
Analisis senyawa asam dilarutkan dalam beberapa pelarut
glutamat hasil isolasi dilakukan (etanol 95%, etil asetat, kloroform
dengan menggunakan fase diam dan NaOH 10%), selanjutnya
silika gel GF254 dan pipa kapiler 1 diukur serapannya pada daerah UV
µl. Kemudian sampel asam pada panjang gelombang 200-400
glutamat dilarutkan dalam nm, dan amati serapan pada
aseton/air dan ditotolkan pada panjang gelombang maksimumnya.
silika gel dengan jarak rambat 8-15 Sebagai pembanding, digunakan
cm. Setelah itu dilakukan elusi starting material dan dilakukan
dalam chamber kromatografi. dengan cara serupa (Pavia, 2009)
Sebelum dieluasi dilakukan (Silverstein, 2005).
penjenuhan larutan eluen. Dalam (v) Analisis Spektroskopi FT-IR
penelitian ini eluen yang digunakan Sampel hasil isolasi ± 1 mg
yaitu 3 macam komposisi eluen 1 (1-2%) dihaluskan. Kemudian
kloroform : metanol (2:8), dan sampel yang telah dihaluskan
eluen 2 butanol : etanol (8:3). dimasukkan dalam alat FT-IR
Kemudian amati bercak noda yang dengan kondisi ATR (Attenuated
muncul berdasarkan sinar tampak, Total Reflectance). Dibuat
UV 254 nm, dan UV 366 nm, serta spektrum inframerah pada bilangan
hitung nilai Rf bercak noda yang gelombang (v) = 500-4000 cm-1
timbul (Harmita, 2009). dan diidentifikasi pita absorbsi
(iii) Uji Jarak Lebur yang khas dari gugus fungsi pada
Kristal senyawa produk spektrum inframerah. Digunakan
sintesis diisikan ke dalam pipa pembanding monosodium glutamat

4
ISSN XX-XX

dan pengujian dilakukan dengan menggunakan kalsium klorida


cara yang serupa (Silverstein, anhidrat, kemudian larutan tersebut
2005). disaring dan filtrat diuapkan.
c. Sintesis senyawa N-Benzoyl glutamida Kemudian hasil residu dikristalisasi
dari asam glutamat dengan menggunakan metode
Dalam sintesis senyawa N- sublimasi. Kemudian akan didapatkan
benzoyl glutamida dari asam glutamat kristal putih bening. Kristal ditimbang
dilakukan dari modifikasi metode dan hitung presentasenya serta
Darwis Subakti dkk, 2006 dengan dilakukan pemeriksaan organoleptis
cara sebagai berikut: dan kemurnian senyawa tersebut.
Sebanyak 5 gram asam Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
glutamat dilarutkan dalam campuran konfirmasi struktur melalui analisis
pelarut air : aseton (15:75) dan spektrofotometri UV-Vis, spektroskopi
ditambahkan natrium hidroksida 2 N FT-IR dan LC-MS (Surbakti &
sampai pH 12. Kemudian ke dalam Sebayang , 2006).
campuran tersebut ditambahkan 5,25 e. Identifikasi senyawa N-Benzoyl
gram benzoil klorida dan diaduk pada glutamida
suhu 0-10 C selama 25 menit pada pH (i) Pemeriksaan Organoleptis Senyawa
12. Kemudian campuran diaduk pada N-Benzoyl Glutamida.
suhu kamar selama 60 menit. Diamkan Pemeriksaan organoleptis
sampai terbentuk dua lapisan yang yang dilakukan meliputi bentuk,
jelas, kemudian pisahkan. (Surbakti & warna, bau (Elena, 2016). Pada uji
Sebayang , 2006). kelarutan dari produk sintesis
d. Prosedur isolasi senyawa N-Benzoyl dilakukan dengan Akuades
glutamida sebanyak 2 mL dimasukkan ke
Hasil dari proses sintesis dalam tabung reaksi. Prosedur yang
kemudian diekstraksi dengan dietileter serupa dilakukan dengan larutan
dengan volume 25 mL, lakukan NaOH 10%, etanol 96%,
pengulangan sebanyak 3 kali. Fase air kloroform, dan etil asetat (Suminar,
diasamkan dengan HCl 2N hingga pH 2016).
larutan mencapai 2-3. Selanjutnya (ii) Pemeriksaan Pemurnian Senyawa
dilakukan ekstraksi kembali dengan N-Benzoyl Glutamida.
etil asetat sebanyak 3 kali. Fase etil  Uji Jarak Lebur
asetat dikeringkan dengan

5
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2016 ISSN XX-XX

Kristal senyawa produk (iii) Pemeriksaan Konfirmasi Struktur


sintesis diisikan ke dalam pipa  Analisis Spektrofotometer UV-
kapiler, kemudian dimasukkan Vis
ke dalam alat pengukur titik Sampel produk sintesis
lebur (Melting Point System). yang telah diisolasi kemudian di
Amati peleburan kristalnya dan lakukan analisa dengan dilarutkan
catat suhu waktu pertama kali dalam etil asetat, selanjutnya
melebur hingga semua kristal diukur serapannya pada daerah
melebur dengan kenaikan suhu UV pada panjang gelombang 200-
10 C per-menit (Elena, 2016). 400 nm, dan amati serapan pada
 Analisis Kromatografi Lapis panjang gelombang
Tipis maksimumnya. Sebagai
Analisis senyawa pembanding, digunakan starting
produk sintesis dilakukan material dan dilakukan dengan
dengan menggunakan fase diam cara serupa (Pavia, 2009)
silika gel GF254 dan pipa kapiler (Silverstein, 2005).
1 µl. Kemudian sampel hasil  Analisis Spektroskopi FT-IR
sintesis dilarutkan dalam etil Sampel produk sintesis
asetat dan ditotolkan pada silika dianalisa dengan mencampurkan
gel dengan jarak rambat 8-15 sampel ± 1 mg (1-2%) dengan ±
cm. Setelah itu dilakukan eluasi 150 mg serbuk kering kalium
dalam chamber kromatografi. bromida (KBr) untuk dibuat
Sebelum dieluasi dilakukan menjadi pelet. Kemudian
penjenuhan larutan eluen. Eluen campuran dimasukkan dalam alat
yang digunakan terdiri dari 2 cetakan pelet dan ditekan dengan
komposisi yaitu eluen 1 kekuatan sebesar 10000-15000
diklorometan : etanol 95% pon per inci persegi menjadi
(10:1) dan eluen 2 heksana : sebuah cakram bening (pellet).
etanol 95% (10:1). Kemudian Dibuat spektrum inframerah pada
amati bercak noda yang muncul bilangan gelombang (v) = 500-
berdasarkan sinar tampak, UV 4000 cm-1 dan diidentifikasi pita
254 nm, dan UV 366 nm, serta absorbsi yang khas dari gugus
hitung nilai Rf bercak noda yang fungsi pada spektrum inframerah
timbul (Harmita, 2009). (Silverstein, 2005).

6
ISSN XX-XX

 Analisis HPLC (High dari protein kedelai melalui hidrolisis


Performance Liquid enzimatik yang kemudian
Chromatography) difermentasikan. Pada penelitian ini asam
Identifikasi senyawa glutamat yang digunakan diperoleh dari
produk sintesis dengan isolasi monosodium glutamat.
menggunakan HPLC (High Penggunaan monosodium glutamat
Performance Liquid (MSG) karena bahan mudah didapatkan
Chromatography) dilakukan dan prosesnya yang lebih sederhana.
dengan menimbang sebanyak 5 Asam glutamat diperoleh dengan
ml sampel hasil sintesis dilarutkan mereaksikan monosodium glutamat
dalam 5 ml pelarut HCl. (MSG) dengan aquades dan penambahan
Kemudian larutan disaring HCl 2N kemudian dididihkan (refluks).
dengan menggunakan filter Hasil dari refluks dilakukan proses
syringe, lalu di masukkan dalam kristalisasi. Aquades berfungsi untuk
vial 2 mL, dan injeksikan ke melarutkan monosodium glutamat (MSG)
dalam sistem HPLC. Kondisi dan penambahan HCl 2N berfungsi untuk
kromatografi pada instrumen mengikat atom Natrium (Na) pada
HPLC digunakan kolom C18 monosodium glutamat (MSG). Digunakan
dengan laju alir 5000 ml/menit, HCl berlebih diharapkan agar
volume yang diinjeksikan 20 µl monosodium glutamat (MSG) yang
dan dilakukan dengan digunakan dapat bereaksi secara total.
perbandingan eluen 50:50 Pemanasan (refluks) bertujuan untuk
(metanol : air) serta lamanya mempercepat proses reaksi. Proses
waktu pengukuran selama 5 kristalisasi senyawa asam glutamat
menit. Lalu Identifikasi hasil dilakukan dengan menggunakan
spektrum HPLC yang muncul. penurunan suhu solven.
Lakukan sesuai cara diatas pada Dalam hal ini prinsip proses
senyawa pembanding (Andriani, kristalisasi yaitu kelarutan asam gutamat
Nashrianto, & Aminingsih, 2016). dalam air pada suhu tinggi, dan dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN menurunnya suhu solven (aquades)

Asam glutamat merupakan asam tersebut diharapkan kelarutan asam

amino dan termasuk dalam asam amino glutamat dapat mengalami penurunan juga

non-essensial. Menurut Fox (1983) asam sehingga dapat terbentuk kristal yang

glutamat sumbernya banyak diperoleh tidak larut air ketika suhu rendah. Setelah

7
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2016 ISSN XX-XX

terbentuk kristal dilakukan pencucian berbeda dari senyawa (MSG) dengan


dengan air dingin. Hal ini dilakukan untuk membandingkan nilai serapan maksimum
menghilangkan sisa HCl dan zat pengotor panjang gelombang atau hasil profil
dalam reaksi. Dari isolasi yang telah spektrum UV dari kedua senyawa tersebut
dilakukan, di peroleh presentase senyawa pada pelarut yang berbeda.
asam glutamat sebesar 17,25 %. Kristal Berdasarkan hasil pengujian, pada
yang dihasilkan jumlahnya cukup kecil. pelarut etanol 96% hasil spektra produk
Hal ini disebabkan karena langkah- isolasi menunjukkan serapan maksimum
langkah isolasi yang dilakukan dalam pada panjang gelombang 262 nm,
penelitian, diantaranya pada saat proses sedangkan pada senyawa MSG
penyaringan yang memicu hilangnya memberikan hasil serapan maksimum
sejumlah produk isolasi. pada panjang gelombang 260 nm.
Kristal kemudian dilakukan Sedangkan produk isolasi pada pelarut
pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk NaOH 10% memberikan hasil serapan
warna bau dan kelarutan. Berdasarkan maksimum pada panjang gelombang 260
pengujian didapatkan serbuk amorf nm dan pada senyawa asalnya MSG tidak
berwarna putih dan tidak berbau. memberikan nilai serapan maksimum.
Kelarutan senyawa hasil isolasi larut Sedangkan pada pelarut lainnya, yakni
dalam air panas dan NaOH 10%. Pada Uji kloroform dan etil asetat tidak
titik lebur senyawa hasil isolasi MSG memberikan hasil serapan maksimum,
melebur pada suhu awal 214 0C dan titik sehingga analisis yang digunakan hanya
akhir melebur pada suhu 216 0C. Pada uji membandingkan hasil profil spektrum UV
kromatografi lapiis tipis menggunakan dari kedua senyawa tersebut. Hasil
dau macam fase gerak yaitu kloroform : pengujian menunjukkan bahwa profil
metanol (2:8) dan butanol : etanol 96% spektrum UV produk isolasi memiliki
(8:3). Dari masing-masing fase gerak perbedaan dengan profil spektrum UV
menunjukkan noda tunggal baik pada MSG. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
lampu UV 254 nm maupun pada lampu senyawa hasil isolasi merupakan suatu
UV 366 nm dengan hasil nilai Rf masing- senyawa baru dan berbeda dengan
masing 0,82 dan 0,81. senyawa MSG.
Identifikasi senyawa hasil isolasi Data spektra IR produk isolasi
dengan metode spektrofotometri UV-Vis menunjukkan adanya vibrasi –OH yang
dilakukan untuk membuktikan bahwa melebar pada daerah bilangan gelombang
senyawa hasil isolasi (asam glutamat) 3441,01 cm-1, hal ini didukung oleh

8
ISSN XX-XX

adanya vibrasi bending pada daerah bahan dalam perlakuan memiliki derajat
bilangan gelombang 1735,93 cm-1 untuk teknis atau tingkat kemurniannya rendah.
gugus C=O pada karbonil asam. Pita Tahap selanjutnya dilakukan
spesifik yang menunjukkan adanya vibrasi sintesis senyawa n-benzoyl glutamida
gugus N-H pada daerah bilangan melalui reaksi amidasi. Dilakukan sintesis
gelombang 3371,57 cm-1 . Sedangkan data senyawa ini untuk membuktikan bahwa
spektra IR pada MSG menunjukkan senyawa n-benzoyl glutamida dapat di
adanya puncak-puncak serapan pada bentuk dari bahan awal MSG. Pada
bilangan gelombang 3610,74 cm-1, penelitian darwis dkk (2006) senyawa N-
1743,64 cm-1 dan 1110,1 cm-1. Dari benzoyl glutamida dapat dibentuk dari
masing-masing puncak serapan amidasi asam glutamat dan benzoil
menunjukkan adanya gugus N-H pada klorida. Menurut penelitian dari darwis
daerah 3610,74 cm-1. Pada daerah dkk (2006) senyawa N-benzoyl glutamida
1743,64 cm-1 menunjukkan adanya gugus dapat berfungsi sebagai surfaktan.
C=O karbonil pada asam. Sedangkan pada Mekanisme reaksi yang terjadi
-1
daerah 1110,1 cm menunjukkan adanya adalah seperti dalam penelitian darwis
ikatan C-O. Kemudian dilihat daerah sidik dkk (2006) yaitu dalam hal ini yang
jari (dari 1500 cm-1 ke 500 cm-1) pada merupakan asam keras (hard acid)
+
produk isolasi dan MSG memiliki berupa unsur H pada gugus NH2 yang
perbedaan pola daerah sidik jari, karena terdapat pada asam glutamat dan mudah
pada daerah sidik jari setiap senyawa bereaksi dengan atom Cl- dari benzoil
organik akan memberikan pola yang klorida yang merupakan basa keras (hard
berbeda. Berdasarkan uraian diatas, dapat base). Selanjutnya gugus NH- merupakan
disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi asam lunak (soft acid) yang kemudian
merupakan senyawa yang berbeda dengan akan bereaksi dengan gugus asil (R-
senyawa MSG. C+=O) dari benzoil klorida yang
Hasil spektra IR produk isolasi merupakan basa lunak (soft base). Berikut
dengan spektra IR asam glutamat standar reaksi yang terjadi :
yang telah dibandingkan sedikit memiliki
kesamaan pola pada daerah sidik jari (dari
1500 cm-1 ke 500 cm-1) karena pada
produk isolasi masih belum murni. Hal ini
Penelitian ini dilakukan dengan
disebabkan karena penggunaan bahan-
mereaksikan senyawa hasil isolasi dengan

9
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2016 ISSN XX-XX

benzoil klorida pada pH 12 dengan suhu tunggal pada masing-masing plat KLT.
0-10 C dan 25 0C. Dari sintesis yang telah dan lebih jelasnya dapat diamati melalui
dilakukan, menghasilkan 1,12 gram hasil perhitungan Rf pada masing-masing
senyawa produk. Dengan demikian, plat KLT. Pada Rf1 (eluen pertama)
diperoleh presentase rendemen sebesar didapatkan nilai sebesar 0,575 dan pada
22,4%. Dalam penelitian digunakan pelrut Rf2 (eluen kedua) diiperoleh nilai 0,337.
aseton/air untuk melarutkan senyawa hasil Setelah itu dilanjutkan
isolasi. Dilakukan pada pH 12 disebabkan pengujian KLT dengan senyawa
pada pH < 12 senyawa amida akan
mengalami hidrolisa dan menurunkan Nilai Rf
Fase Gerak
nilai rendemen. Dalam reaksi ini benzoil Produk Asam
MSG
Sintesis Glutamat
klorida yang digunakan berlebih, hal ini Heksana :
diharapkan agar semua asam glutamat Etanol 96% 0,187 0,775 -
(10:1)
yang digunakan bereaksi secara total. Dan pembanding. Diperoleh nilai Rf yang
penggunaan dietil eter dimaksudkan untuk didapatkan pada noda senyawa hasil
melarutkan sisa benzoil klorida dalam sintesis sebesar 0, 187 sedangkan nilai
reaksi. Senyawa hasil sintesis diasamkan
Rf pada noda pembanding senyawa
sampai pH 2-3 bertujuan untuk merubah
hasil isolasi MSG sebesar 0,775.
senyawa hasil sintesis dalam bentuk
Hasil pengujian dengan
molekulnya. Penggunaan etil asetat
spektrofotometri UV-Vis, disebutkan
bertujuan untuk menarik senyawa hasil
sintesis. bahwa hasil spektra pada pelarut
Kristal yang diperoleh memiliki etanol 96% pada senyawa pembanding
bentuk kristal jarum berwarna putih, hasil isolasi MSG menunjukkan nilai
berbau khas dan larut dalam etil asetat, serapan maksimum pada panjang
serta meiliki nilai titik lebur 117,5-118,8 gelombang 262 nm, sedangkan produk
0
C. Pada uji kromatografi lapis tipis sintesis memberikan serapan
dilakukan dengan menggunakan dua fase maksimum pada panjang gelombang
gerak yaitu diklorometan : etanol 96%
272 nm. Hasil spektrum UV pada pelarut
(10:1) dan eluen 2 campuran heksana :
kloroform menunjukkan hasil serapan
etanol 96% (10: 1). Hasil noda diamati
maksimum hanya pada produk sintesis
pada lampu UV pada panjang gelombang
yakni pada panjang gelombang 273 nm,
254 nm dan 366 nm. Hasil pengujian
sedangkan pada senyawa pembanding
menunjukkan bahwa terbentuk noda

10
ISSN XX-XX

hasil isolasi MSG tidak menunjukkan daerah bilangan gelombang 1473,62 cm-1
hasil serapan maksimum. Hasil spektrum menunjukkan adanya serapan cincin
UV produk sintesis pada pelarut etil asetat aromatis. Sedangkan pada daerah
memberikan hasil serapan maksimum bilangan gelombang 1350,17 cm-1
pada panjang gelombang 271 nm dan menunjukkan adanya tekuk –C-H.
pada senyawa pembanding hasil isolasi
MSG tidak memberikan hasil serapan
maksimum. Sedangkan pada pelarut
NaOH 10% produk sintesis tidak
memberikan nilai serapan maksimum dan
pada senyawa pembanding hasil isolasi
MSG menunjukkan nilai serapan
maksimum pada panjang gelombang 260 Selanjutnya, dilakukan analisis
nm. HPLC (High Performance Liquid
Analisis dengan menggunakan Chromatography) memberikan hasil pola
spektroskopi FT-IR memberikan data kromatogram. Pada senyawa hasil sintesis
spektra IR. Pada senyawa hasil sintesis memberikan hasil berupa kemunculan dua
menunjukkan adanya puncak-puncak peak yang saling berdekatan. Dari kedua
serapan bilangan gelombang pada daerah peak memiliki waktu retensi yang berbeda
3387 cm-1, 2005,97 cm-1, 1735,93 cm-1, yaitu 0,342 menit (senyawa A) dan 0,490
-1 -1
1612,49 cm , 1473,62 cm dan 1350,17 menit (senyawa X). Area puncak pada
-1
cm . Pada puncak serapan bilangan kromatogram menunjukkan keberadaan
-1
gelombang daerah 3387 cm kedua senyawa dengan tingkat intensitas
menunjukkan adanya gugus N-H, hal ini yang berbeda yaitu pada 5,766% (senyawa
didukung oleh adanya vibrasi bending A) dan 94,234% (senyawa X). Senyawa X
pada daerah bilangan gelombang 2005,97 diindikasikan merupakan produk sintesis
-1
cm untuk gugus N-H. Pita serapan pada sedangkan senyawa A diindikasikan sebagai
daerah bilangan gelombang 1735,93 cm-1 senyawa pengotor. Berikut hasil
menunjukkan adanya vibrasi C=O pada kromatogram senyawa hasil sintesis:
karbonil asam sedangkan pita serapan
yang menunjukkan adanya gugus C=O
pada karbonil amida serta vibrasi
streaching dari gugus C-N yaitu pada
daerah 1612,49 cm-1. adanya serapan pada

11
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2016 ISSN XX-XX

reaksi amidasi dengan presentase hasil

Senyawa
rendemen sebesar 22,4%.
X B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
Senyawa
A yang telah dilakukan, penulis
menyarankan :
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai optimasi suhu dan
Sedangkan pada senyawa
waktu berjalannya reaksi,
pembanding hasil isolasi MSG memberikan
pemurnian senyawa hasil sintesis
hasil kromatogram berupa kemunculan dua
secara lebih spesifik agar
peak yakni pada puncak pertama memiliki
didapatkan senyawa sintesis yang
waktu retensi sekitar 0,329 menit dan pada
lebih murni.
puncak kedua sekitar 0,605 menit.
2. Dilakukan konfirmasi struktur
Sedangkan luas area puncak pertama sebesar
yang lebih spesifik dengan
62, 788% dan pada puncak kedua luas
menggunakan metode Resonansi
areanya sebesar 37, 212 %. Berikut hasil
Magnetik Nuklir Proton (H1-
kromatogram senyawa pembanding hasil
NMR),
isolasi MSG :
3. Dilakukan penelitian lanjutan
tentang uji aktifitas senyawa N-
benzoyl glutamida.
5. REFERENSI
Anonim1. (1979). Farmakope Indonesia
Edisi III. jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Anonim2. (2011). FDA Drug Safety


4. SIMPULAN Communication : Monosodium Glutamate
A. Kesimpulan (MSG). Dipetik Januari 10, 2018, dari U.S.
Department of Health and Human Services:
Senyawa hasil sintesis http://www.
diindikasikan sebagai senyawa fda.gov/opacom/backgrounders/msg.html

golongan amida yakni N-benzoyl Anonim3. (2012). NIST Chemistry WebBook,


SRD 69. Dipetik 15 Juli 2018, pukul
glutamida yang dapat disintesis dari 19.30 WIB, dari
bahan awal monosodium glutamat https://webbook.nist.gov/chemistry/name-
ser/
(MSG) dan benzoil klorida melalui
Anonim4. (2017). L-Glutamic Acid. NCBI

12
ISSN XX-XX

Chidambaram, G., Yehoshoa, B.-D., & Keenan, K., & Wood. (1990). Kimia Untuk
David. (2007). Direct Synthesis Of Amides Universitas Jilid 1 Edisi VI Penerjemah
From Alcohols and Amines with Liberation Aloysius H.Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Of H2. Science Milstein vol.317.no.5839,
p.790-792. Khopkar SM. (1990). Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Clayden , G., Warren, & Wothers. (2008). Press.
Organic Chemistry. Oxford, UK: Oxford
University Press. King1, H. (1925). d-Glutamic Acid. Organic
Synthetic call Vol. 5, 63.
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur
Senyawa Organik Secara Spektrofotometri, King2, H. (1941). d-Glutamic Acid. Organic
Cetakan Pertama. Padang: Andalas Synthetic call Vol. 1, 286.
University Press.
Lisma, Surbakti, D., & Ginting, M. (2004).
Elena, N. A. (2016). Sintesis Senyawa Asam Sintesis 1,9-Nonanadioil Glutamida dari
2-(3ꞌ,4ꞌ Diklorobenzoiloksi)Benzoat Dan Uji Asam Azelat dengan Asam Glutamat.
Aktivitas Analgesik Pada Mencit Komunikasi Penelitian Vol. 16 (2), 22.
(Musmusculus). Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga (Skripsi). McMurry, J. (2007). Organic Chemistry A
Biological Approach. International Student
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1997). Edition. New York: Thomson Brooks/Cole.
Dasar-dasar Kimia Organik. Jilid 2, Edisi ke
tiga. Terjemahan S.Maun. Jakarta: Binarupa Pavia, L. D. (2009). Introduction to
Aksara. Spectroscopy A Guide For Student of
Organic Chemistry 4th Edition. Washington:
Fox, B. A., Allan, G., & Cameron. (1983). Washington University.
Foof Science: a chemical approach 4th Ed.
London: Hodder and Stoughton. Petrucci, K. H. (1985). Kimia Dasar Edisi IV
Jilid II Penerjemah Suminar S. Achmadi.
Giacometti, T. (1979). Free and bound Jakarta: Erlangga.
glutamate in natural products. In: Glutamic
Acid:Advances in Biochemistry (Filer, L.J., Pine, S. H. (1988). KImia Organik Terbitan
Garattini, S., Kare, M.R., Reynolds, W.A. and Keempat. Bandung: ITB Press.
Wurtman, R.J., eds). New York: Raven Prashant, e. (2011). Phytochemical Screening
Press. and Extraction. Internationale
Harmita. (2009). Analisis Fisikokimia : Pharmaceutica Sciencia Vol.1, 1.
Kromatografi Vol. 2. Jakarta: Kedokteran Riswiyanto. (2009). Kimia Organik. Jakarta:
EGC. Erlangga.
Idris, A. M., & Ahmed. (2008). The Effect of Rohman, A. (2009). Kromatografi Untuk
Monosodium Glutamate Additive On Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Performance Of Dialysis Membrane.
Jounal.Science.Technologi. Vol. 3 (2), 172- Sari, N. K. (2010). Analisa Instrumentasi.
179. Klaten: Yayasan Humaniora.
Irawan, B. (2010). Peningkatan Mutu Sarker, S. D., Zahid, L., & Alexander, I. G.
Minyak Nilam Dengan Ekstraksi dan (2006). Natural Products Isolation. New
Destilasi pada Berbagai Komposis Pelarut. Jersey: Humana Press.
(Tesis). Universitas Diponegoro Semarang.

13
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2016 ISSN XX-XX

Sastrohamidjojo1, H. (2005). Termodinamika Wade, L. G. (2013). Organic Chemistry


Teknik. Jakarta: Erlangga. Eighth Edition. perason Education.

Sastrohamidjojo2, H. (2007). Dasar-Dasar Watson, D. G. (2007). Analisis Farmasi


Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty. Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi. Diterjemakanoleh
Silvasamy, A., Krishanavei, M., & Rao, P. G. Winny R Syarief. Jakarta: EGC.
(2001). Preparation Characterization and
Surface and Biological Properties N-Steroyl
Amino Acid. Journal.Am.Oil.Chemistry. Soc
78 (9).

Silverstein, R. M. (2005). Spectroscopy Of


Organic Compoun 4th Edition. New York:
John Wileyand Sons Inc.

Siswandono, & Soekardjo, B. (2008). Kimia


Medisinal 2. Surabaya: Airlangga University
Press.

Skoog, D. A., & West, D. M. (1971).


Principles of Instrumental Analysis. New
York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Sukawan, U. Y. (2008). Efek Toksik


Monosodium Glutamat (MSG) pada
Binatang Percobaan. Jurnal Sutisning 2008;
3 (2), 306-314.

Sumarnie, Priyono, H., & Praptiwi. (2005).


Identifikasi Senyawa Kimia dan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Piper sp.Asal Papua.
Biologi-LIPI.

Suminar, D. L. (2016). Sintesis Senyawa $-


Asetamidofenil Benzoat dari Paracetamol
dan Benzoil Klorida Berdasarkan Reaksi
Substitusi Nukleofilik asil. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(Skripsi).

Surbakti, D., & Sebayang , A. S. (2006).


Sintesis N-Benzoyl Glutamida Melalui
Amidasi Benzoyl Klorida dengan Asam
Glutamat. Komunikasi Penelitian Vol.18 (3).

Syukri, S., & Achmad, S. (1999). Kimia


Dasar Jilid dua. Bandung: ITB Press.

Vogel, G. H. (2002). Drug Discovery and


Evaluation 2nd Edition. New York:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

14

Anda mungkin juga menyukai