Dosen:
Dr. Sopa, M.Ag
Muhammadiyah menerima budaya Barat jika sesuai dengan ajaran Islam dan
menolak yang tidak sesuai. Salafi menolak budaya Barat, meskipun dalam realitas juga
menirunya. Muhammadiyah menerima budaya lokal dan melakukan islamisasi terhadap
budaya lokal yang tidak sesuai nilai Islam. Salafi menolak budaya lokal dan mengacu pada
budaya Arab masa Nabi yang tergambar dalam hadis. Muhammadiyah berdakwah kepada
Muslim dan non-Muslim. Kepada objek non-Muslim, didakwahi agar mengerti Islam. Kepada
objek Muslim didakwahi agar menjadi muslim ideal yang lebih baik. Pendekatannya dengan
prinsip hikmah, edukasi, dan dialog. Salafi berdakwah kepada muslim saja agar menjadi
Muslim ideal yang bermanhaj salaf. Adapun non-Muslim dipandang kafir. Muhammadiyah
menggunakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani dalam memahami al-Quran dan al-
Sunnah. Teks keagamaan tersebut dipahami dengan menggunakan akal, karena Islam
diturunkan untuk semua umat manusia dengan berbagai latar budaya dan peradaban yang
berbeda. Salafi mengabaikan peran akal dalam menafsirkan teks keagamaan. Bagi mereka,
kebenaran itu tunggal dan hanya terletak dalam wahyu. Wahyu adalah sumber yang tidak
bisa diperselisihkan, dan respons manusia terhadap wahyu terbelah menjadi taat dan
ingkar.
Bagi Muhammadiyah, berpakaian yang penting adalah menutup aurat. Boleh
memakai pakaian tradisional, lokal, Arab ataupun Barat. Bisa berbentuk batik, sarung, peci,
jas, celana panjang, kebaya, dan sejenisnya. Cara berpakaian Salafi membiasakan empat
identitas: jalabiya (baju panjang terusan atau jubah), tidak isbal (celana di atas mata kaki),
lihya (memelihara jenggot), dan niqab (memakai cadar bagi perempuan).