b. Tahap
Barter,
dalam tahap ini untuk memperoleh barang –
barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri,
seseorang mencari barang dari orang yang mau
menukarkan barang yang dimilikinya dengan
barang lain yang dibutuhkannya.
Pertukaran secara barter dapat dilakuGakmabnar 1.5 : Salah satu contoh barter
jika ada kebutuhan yang timbul secara bersama-
sama. Hal ini akan sulit dilakukan, karena harus menemukan orang yang membutuhkan
barang miliknya dan orang tersebut memiliki barang yang dibutuhkan oleh orang yang
pertama. Misalnya, seseorang yang mempunyai seekor ayam membutuhkan beras, maka ia
harus mencari orang lain yang mempunyai beras dan membutuhkan seekor ayam. Jika
keduanya bertemu, akan terjadi proses pertukaran melalui barter. Pertukaran secara barter
memiliki kelemahan yaitu :
a. Sulit menemukan dua pihak yang saling membutuhkan untuk dapat terjadinya
pertukaran. Contoh: Jika Pak Mukthi membutuhkan apel sementara ia hanya memiliki
beras, maka ia harus mencari orang yang memiliki apel dan membutuhkan beras.
Betapa sulitnya kita untuk mencari orang yang memiliki kehendak yang sama dengan
kita apalagi bila perekonomiannya luas.
b. Sulit menentukan tingkat perbandingan harga yang sesuai, maksudnya bahwa dalam
sistem barter akan menemui banyak kesulitan untuk menentukan perbandingan
harga/nilai yang satu dengan lain yang akan ditukar. Misalnya 1 ekor kambing setara
dengan 10 helai baju. Kondisi kambing tidak selalu sama sama ada yang gemuk dan
ada juga yang kurus. Demikian pula ukuran baju.
c. Tahap Uang Barang, pada masa ini timbul benda – benda yang selalu dipakai dalam
pertukaran. Benda yang dipakai sebagai alat pertukaran adalah benda – benda yang diterima
oleh umum, benda yang dipilih bernilai tinggi, atau benda yang merupakan kebutuhan primer
sehari – hari. Misalnya, garam oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun
sebagai alat pembayaran upah.
6
Gambar 1.6 : Contoh Uang barang yang berlaku diberbagai negara
Cara pertukarannya, barang yang dimiliki mula-mula ditukarkan dengan uang barang,
kemudian uang barang ditukarkan dengan barang yang dibutuhkan. Contoh Adi memiliki 1
ekor kerbau, ia membutuhkan 2 ekor kambing. Adi menukarkan kerbaunya dengan uang
barang, lalu ia menukarkan uang barang dengan 2 ekor kambing. Meskipun alat tukar sudah
ada, kesulitan pertukaran tetap ada diantaranya:
Nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan.
Jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah.
Sulit untuk penyimpanan (storage) dan pengangkutan (transportation).
Mudah hancur atau tidak tahan lama.
d. Tahap Uang Logam, bahan yang memenuhi syarat
sebagai uang logam adalah emas dan perak. Uang yang
terbuat dari emas dan perak disebut uang logam.
e.Tahap uang Kertas, mula – mula uang kertas yang beredar yang beredar merupakan bukti
– bukti kepemilikan emas dan perak sebagai perantara untuk melakukan transaksi. Dengan
kata lain, uang kertas yang beredar saat itu merupakan uang yang dijamin 100 % dengan
emas atau perak yang sewaktu – waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya.
Selanjutnya masyarakat tidak lagi menggunakan emas secara langsung sebagai alat
pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan kertas bukti tersebut sebagai alat tukar.
2. Pengertian Uang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) uang diartikan : (1) Alat tukar atau
standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu
negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar
tertentu; (2) harta; kekayaan.
R.J Thomas mengatakan bahwa “money is something that is readily and generally
accepted by public in payment for goods, services dan other valuable assets and for the
payment for debts”.Artinya, uang adalah suatu benda yang dengan mudah dan umum
diterima oleh masyarakat untuk pembayaran pembelian barang, jasa dan barang berharga
lainnya, serta untuk pembayaran utang.
Sir Dennis Holme Robertso mengatakan bahwa “money is something accepted in
payment for goods”. Artinya, uang adalah segala sesuatu yang bias diterima dalam
pembayaran untuk mendapatkan barang.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa uang mempunyai ciri dapat
diterima oleh umum, dapat digunakan sebagai alat tukar dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
pemerintah mauun setiap anggota masyarakat lainnya sebagai alat tukar, alat ukur
dan standar pembayaran dalam proses pertukaran barang dan jasa.
b. Tahan lama dan tidak mudah rusak (durability), uamg hendaknya tidak cepat rusak
dan tidak perlu diganti setiap saat. Jika uang tidak cepat rusak, nilai uang tidak lekas
merosot.
c. Mudah disimpan dan nilainya tetap (stability), uang perlu dijaga agar nilainya tetap.
Jika nilainya tidak tetap uang tidak akan diterima secara umum. Hal ini sekaligus
mengurangi fungsi uang sebagai alat tukar dan satuan hitung.
d. Mudah dipindah dan dibawa kemana-mana(portability), dengan mudah dibawa, uang
dapat digunakan kapan dan dimana saja.
e. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), uang harus dapat dipecah menjadi
unit yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai untuk memudahkan transaksi.
f. Jumlahnya terbatas sehingga tetap berharga dan tidak mudah dipalsukan.
g. Syarat psikologis, bahwa uang harus bias memuaskan keinginan orang yang
memilikinya. Orang akan terlihat lebih tenang dan puas jika membawa uang daripada
barang.
4. Fungsi Uang.
a. Fungsi Asli (Fungsi Primer)
1) Sebagai alat tukar umum (medium of exchange), jika menginginkan suatu barang,
kita akan menukarkannya dengan uang kita miliki. Jika anda pergi kepasar dan
menukarkan uang dengan barang, dan barang tersebut langsung an2da terima,
maka uang telah melakukan fungsinya sebagai alat tukar.
2) Sebagai satuan hitung (unit of account), artinya uang digunakan sebagai ukuran
harga suatu benda. Dengan adanya uang, anda dapat menentukan nilai atau harga
suatu barang yang diinginkan. Contohnya, harga sebuah baju Rp. 50.000; dari sini
anda dapat menyatakan jika membeli dua buah baju jumlahnya menjadi Rp.
100.000;
b. Fungsi Turunan (Fungsi Sekunder),
1) Sebagai alat pembayaran (means of payment), uang digunakan sebagai alat
pembayaran semua kebutuhan manusia. Misalnya, membayar utang, membeli
makanan,membayar angkutan umum, membayar SPP dan sebagainya. maka uang
dalam hal telah melakukan fungsinya sebagai alat pembayaran.
2) Sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value), orang yang mempunyai
pendapatan berlebih atau apabila semua kebutuhannya terpenuhi mereka akan
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung. Menabung berarti berjaga –
jaga apabila ada kebutuhan lain yang tidak terduga harus segera dipenuhi.
3) Sebagai alat pemindah kekayaan, uang dapat pula sebagai media untuk mengganti
bentuk kekayaan. Dengan adanya uang maka harta yang dimiliki disuatu daerah
dapat di pindahkan kesuatu daerah atau tempat lain. Misalnya, pada saat orang
ingin membuka toko kelontong dan dia memiliki tanah, maka tanah tersebut dapat
dijual kemudian hasil dari penjualan tanah digunakan untuk membua toko
kelontong. Maka pada kasus ini uang yang anda gunakan untuk menukarkan
barang tersebut telah melakukan fungsinya sebagai alat pemindah kekayaan.
Kekayaan anda berubah dari tanah menjadi toko kelontong.
4) Sebagai alat pembentuk modal, uang dapat digunakan perusahaan untuk dijadikan
modal atau investasi. Uang dapat juga digunakan masyrakat sebagai pendorong
untuk melakukan usaha dengan tujuan memperoleh laba atau penghasilan yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
5) Alat pengukur harga barang dan jasa (penunjuk harga), harga barang yang dijual di
pasar, di toko, di supermarket atau di mal untuk memudahkan pembeli biasanya
dinilai dengan uang. Hal ini berarti uang digunakan sebagai penunjuk harga.
5. Jenis – jenis Uang
a. Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang
1) Uang Logam, adalah uang yang bahannya terbuat dari logam tertentu seperti emas,
perak tembaga, nikel dan sebagainya. uang logam yang terdapat di Indonesia berupa
pecahan kecil mulai dari Rp. 100; sampai Rp. 1.000;. keuntungan memegang uang
logam adalah tidak mudah rusak dan kekuranganyaterlalu berat untuk dibawa kemana
– mana.
b. Tahap Pencetakan
Pada tahap pencetakan rupiah, BI melakukannya di dalam negeri dengan menunjuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah. BUMN yang
melaksanakan pencetakan uang rupiah tersebut adalah PERUM PERURI (Perusahaan
Umum Percetakan Uang Republik Indonesia).
Penunjukan BUMN sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah dilakukan sesuai
dengan ketentuan BI mengenai pengadaan jasa pencetakan uang rupiah. Jika BUMN yang
ditunjuk menyatakan tidak sanggup melaksanakan pencetakan uang rupiah, maka BUMN
tersebut dapat menunjuk lembaga lain untuk bekerja sama dalam pelaksanaan pencetakan
uang rupiah dengan memenuhi persyaratan pencetakan uang rupiah yang disepakati
sebelumnya dengan BI. Penunjukan lembaga lain dilakukan oleh BUMN melalui proses yang
terbuka, dapat dipertanggungjawabkan, serta menguntungkan negara.
Selain itu, harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan BI. Bila BUMN tak dapat memenuhi
persyaratan pencetakan rupiah yang disepakati sebelumnya, maka BI berwenang
menetapkan kebijakan lain demi memastikan ketersediaan rupiah. Dalam tahap pencetakan
uang, semua pihak yang terlibat wajib menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing.
c. Tahap Pengeluaran dan Pengedaran
Terkait dengan peran mengeluarkan dan mengedarkan uang, BI senantiasa berupaya
untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup,
jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Untuk mewujudkan kondisi layak edar tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang,
pencabutan dan penarikan uang, hingga pemusnahan uang.
Uang rupiah yang telah dikeluarkan BI selanjutnya diedarkan ke seluruh wilayah Indonesia
melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang rupiah di setiap wilayah tentunya berbeda,
didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian
uang selama jangka waktu tertentu.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum
maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan
setoran dari nasabah dan pembayaran uang rupiah. Sedangkan kepada masyarakat,
dilakukan melalui penukaran secara langsung pada loket-loket penukaran di seluruh kantor BI
atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
d. Tahap Pencabutan dan Penarikan
Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang rupiah
yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak
lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
e. Tahap Pemusnahan
Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari
peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang sudah tidak layak edar.
Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga,
dengan pengawasan dari BI.
Cinta Rupiah
Rupiah sebagai mata uang resmi Indonesia sudah seharusnya menjadi pilihan utama
masyarakat dalam kebutuhan transaksi hingga investasi. Aksi cinta Rupiah yang
terwujud dalam tindakan nyata sehari-hari merupakan salah satu bentuk patriotisme
warga negara Indonesia.
Modul Seri Cinta Rupiah ini merupakan bagian pertama dari Modul Cinta Bangga
Paham (CBP) Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia. Modul ini akan mengajak kita
lebih mencintai Rupiah dengan mengenal Rupiah lebih dalam, serta mengetahui cara
merawat dan menjaga Uang Rupiah dengan tepat.
1. Mengenal Rupiah
Menumbuhkan kecintaan terhadap Rupiah bisa dimulai dengan mengenali sejarah
Rupiah, karakteristik Uang Rupiah, dan proses pembuatannya.
1.1 SejarahUang Rupiah
Sebagai negara merdeka, Indonesia pertama kali memiliki uang sendiri dengan
berlakunya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) pada 30 Oktober 1946. Dengan
transportasi sangat terbatas, serta ancaman keamanan pasca kemerdekaan, ORI
disebarluaskan secara gerilya. Namun karena situasi yang sulit pasca Agresi Militer
Belanda, distribusi ORI tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pada 1947,
Pemerintah memberi mandat kepada para pemimpin daerah untuk menerbitkan ORI-
daerah (ORIDA) yang berlaku sementara di daerah masing-masing, antara lain di
Banda Aceh, Tapanuli, Sumatera, dan Banten.
Eksistensi ORI dan ORIDA tak berlangsung lama. Terbentuknya Republik Indonesia
Serikat (RIS) sebagai salah satu hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada
27 Desember 1949 mewajibkan penggunaan uang RIS mulai 1 Januari 1950. Pada
masa itu, terdapat tiga jenis mata uang yang beredar, yaitu mata uang peninggalan
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank, mata
uaang yang digunakan ketika NICA (Belanda) berada di Indonesia pasca-kemerdekaan
atau selama masa revolusi fisik, serta ORI dan ORIDA. Ketiganya bisa digunakan
sebagai alat pembayaran dan beredar dalam jumlah besar.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar tak sebanding dengan ketersediaan barang.
Harga barang-barang melambung, ditambah tingkat inflasi tinggi. Untuk mengatasi
situasi tersebut, Menteri Keuangan RIS Syafruddin Prawiranegara mengeluarkan
kebijakan penyehatan keuangan bernama Kebijakan Gunting Uang, yang juga dikenal
dengan nama “Gunting Syafruddin”. Kebijakan ini dilakukan secara harfiah dengan
menggunting uang. Bagian kiri uang kertas diakui sebagai alat pembayaran yang sah
dengan nilai setengah dari nilai pecahan yang digunting. Sedangkan bagian kanan
dapat ditukarkan dengan Obligasi Republik Indonesia 1950. Kebijakan ini resmi
diterapkan pada 10 Maret 1950, namun tidak berlaku pada ORI dan ORIDA. Mulai 1
Mei 1950,
ORI dan ORIDA ditarik secara resmi dari peredaran.
Ketika Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1950, ada kesempatan untuk menggunakan Uang Rupiah. Pada Desember
1951, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) sebagai bank
sentral. Pemerintah mengeluarkan Uang Rupiah Logam dalam periode 1951-1952. Koin
bernilai 5 sen dan 1 sen itu berbentuk bulat pipih menggunakan bahan aluminium.
Adapun Uang Rupiah Kertas dengan tanda tahun 1952 beredar pertama kali pada
1953. Indonesia juga sempat memiliki Rupiah Riau dan Rupiah Papua dalam kurun
waktu tertentu di tahun 1960-an.
Warna Uang Rupiah Kertas disesuaikan dengan best practice yang dilakukan
bank sentral di seluruh dunia. Bank Indonesia menggunakan teori warna Munsell dan
menghasilkan warna dengan kode rumit merah, ungu, biru, kuning, hijau, dan abu
sebagai pembeda warna pecahan mata uang. Tinta warna uang ini juga dibuat khusus
untuk pencetakan uang. Sedangkan warna Uang Rupiah Logam sangat dipengaruhi
oleh bahan yang digunakan, seperti nikel, aluminium, atau tembaga. Sejumlah Uang
Rupiah Logam edisi spesial bahkan terbuat dari emas atau perak.
Untuk menetapkan pecahan Rupiah, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
Pemerintah. Sedangkan dalam menetapkan ukuran uang, perlu dipertimbangkan sejumlah
kondisi antara lain kepraktisan, ukuran yang menunjang pemrosesan melalui peralatan
kas, dan ukuran yang memudahkan masyarakat dapat membedakan pecahan uang.
Terkait desain, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh dalam menentukan
desain Rupiah, menyusun mekanisme operasional dalam penentuan tema seri uang,
gambar pahlawan, kebudayaan, pemandangan alam dalam Uang Rupiah.
Desain Rupiah memang merupakan salah satu unsur penting dalam Uang Rupiah.
Setiap uang yang beredar di masyarakat memiliki ciri dan karakter
desain yang unik. Keunikan itu bukan hanya untuk membedakan antara mata uang satu
negara dengan negara lain, tapi juga untuk membedakan Tahun Emisi dan nominal
tertentu dengan yang lainnya.
Karena itu, Bank Indonesia melakukan pemilihan desain dengan sejumlah
pertimbangan. Penyusunan unsur-unsur desain Uang Rupiah dilakukan Bank Indonesia
melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari unsur pengaman uang terkini dan terbaik,
hingga melakukan high level meeting bersama Kementerian Keuangan untuk finalisasi
desain serta persetujuan proof desain langsung oleh Gubernur Bank Indonesia.
Aspek desain Uang Rupiah, seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang, meliputi tanda tertentu mencakup warna, gambar,
besar, bahan baku uang, serta tanda lainnya mencakup ukuran, unsur pengaman di
dalam uang, dan tanda yang dapat dipergunakan oleh tuna netra.
1.2 Karakteristik
Rupiah
Bank Indonesia mengeluarkan dua jenis Uang Rupiah, yaitu Uang Rupiah Kertas
dan Uang Rupiah Logam. Pada masing-masing Uang Rupiah, terdapat ciri umum dan
ciri khusus yang dapat dikenali dari permukaan uang.
Ciri umum dan ciri khusus ini diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2011 tentang Mata Uang. Tujuannya, agar dapat menunjukkan identitas, membedakan
nilai nominal, dan mengamankan Rupiah dari pemalsuan. Untuk momen-momen
istimewa berskala nasional dan internasional, Bank Indonesiamengeluarkan Uang
Rupiah Khusus, baik berupa uang kertas maupun uang logam.
Ciri umum Uang Rupiah kertas meliputi antara lain gambar lambang negara “Garuda
Pancasila”, frasa “Negara Kesatuan Republik Indonesia”, sebutan pecahan dalam
angka dan huruf sebagai nilai nominal, nomor seri pecahan, tahun emisi dan tahun
cetak, serta tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia. Adapun ciri khusus
Uang
Rupiah merupakan unsur pengaman uang yang memiliki tiga level, yakni terbuka, semi
tertutup, dan tertutup. Pengaman level terbuka dapat dideteksi dengan panca indera,
seperti misalnya warna uang yang terlihat terang dan jelas, benang pengaman yang
tampak seperti garis melintang
atau beranyam, serta tanda air.
Ciri pengaman yang bersifat semi tertutup bisa dideteksi menggunakan alat
sederhana seperti kaca pembesar dan lampu ultraviolet (UV), meliputi tulisan mikro,
tinta tidak tampak, tinta tampak, dan nomor seri. Sedangkan unsur pengaman tertutup
hanya bisa dideteksi dengan menggunakan media atau peralatan laboratorium/forensik.
2. Merawat Rupiah
Dari waktu ke waktu, angka pemusnahan Uang Rupiah yang tidak layak (lusuh,
cacat, rusak) masih cukup tinggi. Sebagian besar karena banyak orang yang belum
mengetahui atau belum memiliki kesadaran untuk memperlakukan Uang Rupiah
dengan baik. Padahal, merawat Uang Rupiah merupakan kewajiban yang dilandasi
rasa peduli dan tanggung jawab.
Kesadaran untuk merawat Uang Rupiah dimulai dari pemahaman jenis- jenis Uang
Rupiah, memahami peredaran Uang Rupiah, dan mengerjakan tips merawat fisik Uang
Rupiah.
2.1 Kualitas
Uang Rupiah
Uang Rupiah yang beredar di masyarakat merupakan Uang Rupiah Hasil Cetak
Sempurna (HCS), disebut Uang Layak Edar (ULE), dan telah memenuhi
persyaratan untuk diedarkan sesuai standar kualitas yang ditetapkan PBI Nomor
21/10/2019. Sedangkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terdiri dari Uang Rupiah yang
lusuh, cacat, dan rusak.
Untuk memenuhi kebutuhan Uang Rupiah yang layak edar, Bank Indonesia
menempuh tiga strategi yaitu memperluas jaringan distribusi uang di seluruh daerah,
meningkatkan kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy), serta
mencegah dan menanggulangi peredaran uang palsu.
Pada strategi menjaga kecukupan Uang Rupiah di seluruh wilayah Indonesia, Bank
Indonesia memperkuat perencanaan dan pencetakan uang. Sedangkan pada strategi
clean money policy, Bank Indonesia menempuh sejumlah langkah. Secara konsisten,
Bank Indonesia melakukan kegiatan pemilahan dan pemusnahan Uang Tidak Layak
Edar. Survei di 46 kota/kabupaten pada tahun 2020 menunjukkan soil level untuk uang
pecahan besar dan pecahan kecil sudah berada di atas standar kelayakan uang
beredar yang ditentukan Bank Indonesia. Pada strategi ketiga, yaitu mencegah dan
menanggulangi peredaran uang palsu, Bank Indonesia menerapkan upaya preemtif,
preventif, dan represif.
Dalam prosesnya, kebijakan clean money policy ini didukung dengan
penguatan layanan kas Bank Indonesia, penguatan kualitas layanan setoran dan
bayaran, serta penukaran UTLE dengan ULE. Dengan begitu, peredaran Uang Rupiah
bukan saja tercukupi tapi juga terjaga kualitasnya.
Untuk menjaga kualitas Rupiah, Bank Indonesia selalu mengembangkan teknologi
inovasi bahan dan teknologi cetak secara simultan dan berkesinambungan.
kas Bank Indonesia untuk diedarkan kembali ke masyarakat, sedangkan UTLE berlanjut
pada tahap pemusnahan.
3. MenjagaRupiah
Selain sebagai alat pembayaran yang sah, Uang Rupiah juga merupakan simbol
kedaulatan negara. Karena itu, Uang Rupiah harus dijaga sebaik-baiknya. Menjaga
Rupiah berarti mencegah dan melindungi Rupiah dari segala ancaman, termasuk risiko
pemalsuan.
Uang asli
Masyarakat
Indonesia
PJPUR
Skema pelaporan uang rupiah yang mencurigakan
Permintaan klarifikasi oleh Bank atau PJPUR diatur dalam PADG Nomor
22/13/PDAG/2020 tentang Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya.
Bank atau PJPUR harus mengajukan permohonan klarifikasi melalui aplikasi BI-CAC
dan mencetak surat pengantar dan formulir tersebut untuk diserahkan beserta bukti fisik
uang yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia.
Strategi ketiga, yaitu strategi represif, dijalankan Bank Indonesia bekerja sama
dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal). Upaya represif ini
disertai dengan pengenaan sanksi pidana yang berat, sehingga diharapkan mampu
memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan pemalsuan uang.
1. Simbol Kedaulatan
Sebagai negara yang berdaulat secara moneter, Indonesia memiliki kekuasaan
penuh dalam mengelola keuangan negara di dalam negeri, termasuk menetapkan
macam dan jenis mata uang yang berlaku. Kedaulatan tersebut ditandai dengan
adanya otoritas penciptaan uang dan kewajiban menggunakan Rupiah di seluruh
wilayah Indonesia.
Sesuai regulasi, setiap orang yang bertransaksi di wilayah NKRI wajib menggunakan
Rupiah, baik oleh Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing. Setiap orang
yang menolak Rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah NKRI dapat terancam sanksi
pidana. Meski begitu, penggunaan mata uang asing di wilayah NKRI masih
dimungkinkan antara lain untuk hibah atau pembayaran utang luar negeri, seperti diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Dengan demikian, kewajiban penggunaan Rupiah di seluruh wilayah NKRI
merupakan amanat Undang-Undang sekaligus pelaksanaan kewajiban yang
mendukung kedaulatan NKRI, serta merupakan kewajiban yang menjaga stabilitas nilai
tukar Rupiah di masyarakat.
2.Alat Pembayaran
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Rupiah
wajib digunakan dalam setiap transaksi di wilayah NKRI. Bank Indonesia bertugas dan
berwenang mengelola Rupiah agar stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran dapat terjaga.
3.Pemersatu Bangsa
Sejarah telah membuktikan, Rupiah adalah alat pemersatu bangsa. Dengan adanya
Rupiah, kita bukan saja merdeka secara politik, tapi juga berdaulat dalam menjaga,
mengelola, serta mengembangkan kebijakan moneter dan ekonomi bangsa dan
negara.
3.2Konsep Satu Negara Satu Mata Uang (One Nation One Currency)
Indonesia menganut hukum Satu Negara Satu Mata Uang demi menjaga dinamika
ekonomi dan kedaulatan Indonesia. Kebijakan mata uang tunggal diyakini akan
menjaga rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia yang memiliki latar
belakang sosial budaya beragam, menjaga kestabilan Rupiah, serta menjadikan
pemerintah mampu menghadapi krisis keuangan, deflasi, atau inflasi secara otonom.
Tidak semua negara menganut Satu Negara Satu Mata Uang. Dalam fakta
sosiologi-ekonomi, beberapa negara masih menggunakan prinsip multicurrency, yaitu
ada lebih dari satu jenis mata uang dalam praktik transaksi atau sebagai alat
pembayaran yang sah. Kebijakan ini melahirkan sejumlah konsekuensi.
Negara penganut sistem multi currency dituntut memiliki kapasitas yang
tangguh dalam mengontrol masalah moneter atau fiskal di dalam negeri, dan dinamika
mata uang asing di luar negerinya. Selain itu, Pemerintah akan mengalami tantangan
penting dalam mengontrol peredaran uang di masyarakat sehingga cenderung sulit
merumuskan kebijakan moneter dalam negeri terkait dengan peredaran uang dalam
negeri dan kebijakan uang asing yang masuk dan berlaku di tengah masyarakat.
Sebuah negara penganut sistem multi currency juga akan dihadapkan
adanya perbedaan standar nilai transaksi yang berkembang di tengah masyarakat,
akibat tidak adanya standar nilai nasional yang digunakan.
Paham Rupiah
Seiring perkembangan zaman, konsep uang terus berkembang, termasuk dari sisi
instrumen pembayaran dan sistem pembayaran. Begitu juga dengan Rupiah yang terus
berkembang dan kini dihadapkan pada keberadaan uang elektronik serta uang digital.
Modul ini diharapkan mampu membekali peserta sosialisasi dalam memahami Rupiah
sebagai alat transaksi, mendukung kestabilan ekonomi, dan penyimpan nilai. Dengan
memahami Rupiah, kita dapat bijak bertransaksi, belanja, dan berinvestasi yang pada
akhirnya akan mendukung kekuatan ekonomi negara.
mengumpulkan dan menyimpan kekayaan dalam bentuk barang berharga, umumnya tanah,
rumah, emas, serta benda berharga lain, termasuk uang.
Adapun peretasan atau hacking adalah kegiatan membobol dan mengeksploitasi sistem
komputer milik orang atau lembaga lain. Hacking semula diidentikkan dengan kejahatan,
tapi seiring berjalannya waktu berkembang white hack, yaitu kegiatan hacking untuk
menguji sistem keamanan komputer.
Sementara teknik phising merupakan cara mendapat data pribadi, data akun, dan data
finansial seseorang, dengan teknik pengelabuan. Data-data yang didapat ini kemudian
digunakan sebagai alat kejahatan.
Menjawab tantangan tersebut, Bank Indonesia selalu memperhatikan isu
perlindungan konsumen dalam empat kegiatan strategis, yaitu fungsi pengaturan dan
kebijakan, pengawasan, penanganan pengaduan, serta edukasi dan literasi.
Dari aspek kebijakan dan ketentuan, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 22/20/PBI/2020 tentang Perlindungan Konsumen Bank Indonesia. Dari
aspek edukasi dan literasi, Bank Indonesia telah menyusun strategi Edukasi Perlindungan
Konsumen yang kemudian dijalankan melalui sejumlah program komunikasi di berbagai
kanal informasi.
Bank Indonesia juga melakukan pengawasan untuk memastikan prinsip- prinsip
perlindungan konsumen diimplementasikan secara tepat. Pengaduan konsumen kepada
Bank Indonesia dapat dilakukan secara langsung melalui contact center BICARA 131,
Kantor Perwakilan Dalam Negeri terdekat di kota domisili konsumen, surat elektronik
bicara@bi.go.id, atau portal pengaduan konsumen di website Bank Indonesia www.bi.go.id.
Kegiatan perlindungan konsumen tersebut dijalankan Bank Indonesia bersinergi dengan
kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Perdagangan, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan lainnya.
atau lembaga kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, baik untuk tujuan konsumtif
maupun usaha produktif di berbagai sektor ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Lancar atau tidaknya fungsi intermediasi itu salah satunya tergantung
pada perputaran dana masyarakat yang mengalir melalui lembaga keuangan.
Di Indonesia, dikenal 3 jenis uang beredar, yaitu M0, M1, dan M2. M0 disebut juga uang
primer, merupakan kewajiban Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter
terhadap sektor swasta domestik dan bank umum. M0 atau uang primer terdiri dari uang
tunai berupa uang kartal (uang kertas dan logam) yang dipegang masyarakat maupun
bank umum, serta saldo rekening giro milik bank umum di Bank Indonesia.
Adapun M1 terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro
berdenominasi Rupiah). Sedangkan M2 terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi
(mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam Rupiah dan valas, dan giro dalam valas),
serta surat berharga yang diterbitkan sistem moneter, yang dimiliki sektor swasta domestik
dengan sisa jangka waktu sampai satu tahun.
Bagi lembaga keuangan seperti bank, ketersediaan M0, M1 dan M2 mencerminkan baik
tidaknya likuiditas bank tersebut. Likuiditas merupakan kemampuan lembaga keuangan
memenuhi kewajiban jangka pendek menggunakan harta lancar. Permasalahan likuiditas
di suatu bank bisa mengganggu operasional bank tersebut dan akan berpengaruh ke bank
lain sehingga mengganggu stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini, Bank Indonesia
berperan sebagai Lender of The Last Resort, menyediakan likuiditas di pasar uang
maupun kepada individual bank.
2.2 Inflasi
Inflasi menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan inflasi di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) berdasarkan Classification of Individual Consumption According to Purpose
(COICOP). BPS juga mempublikasikan inflasi berdasarkan disagregasi inflasi.
Inflasi dapat terjadi karena adanya tekanan dari sisi penawaran, dari sisi permintaan,
dan dari ekspektasi inflasi. Pada tingkat wajar dan stabil, inflasi dapat menjaga kestabilan
nilai mata uang dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Misalnya, tingkat inflasi 4% di
negara dengan tingkat bunga kredit 10% akan mendorong kegiatan ekonomi.
Namun inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negatif bagi kegiatan perekonomian
dan masyarakat. Inflasi tinggi mendorong penanaman modal spekulatif, menimbulkan
masalah pada neraca pembayaran, meningkatkan suku bunga pinjaman sehingga
menurunkan minat investasi pada usaha- usaha produktif, serta menimbulkan
ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.
Bagi masyarakat, inflasi yang tinggi juga menurunkan nilai riil dari tabungan dan
pinjaman, memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan, serta menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengendalikan inflasi, dibutuhkan peran serta semua pihak, termasuk
masyarakat. Permintaan tinggi atas suatu produk yang mendorong kenaikan harga akan
mengakibatkan tekanan inflasi, apabila terjadi secara terus menerus dan berdampak pada
produk lain. Dengan demikian, dibutuhkan sikap bijak berbelanja untuk membantu
mengendalikan inflasi, antara lain menghindari perilaku konsumtif berlebihan dan
mengutamakan pembelian barang-barang produksi dalam negeri.
3.Berhemat
Sikap berhemat merupakan sikap dan pikiran cermat dalam memanfaatkan sesuatu
sehingga mampu mendapatkan nilai lebih banyak, lebih besar, dan lebih berarti. Sikap
hemat tak cuma memberikan manfaat bagi ketahanan ekonomi pribadi dan keluarga, tapi
juga berdampak luas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
3.2 Investasi
Investasi dan tabungan memiliki perbedaan mendasar. Tabungan lebih merupakan
upaya menyimpan hasil pendapatan untuk kebutuhan di masa depan, sedangkan investasi
merupakan penempatan dana untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Bisa
dibilang, investasi merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Secara umum, investasi dapat dibedakan menjadi investasi pada aset riil seperti
rumah, tanah, emas, dan investasi pada aset keuangan seperti saham, dan obligasi.
Dalam sistem keuangan modern, masyarakat mengenal beberapa produk investasi
seperti saham, reksa dana, obligasi, dan sukuk. Masing- masing memiliki potensi
keuntungan dan risiko.
Saham diartikan sebagai penyertaan modal seseorang atau badan dalam perusahaan
atau perseroan terbatas. Saham merupakan produk investasi yang cukup populer saat
ini. Saham menawarkan dua potensi keuntungan bagi pemiliknya. Pertama, pemilik
saham bisa mendapatkan laba (dividen) yang dibagikan perusahaan setiap tahun.
Kedua, pemilik saham bisa memperoleh capital gain melalui kenaikan harga saham yang
diperdagangkan di bursa.
Namun, saham juga memiliki faktor risiko yang harus diantisipasi sejak awal, yaitu potensi
capital loss, suspend, dan bangkrut.
Reksa dana diartikan sebagai wadah untuk menghimpun dana masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh manajer investasi. Terdapat
reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana saham. Investasi
reksa dana memiliki sejumlah manfaat, antara lain potensi hasil investasi tinggi,
mendukung prinsip diversifikasi investasi, dan mudah dicairkan. Adapun risiko reksa
dana lebih tinggi daripada tabungan dan kerugian ini tidak dijamin Pemerintah. Selain itu,
keuntungan juga tidak pasti dan bisa saja produk reksa dana dibubarkan.
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah panjang yang diterbitkan
Pemerintah atau Korporasi. Surat utang ini memuat janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang
pada waktu yang telah ditentukan. Manfaat investasi obligasi antara lain mendapatkan
imbalan secara reguler, mendapatkan capital gain apabila dijual di pasar sekunder, dan
mendapatkan hak klaim pertama terhadap aktiva perusahaan tersebut apabila
perusahaan bangkrut. Obligasi juga memiliki risiko antara lain risiko ketidakmampuan
perusahaan membayar imbalan dan mengembalikan pokok obligasi. Selain itu, harga jual
kembali obligasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang fluktuatif.
Sukuk merupakan Efek Syariah berupa sertifikat yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang mendasarinya. Sukuk
dapat menawarkan fixed return dan dapat diperjualbelikan sebelum jatuh tempo. Tingkat
imbalan kompetitif, tetap, dan dibayar tiap bulan, serta mendukung pembiayaan
pembangunan nasional dan akses investasi sesuai prinsip syariah. Sukuk memiliki
sejumlah risiko yaitu risiko gagal bayar, risiko kesulitan menjual Sukuk Ritel di pasar
sekunder pada harga wajar, dan risiko pasar apabila tingkat suku bunga naik sehingga
menurunkan harga Sukuk Ritel di pasar sekunder.
Untuk menjaga iklim investasi tetap kondusif, dibutuhkan sinergitas antar lembaga dan
komponen bangsa, antara lain Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman
Modal, OJK, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Bursa
Efek, dan Bank Indonesia.
seseorang bisa saja terus bekerja keras tapi tidak memiliki simpanan cukup di masa
pensiun.
Seseorang dengan literasi keuangan yang baik akan mampu merencanakan
keuangan, mengenali risiko investasi dan dapat menerapkan strategi investasi yang
menguntungkan di masa mendatang. Dalam skala besar, masyarakat yang memiliki
literasi keuangan mumpuni akan memperkuat ketahanan ekonomi sebuah negara.
Perencanaan keuangan diawali dengan memahami kondisi keuangan saat ini,
dilanjutkan dengan menetapkan tujuan keuangan, menyusun rencana dan alternatif
untuk mencapai tujuan tersebut, melaksanakan rencana secara disiplin, dan terus
melakukan penyempurnaan.
Beragam produk investasi bisa menjadi pilihan untuk mencapai tujuan keuangan
seseorang. Namun ia wajib memahami risiko-risiko investasi agar dapat memilih produk
investasi yang sesuai kebutuhan. Kegagalan berinvestasi pada umumnya tidak hanya
terjadi karena terjebak investasi bodong, tetapi juga bisa terkait dengan risiko inflasi dan
risiko modal. Mengantisipasi risiko itu, perlu dilakukan diversifikasi sehingga investasi
yang beragam dapat melindungi nilai.
Selain memahami produk dan risiko investasi, seseorang juga harus mengetahui profil
risiko yang paling sesuai. Ada tiga tipe investor, yaitu inventor konservatif, investor
moderat, dan investor agresif. Investor konservatif cenderung memilih produk investasi
aman seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap. Agar mendapatkan
potensi keuntungan lebih besar, tipe investor konservatif disarankan berinvestasi dalam
jangka panjang.
Tipe kedua, investor moderat, umumnya siap menghadapi risiko jangka pendek
namun tetap berhati-hati dengan instrumen yang bersifat fluktuatif. Produk yang diminati
biasanya obligasi, deposito, dan sedikit saham. Adapun tipe ketiga, investor agresif
merupakan investor yang mencari investasi fluktuatif dengan harapan bisa mendapatkan
peluang pengembalian lebih tinggi, misalnya di pasar uang dan saham.
Jika sudah memahami produk investasi beserta risikonya, serta memahami profil
risiko paling sesuai dengan dirinya, seseorang bisa menerapkan strategi berinvestasi.
Minimal
ada tiga strategi yang bisa diterapkan.
Pertama, strategi diversifikasi untuk melindungi aset dan tetap bisa
melakukan ekspansi aset agar mendapatkan imbal balik maksimal.
Strategi kedua, Dollar Cost Averaging (DCA) yaitu investasi secara bertahap. Bila dalam
satu waktu terlihat ada peluang pasar positif, maka sebagian dana
diinvestasikan kembali. Strategi ini cocok untuk pemilik modal terbatas. Variasi dari
strategi ini adalah Value Cost Averaging (VCA). Strategi VCA fokus pada jumlah dana
untuk investasi tetap setiap bulan.
Strategi ketiga adalah Lump Sum, yaitu menempatkan seluruh dana kepada satu jenis
investasi tertentu. Jika investor jeli mengalinisis profil risiko investasi dan mampu
membaca tren secara tepat, maka ia bisa mendapat keuntungan maksimal.
Apapun strategi yang diterapkan, seorang investor harus selalu melakukan reviu
secara berkala untuk memantau perkembangan iklim investasi. Dengan begitu, nilai
investasi bisa terjaga optimal dan memenuhi tujuan perencanaan keuangan sesuai
harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Alam S, 2013. Buku Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.
Buku Cinta Rupiah, Bank Indonesia 202
Buku Bangga Rupiah, Bank Indonesia 2022
Buku Paham Rupiah, Bank Indonesia 2022
Geminasti, Kinanti. 2014. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu – ilmu
Sosial. Bandung: Yrama Media.
Tim Sosio Prawara Cendekia. 2012. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X. Bandung: Srikandi
Empat Widya Utama.
Sudremi, Nurhadi. 2015. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/02/sistem-pembayaran.html 27 Mei 2016, 8:45
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pembayaran 27 Mei 2016, 9:15 Wib
http://inline-infoonline.blogspot.co.id/2015/03/pengelolaan-uang-rupiah-oleh-bank.html 28
Mei 2016, 9:09 Wib
http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/edukasi/Pages/edukasi_SIKILAT.aspx 28 Mei
2016, 9:52 Wib
LEMBAR KERJA SISWA
A. Alat Pembayaran
1. Alat pembayaran Tunai
a) Pengertian Uang
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
b) Sejrah Uang
1) Tahap Barter
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2) Tahap uang barang
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3) Tahap uang logam
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
1.3 Pembuatan atau Pencetakan uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Merawat Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.1 Kualitas Uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.2 Peredaran uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.3 Strategi Merawat Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3. Menjaga Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3.1 Strategi Bank Indonesia
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Dampak Negatif dan Risiko Uang Palsu
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
C. Bangga Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1. Simbol Kedaulatan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.1 Rupiah Sebagai Simbol Kedaulatan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.2 Rupiah Sebagai Mata Uang Indonesia
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.3 Bela Negara Tanpa Senjata
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Alat Pembayaran
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.1 Rupiah Sebagai Alat pembayaran yang Sah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.2 Masa Berlaku Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.3 Koleksi dan Numismatik Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Pemersatu Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.1 Rupiah Sebagai Identitas dan Karakteristik Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Konsep Satu Negara Satu Mata Uang (One Nation One Currency)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.3 Perjalanan Rupiah sebagai Pemersatu Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
D. F. Bangga Rupiah
d) Paham Rupiah
1. Transaksi degan Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
a) Tanda Air (Watermark) dan Electrotype, Pada kertas uang terdapat tanda air
berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.
b) Benang Pengaman (Security Thread), Ditanam di tengah ketebalan kertas
atau terlihat seperti dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari
atas ke bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah
sinar ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna.
c) Cetak Intaglio, Cetakan yang terasa kasar apabila diraba.
d) Gambar Saling Isi (Rectoverso), Pencetakan suatu ragam bentuk yang
menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan
saling mengisi jika diterawangkan ke arah cahaya.
e) Tinta Berubah Warna (Optical Variable Ink), Hasil cetak mengkilap (glittering)
yang berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
f) Tulisan Mikro (Micro Text), Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat
dibaca dengan menggunakan kaca pembesar.
g) Tinta Tidak Tampak (Invisible Ink), Hasil cetak tidak kasat mata yang akan
memendar di bawah sinar ultraviolet.
h) Gambar Tersembunyi (Latent Image), Teknik cetak dimana terdapat tulisan
tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.
G.Evaluasi
A. Berganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b,
c, d, atau e pada lembar jawab yang tersedia!
B. Berganda
1. “Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan
untuk melakasanakanin pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi” merupakan pengertian sistem pembayaran menurut...
a. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 6
b. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 5
c. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 4
d. UU No.23/1999 pasal 6 ayat 1
e. UU No.23/1999 pasal 6 ayat 6
2. Dalam sistem pembayaran nasional yang mempunyai hak tunggal untuk mencetak dan
mengedarkan uang kertas dan uang logam adalah ...
a. Bank Indonesia d. Lembaga Keuangan
b. Bank Umum e. Menteri Keuangan
c. Bank Indonesia dan bank umum
3. Yang bukan komponen yang membangun sistem pembayaran adalah...
a. Alat pembayaran d. Mata uang internasional
b. Sistem pembayaran e. Saluran pembayaran
c. Lembaga yang memproses sistem pembayaran
4. Secara garis besar sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu....
a. Sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran debit
b. Sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran nontunai
c. Sistem pembayaran langsung dan sistem pembayaran tidak langsung
d. Sistem pembayaran manual dan sistem pembayaran elektrik
e. Sistem pembayaran manual dan sistem pembayaran non-tunai
5. Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan
dua sistem yaitu....
a. Sistem Langsung dan Tidak Langsung
b. Sistem Kliring dan Sistem SKBNI
c. Sistem SKBNI dan Sistem BI-RTGS
d. Sistem RVPS dan Sistem BI-RTGS
e. Sistem HVPS dan Sistem BI-RTGS
C. Berganda Kompleks
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b,
c, d, atau e pada lembar jawab yang tersedia! (Kamu dapat memilih lebih dari 1
jawaban benar )
6. Dalam menjalankan tuganya, Bank Indonesia sebagai Bank sentral berperan dalam
membuat peraturan-peraturan yang mendukung kelancaran system pembayaran. Selain
itu Bank Indonesia juga menyediakan layanan system pembayaran yakni BI-RTGS dan
SKNBI. Peran Bank Indonesia yang dijelaskan ditas dikenal dengan….
a. Regulator
b. Perizinan
c. Pengawasan
d. Operator
e. Fasilitator
7. Sejalan mejunya peradaban, kegiatan ekonomi masyarakat semakin kompleks. Manusia
mulai membutuhkan alat penukaran yang memberikan kemudahan bagi semua pihak.
Latar belakang inilah yang mendorong terciptanya uang giral. Manakah dibawah ini yang
termasuk uang giral….
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. Uang elektronik
d. Cek
e. Giro
8. Berdasarkan perbandingan nilai bahan dengan nilai tukar, uang dibedakan menjadi dua,
yaitu uang yang memiliki nilai yang sama dengan biaya pembuatan uang tersebut dan
uang yang nilainya tidak sama dengan biaya pembuatan uang tersebut. Manakah
dibawah ini uang bernilai penuh (Full Bodies Money)….
a. Untuk membuat uang Rp.10.000 dibutuhkan biaya Rp.9.000
b. Untuk membuat uang Rp.1.000 dibutuhkan biaya Rp.1.000
c. Untuk membuat uang Rp.10.000 dibutuhkan biaya Rp.11.000
d. Untuk membuat uang Rp.20.000 dibutuhkan biaya Rp.20.000
e. Untuk membuat uang Rp.50.000 dibutuhkan biaya Rp.45.000
9. Uang kartal biasa digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembayaran. Uang kartal
diterbitkan oleh otoritas keuangan nasional, manakah berikut ini yang termasuk uang
kartal….
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. Uang elektronik
d. Cek
e. Giro
10. Sebagai seorang pengusaha, Ny Nindi memiliki langganan yang beragam. Untuk
memudahkan transaksi Ny Nindi menggunakan alat pembayaran tunai maupun non
tunai, tidak jarang dalam kegiatan usaha Ny Nindi menerima kertas untuk pembayaran
transaksi
yang dilakukan, dimana kertas tersebut memerintahkan Bank untuk membaya sejumlah
uang sesuai nomina yang tertera di kertas tersebut. Selain itu Ny Nindi juga pernah
membayar pesanananya dengan menggunakan kertas yang memerintahkan bank untuk
memindahbukukan sejumlah dana kepada orang yang tertera namanya pada kertas
tersebu. Kerts yang digunakan oleh Ny Nindi dalam kegitan usahanya disebut….
a. Uang kertas
b. Uang elektronik
c. Cek
d. Bilyet Giro
e. Kartu Debit
D. Menjodohkan
Pilihlah pasangan dari dua pernyataan berikut, dan tuliskan pasangannya di
lembar jawaban! Seperti “ 1 dengan A dan 2 dengan B “
11. Dalam menjalankan tugasnya Bank Indonesi memiliki tugas dan wewenang yang diatur
berdasarkan undang-undang, manakah berikut ini wewenang bank Indonesia yang tepat
!
Kebijakan a 1 Mewajibkan penyelenggara jasa system pembayaran
moneter untuk menyampaiakn laporan kegiatan.
Kelancaran b 2 Menentukan tingkat diskonto, menetapkan cadangan
system minimum, dan mengatur kredit dan pembayaran.
pembayara
n
3 Mengawasi bank, mengenakan sanksi terhadap bank
sesuai peraturan perundang-undangan.
12. Berikut adalah wewenang bank sentral, manakah pasangan wewenang bank sentral
yang tepat?
right to impose sanction a 1 Kewenangan untuk mengatur
right to control b 2 Kewenangan untuk mengenakan sanksi
3 Kewenangan untuk mengawasi
13. Uang Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan mengamankan
uang rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, ciri-ciri keaslian uang Rupiah dapat
dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak yang
digunakan, yaitu :
Watermark A 1 Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang
akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.
Micro Text B 2 Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca
dengan menggunakan kaca pembesar.
Invisible Ink C 3 Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di
bawah sinar ultraviolet.
4 Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di
bawah sinar ultraviolet.
5 Hasil cetak mengkilap (glittering) yang berubah-ubah
warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
15. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/7/PBI/2012 bahwa Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pengelolaan uang rupiah, meliputi
tahap perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan,
serta pemusnahan uang rupiah.….
Perencanaan A 1 BI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai
pelaksana pencetakan uang rupiah. BUMN yang
melaksanakan pencetakan uang rupiah tersebut
adalah PERUM PERURI
Pencetakan B 2 penentuan jumlah uang rupiah yang akan dicetak, perlu
diperhatikan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi,
rencana jenis dan pecahan uang rupiah, serta perkiraan
jumlah uang rupiah yang dimusnahkan.
Pencabutan C 3 BI senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi
kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai,
tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (clean
money policy).
4 uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah
dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta
menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan.
5 uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran,
uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang
sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang
diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa
pihak ketiga, dengan pengawasan dari BI.