fahmi.fmk@bsi.ac.id
widi.winarso@dsn.ubharajaya.ac.id
Abstrak
Gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan seorang pemimpin pada saat mempengaruhi orang
lain dalam melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku kepemimpinan yang
ditampilkan oleh seorang pemimpin jika dirasakan baik dan menyenangkan para karyawan, maka akan
berpengaruh dan memiliki dampak yang lebih baik terhadap kinerja karyawan. Sebaliknya, apabila perilaku
kepemimpinan yang ditampilkan seorang pemimpin sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan para
karyawan maka akan berpengaruh kurang baik terhadap kinerja karyawan itu sendiri. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisa seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada
PT Agung Citra Transformasi Jakarta dan seberapa besar faktor lain yang mempengaruhinya. Adakah
hubungan yang signifikan diantara variabel gaya kepemimpinan dengan variabel kinerja karyawan. Untuk
mencapai tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan
metode analisis yang digunakan adalah analisis korelasi. Nilai koefisien korelasi r = 0,744 menunjukkan
bahwa Gaya Kepemimpinan memiliki hubungan yang kuat terhadap Kinerja Karyawan pada PT Agung Citra
Transformasi Jakarta. Nilai koefisien determinasi r² = 0.533 menunjukkan bahwa Kinerja Karyawan pada PT.
Agung Citra Transformasi Jakarta 53,3% dipengaruhi oleh Gaya Kepemimpinan, sedangkan sisanya 47,7%
dipengaruhi oleh faktor lain seperti, kompensasi, disiplin, budaya organisasi dan lain-lain.
Abstract
The leadership style of a leader if it is perceived as something that is expected by subordinates, it will have a
better effect on employee performance. Conversely, if it is not in line with expectations it will have an adverse
effect on employee performance. The purpose of this study is to analyze the influence of leadership style on
employee performance. To achieve the research objectives, the research method used is a quantitative
research method and the analytical method used is correlation analysis. The correlation coefficient r = 0.74
indicates that the Leadership Style has a strong relationship with Employee Performance at PT Agung Citra
Transformasi Jakarta. The coefficient of determination r² = 0.55 indicates that Employee Performance at PT
Agung Citra Transformasi Jakarta 55% is influenced by the Leadership Style, while the remaining 45% is
influenced by other factors.
38
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen (JIAM)
Vol.15, No.2, November 2019
ISSN 0216-7832
39
Teori Kepemimpinan 8. Tranformasional Leadership Teory
Terdapat banyak teori kepemimpinan yang Kepemimpinan transformasi melibatkan nilai-
telah ditulis oleh beberapa peneliti sebelumnya. nilai, etika dan tujuan jangka panjang. Hal ini
Namun, teori kepemimpinan di modifikasi meliputi melibatkan memperlakukan bawahan sebagai
trait-factor theory, leadership style theory, “manusia penuh” dan dimasukan
leadership skill theory, situsional leadership theory, kepemimpinan kharismatik dan visioner.
contingency theory, path-goal theory, leader
member exchange theory dan traformasional Gaya Kepemimpinan
leadership teory. Teori-teori ini memiliki Menurut Kartono dalam Kumala & Agustina
karakteristik masing-masing. (2018:27), menyatakan bahwa “Gaya
Menurut Ann Gilley dalam Suryada kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai
(2015:95) adalah sebagai berikut: hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat,
1. Trait-Factor Theory sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
Teori ini didasarkan pada sifat faktor yang ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja
difokuskan pada penemuan Gaya yang bawahannya”.
universal yang cocok untuk semua situasi. Menurut pendapat Thoha dalam Retnowulan
2. Leadership Style Theory (2017:101) Gaya kepemimpinan adalah norma
Dasar pemikiran teori ini adalah perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
kepemimpinan merupakan perilaku seorang orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku
individu ketika melakukan kegiatan orang lain untuk mencapai tujuannya.
pengarahan suatu kelompok ke arah Menurut Hidayat (2018:143) Gaya
pencapaian tujuan. kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang
3. Leadership Skill Theory dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi
Pendekatan mengambil keputusan berpusat bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja
pada kepemimpinan. Pedekatan keterampilan yang dimiliki bawahannya sehingga kinerja
menunjukan bahwa pengetahuan dan organisasi dan tujuan organisasi dapat
pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk dimaksimalkan. erta memotivasi karyawan
memimpin secara efektif. sehingga diharapkan akan menghasilkan
4. Situsional Leadership Theory produktivitas yang tinggi.
Teori ini mengembangkan pendekatan Gaya kepemimpinan (leadership style)
kepemimpinan menekankan bahwa seorang seorang pemimpin akan sangat berpengaruh pada
pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan kinerja karyawan atau bawahan. Pemimpin harus
adaptif yang mixed mendelegasikan, dapat memilih gaya kepemimpinan sesuai dengan
mendukung melatih, dan mengarahkan sesuai situasi yang ada, jika gaya kepemimpinan yang
keadaan. diterapkan benar dan tepat maka akan dapat
5. Contingency Theory mengarahkan pencapaian tujuan organisasi maupun
Istilah “kontingensi” digunakan untuk perorangan. Sebaliknya jika gaya kepemimpinan
mencerminkan seberapa baik gaya pemimpin yang dipilih salah dan tidak sesuai dengan situasi
sesuai konteks. Teori contingensi yang ada maka akan dapat mengakibatkan sulitnya
menggambarkan situasi baik kepemimpinan pencapaian tujuan organisasi.
tugas termotivasi. Dari pengertian di atas dapat diambil
6. Path-Goal Theory kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan pada
Path-Goal theory menggunakan penelitian dasarnya adalah gaya untuk mempengaruhi,
tentang motivasi untuk mendapatkan tujuan membujuk seseorang atau bawahannya untuk
organisasi yang dicapai. Tujuan dari Path-Goal mencapai suatu tujuan bersama dalam suatu
Theory adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi.
karyawan dengan berfokus pada motivasi.
7. Leader Member Exchange (LMX) Theory Jenis Jenis Gaya Kepemimpinan
Teori LMX menyatakan bahwa kepemimpinan Gaya kepemimpinan menurut Hidayat
adalah proses yang berpusat pada interaksi (2018:144) yaitu Gaya kepemimpinan atau perilaku
antara pemimpin dan pengikut hubungan kepemimpinan atau sering disebut Tipe
antara keduanya adalah berpusat pada kepemimpinan. Tipe kepemimpinan yang luas
kepemimpinan. dikenal dan diakui keberadaanya adalah sebagai
berikut;
40
1. Tipe Otokratik seorang pemimpin memiliki kharisma. Yang
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa diketahui ialah bahwa pemimpin yang
kepemimpinan adalah hak pribadinya demikian mempunyai daya penarik yang amat
(pemimpin), sehingga dia tidak perlu besar.
berkonsultasi dengan orang lain dan tidak 5. Tipe Militeristik
boleh ada orang lain yang turut campur. Pemimpin tipe militeristik berbeda dengan
Seorang pemimpin yang tergolong otokratik seorang pemimpin organisasi militer.
memiliki serangkaian karateristik yang Pemimpin yang bertipe militeristik ialah
biasanya dipandang sebagai karakteristik yang pemimpin dalam menggerakan bawahannya
negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah lebih sering mempergunakan system perintah,
seorang yang egois. Seorang pemimpin senang bergantung kepada pangkat dan
otokratik akan menunjukan sikap yang jabatannya, dan senang kepada formalitas yang
menonjolakan keakuannya, dan selalu berlebih-lebihan. Menuntut disiplin yang
mengabaikan peranan bawahan dalam proses tinggi dan kaku dari bawahannya, dan sukar
pengambilan keputusan, tidak mau menerima menerima kritikan dari bawahannya.
saran dan pandangan bawahannya. 6. Tipe Pseudo- Demokratik
2. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Tipe ini disebut juga kepemimpinan
Faire) manipulatif atau semi demokratik. Tipe
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap
dari tipe kepemimpinan otokratik. Dalam seorang pemimpin yang berusaha
kepemimpinan tipe ini sang pemimpin mengemukakan keinginan-keinginannya dan
biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan setelah itu membuat sebuah panitia, dengan
seringkali menghindar diri dari tanggung berpura-pura untuk berunding tetapi yang
jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan
cenderung memilih peran yang pasif dan saran- sarannya. Pemimpin seperti ini
membiarkan organisasi berjalan menurut menjadikan demokrasi sebagai selubung untuk
temponya sendiri. Disini seorang pemimpin memperoleh kemenangan tertentu. Pemimpin
mempunyai keyakinan bebas dengan yang bertipe pseudo-demokratik hanya
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya tampaknya saja bersikap demokratis padahal
terhadap bawahan maka semua usahanya akan sebenarnya dia bersikap otokratis. Pemimpin
cepat berhasil. ini menganut demokrasi semu dan lebih
3. Tipe Paternalistik mengarah kepada kegiatan pemimpin yang
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik otoriter dalam bentuk yang halus, samar-
tentang peranannya dalam kehidupan samar.
organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh 7. Tipe Demokratik
harapan bawahan kepadanya. Harapan Tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang
bawahan berwujud keinginan agar pemimpin demokratis, dan bukan kerena dipilihnya
mampu berperan sebagai bapak yang bersifat sipemipin secara demokratis. Tipe
melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat kepemimpinan dimana pemimpin selalu
bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, bersedia menerima dan menghargai saran-
memberikan perhatian terhadap kepentingan saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan
dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin bawahan, melalui forum musyawarah untuk
yang paternalistik mengharapkan agar mencapai kata sepakat
legitimasi kepemimpinannya merupakan Dalam teori jalur tujuan (Path Goal Theory),
penerimaan atas peranannya yang dominan yang dikembangkan oleh Robert House dalam
dalam kehidupan organisasi. (Gunawan, 2015:158) menyatakan bahwa
4. Tipe Kharismatik pemimpin mendorong kinerja yang lebih tinggi
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki dengan Cara memberikan kegiatan-kegiatan yang
karakteristik khusus yaitu daya tariknya yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa
sangat memikat, sehingga mampu memperoleh hasil yang berharga bisa dicapai dengan usaha yang
pengikut yang sangat besar dan para serius. Gaya kepemimpinan terbagi atas 4 jenis
pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan yakni:
secara konkrit mengapa orang tersebut itu 1. Gaya Kepemimpinan Directive
dikagumi. Hingga sekarang, para ahli belum Kemimpinan memberitahukan kepada
berhasil menemukan sebab-sebab mengapa bawahan apa yang diharapkan dari mereka,
41
memberitahukan jadwal kerja yang harus memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri dari kepemimpinan
disesuaikan dan standar kerja, serta yang mendukung fungsi kepemimpinannya. Sifat-
memberikan bimbingan/arahan secara spesifik sifat dan ciri-ciri dari kepemimpinan yang berhasil
tentang cara-cara menyelesaikan tugas dapat dijelaskan sebagai berikut.
tersebut, termasuk di dalamnya aspek 1. Watak dan kepribadian yang terpuji. Agar para
perencanaan, organisasi, koordinasi dan bawahan maupun orang yang berada di luar
pengawasan. organisasi mempercayainya, seorang
2. Gaya Kepemimpinan Supportive pemimpin harus mempunyai watak dan
Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan kepribadian yang terpuji.
kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga 2. Keinginan melayani bawahan. Seorang
memperlakukan semua bawahan sama dan pemimpin harus percaya pada bawahan. Ia
menunjukkan tentang keberadaan mereka, mendengarkan pendapat bawahan dan
status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi, berkeinginan untuk membantu mereka
sebagai usaha untuk mengembangkan menimbulkan dan mengembangkan
hubungan interpersonal yang menyenangkan di keterampilan mereka agar karir mereka
antara anggota kelompok. meningkat.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif 3. Memahami kondisi lingkungan. Seorang
Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan pemimpin tidak hanya menyadari tentang apa
bawahan dan menggunakan saran-saran dan yang sedang terjadi disekitarnya, tetapi juga
ide mereka sebelum mengambil suatu harus memiliki pengertian yang memadai,
keputusan. Kepemimpinan partisipatif dapat sehingga dapat mengevaluasi perbedaan
meningkatkan motivasi kerja bawahan. kondisi organisasi dan para bawahan.
4. Gaya Kepemimpinan Berorientasi pada hasil 4. Intelegensi yang tinggi. Seorang pemimpin
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin harus memiliki kemampuan berfikir pada taraf
menetapkan tujuan yang menantang dan yang tinggi. Ia dituntuk menganalisis problem
mengharapkan bawahan untuk berprestasi dengan efektif, belajar dengan cepat, dan
semaksimal mungkin serta terus menerus memiliki minat yang tinggi untuk mendalami
mencari pengembangan prestasi dalam proses ilmu
pencapaian tujuan tersebut. 5. Berorientasi ke depan. Seorang pemimpin
harus memiliki instuisi, kemampuan
Peran dan Sifat Kepemimpinan memprediksi, dan visi sehingga
Menurut Sedarmayanti (2017:271) terdapat dapatmengetahui sejak awal tentang
tiga peran seorang pemimpin dalam proses kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat
memimpin, yaitu: mempengaruhi organisasi yang dikelolanya.
1. Peran Antar Manusia 6. Sikap terbuka dan lugas. Pemimpin harus
a. Peran antar manusia ini meliputi: sanggup mempertimbangkan fakta-fakta dan
b. Peran selaku tokoh inovasi yang baru. Lugas namun konsisten
c. Peran selaku pemimpin pada pendiriannya.
d. Peran selaku penghubung
2. Peran informatif Konsep Kinerja
a. Peran-peran informative dilakukan sebagai Pengertian Kinerja
berikut: Menurut Priansa (2017:48) kinerja “adalah
b. Peran selaku pemantau perwujudan dari kemampuan dalam bentuk nyata
c. Peran selaku penyebar atau merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai
d. Peran selaku public relation (hubungan dalam mengemban tugas dan pekerjaan yag berasal
masyarakat) dari perusahaan”.
3. Peran pembuat keputusan Menurut Ansory, AL Fadjar dan Idrasari
a. Peran seorang pemimpin selaku pembuat (2018:208) kinerja “adalah hasil kerja secara
keputusa meliputi: kuatitas dan kualitas yang dicapai oleh seseorang
b. Peran selaku wiraswasta pegawai dalam melaksanakan tugas nya sesuai
c. Peran selaku penanggung jawab resiko degan tanggung jawab yang diberikan ke pada
d. Peran selaku pembagi sumber daya nya”.
e. Peran selaku perunding Bernardin dan Russel dalam Yudha
Untuk menjamin tercapainya optimalisasi (2015:26) Kinerja “adalah performance is defined
seorang pemimpin, maka pemimpin juga harus as the record of outcomes produced on a specified
42
job function or activity during time period, Prestasi 5. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan
atau kinerja adalah catatan tentang hasil hasil yang meliputi tekanan dan perunahan lingkungan
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau eksternal dan internal.
kegiatan selama kurun waktu tertentu”. Menurut Riani dalam Hidayat (2018:145)
Sedangkan menurut Ricardianto (2014:67) faktor yang mempengaruhi kinerja terbagi menjadi
kinerja “adalah gambaran mengenai tingkat 3 yaitu:
pencapaian pelaksanaan suatu progam kegiatan atau 1. Kemampuan, kepribadian dan minat kerja
kebijakan dalam menwujudkann sasaran, tujuan 2. Kejelasan dan penerimaan atau penjelas peran
visi dan misi organisasi di tuangkan melalui seorang pekerja yang merupakan taraf
perencaraan sutau organisasi”. pengertian dan penerimaan seseorang atas
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan tugas yang diberikan kepadanya.
bahwa kinerja merupakan hasil dari proses 3. Tingkat motivasi pekerja yaitu daya energy
pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan yang mendorong mengerahkan dan
tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan mempertahankan perilkaku.
43
4. Efektifitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat penggunaan sumber daya manusia
organisasi dimaksimalkan dengan maksud Data Penelitian
menaikan keuntungan atau mengurangi Populasi dan Sampel
kerugian dari setiap unit dalam penggunaan Populasi dalam penelitian ini adalah
sumber daya. karyawan pada PT. Agung Citra Tranformasi.
5. Kemandirian Sesuai dengan pedoman yang telah di kemukakan
Tingkat dimana seorang karyawan dapat oleh Sugiono (2014). Maka peneliti hanya
melakukan fungsi kerjanya tanpa minta pengambil sampel dari beberapa populasi yang ada
bantuan bimbingan dari pengawas atau yaitu 30 sampel.
meminta turut campurnya pengawas untuk Dalam penelitian ini metode pengambilan
menghindari hasil yang merugikan. sampel yang peneliti gunakan adalah Simple
Random Sampling. Dikatakan simple (sederhana)
Hipotesis karena pengambilan anggota sampel dari populasi
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
H0 : tidak adanya pengaruh antara Gaya yang ada dalam populasi itu dan perhitungan yang
kepemimpinan terhadap kinerja dilakukan peneliti dibantu menggunakan program
H1 : adanya pengaruh antara Gaya kepemimpinan SPSS 23.
terhadap kinerja
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
III. METODOLOGI PENELITIAN Kelamin
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 30
Metode penelitian yang digunakan dalam eksemplar, semua kuesioner memenuhi kriteria.
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif Karakteristik responden yang menjadi subjek dalam
(positivis). penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, masa
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa kerja dan jabatan/posisi kerja. Dalam kuesioner ini,
metode penelitian untuk mendapatkan data sebagai responden tidak perlu mencantumkan identitas
objek penulisan. Adapun metode penelitian yang pribadi atau nama untuk kerahasiaan informasi
digunakan adalah: yang diberikan responden.
1. Data Primer Keragaman responden berdasarkan jenis
a. Metode Wawancara kelamin dapat ditunjukkan pada table berikut:
Metode wawancara yaitu teknik
pengumpulan data dengan mengajukan Tabel 4.1
pertanyaan kepada pihak-pihak yang Jenis Kelamin Responden
berhubungan dengan masalah yang diteliti,
guna mendapatkan data-data yang Jenis Kelamin Jumlah Persentase
diperlukan. (%)
b. Metode Kuesioner NO.
Metode kuesioner yaitu dengan membuat 1. Laki-laki 16 53,3
daftar pertanyaan terlebih dahulu untuk
mendapatkan jawaban secara tertulis dari 2. Perempuan 14 46,6
beberapa karyawan yang mewakili objek Total 30 orang 100
penelitian, dengan cara mengajukan Sumber: Data Primer yang diolah peneliti (2018)
pertanyaan-pertanyaaan (pertanyaan yang
sudah disiapkan secara tertulis dengan Berdasarkan karakteristik jenis kelamin
alternatif jawaban yang telah disediakan). responden pada Tabel 4.1 tersebut, terlihat bahwa
responden laki-laki sebanyak 16 orang dengan
2. Data Sekunder atau Studi Kepustakaan presentase sebesar 53,3% dan responden
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau perempuan yaitu sebanyak 46,3 %orang dengan
dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada. presentasi sebesar 28%.
Data ini diperoleh dari buku-buku atau
laporan-laporan terdahulu yang berkaitan
dengan disiplin kerja dan kinerja karyawan.
44
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia sebesar 10%, pendidikan terakhir D3 sebanyak 1
Keragaman responden berdasarkan umur responden dengan jumlah persentase sebesar 3,3%,
atau usia dapat ditunjukkan pada table berikut: pendidikan terakhir S1 sebanyak 24 responden
dengan jumlah persentase 80%, dan pendidikan
Tabel 4.2 terakhir S2 sebanyak 2 responden jumlah
Usia Responden persentase 6,6%.
Berdasarkan karakteristik pendidikan
Usia Jumlah Persentase (%) responden sebagian besar responden berpedidikan
NO. S1 yaitu sebesar 80%.
1. 20-25 17 56,6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa
2. 26-30 10 33,3 Kerja
3. 31-35 3 10 Keragaman responden berdasarkan
pendidikan dapat ditunjukkan pada table berikut:
4. >35 1 3,3
Total 30 100 Tabel 4.4
Sumber: Data Primer yang diolah peneliti Responden Berdasarkan Masa Kerja
45
Tabel 4.5 Berdasarkan hasil uji realibilitas pada Tabel
Hasil Validitas 6 tersebut dengan menggunakan uji statistik
Cronbach variabel X memiliki nilai Alpha (α) 0,900
menunjukan bahwa variable kepemimpinan masuk
dalam kategori reriable, sedangkan variabel Y
memilkili Cronbach Alpha 0,942 menunjukan
bahwa variable kinerja masuk dalam kategori
reriable.
Tabel 4.7
Jawaban Responden Terhadap Variabel Gaya
Kepemimpinan (X)
Uji Realibilitas
Uji reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh
mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah reliable
akan dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner.
dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha. Hasil dari
uji reliabilitas ditunjukkan pada Tabel 4.6 sebagai
berikut:
46
Tabel 4.8 Tabel 4.9
Jawaban Responden Terhadap Variabel Hasil Koefisien Korelasi
Motivasi (Y)
Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara Gaya
Kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
H1 : Adanya hubungan antara Gaya
Kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
Kriteria Pengujian
Jika Signifikansi >0.05 maka H0 diterima
Jika Signifikansi <0,05 maka H0 ditolak
Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan
bahwa nilai korelasi (hubungan) antara Gaya
Kepemimpinan dengan kinerja karyawan sebesar
0,744. Berdasarkan tabel pedoman Interprestasi
koefisien korelasi menurut Sugiono (2014) Interval
Koefisien 60–79 nilai tersebut termasuk dalam
kategori kuat. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang positif sebesar 0,744 antara
motivasi kerja terhadap kompensasi karyawan.
Berdasarkan tabel di atas nilai signifikansi
sebesar 0,000<0,05 maka H0 ditolak dan H1
Sumber: Data Primer yang diolah peneliti diterima. Kesimpulan dari hasil uji koefisiensi
korelasi diatas adalah didapat nilai sebesar 0,744
Analisis Variabel Gaya Kepemimpinan (X) bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Gaya
terhadap Kinerja Karyawan (Y) Kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
Uji Koefisiensi Korelasi
Setelah diketahui bahwa butir-butir dalam Uji Koefisiensi Determinasi
instrument valid dan dapat dipercaya, maka langkah Uji koefisiensi determinasi dilakukan untuk
selanjutnya adalah mencari arah dan kuatnya mengetahui seberapa besar hubungan antara Gaya
tingkat hubungan antara variabel X (gaya Kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
kepemimpinan) terhadap variabel Y (kinerja Berdasarkan hasil uji koefiensi determinasi melalui
karyawan) menggunakan rumus Korelasi. maka SPSS.23 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
hasil hubungan antara variabel gaya kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel Hipotesis
berikut : H0 : Tidak ada hubungan antara Gaya
Kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
H1 : Adanya hubungan antara Gaya
Kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
47
Tabel 10 Berdasarkan tabel perhitungan SPSS 23 diatas,
ANOVAa dapat diperoleh persamaan yaitu Y = 2.130 +
0,926X. Dari persamaan fungsi diatas, dapat
diinterprestasikan bahwa bila Gaya kepemimpinan
bersifat konstan atau bernilai 0 (nol) kinerja
karyawan adalah sebesar 2.130. Setiap penambahan
1 kali untuk Gaya kepemimpinan dapat
meningkatkan kinerja karyawan dan sebaliknya,
jika Gaya kepemimpinan mengalami penurunan 1
kali maka kinerja karyawan diprediksi mengalami
penurunan sebesar 0,926. Jadi arah hubungan Gaya
Berdasarkan tabel Anova di atas dapat di kepemimpinan dengan kinerja karyawan adalah
ketahui bahwa signifikan senilai 0.000 < 0.05 maka positif artinya searah.
keputusannya H1 diterima. Dapat di simpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Gaya
kepemimpinan terhadap kinerja. V. KESIMPULAN
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti
memberikan saran-saran guna perbaikan mengenai
pengaruh Gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan sebagai berikut:
48
1. Hendaknya PT Agung Citra Transformasi Sedarmayanti. (2017:273). Manajemen Sumber
perlu lebih mengembangkan Gaya Daya Manusia Reformasi Dan Manajemen
kepemimpinan yang demokratis. Hal ini Pegawai Negeri Sipil Edisi Revisi. Bandung:
dilakukan untuk memotivasi karyawan PT Refika Aditama.
perusahaan lebih berkreasi tanpa melanggar Sugiyono. (2004:167). Metodologi Penelitian
aturan yang telah ada pada perusahaan, dengan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
begitu akan semakin meningkatkan kinerja. Suryadana, L. (2015:95). Pengelolaan SDM
Dan terdapat hubungan yang baik antara Berbasis Kinerja. Bandung: Alfabeta.
pemimpin dan karyawan yang pada akhirnya Wukir. (2013:134). Manajemen Sumber Daya
akan meningkatkan kinerja mereka. Manusia Dalam Organisasi Sekolah.
2. Bagi perusahaan untuk lebih berperan aktif Yogyakarta: Multi Presindo.
dalam meningkatkan Kinerja Karyawan yang Yudha, C. (2015). Pengaruh Gaya kepemimpinan,
bisa berimplementasi terhadap meningkatnya motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja
produktivitas perusahaan. Dalam penelitian ini karyawan (, VIII, 1–19).
gaya kepemimpinan cukup berpengaruh dalam
meningkatkan kinerja karyawan yang nantinya
diharapkan dapat berperan untuk
meningkatkan kinerja karyawan agar kinerja
karyawan tetap stabil.
3. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya untuk
dapat mengembangkan faktor faktor lain
mengenai Kinerja Karyawan suatu perusahaan
untuk dijadikan variabel penelitian,
dikarenakan penelitian ini dibatasi oleh waktu
dan luasnya cakupan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
49