NIM : 41820010
MATA KULIAH : SISTEM POLITIK INDONESIA
DOSEN : ANDRIAS DARMAYADI, S.IP., M.Si., Ph.D
2. Menurut saya pelajaran terpenting yang dapat diambil dari sistem parlementer yaitu
lebih fleksibilitasannya dan tanggapannya untuk publik. dan juga mudah terjadi
penyesuaian pendapat Hal ini karena Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan publik jelas dan juga tidak ada pemisah antara kekuasaan
eksekutif dan legislatif , selain itu pelajaran terpenting yang dapat di ambil dari bentuk
negara federal bisa Meningkatkan kemampuan warga negara sebagai bentuk
kekuatan mereka untuk mempengaruhi pemerintah yang berlaku, lebih efisien dan
juga dapat memberikan solusi berbeda yang disesuaikan dengan negara masing-
masing, sehingga ketika konflik terjadi, mereka dapat segera diselesaikan dengan
baik.
3. Budaya politik dapat diartikan sebagai pola tingkah laku, norma, nilai serta adat
istiadat yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat dan pemerintahan.
Budaya politik lebih mengarah pada bagaimana cara seseorang atau sekelompok
orang memandang sistem politiknya secara kerseluruhan
a. budaya politik parokial: suatu budaya dimana tingkat partisipasi politik
masyarakatnya masih sangat rendah. Tipe yang satu ini sering ditemukan
pada masyarakat tradisional yang sifatnya masih sangat sederhana.
b. Budaya politik kaula/subjek: suatu pembentukan unsur budaya dimana
masyarakatnya cenderung lebih maju di bidang ekonomi maupun sosial.
Meskipun dalam budaya politik ini masyarakat masih relatif pasif, tapi mereka
sudah mengerti tentang adanya sistem politik serta mematuhi undang-undang
dan para aparat pemerintahan.
c. Budaya politik partisipan: suatu budaya dimana masyarakatnya telah
mempunyai kesadaran yang tinggi tentang suatu sistem politik, struktur proses
politik, dan administratif.
c. Pengganti presiden
Wakil presiden tidak lagi disebut wakip presiden melainkan menjadi presiden
dan tidak terjadi rangkap jabatan dengan alasan yang sudah di atur.
Kekuasaan presiden mengesahkan RUU yang telah mendapat persetujuan dari
DPR
Rancangan Undang-Undang dapat diajukan oleh DPR atau Presiden. RUU yang
diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan LPND sesuai dengan
lingkup tugas dan tanggung jawabnya. RUU ini kemudian diajukan dengan surat
Presiden kepada DPR, dengan ditegaskan menteri yang ditugaskan mewakili
Presiden dalam melakukan pembahasan RUU di DPR. DPR kemudian mulai
membahas RUU dalam jangka waktu paling lambat 60 hari sejak surat Presiden
diterima. RUU yang telah disiapkan oleh DPR disampaikan dengan surat pimpinan
DPR kepada Presiden .Presiden kemudian menugasi menteri yang mewakili untuk
membahas RUU bersama DPR dalam jangka waktu 60 hari sejak surat Pimpinan DPR
diterima. Pembahasan RUU di DPR dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau
menteri yang ditugasi, melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat
komisi/panitia/alat kelengkapan DPR yang khusus menangani legislasi, dan dalam
rapat paripurna. Apabila RUU tidak mendapat persetujuan bersama, RUU tersebut
tidak boleh diajukanlagi dalam persidangan masa itu. RUU yang telah disetujui
bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden
untuk disahkan menjadi UU, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal
persetujuan bersama. RUU tersebut disahkan oleh presiden dengan menandatangani
dalam jangka waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui oleh DPR dan Presiden. Jika
dalam waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama tidak ditandatangani oleh
Presiden, maka RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan.