Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN KADAR KOTORAN NaCl

I.

II.

Tujuan
Menentukan kadar kotoran (residu) dalam NaCl

Dasar Teori
Gravimetri adalah metoda analisa kimia berdasarkan proses isolasi (pemisahan) dari

campuran lain baik pengotor ataupun senyawa lain dan pengukuran berat suatu endapan.
Tahap kerja dari proses ini meliputi beberapa hal seperti melarutkan analit,mengatur keadaan
larutan (pH, temperatur, membentuk endapan, menumbuhkan kristal, menyaring dan mencuci
endapan, memanaskan endapan, mendinginkan dan menimbang endapan(Djamal,1990).
Proses pengendapan biasanya dilakukan pada konsentrasi yang encer dan reagen
AgNO3ditambahkan secara berlebihan agar semua Cl dapat mengendap sebagai AgCl. Proses
pengendapan akan berlangsung jika dalam sistem reaksi tersebut diatur nilai perkalian
konsentrasi Ag dan Cl yang bereaksi melebihi nilai Ksp AgCl(Djamal,1990).
Analisis Gravimetri adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penambangan,
yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan
jumlah tertentu dan dalam keadaan sempurna mungkin. Secara mendasar gravimetri
digolongkan menjadi empat bagian antara lain: gravimetri fisik, thermogravimetri, analisis
pengendapan gravimetri, dan elektrodeposisi(Pudjaatmaka,1989).
Pengkristalan atau kristalisasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran
dengan cara mengkristalkan komponen tercampur dengan cara dipanaskan kemudian
didinginkan. Kristalisasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat
yang saling larut(Khopkar,2008).
Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada
temperatur

tinggi.

Endapan

kristal

biasanya

dibentuk

dalam

waktu

yang

lama

dengan menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi. Endapan harus
dicuci dengan larutan encer. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya
dilakukan pengendapan ulang(Bambang,2010).

Macam-macam pengotor yang dibedakan menjadi dua yaitu: Yang pertama Pengotoran
karena

pengendapan

sesungguhnya

adalah:

Pengendapan

bersama

(simultaneous

precipitation). Kotoran mengendap bersama waktu dengan endapan analit. Contoh: Al(OH)
sebagai pengotor Fe(OH)3. Pengendapan susulan (post precipitation). Yang kedua Pengotoran
karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap melainkan hanya terbawa
oleh endapan analat. Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila
bahan pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun bentuk
molekul. Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut terbawa
sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam BaSO4 pada kedua jenis
pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh kristal. Kotoran teradsorpsi pada permukaan
endapan. Terjadi karena gaya tarik menarik antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya
pada permukaan endapan. Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila
kristal tumbuh terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak sempat
dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam Kristal(Khopkar,2008).
Adapun usaha mengurangi pengotor sebelum membentuk endapan dengan jalan
menyingkirkan bahan-bahan yang akan mengotori selama membentuk endapan. Endapan
hanya terbentuk bila larutan yang bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu
larutan mengandung zat itu melebihi konsentrasi larutan jenuh(Djamal,1990).
Alat yang biasanya digunakan sebagi penapis dalam analisis gravimetri antara lain:
kertassaring, gelas sinter, krus gooch. Alat pemanasnya adalah Oven listrik dan tungku. Selain
alat-alat diatas ada pula alat yang disebut eksikator dengan fungsi untuk menyimpan suatu
bahan agar memiliki kadar air yang tetap(Khopkar,2008).
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen
yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah
melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsure atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsure atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetric memakan waktu yang
cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu factor-faktor koreksi
dapat digunakan(Pudjaatmaka,1989).
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisah kan zat padat
dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini
adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan

zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan
pelarut(Bambang,2010).
Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika persyaratan berikut dapat terpenuhi :
Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang
tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang
dihasilkan stabil dan sukar larut. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan
mudah dari larutan (dengan penyaringan). Endapan yang ditimbang harus mempunyai
susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus
bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut(Pudjaatmaka,1989).
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling mempengaruhi salinitas
laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiselular. Sodium Chlorida atau
Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat
osmotik yang tinggi. Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl
terlarut didalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang
tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah) yang terdapat di dalam
tubuh

benih

sehingga

akan

diperoleh

keseimbangan

kadar

air

pada

benih

tersebut(Sudarmadji,1996).
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat
dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Proses filtrasi merupakan
proses fisik. Dimana filtrasi adalah suatu satuan pengerjaan dimana campuran zat padat dan
cair, makanan, suspensi, dispersi, influent atau bubur dipaksakan melewati suatu medium
berpori di mana zat padat akan ditahan. Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran
partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang
mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut. Proses
filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud cair
kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal di
penyaring disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari
sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan
pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari
kotoran yang ada pada gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring
dan penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca
yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap(Bambang,2010).

III.

Alat dan Bahan


III.1

III.2

IV.

Alat

Oven

Gelas Piala

Erlenmeyer

Neraca Analitik

Kertas Saring Whatman 41

Corong

Bahan

Garam (NaCl)

Aquades

Prosedur Kerja

1. Ditimbang 20 gram garam (NaCl) dalam gelas piala 100mL


2. Dilarutkan dengan aquades sebanyak 100mL
3. Disaring dengan corong dan kertas saring (whatmann 41) sampai larutan air dan
garam habis
4. Kertas saring dimasukkan didalam oven selama 3 jam dengan suhu 105 0C,
didinginkan kurang lebih 30 menit
5. Ditimbang kertas saring yang ditambahkan residu

V.

Hasil Pengamatan

Jenis
Gelas Piala kosong(W0)
Gelas Piala

Selongsong

Perhitungan :
S1S 0
100
Berat Sampel
20 gram 100

1,95131,2184

0,7329
100
20 gram

3,6645

Gelas piala + 20 gram garam


(W1)
Selongsong (S0)
Selongsong + residu (S1)

Berat (gram)
138,1244
158,3855
1,2184
1,9513

VI.

Pembahasan
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan kadar kotoran atau residu pada garam

(NaCl). Garam ditimbang dan kemudian dilarutkan dengan aquades yang kemudian akan
disaring dengan kertas saring sampai larutan habis, tujuannya yaitu agar kotoran-kotoran yang
ada pada NaCl tidak larut bersama-sama dengan larutan melainkan berada pada kertas saring
agar lebih mudah untuk mendapatkan residu. Setelah selesai disaring kemudian dimasukkan
dalam oven dan setelah itu kita akan melihat residu atau kotoran dari NaCl yang tertempel
pada kertas saring yang sudah kering.
Ketika 20 gram garam dilarutkan dengan aquades maka larutan campuran yang terdiri
dari garam dan air tersebut, ketika disaring akan didapat residu berupa abu gosok sedangkan
garam tidak dapat dipisahkan dari larutannya hal ini terjadi karena garam dan air merupakan
campuran homogen yang dapat bercampur secara merata. Kemudian ketika larutan itu
disaring menggunakan corong dan kertas saring, dihasilkan larutan garam yang berwarna
bening dan terdapat gelembung, hal ini dapat terjadi karena residu dari filtratnya menempel
pada kertas saring sewaktu proses penyaringan. Setelah didapat larutan garam yang bening
dari hasil penyaringan, kemudian larutan garam bening tersebut dipanaskan menggunakan
oven dan menghasilkan kristal garam yang halus, hal ini dapat terjadi karena pada proses
penguapan, air akan menguap, dan molekul-molekul garam akan menggumpal, sehingga
terbentuklah kristal garam. Dan akan terdapat residu atau kotoran dari NaCl yang disaring.
Pencelupan kertas saring menyebabkan air meresap melalui celah-celah kecil pada
kertas saring tersebut sehingga tinta pada kertas saring naik mengikuti serapan air dan
menguraikan zat-zat warna, hal ini disebabkan komponen (zat warna) yang lebih mudah larut
akan terbawa lebih cepat, sebaliknya komponen yang kurang larut akan tertinggal.
Penambahan indikator PP yaitu untuk menunjukan titik akhir titrasi, kemudian dilakukan
titrasi dengan NaOH 0,1 N bertujuan untuk menetralkan asam lemak bebas hasil hidrolisis.
Untuk menentukan kadar residu dari NaCl dapat kita tentukan dengan menghitung
selisih dari S1 dan S0 yang dibagikan dengan berat sampel yang kemudian dikalikan dengan
100%. Dimana S1 yaitu berat kertas selongsong (kertas saring) ditambahkan dengan residu,
kalau S0 yaitu bertas kertas selongsong kosong, berat sampel yaitu berat NaCl yang kita
gunakan yaitu 20 gram. Jadi kadar kotoran atau residu dari NaCl yang didapat dari percobaan
ini yaitu sebesar 3,6645%.

VII.

Kesimpulan dan saran


VII.1 Kesimpulan
Penentuan residu NaCl dilakukan dengan cara mencampurkan NaCl dengan aquades
kemudian disaring dan dimasukkan didalam oven. Setelah itu akan di dapatkan residu
dari NaCl yaitu sebesar 3,6645

VII.2 Saran
Kelengkapan alat-alat dalam laboratorium sebaiknya lebih di perhatikan agar
praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan
kekurangan alat karena dapat memperlambat proses berlangsungnya praktikum.

Daftar Pustaka
Bambang, Irawan. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi dan Destilasi
Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Jurnal Kimia. Universitas Diponegoro.
Djamal, R.1990.Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam. Padang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. 1989.Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Sudarmadji, Slamet. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta:
Penerbit Liberty.

Anda mungkin juga menyukai