Anda di halaman 1dari 46

BAHAN BACAAN

CINTA BANGGA PAHAM RUPIAH

Gambar 1.11 : Bank Indonesia (BI)Sumber : blogs.wsj.com

ALAT PEMBAYARAN TUNAI


1. Sejarah Uang
a. Tahap sebelum barter, Pada tahap ini masyarakat
belum mengenal pertukaran karena setiap orang
berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha
sendiri. Apa yang diperolehnya itulah yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Tahap
Barter,
dalam tahap ini untuk memperoleh barang –
barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri,
seseorang mencari barang dari orang yang mau
menukarkan barang yang dimilikinya dengan
barang lain yang dibutuhkannya.

Pertukaran secara barter dapat dilakuGakmabnar 1.5 : Salah satu contoh barter
jika ada kebutuhan yang timbul secara bersama-
sama. Hal ini akan sulit dilakukan, karena harus menemukan orang yang membutuhkan
barang miliknya dan orang tersebut memiliki barang yang dibutuhkan oleh orang yang
pertama. Misalnya, seseorang yang mempunyai seekor ayam membutuhkan beras, maka ia
harus mencari orang lain yang mempunyai beras dan membutuhkan seekor ayam. Jika
keduanya bertemu, akan terjadi proses pertukaran melalui barter. Pertukaran secara barter
memiliki kelemahan yaitu :
a. Sulit menemukan dua pihak yang saling membutuhkan untuk dapat terjadinya
pertukaran. Contoh: Jika Pak Mukthi membutuhkan apel sementara ia hanya memiliki
beras, maka ia harus mencari orang yang memiliki apel dan membutuhkan beras.
Betapa sulitnya kita untuk mencari orang yang memiliki kehendak yang sama dengan
kita apalagi bila perekonomiannya luas.
b. Sulit menentukan tingkat perbandingan harga yang sesuai, maksudnya bahwa dalam
sistem barter akan menemui banyak kesulitan untuk menentukan perbandingan
harga/nilai yang satu dengan lain yang akan ditukar. Misalnya 1 ekor kambing setara
dengan 10 helai baju. Kondisi kambing tidak selalu sama sama ada yang gemuk dan
ada juga yang kurus. Demikian pula ukuran baju.
c. Tahap Uang Barang, pada masa ini timbul benda – benda yang selalu dipakai dalam
pertukaran. Benda yang dipakai sebagai alat pertukaran adalah benda – benda yang diterima
oleh umum, benda yang dipilih bernilai tinggi, atau benda yang merupakan kebutuhan primer
sehari – hari. Misalnya, garam oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun
sebagai alat pembayaran upah.

6
Gambar 1.6 : Contoh Uang barang yang berlaku diberbagai negara

Cara pertukarannya, barang yang dimiliki mula-mula ditukarkan dengan uang barang,
kemudian uang barang ditukarkan dengan barang yang dibutuhkan. Contoh Adi memiliki 1
ekor kerbau, ia membutuhkan 2 ekor kambing. Adi menukarkan kerbaunya dengan uang
barang, lalu ia menukarkan uang barang dengan 2 ekor kambing. Meskipun alat tukar sudah
ada, kesulitan pertukaran tetap ada diantaranya:
 Nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan.
 Jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah.
 Sulit untuk penyimpanan (storage) dan pengangkutan (transportation).
 Mudah hancur atau tidak tahan lama.
d. Tahap Uang Logam, bahan yang memenuhi syarat
sebagai uang logam adalah emas dan perak. Uang yang
terbuat dari emas dan perak disebut uang logam.

Alasan dipilihnya emas dan perak sebagai bahan untuk


membuat logam adalah karena:
 Digemari umum
Logam
 Tahan lama dan tidak mudah rusak
 Memiliki nilai tinggi
 Mudah dipindah-pindahkan
 Tidak mudah dipalsukan
Penggunaan emas dan perak sebagai bahan uang dalam bentuk koin diciptakan oleh
Croesus di Yunani sekitar 560-546 SM. Bersamaan dengan itu, medium uang yang berfungsi
sebagai instrumen alat bayar mulai dikembangkan, dibuat dari berbagai benda padat lainnya
seperti tembikar, keramik atau perunggu.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, tukar menukar yang harus dilayani
dengan uang logam juga berkembang, sedangkan jumlah uang logam mulia terbatas.
Pengunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar (sulit dalam
hal penyimpanan dan pengangkutan).

e.Tahap uang Kertas, mula – mula uang kertas yang beredar yang beredar merupakan bukti
– bukti kepemilikan emas dan perak sebagai perantara untuk melakukan transaksi. Dengan
kata lain, uang kertas yang beredar saat itu merupakan uang yang dijamin 100 % dengan
emas atau perak yang sewaktu – waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya.
Selanjutnya masyarakat tidak lagi menggunakan emas secara langsung sebagai alat
pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan kertas bukti tersebut sebagai alat tukar.

2. Pengertian Uang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) uang diartikan : (1) Alat tukar atau
standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu
negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar
tertentu; (2) harta; kekayaan.
R.J Thomas mengatakan bahwa “money is something that is readily and generally
accepted by public in payment for goods, services dan other valuable assets and for the
payment for debts”.Artinya, uang adalah suatu benda yang dengan mudah dan umum
diterima oleh masyarakat untuk pembayaran pembelian barang, jasa dan barang berharga
lainnya, serta untuk pembayaran utang.
Sir Dennis Holme Robertso mengatakan bahwa “money is something accepted in
payment for goods”. Artinya, uang adalah segala sesuatu yang bias diterima dalam
pembayaran untuk mendapatkan barang.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa uang mempunyai ciri dapat
diterima oleh umum, dapat digunakan sebagai alat tukar dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.

3. Syarat – syarat Uang.


a. Dapat diterima oieh umum (Acceptability), uang harus dapat diterima baik oleh

pemerintah mauun setiap anggota masyarakat lainnya sebagai alat tukar, alat ukur
dan standar pembayaran dalam proses pertukaran barang dan jasa.
b. Tahan lama dan tidak mudah rusak (durability), uamg hendaknya tidak cepat rusak
dan tidak perlu diganti setiap saat. Jika uang tidak cepat rusak, nilai uang tidak lekas
merosot.
c. Mudah disimpan dan nilainya tetap (stability), uang perlu dijaga agar nilainya tetap.
Jika nilainya tidak tetap uang tidak akan diterima secara umum. Hal ini sekaligus
mengurangi fungsi uang sebagai alat tukar dan satuan hitung.
d. Mudah dipindah dan dibawa kemana-mana(portability), dengan mudah dibawa, uang
dapat digunakan kapan dan dimana saja.
e. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), uang harus dapat dipecah menjadi
unit yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai untuk memudahkan transaksi.
f. Jumlahnya terbatas sehingga tetap berharga dan tidak mudah dipalsukan.
g. Syarat psikologis, bahwa uang harus bias memuaskan keinginan orang yang
memilikinya. Orang akan terlihat lebih tenang dan puas jika membawa uang daripada
barang.
4. Fungsi Uang.
a. Fungsi Asli (Fungsi Primer)
1) Sebagai alat tukar umum (medium of exchange), jika menginginkan suatu barang,
kita akan menukarkannya dengan uang kita miliki. Jika anda pergi kepasar dan
menukarkan uang dengan barang, dan barang tersebut langsung an2da terima,
maka uang telah melakukan fungsinya sebagai alat tukar.
2) Sebagai satuan hitung (unit of account), artinya uang digunakan sebagai ukuran
harga suatu benda. Dengan adanya uang, anda dapat menentukan nilai atau harga
suatu barang yang diinginkan. Contohnya, harga sebuah baju Rp. 50.000; dari sini
anda dapat menyatakan jika membeli dua buah baju jumlahnya menjadi Rp.
100.000;
b. Fungsi Turunan (Fungsi Sekunder),
1) Sebagai alat pembayaran (means of payment), uang digunakan sebagai alat
pembayaran semua kebutuhan manusia. Misalnya, membayar utang, membeli
makanan,membayar angkutan umum, membayar SPP dan sebagainya. maka uang
dalam hal telah melakukan fungsinya sebagai alat pembayaran.
2) Sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value), orang yang mempunyai
pendapatan berlebih atau apabila semua kebutuhannya terpenuhi mereka akan
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung. Menabung berarti berjaga –
jaga apabila ada kebutuhan lain yang tidak terduga harus segera dipenuhi.
3) Sebagai alat pemindah kekayaan, uang dapat pula sebagai media untuk mengganti
bentuk kekayaan. Dengan adanya uang maka harta yang dimiliki disuatu daerah
dapat di pindahkan kesuatu daerah atau tempat lain. Misalnya, pada saat orang
ingin membuka toko kelontong dan dia memiliki tanah, maka tanah tersebut dapat
dijual kemudian hasil dari penjualan tanah digunakan untuk membua toko
kelontong. Maka pada kasus ini uang yang anda gunakan untuk menukarkan
barang tersebut telah melakukan fungsinya sebagai alat pemindah kekayaan.
Kekayaan anda berubah dari tanah menjadi toko kelontong.
4) Sebagai alat pembentuk modal, uang dapat digunakan perusahaan untuk dijadikan
modal atau investasi. Uang dapat juga digunakan masyrakat sebagai pendorong
untuk melakukan usaha dengan tujuan memperoleh laba atau penghasilan yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
5) Alat pengukur harga barang dan jasa (penunjuk harga), harga barang yang dijual di
pasar, di toko, di supermarket atau di mal untuk memudahkan pembeli biasanya
dinilai dengan uang. Hal ini berarti uang digunakan sebagai penunjuk harga.
5. Jenis – jenis Uang
a. Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang
1) Uang Logam, adalah uang yang bahannya terbuat dari logam tertentu seperti emas,
perak tembaga, nikel dan sebagainya. uang logam yang terdapat di Indonesia berupa
pecahan kecil mulai dari Rp. 100; sampai Rp. 1.000;. keuntungan memegang uang
logam adalah tidak mudah rusak dan kekuranganyaterlalu berat untuk dibawa kemana
– mana.

Gambar 1.8 : Uang Logam Indonesia dari Masa ke Masa

2) Uang Kertas, adalah uang bahannya terbuat dari


kertas serta pengunaanya diatur oleh undang –
undang. Uang kertas mudah dibawa dalam jumlah
besar maupun kecil, dan biaya produksi uang
kertas lebih
murah. Adapun kekurangan dari

uang kertas yaitu mudah sobek,


Gambar 1.9 : Uang Kertas Indonesia
mudah terbakar dan lebih mudah dipalsukan.

b. Berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya


1) Uang Kartal, adalah uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat. Uang
ini diatur dan dikeluarkan peredaranya oleh Bank Indonesia sebagai Bank sental serta
merupakan alat pembayaran yang sah.
2) Uang Giral, adalah uang yang digunakan sebagai alat pembayaran yang berupa cek,
bilyet giro, dan kartu kredit. Kekuatan hukumnya lemah, karena tidak semua transaksi
disemua tempat dapat menerima uang giral.
c. Berdasarkan Kawasan/daerah berlaku
1. Uang domestik, yaitu uang yang hanya berlaku di
dalam wilayah suatu negara tertentu saja. Contoh:
rupiah, ringgit, yen,rupee dan lain sebagainya.

2. Uang regional, yaitu uang yang hanya berlaku di


kawasan tertentu, seperti euro Gambar 1.10 : Rupee mata uang berlaku bagi
negara-negara kawasan Eropa. India

3. Uang internasional, yaitu uang yang berlaku tidak


Gambar 1.11 : Euro mata uang yang
hanya di dalam wilayah suatu negara tbeerrtleaknutudiskaawjaa,satnetEaroppi ajuga berlaku di
berbagai wilayah negara di dunia (internasional). Misalnya, dolar AS
d. Berdasarkan Pemakai di dalam dan luar negeri
1. Internal Value, yaitu kemampuan dari uang untuk membeli barang di dalam suatu
negara, dengan kata lain nilai internal uang adalah kemampuan daya beli uang
terhadap barang-barang. Misalkan uang sebesar Rp 12.000,00 mampu ditukar dengan
1 kg gula. Ini berarti bahwa uang sebesar Rp 12.000,00 memiliki nilai internal sebesar
1kg gula.
2. External Value, yaitu kemampuan dari uang dalam negeri untuk bisa ditukar dengan
mata uang asing. Dengan kata lain eksternal value adalah daya beli uang dalam
negeri terhadap uang asing atau lebih dikenal dengan istilah nilai kurs. Contoh nilai
uang Rp12.500,00 mampu ditukarkan dengan US$ 1, ini berarti bahwa uang
Rp12.500,00 memiliki nilai eksternal sama dengan US$ 1.

6. Konsep Nilai Uang


Nilai uang adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan sejumlah barang
tertentu. Jenis uang berdasarkan nilainya sebagai berikut :
1) Uang bernilai penuh, yaitu uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik) sama dengan nilai
nominalnya. Pada umumnya, uang yang bemilai penuh terbuat dari logam.
2) Uang tidak bernilai penuh, yaitu uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik) lebihrendah
daripada nilai nominalnya. Pada umumnya, uang yang tidak bernilai penuh terbuat dan
kertas.

7. Pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia


Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/7/PBI/2012 bahwa Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pengelolaan uang rupiah, meliputi tahap
perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta
pemusnahan uang rupiah.
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dan penentuan jumlah uang rupiah yang akan dicetak,
perlu diperhatikan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, rencana jenis dan pecahan uang
rupiah, serta perkiraan jumlah uang rupiah yang dimusnahkan.
Perencanaan tersebut dilakukan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas baik
sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan BI meliputi
perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai
intrinsik uang, serta masa edar uang. Selain itu, dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah
serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun mendatang.
Berdasarkan perencanaan tersebut, kemudian dilakukan pengadaan uang, baik untuk
pengeluaran uang baru maupun pencetakan rutin terhadap uang lama yang telah dikeluarkan.

b. Tahap Pencetakan
Pada tahap pencetakan rupiah, BI melakukannya di dalam negeri dengan menunjuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah. BUMN yang
melaksanakan pencetakan uang rupiah tersebut adalah PERUM PERURI (Perusahaan
Umum Percetakan Uang Republik Indonesia).
Penunjukan BUMN sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah dilakukan sesuai
dengan ketentuan BI mengenai pengadaan jasa pencetakan uang rupiah. Jika BUMN yang
ditunjuk menyatakan tidak sanggup melaksanakan pencetakan uang rupiah, maka BUMN
tersebut dapat menunjuk lembaga lain untuk bekerja sama dalam pelaksanaan pencetakan
uang rupiah dengan memenuhi persyaratan pencetakan uang rupiah yang disepakati
sebelumnya dengan BI. Penunjukan lembaga lain dilakukan oleh BUMN melalui proses yang
terbuka, dapat dipertanggungjawabkan, serta menguntungkan negara.
Selain itu, harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan BI. Bila BUMN tak dapat memenuhi
persyaratan pencetakan rupiah yang disepakati sebelumnya, maka BI berwenang
menetapkan kebijakan lain demi memastikan ketersediaan rupiah. Dalam tahap pencetakan
uang, semua pihak yang terlibat wajib menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing.
c. Tahap Pengeluaran dan Pengedaran
Terkait dengan peran mengeluarkan dan mengedarkan uang, BI senantiasa berupaya
untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup,
jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Untuk mewujudkan kondisi layak edar tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang,
pencabutan dan penarikan uang, hingga pemusnahan uang.
Uang rupiah yang telah dikeluarkan BI selanjutnya diedarkan ke seluruh wilayah Indonesia
melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang rupiah di setiap wilayah tentunya berbeda,
didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian
uang selama jangka waktu tertentu.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum
maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan
setoran dari nasabah dan pembayaran uang rupiah. Sedangkan kepada masyarakat,
dilakukan melalui penukaran secara langsung pada loket-loket penukaran di seluruh kantor BI
atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
d. Tahap Pencabutan dan Penarikan
Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang rupiah
yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak
lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
e. Tahap Pemusnahan
Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari
peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang sudah tidak layak edar.
Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga,
dengan pengawasan dari BI.
Cinta Rupiah
Rupiah sebagai mata uang resmi Indonesia sudah seharusnya menjadi pilihan utama
masyarakat dalam kebutuhan transaksi hingga investasi. Aksi cinta Rupiah yang
terwujud dalam tindakan nyata sehari-hari merupakan salah satu bentuk patriotisme
warga negara Indonesia.
Modul Seri Cinta Rupiah ini merupakan bagian pertama dari Modul Cinta Bangga
Paham (CBP) Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia. Modul ini akan mengajak kita
lebih mencintai Rupiah dengan mengenal Rupiah lebih dalam, serta mengetahui cara
merawat dan menjaga Uang Rupiah dengan tepat.

1. Mengenal Rupiah
Menumbuhkan kecintaan terhadap Rupiah bisa dimulai dengan mengenali sejarah
Rupiah, karakteristik Uang Rupiah, dan proses pembuatannya.
1.1 SejarahUang Rupiah
Sebagai negara merdeka, Indonesia pertama kali memiliki uang sendiri dengan
berlakunya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) pada 30 Oktober 1946. Dengan
transportasi sangat terbatas, serta ancaman keamanan pasca kemerdekaan, ORI
disebarluaskan secara gerilya. Namun karena situasi yang sulit pasca Agresi Militer
Belanda, distribusi ORI tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pada 1947,
Pemerintah memberi mandat kepada para pemimpin daerah untuk menerbitkan ORI-
daerah (ORIDA) yang berlaku sementara di daerah masing-masing, antara lain di
Banda Aceh, Tapanuli, Sumatera, dan Banten.
Eksistensi ORI dan ORIDA tak berlangsung lama. Terbentuknya Republik Indonesia
Serikat (RIS) sebagai salah satu hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada
27 Desember 1949 mewajibkan penggunaan uang RIS mulai 1 Januari 1950. Pada
masa itu, terdapat tiga jenis mata uang yang beredar, yaitu mata uang peninggalan
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank, mata
uaang yang digunakan ketika NICA (Belanda) berada di Indonesia pasca-kemerdekaan
atau selama masa revolusi fisik, serta ORI dan ORIDA. Ketiganya bisa digunakan
sebagai alat pembayaran dan beredar dalam jumlah besar.

Akibatnya, jumlah uang yang beredar tak sebanding dengan ketersediaan barang.
Harga barang-barang melambung, ditambah tingkat inflasi tinggi. Untuk mengatasi
situasi tersebut, Menteri Keuangan RIS Syafruddin Prawiranegara mengeluarkan
kebijakan penyehatan keuangan bernama Kebijakan Gunting Uang, yang juga dikenal
dengan nama “Gunting Syafruddin”. Kebijakan ini dilakukan secara harfiah dengan
menggunting uang. Bagian kiri uang kertas diakui sebagai alat pembayaran yang sah
dengan nilai setengah dari nilai pecahan yang digunting. Sedangkan bagian kanan
dapat ditukarkan dengan Obligasi Republik Indonesia 1950. Kebijakan ini resmi
diterapkan pada 10 Maret 1950, namun tidak berlaku pada ORI dan ORIDA. Mulai 1
Mei 1950,
ORI dan ORIDA ditarik secara resmi dari peredaran.
Ketika Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1950, ada kesempatan untuk menggunakan Uang Rupiah. Pada Desember
1951, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) sebagai bank
sentral. Pemerintah mengeluarkan Uang Rupiah Logam dalam periode 1951-1952. Koin
bernilai 5 sen dan 1 sen itu berbentuk bulat pipih menggunakan bahan aluminium.
Adapun Uang Rupiah Kertas dengan tanda tahun 1952 beredar pertama kali pada
1953. Indonesia juga sempat memiliki Rupiah Riau dan Rupiah Papua dalam kurun
waktu tertentu di tahun 1960-an.
Warna Uang Rupiah Kertas disesuaikan dengan best practice yang dilakukan
bank sentral di seluruh dunia. Bank Indonesia menggunakan teori warna Munsell dan
menghasilkan warna dengan kode rumit merah, ungu, biru, kuning, hijau, dan abu
sebagai pembeda warna pecahan mata uang. Tinta warna uang ini juga dibuat khusus
untuk pencetakan uang. Sedangkan warna Uang Rupiah Logam sangat dipengaruhi
oleh bahan yang digunakan, seperti nikel, aluminium, atau tembaga. Sejumlah Uang
Rupiah Logam edisi spesial bahkan terbuat dari emas atau perak.
Untuk menetapkan pecahan Rupiah, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
Pemerintah. Sedangkan dalam menetapkan ukuran uang, perlu dipertimbangkan sejumlah
kondisi antara lain kepraktisan, ukuran yang menunjang pemrosesan melalui peralatan
kas, dan ukuran yang memudahkan masyarakat dapat membedakan pecahan uang.
Terkait desain, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh dalam menentukan
desain Rupiah, menyusun mekanisme operasional dalam penentuan tema seri uang,
gambar pahlawan, kebudayaan, pemandangan alam dalam Uang Rupiah.
Desain Rupiah memang merupakan salah satu unsur penting dalam Uang Rupiah.
Setiap uang yang beredar di masyarakat memiliki ciri dan karakter

desain yang unik. Keunikan itu bukan hanya untuk membedakan antara mata uang satu
negara dengan negara lain, tapi juga untuk membedakan Tahun Emisi dan nominal
tertentu dengan yang lainnya.
Karena itu, Bank Indonesia melakukan pemilihan desain dengan sejumlah
pertimbangan. Penyusunan unsur-unsur desain Uang Rupiah dilakukan Bank Indonesia
melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari unsur pengaman uang terkini dan terbaik,
hingga melakukan high level meeting bersama Kementerian Keuangan untuk finalisasi
desain serta persetujuan proof desain langsung oleh Gubernur Bank Indonesia.
Aspek desain Uang Rupiah, seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang, meliputi tanda tertentu mencakup warna, gambar,
besar, bahan baku uang, serta tanda lainnya mencakup ukuran, unsur pengaman di
dalam uang, dan tanda yang dapat dipergunakan oleh tuna netra.

1.2 Karakteristik
Rupiah
Bank Indonesia mengeluarkan dua jenis Uang Rupiah, yaitu Uang Rupiah Kertas
dan Uang Rupiah Logam. Pada masing-masing Uang Rupiah, terdapat ciri umum dan
ciri khusus yang dapat dikenali dari permukaan uang.

Ciri umum dan ciri khusus ini diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2011 tentang Mata Uang. Tujuannya, agar dapat menunjukkan identitas, membedakan
nilai nominal, dan mengamankan Rupiah dari pemalsuan. Untuk momen-momen
istimewa berskala nasional dan internasional, Bank Indonesiamengeluarkan Uang
Rupiah Khusus, baik berupa uang kertas maupun uang logam.
Ciri umum Uang Rupiah kertas meliputi antara lain gambar lambang negara “Garuda
Pancasila”, frasa “Negara Kesatuan Republik Indonesia”, sebutan pecahan dalam
angka dan huruf sebagai nilai nominal, nomor seri pecahan, tahun emisi dan tahun
cetak, serta tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia. Adapun ciri khusus
Uang
Rupiah merupakan unsur pengaman uang yang memiliki tiga level, yakni terbuka, semi
tertutup, dan tertutup. Pengaman level terbuka dapat dideteksi dengan panca indera,
seperti misalnya warna uang yang terlihat terang dan jelas, benang pengaman yang
tampak seperti garis melintang
atau beranyam, serta tanda air.
Ciri pengaman yang bersifat semi tertutup bisa dideteksi menggunakan alat
sederhana seperti kaca pembesar dan lampu ultraviolet (UV), meliputi tulisan mikro,
tinta tidak tampak, tinta tampak, dan nomor seri. Sedangkan unsur pengaman tertutup
hanya bisa dideteksi dengan menggunakan media atau peralatan laboratorium/forensik.

1.3 Pembuatan/pencetakan uang


Bahan pembuatan Uang Rupiah, baik kertas maupun logam, mengutamakan produk
dalam negeri dengan menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing, yang
ditetapkan Bank Indonesia.
Uang Rupiah Kertas terbuat dari serat kapas yang lentur dan tidak mudah sobek.
Penggunaan kertas dari serat kapas dapat mengakomodasi budaya masyarakat
Indonesia dalam memperlakukan uang yang masih sederhana, karena lebih tahan lama
bila disimpan dalam saku atau terkena panas. Selain dari serat kapas, Uang Rupiah
juga ada yang menggunakan polimer, seperti Uang Rupiah Kertas pecahan Rp100.000
tahun emisi 1999. Sedangkan Uang Rupiah Logam terbuat dari aluminium, aluminium
bronze, nikel, tembaga, perak, dan emas.
Dalam produksi Uang Rupiah Kertas terdapat beberapa tahapan. Pertama, proses
persiapan cetak, terdiri dari persiapan seluruh bahan-bahan penunjang proses cetak
uang kertas yang meliputi pelat cetak rata (offset), pelat cetak dalam(intaglio), rol
sablon, tinta, dan beberapa sarana pendukung lainnya.
Kedua, proses pencetakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu cetak offset, cetak intaglio
dan cetak nomor.
Proses ketiga yaitu pemotongan lembar kertas uang sesuai dengan ukuran yang
diharapkan. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan final denganmenggunakan mesin
berteknologi tinggi yang dilengkapi dengan beberapa kamera resolusi tinggi dan sensor
agar dapat menjaga kualitas uang kertas sesuai spesifikasi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Proses keempat yaitu pengemasan. Lembar kertas uang yang berkualitas baik dan
siap edar dikemas ke dalam dus sebelum diserahkan kepada Bank Indonesia. Produksi
Uang Rupiah Logam lebih sederhana dibandingkan dengan produksi Uang Rupiah
Kertas karena dalam proses pencetakannya hanya menggunakan sepasang acuan
cetak logam (dies). Tahapannya dimulai dengan penyiapan bahan uang logam (blank
coin), pembentukan dua tepi/sisi (rimming), cetak tekanan tinggi menggunakan udara
(pneumatic), selanjutnya quality control dengan teknologi terkini, proses penghitungan,
dan terakhir pengemasan yaitu
bungkus (wrapping), doos dan box.
Untuk mencetak Uang Rupiah, Bank Indonesia menunjuk Perusahaan Umum Peruri
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang dan Peraturan
Pemerintah No. 6 tahun 2019 tentang Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik
Indonesia. Dalam pencetakan Uang Rupiah, Perum Peruri menerapkan Standar
Operasional Prosedur dengan tingkat keamanan tinggi untuk menjamin keamanan dan
kerahasiaan proses cetak uang sampai menjadi Uang Rupiah Hasil Cetak Sempurna
(HCS).
Apabila Perum Peruri menyatakan tidak sanggup memenuhi pencetakan Uang
Rupiah yang disebabkan force majeure dan bencana sosial, maka Perum Peruri dapat
bekerja sama dengan perusahaan lain yang ditunjuk melalui proses transparan dan
akuntabel serta menguntungkan negara, dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada
Menteri Keuangan dan meminta persetujuan Bank Indonesia.

2. Merawat Rupiah
Dari waktu ke waktu, angka pemusnahan Uang Rupiah yang tidak layak (lusuh,
cacat, rusak) masih cukup tinggi. Sebagian besar karena banyak orang yang belum
mengetahui atau belum memiliki kesadaran untuk memperlakukan Uang Rupiah
dengan baik. Padahal, merawat Uang Rupiah merupakan kewajiban yang dilandasi
rasa peduli dan tanggung jawab.
Kesadaran untuk merawat Uang Rupiah dimulai dari pemahaman jenis- jenis Uang
Rupiah, memahami peredaran Uang Rupiah, dan mengerjakan tips merawat fisik Uang
Rupiah.

2.1 Kualitas
Uang Rupiah
Uang Rupiah yang beredar di masyarakat merupakan Uang Rupiah Hasil Cetak
Sempurna (HCS), disebut Uang Layak Edar (ULE), dan telah memenuhi

persyaratan untuk diedarkan sesuai standar kualitas yang ditetapkan PBI Nomor
21/10/2019. Sedangkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terdiri dari Uang Rupiah yang
lusuh, cacat, dan rusak.
Untuk memenuhi kebutuhan Uang Rupiah yang layak edar, Bank Indonesia
menempuh tiga strategi yaitu memperluas jaringan distribusi uang di seluruh daerah,
meningkatkan kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy), serta
mencegah dan menanggulangi peredaran uang palsu.
Pada strategi menjaga kecukupan Uang Rupiah di seluruh wilayah Indonesia, Bank
Indonesia memperkuat perencanaan dan pencetakan uang. Sedangkan pada strategi
clean money policy, Bank Indonesia menempuh sejumlah langkah. Secara konsisten,
Bank Indonesia melakukan kegiatan pemilahan dan pemusnahan Uang Tidak Layak
Edar. Survei di 46 kota/kabupaten pada tahun 2020 menunjukkan soil level untuk uang
pecahan besar dan pecahan kecil sudah berada di atas standar kelayakan uang
beredar yang ditentukan Bank Indonesia. Pada strategi ketiga, yaitu mencegah dan
menanggulangi peredaran uang palsu, Bank Indonesia menerapkan upaya preemtif,
preventif, dan represif.
Dalam prosesnya, kebijakan clean money policy ini didukung dengan
penguatan layanan kas Bank Indonesia, penguatan kualitas layanan setoran dan
bayaran, serta penukaran UTLE dengan ULE. Dengan begitu, peredaran Uang Rupiah
bukan saja tercukupi tapi juga terjaga kualitasnya.
Untuk menjaga kualitas Rupiah, Bank Indonesia selalu mengembangkan teknologi
inovasi bahan dan teknologi cetak secara simultan dan berkesinambungan.

2. 2Peredaran Uang Rupiah


Peredaran Uang Rupiah di wilayah NKRI mencakup kegiatan distribusi dan layanan
kas. Uang Rupiah didistribusikan dari Kantor Pusat Bank Indonesia kepada Kantor-
kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwDN) yang berfungsi sebagai Depo Kas Wilayah
(DKW), untuk selanjutnya didistribusikan kepada KPwDN lainnya, kemudian diedarkan
ke masyarakat melalui lembaga perbankan.
Peredaran Uang Rupiah dari perbankan dilakukan oleh masing-masing Bank secara
mandiri, atau menggunakan Perusahaan Jasa Pengolahan Uang Rupiah, baik untuk
disimpan di ATM maupun di Bank itu sendiri, untuk selanjutnya bisa dimanfaatkan
masyarakat.
Umumnya, uang yang beredar di masyarakat memiliki kondisi beragam. Karena itu
dilakukan sortasi atau pemilahan antara Uang Layak Edar (ULE) dan Uang Tidak Layak
Edar (UTLE). Setelah dilakukan sortasi, ULE dikembalikan ke

kas Bank Indonesia untuk diedarkan kembali ke masyarakat, sedangkan UTLE berlanjut
pada tahap pemusnahan.

2.3 Strategi merawat kualitas uang


Bank Indonesia telah menjalankan kampanye Merawat Uang Rupiah: Jaga Kerapian
Rupiah, Jaga Kebersihan Rupiah, dan Jaga Keutuhan Rupiah.
Jaga Kerapian Rupiah berarti Uang Rupiah hendaknya disimpan dengan baik dalam
dompet yang tidak menyebabkan uang terlipat. Meski Uang Rupiah terbuat dari bahan
yang tahan lama, namun beberapa perlakuan seperti membasahi, meremas, mencoret,
dan menstaples akan memengaruhi usia edar Uang Rupiah.
Jaga Kebersihan Rupiah berarti Uang Rupiah tidak boleh dicoret-coret, salah
satunya agar nilai nominal dan nomor seri dapat terlihat dengan jelas.
Jaga Keutuhan Rupiah berarti Uang Rupiah tidak boleh distaples agar tidak rusak
dan bolong, yang mungkin merusak tanda keaslian Uang Rupiah.
Masyarakat diharapkan mampu merawat kualitas Uang Rupiah agar masa usia edar
menjadi lebih panjang.

3. MenjagaRupiah
Selain sebagai alat pembayaran yang sah, Uang Rupiah juga merupakan simbol
kedaulatan negara. Karena itu, Uang Rupiah harus dijaga sebaik-baiknya. Menjaga
Rupiah berarti mencegah dan melindungi Rupiah dari segala ancaman, termasuk risiko
pemalsuan.

3.1 Strategi Bank Indonesia


Bank Indonesia telah menempuh tiga strategi pencegahan dan penanggulangan
peredaran Uang Rupiah palsu dengan strategi preemtif, preventif, dan represif.
Strategi preemtif
Strategi preemtif dijalankan Bank Indonesia melalui sosialisasi dan komunikasi terkait
ciri-ciri keaslian Uang Rupiah dan bagaimana cara memperlakukan Uang Rupiah
dengan baik. Sosialisasi ciri keaslian Rupiah ini dilakukan melalui berbagai media dan
menyasar berbagai segmen pemangku kepentingan. Diharapkan, peningkatan
pemahaman masyarakat dapat mempersempit ruang gerak peredaran uang palsu.
Strategi preventif
Sebagai upaya preventif, Bank Indonesia telah menetapkan unsur-unsur pengaman
Uang Rupiah serta serangkaian prosedur tentang pelaporan dan

penanggulangan dilengkapi strategi penanggulangannya. Secara umum, Bank


Indonesia membagi unsur pengaman menjadi tiga tingkatan, yakni terbuka, semi
tertutup, dan tertutup.
Pengaman level terbuka dapat dideteksi dengan panca indera, seperti misalnya
warna uang yang terlihat terang dan jelas, benang pengaman yang tampak seperti garis
melintang atau beranyam, serta tanda air.
Ciri pengaman yang bersifat semi tertutup bisa dideteksi menggunakan alat
sederhana seperti kaca pembesar dan lampu ultraviolet (UV), meliputi tulisan mikro, tinta
tidak tampak, tinta tampak, dan nomor seri. Sedangkan unsur pengaman tertutup hanya
bisa dideteksi dengan menggunakan media atau peralatan laboratorium/forensik. Saat
ini Bank Indonesia telah memiliki laboratorium khusus yaitu Laboratorium Bank
Indonesia - Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) yang menggunakan teknologi terkini
untuk melakukan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Karena itu, Bank
Indonesia mendorong masyarakat untuk segera meminta klarifikasi kepada Bank
Indonesia melalui mekanisme pelaporan yang sudah ditetapkan.

Uang asli

Masyarakat
Indonesia

PJPUR
Skema pelaporan uang rupiah yang mencurigakan

Permintaan klarifikasi oleh Bank atau PJPUR diatur dalam PADG Nomor
22/13/PDAG/2020 tentang Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya.
Bank atau PJPUR harus mengajukan permohonan klarifikasi melalui aplikasi BI-CAC
dan mencetak surat pengantar dan formulir tersebut untuk diserahkan beserta bukti fisik
uang yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia.

Strategi ketiga, yaitu strategi represif, dijalankan Bank Indonesia bekerja sama
dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal). Upaya represif ini
disertai dengan pengenaan sanksi pidana yang berat, sehingga diharapkan mampu
memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan pemalsuan uang.

3.2 Dampaknegatif dan risiko uang palsu


Peredaran uang palsu sangat merugikan masyarakat dan perekonomian secara
umum. Beredarnya uang palsu dapat mendorong terjadinya inflasi, menimbulkan
kesenjangan sosial, serta mempengaruhi penawaran uang. Peredaran uang palsu juga
mengancam eksistensi Uang Rupiah asli yang memiliki kualitas terbaik. Jika tidak
dicegah dan ditanggulangi, peredaran uangpalsu sangat berbahaya bagi perekonomian
dan merendahkan kehormatan Uang Rupiah asli sebagai simbol NKRI.
Agar terhindar dari risiko dan dampak negatif uang palsu, masyarakat dapat
melakukan sejumlah hal sederhana sebagai berikut:
1. Meneliti uang dengan cara Dilihat, Diraba, dan Diterawang.
2. Merawat Uang Rupiah dengan baik agar keasliannya dapat dikenalidengan
mudah
3. Bertransaksi di tempat dengan pencahayaan baik
4. Melakukan penukaran uang di tempat resmi
Apabila saat bertransaksi kita meragukan keaslian Uang Rupiah yang kita terima,
kita bisa menolak dan menjelaskan dengan sopan, minta uang lain sebagai pengganti,
dan sarankan pihak pemberi untuk mengecek keaslian uang ke Bank, kepolisian, atau
meminta klarifikasi langsung ke Bank Indonesia terdekat.
Apabila kita baru menemukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya itu setelah
transaksi berlangsung, maka kita sebaiknya tidak mengedarkan uang tersebut ke pihak
lain, menjaga fisik uang dan segera mengecek keaslian uang ke Bank, kepolisian, atau
meminta klarifikasi langsung ke Bank Indonesia terdekat.
Bangga Rupiah
Penggunaan Uang Rupiah sebagai alat pembayaran, alat transaksi, atau investasi
merupakan bentuk nyata perjuangan dan nasionalisme bangsa Indonesia untuk
menegakkan kedaulatan negara dalam aspek moneter. Rupiah menjadi simbol
kedaulatan, alat pembayaran sah di seluruh wilayah NKRI, dan instrumen pemersatu
bangsa. Tiga hal itu, seperti dipaparkan dalam modul ini, merupakan alasan utama
bagi warga negara untuk Bangga atas Rupiah.
Modul Seri Bangga Rupiah merupakan bagian kedua dari Modul Cinta Bangga
Paham (CBP) Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia.

1. Simbol Kedaulatan
Sebagai negara yang berdaulat secara moneter, Indonesia memiliki kekuasaan
penuh dalam mengelola keuangan negara di dalam negeri, termasuk menetapkan
macam dan jenis mata uang yang berlaku. Kedaulatan tersebut ditandai dengan
adanya otoritas penciptaan uang dan kewajiban menggunakan Rupiah di seluruh
wilayah Indonesia.

1.1 Rupiah sebagai simbol kedaulatan


Terkait penciptaan uang, Bank Indonesia berwenang penuh untuk melakukan
Pengeluaran, Pengedaran, dan/atau Pencabutan dan Penarikan Rupiah, sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Selain itu, Bank Indonesia
juga berwenang melakukan Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan Rupiah.
Dalam menjalankan kewenangan tersebut, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
sejumlah lembaga, yaitu Pemerintah, BUMN (Perum Peruri), dan DPR (laporan
periodik).
Bank Indonesia juga harus memastikan ketersediaan Rupiah di seluruh wilayah
NKRI, hingga ke daerah terdepan, terluar, dan terpencil. Penggunaan Rupiah di daerah
perbatasan akan menjadi ciri kedaulatan Indonesia, menunjukkan kemandirian dan juga
kewibawaan Rupiah dan NKRI di hadapan negara lain.
Untuk itu, Bank Indonesia bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut dalam
mendistribusikan Rupiah di daerah terdepan, terluar, dan terpencil, mengembangkan
layanan Kas Titipan, serta menjalankan program BI Jangkau.

Program BI Jangkau merupakan program layanan kas untuk menjangkau masyarakat


di kecamatan atau desa melalui jaringan kantor Bank, Pegadaian, PJPUR, dan pihak
lain termasuk BPR, Lembaga Non Bank, dan Lembaga Keuangan Non Bank.

Sesuai regulasi, setiap orang yang bertransaksi di wilayah NKRI wajib menggunakan
Rupiah, baik oleh Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing. Setiap orang
yang menolak Rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah NKRI dapat terancam sanksi
pidana. Meski begitu, penggunaan mata uang asing di wilayah NKRI masih
dimungkinkan antara lain untuk hibah atau pembayaran utang luar negeri, seperti diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Dengan demikian, kewajiban penggunaan Rupiah di seluruh wilayah NKRI
merupakan amanat Undang-Undang sekaligus pelaksanaan kewajiban yang
mendukung kedaulatan NKRI, serta merupakan kewajiban yang menjaga stabilitas nilai
tukar Rupiah di masyarakat.

1.2 Rupiahsebagai mata uang Indonesia


Dalam konteks Rupiah sebagai mata uang Indonesia, pemerintah menerapkan
kebijakan non-internasionalisasi Rupiah dan pembatasan pembawaan uang tunai
Rupiah dan valuta asing.
Kebijakan non-internasionalisasi Rupiah berarti Rupiah bukan hard currency
yang bisa digunakan lintas negara. Meski begitu, kita tidak bisa menutup mata atas
penggunaan Rupiah di tengah masyarakat Indonesia yang menetap di luar negeri,
bahkan ada orang asing menerima proses transaksi denganmenggunakan Rupiah.

Terkait hal tersebut, kebijakan non-internasionalisasi diartikan Rupiah tidak


digunakan secara resmi dan sah oleh negara lain sebagai alat pembayaran yang
berlaku. Namun Rupiah secara sosiologis-empiris, digunakan oleh sebagian warga
negara asing dan warga negara Indonesia di luar negeri sebagai alat pembayaran yang
sah.
Pemerintah juga membatasi pembawaan uang tunai Rupiah dan mata uang asing
keluar dan masuk Indonesia, seperti diatur dalam pasal 34 Undang- Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
disertai dengan ancaman sanksi administratif berupa denda.
Selain untuk mencegah tindak pencucian uang dan tindak kriminal lainnya,
pembatasan ini memiliki nilai strategis, yaitu untuk mencegah hilangnya arus peredaran
Rupiah di dalam negeri. Tanpa pembatasan, bisa saja terjadi transaksi di luar lembaga
keuangan di dalam negeri sehingga tidak dapat terdeteksi. Apabila hal ini dibiarkan dan
terjadi dalam jumlah besar, ketidakakuratan perhitungan Rupiah yang beredar akan
berpotensi menghasilkan analisis dan kebijakan moneter yang tidak tepat.
Lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara membawa uang Rupiah dan uang
kertas asing masuk dan keluar wilayah Pabean Republik Indonesia, Bank Indonesia
telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/ PBI/2015 tentang Kewajiban
Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.3 Bela negara tanpa senjata


Ancaman kedaulatan sebuah negara tak selalu berawal dari agresi militer atau
pelanggaran wilayah. Ancaman kedaulatan Indonesia di daerah-daerah perbatasan
yang dekat dengan negara tetangga bisa berawal dari Rupiah yang sering terabaikan.
Wilayah-wilayah yang rawan terhadap penggunaan mata uang asing antara lain di
Kepulauan Sebatik, Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Tawau,
Malaysia, atau di perbatasan Indonesia Papua. Bahkan penggunaan mata uang asing
tidak hanya mengancam wilayah perbatasan, namun juga di perkotaan, dengan
penggunaan mata uang asing oleh sebagian kelompok masyarakat sebagai alat
transaksi.
Mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia selalu berupaya menyediakan Rupiah di
daerah terdepan, terluar, dan terpencil, sambil terus menjalankan sosialisasi Rupiah
dan literasi keuangan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Sikap masyarakat yang
mencintai dan bangga Rupiah, serta upaya Bank Indonesia memastikan pemenuhan
Rupiah di seluruh wilayah NKRI merupakan salah satu bentuk upaya bela negara tanpa
senjata.

2.Alat Pembayaran
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Rupiah
wajib digunakan dalam setiap transaksi di wilayah NKRI. Bank Indonesia bertugas dan
berwenang mengelola Rupiah agar stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran dapat terjaga.

2.1 Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah


Lebih lanjut, Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/13/PBI/2015 menetapkan
transaksi yang wajib menggunakan Rupiah. Namun dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi, banyak kegiatan yang tidak selamanya dapat menggunakan Rupiah.
Transaksi yang mendapatkan pengecualian ini juga diatur dalam PBI dimaksud.
Misalnya, transaksi seperti pembayaran utang luar negeri, hingga transaksi dalam
rangka pembangunan proyek infrastruktur strategis. Khusus untuk transaksi proyek
infrastruktur strategis, pemohon dapat menyampaikan permohonan tertulis disertai
dokumen pelengkap kepada Bank Indonesia.
PBI dimaksud juga melarang setiap orang menolak Rupiah sebagai alat transaksi di
wilayah NKRI, kecuali Rupiah tersebut dicurigai palsu, atau karena ia memang sudah
memiliki perjanjian tertulis tentang pembayaran dalam bentuk valuta asing.
Bank Indonesia mengawasi pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah di
wilayah NKRI. Jika terdapat pelanggaran terhadap kewajiban tersebut, atau
pelanggaran atas larangan menolak Rupiah, maka terdapat sanksi berupa sanksi
administratif/denda dan/atau sanksi pidana.

2.2Masa berlaku Uang Rupiah


Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan
pencabutan dan penarikan Uang Rupiah. Pencabutan dan penarikan Uang Rupiah
dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, diantaranya masa edar suatu pecahan
sudah terlalu lama serta adanya perkembangan teknologi unsur pengaman (security
features) pada uang. Selain itu, pencabutan/penarikan uang juga dimaksudkan untuk
mencegah dan meminimalisir peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi
dan emisi pecahan yang ada.
Uang Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran berarti sudah tidak lagi
berfungsi sebagai alat pembayaran. Masyarakat yang menukarkan uang tersebut
akan mendapatkan penggantian dengan nominal yang sama, asalkan uang tersebut
dapat dikenali keasliannya dan masih dalam jangka waktu 10 tahun sejak tanggal
pencabutan. Proses penukaran dapat dilakukan melalui Kantor Pusat Bank Indonesia
c.q. Departemen Pengelolaan Uang, Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) Bank
Indonesia yang terdekat, atau melalui Kas Keliling Bank Indonesia.

Koleksi dan numismatik Uang Rupiah


2.3
Tidak semua uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran, dimusnahkan. Banyak
warga menyimpan uang kuno sebagai koleksi. Bank Indonesia sendiri memiliki
dokumen numismatik yang disimpan di Museum Bank Indonesia dan digunakan
sebagai materi edukasi kepada publik. Dokumen numismatik merupakan dokumen
yang mempunyai nilai tukar seperti mata uang, koin, token, medali, obligasi, dan
saham.

3.Pemersatu Bangsa
Sejarah telah membuktikan, Rupiah adalah alat pemersatu bangsa. Dengan adanya
Rupiah, kita bukan saja merdeka secara politik, tapi juga berdaulat dalam menjaga,
mengelola, serta mengembangkan kebijakan moneter dan ekonomi bangsa dan
negara.

3.1Rupiah sebagai identitas dan karakteristik bangsa


Kata Rupiah sebagai nama mata uang nasional merupakan ide dankreativitas orisinil
para pendiri bangsa, menggunakan bahasa dan pelafalan nasional, berciri khas Bangsa
Indonesia.
Wujud Rupiah dalam bentuk uang kertas maupun uang logam juga sarat dengan
identitas dan karakteristik bangsa, seperti simbol Garuda, frasa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia” sejarah dan perjuangan pahlawan nasional, serta kekayaan alam
dan budaya Indonesia.

3.2Konsep Satu Negara Satu Mata Uang (One Nation One Currency)
Indonesia menganut hukum Satu Negara Satu Mata Uang demi menjaga dinamika
ekonomi dan kedaulatan Indonesia. Kebijakan mata uang tunggal diyakini akan
menjaga rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia yang memiliki latar
belakang sosial budaya beragam, menjaga kestabilan Rupiah, serta menjadikan
pemerintah mampu menghadapi krisis keuangan, deflasi, atau inflasi secara otonom.

Tidak semua negara menganut Satu Negara Satu Mata Uang. Dalam fakta
sosiologi-ekonomi, beberapa negara masih menggunakan prinsip multicurrency, yaitu
ada lebih dari satu jenis mata uang dalam praktik transaksi atau sebagai alat
pembayaran yang sah. Kebijakan ini melahirkan sejumlah konsekuensi.
Negara penganut sistem multi currency dituntut memiliki kapasitas yang
tangguh dalam mengontrol masalah moneter atau fiskal di dalam negeri, dan dinamika
mata uang asing di luar negerinya. Selain itu, Pemerintah akan mengalami tantangan
penting dalam mengontrol peredaran uang di masyarakat sehingga cenderung sulit
merumuskan kebijakan moneter dalam negeri terkait dengan peredaran uang dalam
negeri dan kebijakan uang asing yang masuk dan berlaku di tengah masyarakat.
Sebuah negara penganut sistem multi currency juga akan dihadapkan
adanya perbedaan standar nilai transaksi yang berkembang di tengah masyarakat,
akibat tidak adanya standar nilai nasional yang digunakan.

3.3Perjalanan Rupiah sebagai pemersatu bangsa


Jauh sebelum Indonesia lahir, konsep uang sudah dikenal di masa-masa kerajaan
Hindu sebagai pengganti sistem barter. Namun Rupiah bukansekadar alat tukar. Dalam
konteks sejarah, Rupiah juga merupakan alat perjuangan bangsa Indonesia
menegakkan kedaulatan dan persatuan.

Pasca kemerdekaan, Oeang Republik Indonesia (ORI) penerbitan pertama berlaku


mulai 30 Oktober 1946. Penerbitan ORI menunjukkan kedaulatan Indonesia sebagai
negara merdeka, sekaligus juga bertujuan untuk menyehatkan perekonomian Indonesia
yang saat itu sedang dilanda inflasi hebat. Tiap penduduk diberi Rp1 sebagai pengganti
sisa uang invasi Jepang. Namun peredaran ORI belum menjangkau seluruh wilayah
Indonesia karena terkendala transportasi dan keamanan di masa itu. Pada 1947,
Pemerintah memberikan otoritas kepada daerah-daerah tertentu untuk mengeluarkan
uang yang akan diberlakukan di daerah masing-masing, disebut Oeang Republik
Indonesia Daerah (ORIDA). Contohnya, ORIDABS-Banten, ORIPSU- Sumatera Utara,
ORIAB-Kabupaten Labuhan Batu. Instrumen ORIDA yang dikeluarkan itu berupa bon,
Surat Tanda Penerimaan Uang, Tanda Pembayaran Yang
Sah
dan ORIDA dalam bentuk Mandat.
ORI dan berbagai macam ORIDA hanya berlaku sampai 1 Januari 1950, dilanjutkan
dengan penerbitan uang Republik Indonesia Serikat (RIS). Uang RIS merupakan
konsekuensi salah satu hasil perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember
1949 yang menyebutkan Belanda mengakui kedaulatan RIS. Namun seiring dengan
dinamika politik Pemerintah RIS yang singkat hingga 17 Agustus 1950, masa edar uang
federal ini juga terbilang singkat.
Kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pemerintah
menyatukan mata uang sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik
Indonesia. Secara hukum, kesatuan moneter barulah terwujud setelah dikeluarkannya
“Undang-Undang Mata Uang 1951” untuk mengganti “Indische Muntwet 1912”.
Setelah ditandatanganinya KMB, perekonomian Indonesia yang terbuka
menyebabkan situasi dalam negeri sangat mudah terpengaruh oleh gejolak
perekonomian dunia, seperti devaluasi mata uang oleh beberapa negara Eropa Barat
terhadap dolar Amerika Serikat, serta krisis politik di Asia Timur, khususnya perang
Korea. Sementara, di sisi lain, pemakaian devisa untuk impor belum tampak menguat
lebih baik.
Terkait hal itu, pemerintah mengambil kebijakan moneter yang kemudian dikenal
dengan sebutan “Gunting Syafruddin” untuk memperbaiki kondisi keuangan nasional
terutama mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk—utang
menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Kebijakan ini dilakukan secara harfiah
dengan menggunting uang. Bagian kiri uang kertas diakui sebagai alat pembayaran
yang sah dengan nilai setengah dari nilai pecahan yang digunting. Sedangkan bagian
kanan dapat ditukarkan dengan Obligasi Republik Indonesia 1950.
Pada Desember 1951, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia
(BI) sebagai Bank Sentral dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953. Bank
Indonesia lahir pada 1 Juli 1953, berposisi sebagai Bank Sentral Indonesia
menggantikan De Javasche Bank.
Setelah Bank Indonesia berdiri, terdapat dua macam Uang Rupiah yang berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah NRKI, yaitu uang yang diterbitkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia (Kementerian Keuangan) dan yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Pemerintah RI menerbitkan uang kertas dan logam pecahan di bawah
Rp5, sedangkan Bank Indonesia menerbitkan uang kertas dalam pecahan Rp5 ke atas.
Untuk memperbaiki situasi tersebut, keluar hak tunggal Bank Indonesia untuk
mengeluarkan uang kertas dan uang logam sesuai Undang-Undang Bank Indonesia
Nomor 13 Tahun 1968 agar pengeluaran uang bisa efisien. Untuk selanjutnya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, dalam uang
Rupiah memuat tanda tangan pemerintah dan Bank Indonesia. Pemerintah dalam
Undang-Undang dimaksud adalah Menteri Keuangan.

Paham Rupiah
Seiring perkembangan zaman, konsep uang terus berkembang, termasuk dari sisi
instrumen pembayaran dan sistem pembayaran. Begitu juga dengan Rupiah yang terus
berkembang dan kini dihadapkan pada keberadaan uang elektronik serta uang digital.
Modul ini diharapkan mampu membekali peserta sosialisasi dalam memahami Rupiah
sebagai alat transaksi, mendukung kestabilan ekonomi, dan penyimpan nilai. Dengan
memahami Rupiah, kita dapat bijak bertransaksi, belanja, dan berinvestasi yang pada
akhirnya akan mendukung kekuatan ekonomi negara.

1. Transaksi dengan Rupiah


Dalam tatanan masyarakat modern, uang memiliki fungsi penting sebagai satuan
hitung, alat pembayaran, dan penyimpan nilai. Dalam perkembangannya, uang terus
berevolusi sebagai alat transaksi. Pada satu sisi, transaksi semakin mudah dan nyaman,
namun pada sisi lain, muncul risiko kerahasiaan data dan perlindungan konsumen.

1.1 Makna dan fungsi uang


Sebagai satuan hitung, uang digunakan untuk menilai suatu barang atau jasa
sehingga memudahkan proses transaksi. Tanpa uang sebagai alat pembayaran, proses
transaksi harus dilakukan dengan sistem barter yang merepotkan. Uang juga berfungsi
sebagai alat penyimpan nilai. Uang yang kita terima saat ini bisa digunakan untuk membeli
barang atau jasa pada masa mendatang. Sesuai sifatnya, manusia adalah makhluk yang
gemar

mengumpulkan dan menyimpan kekayaan dalam bentuk barang berharga, umumnya tanah,
rumah, emas, serta benda berharga lain, termasuk uang.

1.2 Evolusi sistem pembayaran


Dulu kala, ketika konsep uang dikenal dalam sistem perekonomian sederhana, orang
masih menggunakan berbagai benda sebagai instrumen pembayaran. Misalnya, kulit
kerang, gading, telur, garam, hingga logam berharga dan kertas.
Pemerintah Indonesia pertama kali mengeluarkan uang logam pada periode tahun
1951- 1952. Koin bernilai 5 sen dan 1 sen itu berbentuk bulat pipih dan terbuat dari
aluminium. Selanjutnya, Pemerintah mengeluarkan berbagai seri Uang Rupiah Kertas dan
Uang Rupiah Logam yang dikenal oleh masyarakat luas.
Namun, evolusi instrumen pembayaran belum berakhir di uang kertas dan uang logam.
Perkembangan teknologi memungkinkan instrumen pembayaran non tunai, diantaranya
ada yang disebut uang elektronik (electronic money). Dengan begini, masyarakat tidak
perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar, melainkan cukup membawa kartu debit,
kartu kredit, atau uang elektronik dalam jenis dan bentuk lainnya.
Bank Indonesia kemudian mengeluarkan Quick Response Code Indonesian Standard,
atau biasa disingkat QRIS sehingga membuat proses transaksi menjadi semakin mudah,
cepat, dan terjaga keamanannya. Semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang
akan menggunakan QR Code wajib menerapkan QRIS.
Perkembangan instrumen pembayaran ini memberikan berbagai pilihan bagi masyarakat.
Untuk keperluan transaksi bernilai kecil, praktik Alat Pembayaran Menggunakan Uang
(APMU) masih menjadi pilihan utama. Model APMU dinilai paling praktis untuk kebutuhan
berbelanja di warung- warung atau pasar.
Sedangkan untuk transaksi dengan nilai lebih besar antara perorangan atau lembaga
dengan jarak cukup berjauhan, model Alat Pembayaran Menggunakan Rekening (APMR)
cenderung menjadi pilihan masyarakat. Selain itu, ada model Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK) yang biasa dilakukan di kota-kota besar, misalnya
penggunaan kartu tol, ataupun kartu kredit dan kartu debit untuk berbelanja. Seiring
dengan perkembangan teknologi, Alat Pembayaran Menggunakan Digital (APMD) juga
semakin disukai.
Dalam perkembangan selanjutnya, lahirlah uang digital. Terdapat sejumlah
definisi uang digital atau uang virtual dari bank sentral dan lembaga keuangan
internasional. Namun secara umum, uang virtual didefinisikan sebagai uang digital yang
tidak diatur oleh regulator atau lembaga pemerintahan manapun. Topik mengenai uang
digital ini telah menjadi fokus seluruh Bank Sentral dalam beberapa tahun terakhir.
Terkait hal itu, Bank Indonesia terus melakukan penelitian dalam menentukan konsep
Rupiah Digital/Central Bank Digital Currency (CBDC) serta teknologi yang akan
digunakan dalam upaya mendukung transformasi digital di Indonesia. Lain halnya dengan
uang digital maupun uang virtual, CBDC merupakan bentuk baru dari Central Bank
Money.
Secara prinsip, CBDC memiliki nilai tambah jika dibandingkan uang kertas dan uang
logam, antara lain meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui percepatan perputaran
uang. Meski demikian, penetapan CBDC juga memiliki sejumlah potensi risiko yang harus
diantisipasi Bank Sentral seperti risiko keamanan sistem dan cybersecurity.
Untuk membangun ekosistem yang sehat dan mendukung stabilitas sistem keuangan,
Bank Indonesia merumuskan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Arah
kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan digital ini diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan inklusif dengan tetap memperhatikan mitigasi risiko.

1.3 Perlindungan konsumen dan kerahasiaan data


Elektronifikasi atau digitalisasi perbankan yang sudah berjalan saat ini merupakan
inovasi yang menawarkan banyak keuntungan namun memiliki risiko keamanan yang
harus diantisipasi masyarakat dan perbankan, salah satunya kejahatan siber (cyber crime).
Beberapa contoh kejahatan siber yang sering terjadi di masyarakat antara lain skimming,
malware, hacking, dan phishing. Metode skimming bertujuan untuk mencuri data nasabah
saat bertransaksi menggunakan ATM. Biasanya pelaku menggunakan skimmer untuk
merekam strip elektromagnetik pada kartu nasabah, kamera tersembunyi dan keypad.
Karena itu nasabah harus selalu waspada saat menggunakan mesin ATM, dengan
memperhatikan kondisi fisik mesin dan selalu menutupi jari ketika
mengetik pin.
Kejahatan siber yang menggunakan malware untuk mencuri data termasuk sulit
dideteksi, dan bisa merusak sistem komputer. Karena itu masyarakat harus selalu
waspada saat terkoneksi dengan jaringan internet. Jangan mengunduh atau membuka file
yang tidak jelas asal usulnya, dan pastikan memiliki back up data.

Adapun peretasan atau hacking adalah kegiatan membobol dan mengeksploitasi sistem
komputer milik orang atau lembaga lain. Hacking semula diidentikkan dengan kejahatan,
tapi seiring berjalannya waktu berkembang white hack, yaitu kegiatan hacking untuk
menguji sistem keamanan komputer.
Sementara teknik phising merupakan cara mendapat data pribadi, data akun, dan data
finansial seseorang, dengan teknik pengelabuan. Data-data yang didapat ini kemudian
digunakan sebagai alat kejahatan.
Menjawab tantangan tersebut, Bank Indonesia selalu memperhatikan isu
perlindungan konsumen dalam empat kegiatan strategis, yaitu fungsi pengaturan dan
kebijakan, pengawasan, penanganan pengaduan, serta edukasi dan literasi.
Dari aspek kebijakan dan ketentuan, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 22/20/PBI/2020 tentang Perlindungan Konsumen Bank Indonesia. Dari
aspek edukasi dan literasi, Bank Indonesia telah menyusun strategi Edukasi Perlindungan
Konsumen yang kemudian dijalankan melalui sejumlah program komunikasi di berbagai
kanal informasi.
Bank Indonesia juga melakukan pengawasan untuk memastikan prinsip- prinsip
perlindungan konsumen diimplementasikan secara tepat. Pengaduan konsumen kepada
Bank Indonesia dapat dilakukan secara langsung melalui contact center BICARA 131,
Kantor Perwakilan Dalam Negeri terdekat di kota domisili konsumen, surat elektronik
bicara@bi.go.id, atau portal pengaduan konsumen di website Bank Indonesia www.bi.go.id.
Kegiatan perlindungan konsumen tersebut dijalankan Bank Indonesia bersinergi dengan
kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Perdagangan, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan lainnya.

2. Berbelanja : Peran Rupiah dalam Stabilitas Ekonomi


Sebagai mata uang tunggal, Rupiah berperan penting dalam perekonomian nasional.
Kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa, serta kestabilan nilai tukar Rupiah
merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

2.1 Peran Rupiah dalam perekonomian


Rupiah berperan sebagai instrumen dalam pelaksanaan fungsi intermediasi lembaga
keuangan dalam menyalurkan dana dari masyarakat

atau lembaga kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, baik untuk tujuan konsumtif
maupun usaha produktif di berbagai sektor ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Lancar atau tidaknya fungsi intermediasi itu salah satunya tergantung
pada perputaran dana masyarakat yang mengalir melalui lembaga keuangan.
Di Indonesia, dikenal 3 jenis uang beredar, yaitu M0, M1, dan M2. M0 disebut juga uang
primer, merupakan kewajiban Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter
terhadap sektor swasta domestik dan bank umum. M0 atau uang primer terdiri dari uang
tunai berupa uang kartal (uang kertas dan logam) yang dipegang masyarakat maupun
bank umum, serta saldo rekening giro milik bank umum di Bank Indonesia.
Adapun M1 terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro
berdenominasi Rupiah). Sedangkan M2 terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi
(mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam Rupiah dan valas, dan giro dalam valas),
serta surat berharga yang diterbitkan sistem moneter, yang dimiliki sektor swasta domestik
dengan sisa jangka waktu sampai satu tahun.
Bagi lembaga keuangan seperti bank, ketersediaan M0, M1 dan M2 mencerminkan baik
tidaknya likuiditas bank tersebut. Likuiditas merupakan kemampuan lembaga keuangan
memenuhi kewajiban jangka pendek menggunakan harta lancar. Permasalahan likuiditas
di suatu bank bisa mengganggu operasional bank tersebut dan akan berpengaruh ke bank
lain sehingga mengganggu stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini, Bank Indonesia
berperan sebagai Lender of The Last Resort, menyediakan likuiditas di pasar uang
maupun kepada individual bank.

2.2 Inflasi
Inflasi menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan inflasi di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) berdasarkan Classification of Individual Consumption According to Purpose
(COICOP). BPS juga mempublikasikan inflasi berdasarkan disagregasi inflasi.
Inflasi dapat terjadi karena adanya tekanan dari sisi penawaran, dari sisi permintaan,
dan dari ekspektasi inflasi. Pada tingkat wajar dan stabil, inflasi dapat menjaga kestabilan
nilai mata uang dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Misalnya, tingkat inflasi 4% di
negara dengan tingkat bunga kredit 10% akan mendorong kegiatan ekonomi.

Namun inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negatif bagi kegiatan perekonomian
dan masyarakat. Inflasi tinggi mendorong penanaman modal spekulatif, menimbulkan
masalah pada neraca pembayaran, meningkatkan suku bunga pinjaman sehingga
menurunkan minat investasi pada usaha- usaha produktif, serta menimbulkan
ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.
Bagi masyarakat, inflasi yang tinggi juga menurunkan nilai riil dari tabungan dan
pinjaman, memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan, serta menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengendalikan inflasi, dibutuhkan peran serta semua pihak, termasuk
masyarakat. Permintaan tinggi atas suatu produk yang mendorong kenaikan harga akan
mengakibatkan tekanan inflasi, apabila terjadi secara terus menerus dan berdampak pada
produk lain. Dengan demikian, dibutuhkan sikap bijak berbelanja untuk membantu
mengendalikan inflasi, antara lain menghindari perilaku konsumtif berlebihan dan
mengutamakan pembelian barang-barang produksi dalam negeri.

2.3 Nilai tukar


Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai suatu mata uang terhadap mata uang
negara lain. Kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata uang suatu negara akan
menentukan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Kurs transaksi Bank Indonesia disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas
terhadap Rupiah. Kurs tersebut digunakan sebagai acuan transaksi Bank Indonesia
dengan pihak ketiga seperti pemerintah. Titik tengah Kurs Transaksi Bank Indonesia
USD/IDR menggunakan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).
JISDOR merupakan harga spot USD/IDR yang disusun berdasarkan kurs transaksi
USD/IDR terhadap Rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia, melalui sistem
Monitoring Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia
secara real time. JISDOR diterbitkan sejak 20 Mei 2013 untuk memberi referensi harga
pasar representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar valuta asing Indonesia.
Fluktuasi nilai tukar terjadi akibat sejumlah faktor, seperti permintaan dan penawaran
terhadap mata uang, kinerja ekonomi, inflasi, peredaran suku bunga, dan aliran modal.
Fluktuasi nilai tukar mencerminkan stabilitas nilai Rupiah dan berdampak kepada arus
modal, perdagangan barang, inflasi, suku bunga, investasi, output nasional, dan
kesempatan kerja. Nilai tukar Rupiah yang tidak stabil akan menyebabkan daya saing
produk dalam negeri melemah sehingga berdampak pada penurunan produksi dan
turunnya kesempatan kerja di dalam negeri.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, masyarakat dapat mengoptimalkan perannya
dengan cara mengurangi konsumsi produk impor dan mengalihkannya ke produk-produk
dalam negeri, serta selalu menggunakan Rupiah saat bertransaksi. Selain itu, produktivitas
masyarakat menghasilkan barang ekspor berkualitas juga akan membantu mendorong
naiknya nilai tukar mata uang dalam negeri.

3.Berhemat
Sikap berhemat merupakan sikap dan pikiran cermat dalam memanfaatkan sesuatu
sehingga mampu mendapatkan nilai lebih banyak, lebih besar, dan lebih berarti. Sikap
hemat tak cuma memberikan manfaat bagi ketahanan ekonomi pribadi dan keluarga, tapi
juga berdampak luas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

3.1 Rupiah sebagai penyimpan nilai


Uang merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam menyimpan kekayaan, selain
tanah, rumah, dan benda berharga lainnya. Masyarakat yang gemar menyimpan uangnya
dalam bentuk tabungan di bank akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk
mendukung pendekatan ini, Pemerintah mendirikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
yang berfungsi sebagai penjamin simpanan nasabah, dan turut aktif memelihara stabilitas
perbankan sesuai kewenangannya. Tabungan, giro, dan deposito yang disimpan nasabah
di Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat merupakan bentuk Dana Pihak Ketiga
Semakin besar DPK yang dimiliki Bank, maka Bank akan semakin leluasa memberikan
kredit. DPK yang besar juga mendukung Bank berperan maksimal dalam menjaga
stabilitas moneter. Secara praktis, ketersediaan DPK ini dapat disalurkan perbankan ke
pihak-pihak yang membutuhkan baik untuk tujuan konsumtif maupun usaha produktif di
berbagai sektor ekonomi.

3.2 Investasi
Investasi dan tabungan memiliki perbedaan mendasar. Tabungan lebih merupakan
upaya menyimpan hasil pendapatan untuk kebutuhan di masa depan, sedangkan investasi
merupakan penempatan dana untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Bisa
dibilang, investasi merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Secara umum, investasi dapat dibedakan menjadi investasi pada aset riil seperti
rumah, tanah, emas, dan investasi pada aset keuangan seperti saham, dan obligasi.
Dalam sistem keuangan modern, masyarakat mengenal beberapa produk investasi
seperti saham, reksa dana, obligasi, dan sukuk. Masing- masing memiliki potensi
keuntungan dan risiko.

Saham diartikan sebagai penyertaan modal seseorang atau badan dalam perusahaan
atau perseroan terbatas. Saham merupakan produk investasi yang cukup populer saat
ini. Saham menawarkan dua potensi keuntungan bagi pemiliknya. Pertama, pemilik
saham bisa mendapatkan laba (dividen) yang dibagikan perusahaan setiap tahun.
Kedua, pemilik saham bisa memperoleh capital gain melalui kenaikan harga saham yang
diperdagangkan di bursa.

Namun, saham juga memiliki faktor risiko yang harus diantisipasi sejak awal, yaitu potensi
capital loss, suspend, dan bangkrut.
Reksa dana diartikan sebagai wadah untuk menghimpun dana masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh manajer investasi. Terdapat
reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana saham. Investasi
reksa dana memiliki sejumlah manfaat, antara lain potensi hasil investasi tinggi,
mendukung prinsip diversifikasi investasi, dan mudah dicairkan. Adapun risiko reksa
dana lebih tinggi daripada tabungan dan kerugian ini tidak dijamin Pemerintah. Selain itu,
keuntungan juga tidak pasti dan bisa saja produk reksa dana dibubarkan.
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah panjang yang diterbitkan
Pemerintah atau Korporasi. Surat utang ini memuat janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang
pada waktu yang telah ditentukan. Manfaat investasi obligasi antara lain mendapatkan
imbalan secara reguler, mendapatkan capital gain apabila dijual di pasar sekunder, dan
mendapatkan hak klaim pertama terhadap aktiva perusahaan tersebut apabila
perusahaan bangkrut. Obligasi juga memiliki risiko antara lain risiko ketidakmampuan
perusahaan membayar imbalan dan mengembalikan pokok obligasi. Selain itu, harga jual
kembali obligasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang fluktuatif.
Sukuk merupakan Efek Syariah berupa sertifikat yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang mendasarinya. Sukuk
dapat menawarkan fixed return dan dapat diperjualbelikan sebelum jatuh tempo. Tingkat
imbalan kompetitif, tetap, dan dibayar tiap bulan, serta mendukung pembiayaan
pembangunan nasional dan akses investasi sesuai prinsip syariah. Sukuk memiliki
sejumlah risiko yaitu risiko gagal bayar, risiko kesulitan menjual Sukuk Ritel di pasar
sekunder pada harga wajar, dan risiko pasar apabila tingkat suku bunga naik sehingga
menurunkan harga Sukuk Ritel di pasar sekunder.
Untuk menjaga iklim investasi tetap kondusif, dibutuhkan sinergitas antar lembaga dan
komponen bangsa, antara lain Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman
Modal, OJK, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Bursa
Efek, dan Bank Indonesia.

3.3 Literasi keuangan


Literasi keuangan merupakan modal penting bagi seseorang untuk mengelola
keuangan pribadi agar selalu tercukupi kebutuhannya dan terhindar dari investasi tidak
jelas yang merugikan. Tanpa literasi keuangan memadai,

seseorang bisa saja terus bekerja keras tapi tidak memiliki simpanan cukup di masa
pensiun.
Seseorang dengan literasi keuangan yang baik akan mampu merencanakan
keuangan, mengenali risiko investasi dan dapat menerapkan strategi investasi yang
menguntungkan di masa mendatang. Dalam skala besar, masyarakat yang memiliki
literasi keuangan mumpuni akan memperkuat ketahanan ekonomi sebuah negara.
Perencanaan keuangan diawali dengan memahami kondisi keuangan saat ini,
dilanjutkan dengan menetapkan tujuan keuangan, menyusun rencana dan alternatif
untuk mencapai tujuan tersebut, melaksanakan rencana secara disiplin, dan terus
melakukan penyempurnaan.
Beragam produk investasi bisa menjadi pilihan untuk mencapai tujuan keuangan
seseorang. Namun ia wajib memahami risiko-risiko investasi agar dapat memilih produk
investasi yang sesuai kebutuhan. Kegagalan berinvestasi pada umumnya tidak hanya
terjadi karena terjebak investasi bodong, tetapi juga bisa terkait dengan risiko inflasi dan
risiko modal. Mengantisipasi risiko itu, perlu dilakukan diversifikasi sehingga investasi
yang beragam dapat melindungi nilai.
Selain memahami produk dan risiko investasi, seseorang juga harus mengetahui profil
risiko yang paling sesuai. Ada tiga tipe investor, yaitu inventor konservatif, investor
moderat, dan investor agresif. Investor konservatif cenderung memilih produk investasi
aman seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap. Agar mendapatkan
potensi keuntungan lebih besar, tipe investor konservatif disarankan berinvestasi dalam
jangka panjang.
Tipe kedua, investor moderat, umumnya siap menghadapi risiko jangka pendek
namun tetap berhati-hati dengan instrumen yang bersifat fluktuatif. Produk yang diminati
biasanya obligasi, deposito, dan sedikit saham. Adapun tipe ketiga, investor agresif
merupakan investor yang mencari investasi fluktuatif dengan harapan bisa mendapatkan
peluang pengembalian lebih tinggi, misalnya di pasar uang dan saham.
Jika sudah memahami produk investasi beserta risikonya, serta memahami profil
risiko paling sesuai dengan dirinya, seseorang bisa menerapkan strategi berinvestasi.
Minimal
ada tiga strategi yang bisa diterapkan.
Pertama, strategi diversifikasi untuk melindungi aset dan tetap bisa
melakukan ekspansi aset agar mendapatkan imbal balik maksimal.
Strategi kedua, Dollar Cost Averaging (DCA) yaitu investasi secara bertahap. Bila dalam
satu waktu terlihat ada peluang pasar positif, maka sebagian dana

diinvestasikan kembali. Strategi ini cocok untuk pemilik modal terbatas. Variasi dari
strategi ini adalah Value Cost Averaging (VCA). Strategi VCA fokus pada jumlah dana
untuk investasi tetap setiap bulan.
Strategi ketiga adalah Lump Sum, yaitu menempatkan seluruh dana kepada satu jenis
investasi tertentu. Jika investor jeli mengalinisis profil risiko investasi dan mampu
membaca tren secara tepat, maka ia bisa mendapat keuntungan maksimal.
Apapun strategi yang diterapkan, seorang investor harus selalu melakukan reviu
secara berkala untuk memantau perkembangan iklim investasi. Dengan begitu, nilai
investasi bisa terjaga optimal dan memenuhi tujuan perencanaan keuangan sesuai
harapan.

DAFTAR PUSTAKA
Alam S, 2013. Buku Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.
Buku Cinta Rupiah, Bank Indonesia 202
Buku Bangga Rupiah, Bank Indonesia 2022
Buku Paham Rupiah, Bank Indonesia 2022
Geminasti, Kinanti. 2014. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu – ilmu
Sosial. Bandung: Yrama Media.
Tim Sosio Prawara Cendekia. 2012. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X. Bandung: Srikandi
Empat Widya Utama.
Sudremi, Nurhadi. 2015. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/02/sistem-pembayaran.html 27 Mei 2016, 8:45
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pembayaran 27 Mei 2016, 9:15 Wib
http://inline-infoonline.blogspot.co.id/2015/03/pengelolaan-uang-rupiah-oleh-bank.html 28
Mei 2016, 9:09 Wib
http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/edukasi/Pages/edukasi_SIKILAT.aspx 28 Mei
2016, 9:52 Wib
LEMBAR KERJA SISWA

A. Alat Pembayaran
1. Alat pembayaran Tunai
a) Pengertian Uang
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
b) Sejrah Uang
1) Tahap Barter
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2) Tahap uang barang
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3) Tahap uang logam
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

4) Tahap uang kertas


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5) Tahap uang giral
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6) Tahap uang elektronik
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c) Fungsi, Jenis dan Syarat Uang
1) Fungsi Uang
a. Fungsi asli
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
b. Fungsi Fungsi Turunan
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
a) Satuan hitung
........................................................................................................................
........................................................................................................................
b) Standar atau ukuran pembayaran yang ditunda
........................................................................................................................
........................................................................................................................
c) Alat penyimpan kekayaan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
d) Alat pengalih nilai kekayaan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2) Jenis Uang
a. Uang Kartal
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
b. Uang Giral
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
3) Syarat Uang
a. Portability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
b. Durability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
c. Divisibility
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
d. Stability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
e. Acceptability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
f. Syarat psikologis
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
g. Syarat teknis
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
B. CINTA RUPIAH
1. Menganal Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
1.1 Sejarah Uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
1.2 Karakteristi Rupiah

..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
1.3 Pembuatan atau Pencetakan uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Merawat Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.1 Kualitas Uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.2 Peredaran uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.3 Strategi Merawat Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3. Menjaga Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3.1 Strategi Bank Indonesia
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Dampak Negatif dan Risiko Uang Palsu
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
C. Bangga Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1. Simbol Kedaulatan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.1 Rupiah Sebagai Simbol Kedaulatan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.2 Rupiah Sebagai Mata Uang Indonesia
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.3 Bela Negara Tanpa Senjata
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Alat Pembayaran
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.1 Rupiah Sebagai Alat pembayaran yang Sah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.2 Masa Berlaku Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.3 Koleksi dan Numismatik Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Pemersatu Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.1 Rupiah Sebagai Identitas dan Karakteristik Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Konsep Satu Negara Satu Mata Uang (One Nation One Currency)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.3 Perjalanan Rupiah sebagai Pemersatu Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

D. F. Bangga Rupiah
d) Paham Rupiah
1. Transaksi degan Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

1.1 Makna dan Fungsi Uang


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.2 Evolusi Sistem Pembayaran
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.3 Perlindungan Konsumen dan kerahasiaan Data
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Belanja : Peran Rupiah dalam Stabilitas Ekonomi
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.1 Peran Rupiah dalam Perekonomian
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.2 Inflasi
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.3 Nilai Tukar
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Berhemat
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.1 Rupiah Sebagai Penyimpan Nilai
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Investasi
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.3 Literasi Keuangan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

e) Pengelolaan Uang rupiah Oleh Bank Indonesia


Kegiatan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia diatur dalam peratauran Bank
Indonesia No 14/7/PBI/2012 tentang pengelolaan uang rupiah. Tahap-tahap pengelolaan
uang rupiah:
1) Perencanaan uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2) Pencetakan Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3) Pengeluaran Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4) Pengedaran Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5) encabutan dan Penarikan Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6) Pemusnahan Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
f) Unsur Pengaman Uang Rupiah
1. Unsur pengaman terbuka (over security feature)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Unsur pengamanan yang tidak terbuka (covert security features)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
E. UNSUR-UNSUR PENGAMAN UANG RUPIAH
Uang Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan
mengamankan uang rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, ciri-ciri keaslian
uang Rupiah dapat dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang
dan teknik cetak yang digunakan, yaitu :

a) Tanda Air (Watermark) dan Electrotype, Pada kertas uang terdapat tanda air
berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.
b) Benang Pengaman (Security Thread), Ditanam di tengah ketebalan kertas
atau terlihat seperti dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari
atas ke bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah
sinar ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna.
c) Cetak Intaglio, Cetakan yang terasa kasar apabila diraba.
d) Gambar Saling Isi (Rectoverso), Pencetakan suatu ragam bentuk yang
menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan
saling mengisi jika diterawangkan ke arah cahaya.
e) Tinta Berubah Warna (Optical Variable Ink), Hasil cetak mengkilap (glittering)
yang berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
f) Tulisan Mikro (Micro Text), Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat
dibaca dengan menggunakan kaca pembesar.
g) Tinta Tidak Tampak (Invisible Ink), Hasil cetak tidak kasat mata yang akan
memendar di bawah sinar ultraviolet.
h) Gambar Tersembunyi (Latent Image), Teknik cetak dimana terdapat tulisan
tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.

F. Alat Pembayaran Nontunai


a. Pengertian alat pembayaran nontunai
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
b. Jenis-jenis alat pembayaran nontunai
1. Cek
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Bilyet Giro
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Kartu Kredit
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Kartu Debit
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5. Uang Elektronik
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

G.Evaluasi
A. Berganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b,
c, d, atau e pada lembar jawab yang tersedia!
B. Berganda
1. “Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan
untuk melakasanakanin pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi” merupakan pengertian sistem pembayaran menurut...
a. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 6
b. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 5
c. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 4
d. UU No.23/1999 pasal 6 ayat 1
e. UU No.23/1999 pasal 6 ayat 6
2. Dalam sistem pembayaran nasional yang mempunyai hak tunggal untuk mencetak dan
mengedarkan uang kertas dan uang logam adalah ...
a. Bank Indonesia d. Lembaga Keuangan
b. Bank Umum e. Menteri Keuangan
c. Bank Indonesia dan bank umum
3. Yang bukan komponen yang membangun sistem pembayaran adalah...
a. Alat pembayaran d. Mata uang internasional
b. Sistem pembayaran e. Saluran pembayaran
c. Lembaga yang memproses sistem pembayaran
4. Secara garis besar sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu....
a. Sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran debit
b. Sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran nontunai
c. Sistem pembayaran langsung dan sistem pembayaran tidak langsung
d. Sistem pembayaran manual dan sistem pembayaran elektrik
e. Sistem pembayaran manual dan sistem pembayaran non-tunai
5. Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan
dua sistem yaitu....
a. Sistem Langsung dan Tidak Langsung
b. Sistem Kliring dan Sistem SKBNI
c. Sistem SKBNI dan Sistem BI-RTGS
d. Sistem RVPS dan Sistem BI-RTGS
e. Sistem HVPS dan Sistem BI-RTGS

C. Berganda Kompleks
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b,
c, d, atau e pada lembar jawab yang tersedia! (Kamu dapat memilih lebih dari 1
jawaban benar )
6. Dalam menjalankan tuganya, Bank Indonesia sebagai Bank sentral berperan dalam
membuat peraturan-peraturan yang mendukung kelancaran system pembayaran. Selain
itu Bank Indonesia juga menyediakan layanan system pembayaran yakni BI-RTGS dan
SKNBI. Peran Bank Indonesia yang dijelaskan ditas dikenal dengan….
a. Regulator
b. Perizinan
c. Pengawasan
d. Operator
e. Fasilitator
7. Sejalan mejunya peradaban, kegiatan ekonomi masyarakat semakin kompleks. Manusia
mulai membutuhkan alat penukaran yang memberikan kemudahan bagi semua pihak.
Latar belakang inilah yang mendorong terciptanya uang giral. Manakah dibawah ini yang
termasuk uang giral….
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. Uang elektronik
d. Cek
e. Giro
8. Berdasarkan perbandingan nilai bahan dengan nilai tukar, uang dibedakan menjadi dua,
yaitu uang yang memiliki nilai yang sama dengan biaya pembuatan uang tersebut dan
uang yang nilainya tidak sama dengan biaya pembuatan uang tersebut. Manakah
dibawah ini uang bernilai penuh (Full Bodies Money)….
a. Untuk membuat uang Rp.10.000 dibutuhkan biaya Rp.9.000
b. Untuk membuat uang Rp.1.000 dibutuhkan biaya Rp.1.000
c. Untuk membuat uang Rp.10.000 dibutuhkan biaya Rp.11.000
d. Untuk membuat uang Rp.20.000 dibutuhkan biaya Rp.20.000
e. Untuk membuat uang Rp.50.000 dibutuhkan biaya Rp.45.000
9. Uang kartal biasa digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembayaran. Uang kartal
diterbitkan oleh otoritas keuangan nasional, manakah berikut ini yang termasuk uang
kartal….
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. Uang elektronik
d. Cek
e. Giro
10. Sebagai seorang pengusaha, Ny Nindi memiliki langganan yang beragam. Untuk
memudahkan transaksi Ny Nindi menggunakan alat pembayaran tunai maupun non
tunai, tidak jarang dalam kegiatan usaha Ny Nindi menerima kertas untuk pembayaran
transaksi
yang dilakukan, dimana kertas tersebut memerintahkan Bank untuk membaya sejumlah
uang sesuai nomina yang tertera di kertas tersebut. Selain itu Ny Nindi juga pernah
membayar pesanananya dengan menggunakan kertas yang memerintahkan bank untuk
memindahbukukan sejumlah dana kepada orang yang tertera namanya pada kertas
tersebu. Kerts yang digunakan oleh Ny Nindi dalam kegitan usahanya disebut….
a. Uang kertas
b. Uang elektronik
c. Cek
d. Bilyet Giro
e. Kartu Debit
D. Menjodohkan
Pilihlah pasangan dari dua pernyataan berikut, dan tuliskan pasangannya di
lembar jawaban! Seperti “ 1 dengan A dan 2 dengan B “
11. Dalam menjalankan tugasnya Bank Indonesi memiliki tugas dan wewenang yang diatur
berdasarkan undang-undang, manakah berikut ini wewenang bank Indonesia yang tepat
!
Kebijakan a 1 Mewajibkan penyelenggara jasa system pembayaran
moneter untuk menyampaiakn laporan kegiatan.
Kelancaran b 2 Menentukan tingkat diskonto, menetapkan cadangan
system minimum, dan mengatur kredit dan pembayaran.
pembayara
n
3 Mengawasi bank, mengenakan sanksi terhadap bank
sesuai peraturan perundang-undangan.

12. Berikut adalah wewenang bank sentral, manakah pasangan wewenang bank sentral
yang tepat?
right to impose sanction a 1 Kewenangan untuk mengatur
right to control b 2 Kewenangan untuk mengenakan sanksi
3 Kewenangan untuk mengawasi

13. Uang Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan mengamankan
uang rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, ciri-ciri keaslian uang Rupiah dapat
dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak yang
digunakan, yaitu :
Watermark A 1 Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang
akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.
Micro Text B 2 Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca
dengan menggunakan kaca pembesar.
Invisible Ink C 3 Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di
bawah sinar ultraviolet.
4 Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di
bawah sinar ultraviolet.
5 Hasil cetak mengkilap (glittering) yang berubah-ubah
warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

14. Dalam menyelenggarakan system pemabayran di Indonesia , bank Indonesia


mengoperasionalkan tiga instrument pembayaran yaitu BI-RTGS, SKNBI, BI-SSSS.
Makah pasangan system pembayaran yang tepat….
SKNBI A 1 Proses penyelesaian ahir transaksi pembayaran yang
dilakukan per transaksi dan bersifat real time.
BI-SSSS B 2 Sarana transaksi Bank Indonesia dalam penatausahaan
surat berharga secara elektronik.
3 System transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap
transakasi secara nasioanl.

15. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/7/PBI/2012 bahwa Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pengelolaan uang rupiah, meliputi
tahap perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan,
serta pemusnahan uang rupiah.….
Perencanaan A 1 BI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai
pelaksana pencetakan uang rupiah. BUMN yang
melaksanakan pencetakan uang rupiah tersebut
adalah PERUM PERURI
Pencetakan B 2 penentuan jumlah uang rupiah yang akan dicetak, perlu
diperhatikan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi,
rencana jenis dan pecahan uang rupiah, serta perkiraan
jumlah uang rupiah yang dimusnahkan.
Pencabutan C 3 BI senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi
kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai,
tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (clean
money policy).
4 uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah
dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta
menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan.
5 uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran,
uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang
sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang
diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa
pihak ketiga, dengan pengawasan dari BI.

E. Setuju tidak Setuju


Setuju atau tidak setujukah kamu dengan pernyataan beriku?
Jelaskan jawabanmu! (apabila tidak disertai alasan dianggap salah)
16. Andi merupakan salah satu tenaga kerja migran Indonesia yang bekerja di Amerika
Serikat, setiap bulan Andi mengirimkan uang kepada orang tuanya di Indonesia dengan
jumlah US$ 1000. Namun andi tidak memilih mengirim dana berupa dolar amerika
namun menukarkannya terlebih dahulu dengan mata uang rupiah. Tindakan Andi
merupakan salah satu wujud bangga rupiah. (setuju atau tidak setujukah kamu dengan
pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)
17. Dalam memenuhi kebutuhan manusia pada awalnya melakukan tukar menukar
barang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Barang yang di tukar bisa
berupa ayam dengan kulit kerang, ikan dengan garam, sayur dengan tembakau.
Kegiatan ini dikenal dengan istilah barter. (setuju atau tidak setujukah kamu dengan
pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)
18. Pencetakan suatu ragam bentuk yang menghasilkan cetakan pada bagian muka
dan belakang beradu tepat dan saling mengisi jika diterawangkan ke arah
cahaya. System pengaman uang rupiah ini dikenal dengan rektoverso. (setuju
atau tidak setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)
19. Sebagai pegawai BUMN, Bayu mendapatkan gaji yang ditambah tunjangan
lainya Rp.20.000.000/bulan. Uang tersebut digunakan Bayu untuk memenuhi
kebuthunannya, selain memenuhi kebutuhan Bayu juga menyisihkan gajinya
sebesar 25% untuk disimpan, tindakan bayu dalam menyisihkan gaji termasuk
fungsi uang sebagai alat pengalih kekayaan(setuju atau tidak setujukah kamu
dengan pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)
20. Syarat uang harus memenuhi ketentuan yang berlaku secara umum. Salah satu
syaratnya yaitu harus mampu memuaskan keinginan dari orang yang
memeilikinya sehingga seseorang mau mengakui dan menerimanya. ketika uang
sudah diterima maka persyaratan teknik telah terpenuhi. (setuju atau tidak
setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)

Anda mungkin juga menyukai